Login
Section Innovation in Industrial Engineering

Defect Analysis of Pepari Leather Bags Using Fault Tree Analysis and 5W+1H

Analisis Kecacatan Tas Kulit Pepari Leather dengan Fault Tree Analysis dan 5W+1H
Vol. 26 No. 4 (2025): October:

Billy Gandis Pradana (1), Rr. Rochmoeljati (2)

(1) Program Studi Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Indonesia
(2) Program Studi Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Indonesia
Fulltext View | Download

Abstract:

General Background: Leather-based products such as bags are highly valued for their aesthetic and durability, yet their production is prone to quality issues. Specific Background: A manufacturing company specializing in leather accessories has consistently encountered product defects, especially in its leather bag line. Knowledge Gap: Despite the importance of maintaining quality in leather goods, there is limited systematic analysis on the root causes of defects using structured diagnostic methods in such contexts.
Aims: This study aims to identify and analyze the root causes of leather bag defects using the Fault Tree Analysis (FTA) and 5W+1H methods to propose effective corrective measures. Results: The findings reveal three major defect types: uneven leather texture (0.1018%), scratch marks (0.1577%), and stitching holes (0.1034%). Novelty: The integration of FTA with the 5W+1H framework offers a structured, diagnostic approach rarely applied in small to medium-scale leather production settings. Implications: Recommended improvements include strengthening quality control protocols, enhancing raw material inspection, maintaining equipment reliability, and implementing targeted worker training—providing a comprehensive basis for quality enhancement in leather goods manufacturing.


Highlights:




  • Identifies key leather bag defects with precise probability data.




  • Combines FTA and 5W+1H for structured root cause analysis.




  • Proposes actionable improvements to optimize production quality.




Keywords: Fault Tree Analysis, Quality Control, Leather Bag, Defect Analysis, Root Cause

Downloads

Download data is not yet available.

Defect Analysis of Pepari Leather Bags Using Fault Tree Analysis and 5W+1H

Analisis Kecacatan Tas Kulit Pepari Leather dengan Fault Tree Analysis dan 5W+1H

Billy Gandis Pradana1), Rr. Rochmoeljati*,2)

1,2)Program Studi Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Indonesia

*Email Penulis Korespondensi: 21032010241@student.upnjatim.ac.id

Abstract . CV. Pepari Kreasi Indonesia is a company that produces bags, wallets, and accessories made from leather. The problem faced by this company is the occurrence of defects in leather bags as its flagship product. Therefore, this study was conducted with the aim of analyzing defects that occurred using the Fault Tree Analysis (FTA) and 5W+1H methods to provide improvement suggestions. The results of the study indicate that there are 3 types of defects in leather bags: uneven leather texture, scratch marks, and stitching holes with each probability value, respectively, being 0.1018%, 0.1577%, and 0.1034%. The proposed improvements provided include improving quality control procedures, checking and verifying raw materials, monitoring equipment, machines, and work areas, and training direction for workers. The results of this study are expected to be able to help CV. Pepari Kreasi Indonesia to understand how defects occur and the appropriate improvements to optimize the company's production process.

Keywords : Fault Tree Analysis ; 5W+1H; Leather Bag

Abstrak . CV. Pepari Kreasi Indonesia merupakan perusahaan yang menghasilkan produk seperti tas, dompet, dan aksesoris berbahan dasar kulit. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah terjadinya kecacatan pada produk tas kulit sebagai produk unggulan. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian ini dengan tujuan menganalisis kecacatan yang terjadi menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) dan 5W + 1H untuk memberikan usulan perbaikan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 3 jenis defect pada produk tas kulit yaitu tekstur kulit tidak rata, bekas luka goresan, dan lubang bekas jahitan dengan masing-masing nilai probabilitas secara berurutan adalah 0,101 8 %, 0,157 7 %, dan 0,10 34 %. Untuk usulan perbaikan yang diberikan adalah perbaikan prosedur quality control , pengecekan dan verifikasi bahan baku, pengawasan pada peralatan , mesin dan area kerja , pelatihan dan arahan pada para pekerja . Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu CV. Pepari Kreasi Indonesia untuk mengetahui bagaimana kecacatan yang terjadi serta perbaikan yang tepat untuk dilakukan agar proses produksi perusahaan lebih optimal.

