Login
Section Innovation in Industrial Engineering

Bisar 3.0 for Analytical Road Pavement Design

Bisar 3.0 untuk Desain Jalan Beraspal Analitis
Vol. 26 No. 4 (2025): October:

N. Riwibowo (1), Wahyu Tri Prambudi (2), Fibia Sentauri Cahyaningrum (3), Menik Ariyanti (4), M. Alvan Rizki (5)

(1) Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Lamongan, Indonesia
(2) Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Lamongan, Indonesia
(3) Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Lamongan, Indonesia
(4) Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Lamongan, Indonesia
(5) Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia

Abstract:

Background: Safe and comfortable road pavement is a fundamental requirement, yet most designs rely on empirical methods that limit the ability to analyze detailed structural behavior. Specific Background: Analytical methods allow comprehensive evaluation of pavement layer strength, enabling faster and more precise calculations. Knowledge Gap: Limited studies have applied Bisar 3.0 guided by the Nottingham Design Method to calculate strain and service life in pavements using CTB (Concrete Treated Base) and Class B aggregate layers. Aim: This study applies the Bisar 3.0 program to determine road service life under fatigue cracking and permanent deformation criteria. Results: Calculations show analytical methods predict a longer service life (~±20 years) than empirical methods. Higher foundation stiffness and low average daily traffic reduce service life, and fatigue cracking criteria indicate a longer lifespan than permanent deformation. Novelty: Integration of Bisar 3.0 with Nottingham Design Method for precise service life estimation provides a detailed analytical approach rarely applied in road pavement studies. Implications: Findings support engineers in optimizing pavement design, selecting appropriate layer materials, and predicting long-term road performance more accurately.


Highlights:




  • Analytical design predicts longer road service life than empirical methods




  • Fatigue cracking lifespan exceeds permanent deformation lifespan




  • Bisar 3.0 enables rapid and precise calculation of pavement layer strains




Keywords: Road Pavement, Analytical Method, Bisar 3.0, Nottingham Design Method, Service Life

Downloads

Download data is not yet available.

Pendahuluan

Kebutuhan jalan yang aman dan nyaman mutlak harus dipenuhi. Sehingga dalam perancangannya harus mempertimbangkan beberapa faktor yaitu struktur lapis perkerasan dan suhu perkerasan. Ketebalan dan jenis material harus dipertimbangkan dalam desain struktur lapis perkerasan. Sedangkan faktor suhu perkerasan sangat berperan dalam penentuan jenis aspal. Pengetahuan tentang nilai kekakuan (stiffness) dalam proses desain perkerasan lentur perlu dikembangkan.

Dalam perancangan perkerasan jalan metode yang sering digunakan adalah Metode Empiris, yang mengacu kepada hasil “full scale test” yang dilakukan di Ottawa, Amerika Serikat awal tahun 60-an [1]. Berikut beberapa metode empiris dalam perancangan tebal perkerasan jalan : Metode Asphalt Institute (TAI, 1970), Metode AASHO 1972 (AASHO, 1972), Metode Analisa Komponen 1987 (SNI, 2002), Metode Road Note 29, dan Metode Road Note 31. Pedoman desain perkerasan lentur yang dikeluarkan oleh Bina Marga merupakan modifikasi AASHTO dari Amerika dan AUSTROADS dari Australia. Sejauh ini, sudah ada empat pedoman desain perkerasan lentur yang digunakan yaitu : Bina Marga Pt. T-01-2002-B, Bina Marga Pd. T-05-2005-B, Bina Marga No. 001/BT/2010 dan Bina Marga No.02/M/BM/2013. Hasil perancangan tebal perkerasan jalan lentur dengan keempat metode tersebut sudah sesuai dengan pedoman perkerasan jalan lentur yang selama ini digunakan [2]. Penelitian pada Jalan Lingkar Timur Surabaya menunjukkan bahwa Metode Bina Marga 2002 merupakan metode yang paling efektif dalam desain perkerasan jalan tersebut dengan menggunakan lapis pondasi Agregat Kelas A dan Kelas B [3]. Perencanaan tebal perkerasan lentur juga dapat dilakukan dengan Pedoman Manual Desain Pekerasan Jalan 2017 [4], [5]. Pedoman tersebut merupakan pelengkap dari pedoman desain perkerasan PtT-01-2002-B dan Pd T-14-2003. Dengan Pedoman Manual Desain Pekerasan Jalan 2017, umur pelayanan jalan dapat diketahui berdasarkan elemen perkerasan [6]. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arthono dan Pransiska diperoleh kesimpulan bahwa tebal lapis perkerasan lentur hasil perhitungan menggunakan Metode AASTHO 1993 lebih besar dibandingkan dengan menggunakan Metode SNI-1932-1989-F [7]. Penelitian tentang perbandingan perencanaan perkerasan lentur dengan Metode AASHTO 1993 dan Manual Desain Perkerasan (MDP) Bina Marga 2017 juga telah dilakukan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Metode Manual Desain Perkerasan (MDP) Bina Marga 2017 memiliki lapis permukaan dan lapis pondasi yang lebih tebal daripada menggunakan Metode AASHTO 1993 [8], [9]. Selain itu, untuk menambah umur pelayanan jalan sebelum terjadi kegagalan struktur terjadi maka dilakukan perbaikan berupa pemberian lapis tambahan (overlay). Perhitungan tebal lapis tambahan (overlay) dapat dilakukan dengan pedoman Metode AASHTO seperti yang telah dilakukan oleh Surandono dan Suci [10]. Berdasarkan penelitian Maharani dan Wasono, disimpulkan bahwa umur pelayanan perkerasan kaku lebih lama tanpa adanya perawatan/perbaikan non struktural bila dibandingkan dengan perkerasan lentur [11]. Penelitian mengenai perkerasan lentur di atas tanah ekspansif juga telah dilakukan. Perubahan kadar air tanah dasar ekspansif dapat mengakibatkan terjadinya deformasi pada struktur perkerasan lentur [12], [13]. Penggunaan program komputer untuk membantu proses desain perkerasan jalan perlu dikembangkan. Salah satu program yang digunakan dalam desain tebal perkerasan lentur adalah program Kenpave. Program tersebut sangat membantu dalam perancangan tebal perkerasan jalan. Sehingga perbandingan desain perkerasan jalan dengan beberapa metode seperti metode Analisa Komponen dan Austroads dapat dengan mudah dilakukan [14].

Perancangan struktur perkerasan jalan menggunakan metode analitis juga perlu dikembangkan. Beberapa metode analitis dalam perancangan perkerasan struktur perkerasan jalan adalah metode Asphalt Institute (1982) dan Nottingham Design Method [15]. Metode analitis struktur perkerasan jalan memiliki beberapa keunggulan diantaranya dapat melakukan berbagai macam variasi komponen seperti data ketebalan, modulus elastisitas, dan angka poisson ratio sehingga proses desain menjadi lebih cepat. Salah satu program desain perkerasan jalan menggunakan metode analitis adalah program BISAR (Bitumen Stress Analysis in Roads). Program tersebut dikembangkan berdasarkan Nottingham Design Methodoleh Shell Research. Perhitungan nilai tegangan (stress), regangan (strain), dan displacements dapat lebih mudah dihitung dalam satu sistem berlapis-lapis yang elastis dengan bantuan program ini. Kekakuan (stiffness) aspal dalam analisis struktur perkerasan jalan dengan Nottingham Design Method bergantung pada parameter nilai penetrasi aspal awal, suhu udara di lapangan dan kecepatan rata-rata kendaraan. Dalam desain campuran aspal perkerasan jalan juga harus mempertimbangkan bentuk dari agregat yang akan digunakan sebagai bahan dari lapis pondasi perkerasan jalan [16]. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai pengaruh kekakuan (stiffness) susunan lapis perkerasan dalam proses desain perkerasan lentur menggunakan program Bisar 3.0 perlu dikembangkan.