Kata Kunci : Fault Tree Analysis ; 5W+1H; Tas Kulit

Perusahaan industri manufaktur dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang berdaya saing, sehingga kualitas merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan oleh setiap perusahaan apabila ingin produknya dapat bersaing di pasar [1]. Kualitas adalah kesesuaian produk yang dihasilkan oleh produsen dengan standar yang telah ditentukan berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen [2]. Permasalahan yang kerap kali dihadapi oleh suatu perusahaan adalah terdapat beberapa produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Kegagalan pada produk dapat terjadi karena beberapa faktor pada bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan, manusia, serta lingkungan. Oleh karena itu untuk memastikan kesesuaian kualitas produk dengan kebutuhan pasar akan penting diterapkan pengendalian kualitas (qualitycontrol) pada suatu perusahaan [3]. Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas yang diterapkan guna menjamin kegiatan operasional dan proses produksi sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan jika terjadi penyimpangan, maka akan segera diperbaiki sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai [4].

Pada penelitian terdahulu telah mengemukakan bahwa Fault Tree Analysis(FTA) merupakan salah satu metode pengendalian kualitas yang memberikan analisa sistematis terkait kombinasi kejadian yang dapat terjadi pada sistem dan mengakibatkan kerusakan. Metode ini merupakan suatu teknik untuk mengidentifikasi risiko yang berkontribusi atau menyebabkan kegagalan yang dilaksanakan dengan pendekatan top down, yaitu menggunakan asumsi kegagalan puncak (top event) yang kemudian merinci pada penyebab dasar top eventtersebut menuju kegagalan dasar (rootcause) [5]. Tahapannya adalah dengan mengidentifikasi top level eventsuatu kegiatan pada sistem, dilanjutkan dengan membuat faulttree diagram yang menunjukkan bagaimana top level eventdapat terjadi, lalu menganalisis faulttreetersebut untuk mengambil informasi dan kesimpulan perbaikannya menggunakan perhitungan representasi aljabar booleanuntuk menemukan minimum cut set [6]. Penggunaan metode faultreeanalysismemungkinkan untuk melakukan breakdownpada seluruh kejadian sehingga dapat diambil kesimpulan penyebabnya untuk dievaluasi [7]. Metode 5W+1H adalah metode lainnya yang dapat diterapkan untuk pengendalian kualitas yang berisikan panduan pertanyaan sehingga dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dan bersifat kualitatif. Adapun beberapa unsur metode 5W+1H yaitu what(apa), who(siapa, when(kapan), where(di mana), why(mengapa), dan how(bagaimana) [8]. Tujuannya adalah untuk menetapkan rekomendasi perbaikan guna meningkatkan kualitas berdasarkan pertanyaan apa masalah dan target yang ingin dicapai, mengapa diperbaiki, lokasi permasalahan, kapan terjadinya, siapa yang terlibat, dan bagaimana masalah tersebut terjadi [9].

CV. Pepari Kreasi Indonesia merupakan perusahaan yang memproduksi barang-barang berbahan dasar kulit (fullgrainleather) seperti tas, dompet, dan beberapa jenis aksesoris lainnya yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan hasil observasi, terdapat permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah masih terdapat beberapa kecacatan pada produk tas kulit yang merupakan produk unggulan perusahaan. Berdasarkan permasalahan tersebut, menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan identifikasi guna mengetahui bagaimana kecacatan yang terjadi serta memberikan usulan perbaikan yang efektif untuk mengurangi kecacatan yang terjadi. Setelah dilakukan tinjauan literatur pada penelitian sebelumnya, terdapat research gap berupa masih sedikitnya penelitian terkait pengendalian kualitas yang mengombinasikan metode Fault Tree Analysisdengan metode 5W+1H. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian ini untuk dapat mengisi kekosongan tersebut dan dengan tujuan untuk dapat mengetahui kecacatan yang terjadi menggunakan metode Fault Tree Analysisserta memberikan usulan perbaikan menggunakan metode 5W+1H pada produk tas kulit di CV. Pepari Kreasi Indonesia agar proses produksinya lebih optimal.