Metode

Metode analitis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nottingham Design Method. Nilai regangan (strain) yang terjadi pada lapis perkerasan dihitung dengan menggunakan program Bisar 3.0. Selanjutnya pedoman Bina Marga 2002 [17] digunakan untuk menghitung nilai kekakuan (stiffness) lapis pondasi dan konversi satuan umur pelayanan jalan dalam msa (millions of standard axles) ke tahun. Berikut langkah-langkah desain perkerasan jalan yang dilakukan pada penelitian ini :

1. Menghitung Beban Gandar Standar Kendaraan

Menurut Sukirman [18] beban standar adalah beban sumbu tunggal beroda ganda seberat 18.000 lbs atau setara dengan 8,16 ton.

2. Menghitung Kekakuan Tanah Dasar (E3 = Ss)

Nilai kekakuan tanah dasar dapat dikorelasikan secara kasar dengan nilai CBR (California Bearing Ratio) maupun nilai IP (Index Plastisitas) tanah dasar [19] menggunakan persamaan berikut :

Ss = 10 x CBR (1)

Ss = 70 – IP (2)

dengan Ss = kekakuan tanah dasar (MPa)

3. Menghitung Kekakuan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)

Korelasi nilai kekakuan (stiffness) dan nilai CBR (California Bearing Ratio) pada lapis pondasi bawah granular menggunakan nomogram Bina Marga 2002 [17].

4. Menghitung Kekakuan Lapis Pondasi Atas (Base Course)

Nilai kekakuan (stiffness) lapis pondasi atas CTB (Concrete Treated Base) dihitung menggunakan nilai kuat tekan pada umur 7 hari dengan Pedoman Bina Marga 2002 [17]. Berikut persamaan yang sesuai berdasarkan nomogram pada Pedoman Bina Marga 2002 [17] tersebut :

SCTB = 0,005σ + 4,02 (3)

5. Menghitung Kekakuan Bitumen (Sb)

Faktor temperatur desain digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh temperatur terhadap nilai kekakuan bitumen. Berikut persamaan untuk menghitung temperatur desain berdasarkan kriteria kerusakan menggunakan suhu udara rerata tahunan (°C) [19] :

a. Kerusakan retak lelah (fatigue cracking)

Td = 1,92 T (4)

b. Kerusakan deformasi permanen (permanent deformation)

Td = 1,47 T (5)

Selain faktor temperatur desain, kekakuan bitumen juga dipengaruhi oleh waktu pembebanan (loading time). Menurut Brown dan Brunton [19] persamaan yang sesuai untuk menghitung waktu pembebanan (loading time) adalah sebagai berikut :

log t = 5 x 10-4 h – 0,2 - 0,94 log v (6)

dengan :

t = waktu pembebanan (detik)

h = ketebalan lapisan (mm)

v = kecepatan kendaraan (km/jam)

Selanjutnya nilai kekakuan bitumen dihitung dengan persamaan yang telah diturunkan oleh Ullidtz (1979) sebagai berikut [19] :

Sb = 1,157 x 10-7 x t -0.368 x 2,718–PIr (SPr – T)5 (7)

dengan :

Sb = kekakuan bitumen (MPa)

t = waktu pembebanan (detik)

PIr = recovered penetration index (0,1 mm)

SPr = recovered softening point (°C)

T = temperatur desain (°C)

Nilai Penetration Index dihitung dengan persamaan yang telah ditetapkan oleh Pfeiffer dan Van Doormaal (1936) sebagai berikut [20] :

(8)

Penetration Index = (9)

Menurut Brown dan Brunton [19] Recovered Penetration Index dan Recovered Softening Point (SPr) dihitung dengan persamaan berikut :

(10)

(11)

dengan Pi = penetrasi aspal awal (0,1 mm)

Penggunaan persamaan nilai kekakuan bitumen tersebut mempunyai batasan berikut :

t = 0,01 sampai dengan 0,10 detik

PIr = -1 sampai dengan +1

(SPr – T) = 20 oC sampai dengan 60 oC

Nilai kekakuan bitumen diperkirakan dengan nomogram Van der Poel (1954) bila salah satu nilai dari batasan tersebut tidak terpenuhi [21].

6. Menghitung Kekakuan Campuran Elastik

Menurut Heukelom dan Klomp (1964), nilai kekakuan campuran elastik (Sme) dihitung dengan persamaan berikut [22], [23] :

Sme = Sb (12)

n = 0,83 log (13)

Cv = (14)

dengan :

Sme = kekakuan campuran elastik (MPa)

Sb = kekakuan bitumen (MPa)

Cv = konsentrasi volume agregat (%)

n = konstanta kekakuan campuran elastik berdasarkan kekakuan bitumen

VA = volume of aggregate (%)

VB = volume of binder (%)

Persamaan tersebut hanya berlaku untuk kepadatan dengan volume rongga kurang dari 3% sedangkan untuk kepadatan dengan volume rongga lebih besar dari 3% menggunakan persamaan sebagai berikut :

C'v = (15)

dengan :

C'v = modifikasi konsentrasi volume agregat (%)

VIM = voids in mix/volume rongga udara dalam campuran (%)

Persamaan tersebut berlaku apabila volume konsentrasi bitumen (Cb) memenuhi nilai Cb > 2/3 (1 – C'v). Berikut persamaan untuk menghitung besarnya volume konsentrasi bitumen (Cb) :

Cb = (16)

dengan :

VA = volume of aggregate (%)

VB = volume of binder (%)

7. Menghitung Horisontal dan Vertikal Strain

Nilai horisontal dan vertikal strain dihitung dengan program Bisar 3.0. Nilai horisontal strain yang digunakan adalah εt (asphalt mix horizontal tensile strain). Sedangkan nilai vertikal strain yang digunakan adalah εz (subgrade vertical strain). Berikut gambar worksheet dan alur pengerjaan program BISAR 3.0 :

Figure 1. Gambar 1. Worksheet Program BISAR 3.0.

Figure 2. Gambar 2. Prosedur Pengerjaan Program BISAR 3.0.

8. Menghitung Umur Pelayanan Jalan

Menurut Brown dan Brunton [19], umur pelayanan jalan pada kriteria retak lelah dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

log N = 15,8 log εt – k – (5,13 log εt – 14,39) log VB – (8,63 log εt – 24,2) log SPi (17)

dengan :

N = umur pelayanan (msa)

εt = asphalt mix horizontal tensile strain (µstrain)

k = konstanta retak lelah (kondisi kritis, k = 46,82 dan kondisi gagal, k = 46,06)

VB = volume of binder (%)

SPi = initial softening point (°C)

Sedangkan umur pelayanan jalan pada kriteria deformasi permanen menurut Brown dan Brunton (1986) dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

1. Kondisi kritis

N = fr (18)

2. Kondisi gagal

N = fr (19)

dengan :

N = jumlah kumulatif beban sumbu standar selama umur pelayanan (msa)

εz = subgrade vertical strain (µstrain)

fr = rut factor

Nilai rut factor untuk beberapa tipe material adalah sebagai berikut :

Hot rolled asphalt : 1,00

Dense bitumen macadam : 1,56

Modified rolled asphalt : 1,37

Modified dense bitumen macadam : 1,5 2

Pada standard rolled asphalt keadaan aman dapat diasumsikan fr = 1. Selanjutnya, dilakukan konversi umur pelayanan jalan satuan msa (millions of standard axles) ke tahun dengan prosedur Bina Marga (Departemen Pekerjaan Umum). Berikut langkah-langkah konversi umur pelayanan jalan satuan msa (millions of standard axles) ke tahun :

a. Menghitung angka ekivalen beban gandar sumbu kendaraan (E)

Berdasarkan pedoman Bina Marga [24] angka ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu kendaraan dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Figure 3.

b. Menentukan faktor distribusi arah (DD) dengan Tabel 1 berikut :