A. Tempat dan w aktu p enelitian

Penelitian ini dilaksanakan di CV. Pepari Kreasi Indonesia yang berlokasi di Perumahan Jl. Kiara Residence No.18 Ruko A2, Curug, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat 16113. Penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2025 sampai data-data yang dibutuhkan untuk penelitian ini dapat terpenuhi. Penelitian ini dilakukan dengan mengombinasikan metode Fault Tree Analysissebagai metode kuantitatif dan metode 5W+1H sebagai metode kualitatif.

B. Alur pemecahan masalah

Gambar 1. Alur pemecahan masalah

Langkah-langkah pemecahan masalah yang perlu dilakukan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Pada penelitian ini terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder, data primer adalah data yang didapatkan langsung dari lokasi penelitian seperti kegiatan wawancara, observasi, dan dokumentasi . Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah ada dan diperoleh dari perusahaan, data sekunder pada penelitian ini adalah data alur proses produksi, data jumlah produksi, data jumlah kecacatan produk, dan jenis kecacatan produk tas kulit.

Faulttreeanalysisdipilih karena dapat mengidentifikasi kegagalan pada suatu sistem dengan merinci faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dasar menuju kegagalan puncak dengan tampilan visual yang mudah dimengerti [10]. Pada tahapan ini dilakukan identifikasi jenis kegagalan (undesiredevent) yang terjadi pada proses pembuatan produk tas kulit. Identifikasi kejadian ini dapat dikombinasikan dengan metode lain seperti dengan metode FMEA untuk penggunaan diagram sebab akibatnya [11].

Diagram pohon kesalahan akan menjelaskan bagaimana top level eventdapat terjadi, diagram ini bersifat deduktif yang dibuat dengan simbol berisi deskripsi kejadian dan gerbang logika yang menjelaskan hubungan antar kejadian. Dalam penentuan gerbang logika terdapat simbol AND dan OR yang menjadi penghubung antara model grafik pembuatan diagram [12].

  • Pengumpulan data
  • Mengidentifikasi dan menentukan kejadian utama (top event) serta akar penyebab kejadian (basicevent)
  • Membuat diagram pohon kesalahan
  • Menentukan struktur kecacatan (cut set)

Untuk menganalisis data pada diagram, akan terlebih dahulu dicari minimal cut set-nya menggunakan aljabar boolean yang dilanjutkan dengan analisa menggunakan teori probabilitas. Minimal cut set adalah kumpulan basiceventyang akan menyebabkan terjadinya top level eventyang dianalisis menggunakan teori probabilitas, penentuan minimal cut set dilakukan dengan menggunakan methodforobtaining cut set [13]. Empat langkah pembentukan cut set berdasarkan teori Clemens adalah sebagai berikut:

  • Menghapus seluruh unsur bagian penyusun pohon kecuali kejadian akar atau terakhir.
  • Diawali di bawah peristiwa puncak dan menampilkan tiap gerbang dan akar penyebab.
  • Peristiwa utama diturunkan dan dilanjutkan dengan membuat matriks.
  • Hasil akhir matriks menghasilkan angka yang menjadi perwakilan pembentuk dan berisi semua unsur dalam baris yang lebih sedikit dan disebut dengan minimal cut set[14].

Seluruh perhitungan pada analisa diagram pohon kesalahan bertujuan untuk menemukan probabilitas kejadian utama yang terjadi, perhitungan probabilitas dapat dicari dengan rumus:

= (1)

Keterangan

S = total produksi

F = total produksi yang gagal

PF = kemungkinan (probability) gagal

Kemudian dilanjutkan dengan probabilitas kejadian dalam tiap gerbang (gate)

Untuk 2 masukan, dirumuskan dengan:

PF = (PA + PB) – (PA × PB)(2)

Untuk 2 masukan atau lebih, dirumuskan dengan:

PF = PA + PB – PA(3)

Keterangan:

PF = kemungkinan (probability) gagal

PA = probabilitas gerbang A

PB = probabilitas gerbang B

  • Pada gerbang OR, probabilitas kejadian mengalami penjumlahan dan pengurangan
  • Pada gerbang AND, perhitungan dilakukan dengan cara yang sama namun probabilitas tiap masukannya dikalikan [15].