Figure 4. Tabel 1. Koefisien Distribusi Kendaraan (DD) [24]

Keterangan : *) Mobil Penumpang

Keterangan : **) Truk dan Bus

c. Menentukan faktor distribusi lajur (DL) dengan Tabel 2 berikut :

Figure 5. Tabel 2. Faktor Distribusi Lajur (DL) [17]

d. Menghitung umur pelayanan jalan berdasarkan jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif dengan persamaan Bina Marga adalah sebagai berikut [17] :

Wt = W18 x (24)

dengan :

Wt = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif

W18 = beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun

W18 = DD x DL x Ŵ18

Ŵ18 = beban gandar standar kumulatif untuk dua arah

n = umur pelayanan (tahun)

g = perkembangan lalu lintas (%)

Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian ini, proses desain perkerasan jalan dilakukan menggunakan program Bisar 3.0 yang berpedoman pada Nottingham Design Method untuk menghitung nilai strain yang terjadi pada lapis perkerasan jalan. Selanjutnya, nilai strain tersebut digunakan untuk menghitung umur pelayanan jalan berdasarkan kriteria kerusakan retak lelah (fatigue cracking) dan deformasi permanen (permanent deformation). Susunan lapis perkerasan yang digunakan dalam desain perkerasan lentur dapat dilihat pada Gambar berikut :

Figure 6. Gambar 3. Susunan lapis perkerasan jalan

Selanjutnya, dilakukan perhitungan parameter yang mempengaruhi kekuatan struktur jalan sesuai dengan desain yang diinginkan. Berikut langkah-langkah perhitungan desain perkerasan yang dilakukan pada penelitian ini :

1. Menghitung waktu pembebanan (loading time)

h = hAC-WC + hAC-BC = 50 mm + 50 mm = 100 mm

log t = 5 x 10-4 h - 0,2 - 0,94 log v → v = 58,36 km/jam

log t = 5 x 10-4 x 100 - 0,2 - 0,94 log 58,36

log t = -1,81 ® t = 0,0155 detik

2. Menghitung suhu perkerasan (temperatur desain)

dengan T = 27 ˚C

Tdesain retak lelah = 1,92 T = 1,92 x 27 ˚C = 51,84 ˚C

Tdesain deformasi permanen = 1,47 T = 1,47 x 27 ˚C = 39,69 ˚C

3. Menghitung kekakuan campuran elastik

dengan Pi = 67,3 dan SP = 49,3 ˚C

98,4 - 26,35 x log (0,65 x 67,3) = 55,2 ˚C

A = [log 800 - log (67,3)] / (49,3 ˚C - 25 ˚C) = 0,0442

PI = (20 - 500A) / (50A + 1)

PI = (20 - 500 x 0,0442) / (50 x 0,0442 + 1) = -0,6545

PIr = (27,00 x log Pi - 21,65) / (76,35 x log Pi - 232,82)

PIr = (27,00 x log 67,3 - 21,65) / (76,35 x log 67,3 - 232,82) = -0,2971

Sb = 1,157 x 10-7 x t -0.368 x 2,718-PIr (SPr - T)5

Batasan penggunaan rumus kekakuan bitumen :

t = 0,01 sampai dengan 0,10 detik → diperoleh t = 0,0155 detik

PIr = -1 sampai dengan +1 → diperoleh PIr = -0,2971

(SPr - T) = 20 ˚C sampai dengan 60 ˚C

diperoleh (SPr - Tdesain retak lelah) = 55,2 ˚C - 51,84 ˚C = 3,36 ˚C

diperoleh (SPr - Tdesain deformasi permanen) = 55,2 ˚C - 39,69 ˚C = 15,51 ˚C

Nilai (SPr - T) tidak termasuk diantara 20 ˚C sampai 60 ˚C, sehingga Sb dicari dengan Nomogram Modulus Kekakuan Bitumen Van der Poel, (1954)

dengan t = 0,0155 detik

dengan (SP - Tdesain retak lelah) = (49,3 ˚C - 51,84 ˚C) = -2,54 ˚C

dengan (SP - Tdesain deformasi permanen) = (49,3 ˚C - 39,69 ˚C) = 9,61 ˚C

dengan PI = -0,6545

diperoleh Sb kriteria retak lelah = 0,3 MPa

diperoleh Sb kriteria deformasi permanen = 1,0 MPa

Berikut perhitungan modifikasi konsentrasi volume agregat (C'v) :

Lapis AC-WC

dengan VB = 12,59%; VA = 81,99%; VIM = 5,42%

Cv = = = 0,8669

C'v = = = 0,8932

Cb = = = 0,1331

2/3 (1 - C'v) = 2/3 (1 - 0,8932) = 0,0712

Cb > 2/3 (1 - C'v) → Memenuhi syarat

Lapis AC-BC

dengan VB = 12,16%; VA = 83,31%; VIM = 4,52%

Cv = = = 0,8726

C'v = = = 0,8992

Cb = = = 0,1274

2/3 (1 - C'v) = 2/3 (1 - 0,8992) = 0,0672

Cb > 2/3 (1 - C'v) → Memenuhi syarat

n = 0,83 log

Kriteria Kerusakan Retak Lelah (Fatigue Cracking)

n = 0,83 log = 4,25

Lapis AC-WC

Sme = 0,3

Sme = 746,64 MPa

Lapis AC-BC

Sme = 0,3

Sme = 933,47 MPa

Kriteria Kerusakan Deformasi Permanen (Permanent Deformation)

n = 0,83 log = 3,82

Lapis AC-WC

Sme = 1,0

Sme = 1588,12 MPa

Lapis AC-BC

Sme = 1,0

Sme = 1947,03 MPa

4. Menghitung kekakuan lapis pondasi atas (base course)

Nilai kuat tekan CTB (Concrete Treated Base) 7 Hari (σ) = 141,47 kg/cm2 = 2011,845 Psi

SCTB = 0,005σ + 4,02

SCTB = 0,005. 2011,845 + 4,02

SCTB = 14,079224350.105 Psi

SCTB = 1407922,435 Psi

SCTB = 99003,0543 kg/cm2

SCTB = 9900,31 MPa

5. Menghitung kekakuan lapis pondasi bawah (sub base course)

Nilai CBR (California Bearing Ratio) Soaked 100% Agregat Klas B = 62,50% diperoleh :

Sg = 18 x 1000 Psi

Sg = 1265,734 kg/cm2

Sg = 126,5734 MPa » 126,6 MPa

6. Menghitung kekakuan tanah dasar (subgrade)

Nilai kekakuan tanah dasar (subgrade) diperoleh dari hasil korelasi dengan nilai CBR (California Bearing Ratio) Soaked 100% tanah dasar (subgrade) sebesar 15,90%.

Ss = 10 x 15,90 = 159 MPa

7. Menghitung strain dengan program Bisar 3.0

Berdasarkan input data yang dilakukan dalam program Bisar 3.0 maka diperoleh nilai strain sebagai berikut :

Regangan horisontal (εt) = 19,7 μstrain

Regangan vertikal (εz) = 52,67 μstrain

8. Menghitung umur pelayanan jalan

Kriteria Kerusakan Retak Lelah (Fatigue Cracking)

log N = 15,8log εt - k - (5,13log εt - 14,39)log VB - (8,63log εt - 24,2)log SPi

dengan :

k = 46,06

SPi = 49,3 oC

VB = 12,16%

εt = 19,7 μstrain

Maka diperoleh :

N = 48235,71332850 msa

Konversi umur pelayanan jalan ke dalam satuan tahun

Wt = W18 x

W18 = 464416 sa

g = 5%

Wt = 48235713328,50 sa

Maka diperoleh :

n = 175,35 tahun

Kriteria Kerusakan Deformasi Permanen (Permanent Deformation)