Penerapan metode 5W+1H berfungsi untuk menyelesaikan permasalahan dengan menanyakan siapa yang terlibat dengan permasalahan yang terjadi, apa masalah yang harus diperhatikan, di mana permasalahan terjadi, kapan suatu masalah terjadi, kenapa masalah tersebut dapat terjadi, dan bagaimana tindakan sebelum dan sesudah permasalahan tersebut terjadi [16].

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data jumlah produksi, data jumlah kecacatan, dan data jenis kecacatan tas kulit periode produksi bulan Januari 2024 hingga bulan Desember 2024 yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.Data jumlah produksi tas kulit

No. Bulan Total produksi ( pcs ) Defect ( pcs ) Produk baik ( pcs )
1 Januari 1,090 98 992
2 Februari 1,054 102 952
3 Maret 939 85 854
4 April 952 88 864
5 Mei 1,204 138 1,066
6 Juni 767 97 670
7 Juli 1,204 147 1,057
8 Agustus 812 78 734
9 September 945 104 841
10 Oktober 791 71 720
11 November 676 60 616
12 Desember 1,054 94 960

Tabel 2. Data jumlah defectproduksi tas kulit

Bulan Jumlah defect tiap jenis ( pcs ) Jumlah total
Tekstur kulit tidak rata Bekas luka goresan Lubang bekas jahitan
Januari 26 48 24 98
Februari 26 53 23 102
Maret 17 47 21 85
April 23 38 27 88
Mei 42 52 44 138
Juni 29 39 29 97
Juli 43 62 42 147
Agustus 22 31 25 78
September 31 40 33 104
Oktober 22 30 19 71
November 17 25 18 60
Desember 28 40 26 94
Total 326 505 331 1162
% Defect 28,06% 43,46% 28,49% -
% Kumulatif 28,06% 71,51% 100,00% -

Tabel 3. Jumlah kesalahan untuk akar penyebab kecacatan bahan baku yang digunakan tidak sesuai

Hari Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1
2 0 1 1 2 0 0 0 1 2 1 0 2
3 1 1 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0
4 0 2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
5 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 2 0
6 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1
7 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
8 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
9 0 1 0 0 0 2 0 0 1 0 0 1
10 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1
11 0 0 1 0 4 0 1 0 1 0 0 1
12 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0
13 0 0 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0
14 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1
15 2 1 1 0 2 0 0 1 2 0 0 1
16 0 1 1 0 3 1 0 1 1 0 1 1
17 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
18 2 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0
19 0 0 0 2 0 1 1 0 0 2 0 0
20 1 0 0 0 0 1 4 1 0 0 0 1
21 0 1 0 1 2 0 1 0 0 0 0 1
22 2 0 1 1 0 3 1 1 0 0 2 0
23 0 2 1 0 0 0 0 2 0 1 1 1
24 0 1 1 0 0 0 1 2 1 1 0 1
25 0 0 0 2 2 0 3 0 0 0 0 1
26 1 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 0
27 0 0 0 0 0 4 1 1 2 1 0 1
28 0 1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0
29 3 0 0 1 0 1 2 0 0 0 0 1
30 0 0 1 1 5 1 0 0 0 0 2 0
31 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0

Gambar 2. Defecttekstur kulit yang tidak rata

Gambar 3. Defectbekas luka goresan

Gambar 4. Defectlubang bekas jahitan

B. Pengolahan data

Pengolahan data diawali dengan menggunakan metode faulttreeanalysisyang antara lain adalah sebagai berikut:

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bawah terdapat tiga jenis defectyaitu tekstur kulit yang tidak rata, bekas luka goresan, dan lubang bekas jahitan. Dari ketiga top eventtersebut akan dicari akar penyebab terjadinya menggunakan diagram sebab akibat yang akan ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 5. Diagram sebab akibat defecttekstur kulit yang tidak rata

Pada diagram sebab akibat defecttekstur kulit tidak rata, terdapat tiga penyebab kegagalan yaitu materialdengan basicevent bahan baku yang digunakan tidak sesuai. manusiadengan basicevent ketidaksesuaian pekerja dalam menyimpan bahan baku, dan lingkungan dengan basiceventkelembapan suhu ruangan tidak stabil.