N = fr

N = 1

N = 2143,58252633 msa

Konversi umur pelayanan jalan ke dalam satuan tahun

Wt = W18 x

W18 = 464416 sa

g = 5%

Wt = 2143582526,33 sa

Maka diperoleh :

n = 111,62 tahun

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa umur pelayanan jalan pada kriteria kerusakan retak lelah lebih besar daripada umur pelayanan jalan pada kriteria kerusakan deformasi permanen (175,35 tahun < 111,62 tahun). Hasil perhitungan umur pelayanan tersebut lebih besar daripada umur pelayanan perkerasan lentur yang didesain dengan metode empiris yang berkisar ± 20 tahun [18]. Besarnya umur pelayanan jalan yang dihasilkan dipengaruhi oleh nilai kekakuan (stiffness) lapis pondasi yang digunakan. Nilai kekakuan (stiffness) CTB (Concrete Treated Base) sebagai lapis pondasi atas yang besar (9900,31 MPa) mengakibatkan nilai strain yang dihasilkan oleh program Bisar 3.0 menjadi kecil. Selain itu, nilai LHR (Lalu Lintas Harian Rata-rata) juga dapat mempengaruhi besarnya umur pelayanan jalan.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Umur pelayanan jalan hasil perhitungan dengan metode analitis (Nottingham Design Method) menggunakan program Bisar 3.0 lebih besar daripada umur pelayanan jalan yang didesain dengan metode empiris pada umumnya (± 20 tahun).

2. Umur pelayanan jalan pada kriteria kerusakan retak lelah lebih besar daripada umur pelayanan jalan pada kriteria kerusakan deformasi permanen (175,35 tahun < 111,62 tahun).

Ucapan Terimakasih

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian.

References

[1] E. J. Yoder and M. W. Witczak, Principles of Pavement Design. Hoboken, NJ: Wiley, 1991.

[2] M. Nauval, A. Aris, G. Simbolan, and B. H. Setiadji, "Metode Bina Marga Studi Kasus: Ruas Jalan Piringsurat – Batas Kedu Timur," Jurnal Karya Teknik Sipil, vol. 4, no. 2, pp. 380–393, 2015.

[3] M. Maryam and K. H. Putra, "Analisis Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Dengan Metode Bina Marga (Studi Kasus: Jalan Luar Lingkar Timur Surabaya)," Jurnal Teknologi dan Manajemen, vol. 1, no. 2, pp. 125–134, 2020, doi: 10.31284/j.jtm.2020.v1i2.1113.

[4] A. Asidin and H. S. Nur, "Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Dengan Menggunakan Metode Manual Desain Perkerasan Jalan Pada Kelurahan Lakambau Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan," Jurnal Media Inovasi Teknologi Sipil UNIDAYAN, vol. 10, no. 1, pp. 44–48, 2021, doi: 10.55340/jmi.v10i1.669.

[5] P. T. S. Balido, S. W. Mudjanarko, and H. A. Safarizki, "Perencanaan Peningkatan Tebal Perkerasan Lentur Pada Ruas Jalan Petuk (STA 15+050 – STA 15+500) Kec. Penfui Kota Kupang Menggunakan Metode Bina Marga 2017," Modulus: Media Komunikasi Dunia Ilmu Sipil, vol. 3, no. 1, p. 25, 2021, doi: 10.32585/modulus.v3i1.1784.

[6] V. C. Lao, "Comparison of Design Methods for Thickness of Flexible Pavement on Provincial Boundary Roads," Rekayasa Sipil, vol. 16, no. 3, pp. 191–197, 2022.

[7] A. Arthono and D. A. Pransiska, "Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya Menggunakan Metode SNI 1932-1989-F Dibandingkan Dengan Menggunakan Metode AASHTO 1993, Pada Ruas Jalan Raya Rangkasbitung - Citeras," Jurnal UMJ, Nov. 2022, pp. 1–12.

[8] H. R. Malau, Salonten, and Robby, "Perencanaan Perkerasan Lentur Menggunakan Metode MDP 2017 dan AASHTO 1993 pada Jalan Masuk Kahui," Jurnal Teknis: Jurnal Teori dan Terapan Bidang Keteknikan, vol. 7, no. 1, pp. 28–36, 2023.

[9] A. Verani et al., "Design of Pavement Structure Based on an Empirical Mechanistic Design Approach for Roads With AC-WC Asphalt Mixture Using Buton Granular Asphalt (BGA) and Modifiers," International Journal of Applied Technology Research, vol. 3, no. 3, pp. 225–238, 2024.

[10] A. Surandono and P. M. Suci, "Analisa Teknis Perbaikan Perkerasan Lentur Dengan Metode AASHTO (Studi Kasus: Pada Ruas Jalan Ki Hajar Dewantara Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)," Teknik Sipil, vol. 6, no. 1, pp. 1–8, 2016.

[11] A. Maharani and S. B. Wasono, "Perbandingan Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur (Studi Kasus Ruas Jalan Raya Pantai Prigi – Popoh Kab. Tulungagung)," Ge-STRAM Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil, vol. 1, no. 2, pp. 89–94, 2018, doi: 10.25139/jprs.v1i2.1202.

[12] Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Penanganan Tanah Ekspansif Untuk Konstruksi Jalan, DPU Pd T-10-2005-B, 2005.

[13] M. Mukhlis, Y. Yunus, and S. M. Saleh, "Analisis Perkerasan Lentur Di Atas Tanah Ekspansif," Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan, vol. 2, no. 1, pp. 48–57, 2019, doi: 10.24815/jarsp.v2i1.13203.

[14] A. Rahmawati, F. Aldiansyah, and D. Setiawan, "Desain Tebal Perkerasan Lentur Jalan Menggunakan Program Kenpave," Buletin Teknik Sipil, vol. 1, no. 1, pp. 29–32, 2021.

[15] J. M. Brunton, "Developments in the Analytical Design of Asphalt Pavements Using Computers," Univ. Nottingham, Dep. Civ. Eng., p. 406, 1983.

[16] H. Hermansyah, A. F. Isnan, and F. Yanti, "Karakteristik Marshall pada Campuran Aspal HRS-WC Menggunakan Abu Sekam Padi," Jurnal Manajemen Teknologi Teknik Sipil, vol. 5, no. 1, p. 60, 2022, doi: 10.30737/jurmateks.v5i1.2770.

[17] Ditjend Bina Marga, Flexible Pavement Thickness Planning Guidelines, Pt T-01-2002-B, 2002.

[18] S. Sukirman, Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur, vol. 53, no. 9, 2010.

[19] S. F. Brown and J. M. Brunton, An Introduction to the Analytical Design of Bituminous Pavements, 3rd ed., Univ. Nottingham, Dep. Civ. Eng., 1986.

[20] Kurniadji, "Modifikasi Aspal Keras Standar Dengan Bitumen Asbuton Hasil Ekstraksi," Jurnal Jalan dan Jembatan, vol. 25, no. 2, pp. 2–20, 2018.

[21] K. Badry, L. Sentosa, and G. Wibisono, "Analisis Perbandingan Antara Kondisi Temperatur Perkerasan Aspal Maksimum Aktual Dengan Manual Desain Perkerasan Jalan di Provinsi Riau," Sainstek, vol. 12, no. 2, pp. 230–238, 2024.

[22] N. Riwibowo, "Metode Analitis (Studi Kasus Jalan Tol Semarang)," Naskah Publikasi Ilmiah, Univ. Muhammadiyah Surakarta, 2012.

[23] N. Riwibowo, F. Sentauri Cahyaningrum, T. F. Tama, and F. Amelia, "Pengaruh Suhu Perkerasan Terhadap Umur Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Analitis," Rekayasa, vol. 16, no. 2, pp. 204–211, 2023, doi: 10.21107/rekayasa.v16i2.19043.

[24] Public Works Department, Planning Thickness of Addition of Flexible Pavement With Deflection Method Benkelman Beam, Pd T 2-2005-B, 2005.