Gambar 6. Diagram sebab akibat defectbekas luka goresan

Pada diagram sebab akibat defectbekas luka goresan, terdapat tiga penyebab kegagalan yaitu materialdengan basiceventkulit yang sudah tergores sejak awal, manusiadengan basicevent tergores benda atau peralatan lainnya, dan mesin dengan basiceventkesalahan pekerja pada saat produksi.

Gambar 7. Diagram sebab akibat defectlubang bekas jahitan

Pada diagram sebab akibat defectlubang bekas jahitan, terdapat tiga penyebab kegagalan yaitu manusiadengan basicevent kurangnya fokus pekerja pada proses menjahit, mesin dengan basicevent mesin yang tidak bekerja secara optimal, dan metode dengan basiceventprosedur menjahit yang tidak sesuai.

Berdasarkan ketiga gambar diagram sebab akibat di atas dapat diketahui bahwa terdapat total 9 basiceventantara lain adalah bahan baku yang digunakan tidak sesuai, ketidaksesuaian pekerja dalam menyimpan bahan baku, kelembapan suhu ruangan yang tidak stabil, tergores benda atau peralatan, kesalahan pekerja saat proses produksi, kulit yang sudah tergores sejak awal, kurangnya fokus pekerja saat menjahit, mesin yang tidak bekerja secara optimal, dan prosedur menjahit yang tidak sesuai.

Diagram pohon kesalahan dibuat berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan sebelumnya pada setiap top event yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 8. Diagram pohon kesalahan untuk defecttekstur kulit tidak rata

Untuk defecttekstur kulit tidak rata disebabkan oleh penyebab kegagalan material dan manusia yang diturunkan dengan gerbang logika OR karena kedua penyebab kegagalan tidak terjadi secara bersamaan, melainkan hanya satu atau salah satu terlebih dahulu. Untuk penyebab kegagalan material dan manusia diturunkan dengan gerbang AND karena masing-masing penyebab kegagalan hanya memiliki satu akar penyebab kegagalan dan terjadi secara langsung.

Gambar 9. Diagram pohon kesalahan untuk defectbekas luka goresan

Untuk defectbekas luka goresan disebabkan oleh penyebab kegagalan material dan manusia diturunkan dengan gerbang logika OR karena kedua penyebab kegagalan tidak terjadi secara bersamaan, melainkan hanya satu atau salah satu terlebih dahulu. Untuk penyebab kegagalan manusia diturunkan dengan gerbang OR karena kedua akar penyebab kegagalan tidak terjadi secara bersamaan, melainkan hanya satu atau salah satu terlebih dahulu. Sedangkan ntuk penyebab kegagalan manusia diturunkan dengan gerbang AND karena penyebab kegagalan hanya memiliki satu akar penyebab kegagalan dan terjadi secara langsung.

Gambar 10. Diagram pohon kesalahan untuk defectlubang bekas jahitan

Untuk defectlubang bekas jahitan disebabkan oleh penyebab kegagalan manusia dan mesin yang diturunkan dengan gerbang logika OR karena kedua penyebab kegagalan tidak terjadi secara bersamaan, melainkan hanya satu atau salah satu terlebih dahulu. Untuk penyebab kegagalan manusia dan mesin diturunkan dengan gerbang AND karena masing-masing penyebab kegagalan hanya memiliki satu akar penyebab kegagalan dan terjadi secara langsung.

Setelah pembuatan diagram pohon kesalahan beserta gerbang logika pada masing-masing prosesnya, maka dapat dilanjutkan dengan pembuatan struktur kecacatan (cut set) yang antara lain adalah sebagai berikut:

Gambar 11. Cut set defecttekstur kulit tidak rata

Gambar 12. Cut set defectbekas luka goresan

Gambar 13. Cut set defectlubang bekas jahitan

Tahapan selanjutnya adalah melakukan perhitungan probabilitas kejadian top level event dengan data yang digunakan adalah data probabilitas kejadian tiap akar penyebab (basicevent). Untuk data dan perhitungan probabilitas kejadian top eventantara lain adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Nilai probabilitas kejadian akar penyebab (basicevent)

No. Akar penyebab kejadian ( basic event ) (P) Rata-rata frekuensi kejadian (F) Rata-rata total produksi (S+F) Probabilitas kejadian ( )
1 Bahan baku yang digunakan tidak sesuai (P1) 0,4516 861 0,000525
2 Ketidaksesuaian pekerja dalam menyimpan bahan baku (P2) 0,3091 861 0,000359
3 Kelembapan suhu ruangan yang tidak stabil (P3) 0,1156 861 0,000134
4 Tergores benda atau peralatan lainnya (P4) 0,5484 861 0,000637
5 Kesalahan pekerja saat proses produksi (P5) 0,5 861 0,000581
6 Kulit yang sudah tergores sejak awal (P6) 0,3091 861 0,000359
7 Kurangnya fokus pekerja saat menjahit (P7) 0,5081 861 0,00059
8 Mesin yang tidak bekerja secara optimal (P8) 0,2876 861 0,000334
9 Prosedur menjahit yang tidak sesuai (P9) 0,0941 861 0,000109

a.Untuk perhitungan probabilitas pada defecttekstur kulit tidak rata antara lain adalah sebagai berikut:

Diketahui:

P1 = 0,000637

P2 = 0,000581

P = 0,000359

Penyelesaian:

PF= (P1 + P2 + P3) – (P1 × P2 × P3)

= (0,000525 + 0,000359 + 0,000134) – (0,000525 × 0,000359 × 0,000134)

= 0,001018 = 0,1018%

Jadi untuk probabilitas terjadinya defecttekstur kulit tidak rata adalah sebesar 0,001018 atau 0,1018%

b. Untuk perhitungan probabilitas pada defectbekas luka goresan antara lain adalah sebagai berikut:

Diketahui:

P4 = 0,000543

P5 = 0,000628

P6 = 0,000406

Penyelesaian:

PF= (P4 + P5 + P6) – (P4 × P5 × P6)

= (0,000627 + 0,000581 + 0,000359) – (0,000637 × 0,000581 × 0,000359)

= 0,001577 = 1577%

Jadi untuk probabilitas terjadinya defectbekas luka goresan adalah sebesar 0,001577 atau 0,1577%

c. Untuk perhitungan probabilitas pada defectlubang bekas jahitan antara lain adalah sebagai berikut:

Diketahui:

P7 = 0,00059

P8 = 0,000334

P9 = 0,000109

Penyelesaian:

PF= (P7 + P8 + P9) – (P7 × P8 × P9)

= (0,00059 + 0,000334 + 0,000109) – (0,00059 × 0,000334 × 0,000109)

= 0,001034 = 1034%

Jadi untuk probabilitas terjadinya defectlubang bekas jahitan adalah sebesar 0,001034 atau 0,1034%

  • Identifikasi akar penyebab (basicevent) dari kejadian utama (top event)
  • Membuat diagram pohon kesalahan
  • Membuat struktur kecacatan dan menghitung probabilitas kejadian
  • Memberikan usulan perbaikan menggunakan metode 5W+1H

Setelah dilakukan identifikasi dan analisis menggunakan metode faulttreeanalysis, langkah selanjutnya adalah memberikan usulan perbaikan dengan metode 5W+1H pada tiap jenis defectyang antara lain adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Analisis 5W+1H defecttekstur kulit tidak rata

Defect tekstur kulit yang tidak rata
What ? Bahan baku yang digunakan tidak sesuai Ketidaksesuaian pekerja saat menyimpan bahan baku Kelembapan suhu ruangan tidak stabil
Who ? Pekerja bagian qualitycontrol (QC) Pekerja bagian penyimpanan bahan baku Pekerja bagian penyimpanan bahan baku
Where ? Gudang tempat penyimpanan bahan baku Gudang tempat penyimpanan bahan baku Gudang tempat penyimpanan bahan baku
When ? Saat kulit datang dan sebelum dikirim ke tempat produksi Saat setelah kulit datang dan selesai dilakukan pengecekan Pada saat bahan baku disimpan di gudang tempat penyimpanan
Why ? Ketelitian dari pihak QC kurang dengan tidak mengecek keseluruhan permukaan kulit baik setelah kulit datang atau sebelum dikirim ke tempat produksi Tumpukan antar kulit di rak penyimpanan menyebabkan tekanan pada sudut permukaan kulit, kelembapan suhu ruangan dan sinar matahari di beberapa sisi gudang Fluktuasi suhu dan kelembapan ruangan berubah, kulit mengalami proses penyerapan dan pelepasan kelembapan secara tidak merata, yang memengaruhi struktur serat kulit dan tampilan permukaannya
How ? Perbaikan prosedur QC dengan pelatihan dan arahan terkait pentingnya ketelitian pada saat pengecekan kulit Penerapan penyimpanan yang benar, pemberian arahan kepada pekerja untuk lebih berhati-hati saat menyimpan bahan baku Pengecekan dan evaluasi secara berkala pada gudang tempat penyimpanan bahan baku untuk selalu menjaga kondisi gudang

Tabel 6. Analisis 5W+1H defectbekas luka goresan

Defect bekas luka goresan
What ? Tergores benda atau peralatan Kesalahan pekerja saat proses produksi Kulit yang sudah tergores sejak awal
Who ? Pekerja stasiun kerja pembuatan pola dan pemotongan Pekerja stasiun kerja pembuatan pola dan pemotongan Pekerja bagian qualitycontrol (QC)
Where ? Pada stasiun kerja pembuatan pola dan pemotongan kulit Pada stasiun kerja pembuatan pola dan pemotongan kulit Pada gudang tempat penyimpanan bahan baku dan tempat produksi
When ? Saat proses produksi yang dimulai pada proses pembuatan pola dan dilanjutkan dengan pemotongan kulit Saat proses produksi yang dimulai pada proses pembuatan pola dan dilanjutkan dengan pemotongan kulit Pada saat setelah bahan baku selesai dilakukan pengecekan dan dikirim ke tempat produksi untuk diproses lebih lanjut
Why ? Terdapat benda atau peralatan yang melukai atau menggores pada area kerja yang tidak tertata dengan baik dan area meja kerja Pekerja yang kurang berhati-hati saat memproses kulit, kurangnya ketelitian keterampilan pekerja pada saat proses produksi Kelalaian pengecekan kulit saat datang ataupun saat sebelum kulit dikirim ke tempat produksi
How ? Perbaikan layout dan area kerja yang berisiko dapat merusak kulit, mengecek peralatan kerja dan menyimpan peralatan dengan rapi Pemberian arahan pada para pekerja untuk selalu teliti dan berhati-hati serta melakukan pelatihan untuk para pekerja Pengecekan berulang pada kulit sebelum dikirim ke tempat produksi untuk diolah

Tabel 7. Analisis 5W+1H defectlubang bekas jahitan

Defect bekas luka goresan
What ? Kurangnya fokus pekerja saat proses menjahit Mesin yang tidak bekerja secara optimal Prosedur menjahit yang tidak sesuai
Who ? Pekerja pada bagian produksi (khususnya pada stasiun kerja jahit) Pekerja pada bagian menjahit (khususnya operator mesin jahit) Pekerja pada bagian produksi (khususnya pada stasiun kerja jahit)
Where ? Pada stasiun kerja jahit Pada stasiun kerja jahit Pada stasiun kerja jahit
When ? Pada saat proses produksi untuk menjahit kulit yang sudah diberi pola dan dipotong pada proses sebelumnya Pada saat proses produksi untuk menjahit kulit yang sudah diberi pola dan dipotong pada proses sebelumnya Pada saat proses produksi untuk menjahit kulit yang sudah diberi pola dan dipotong pada proses sebelumnya
Why ? Kelelahan yang dialami pekerja, terlalu tergesa-gesa dalam menjahit, dan tidak kompetennya pekerja dengan perilaku non-produktif pada tugas di proses menjahit Mesin jahit yang tidak dikalibrasi dengan baik, tidak dilakukan perawatan dan pengecekan secara berkala sehingga tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya dan menimbulkan kesalahan Kompetensi pekerja tersebut yang kurang sehingga berakibat kesalahan pada pola jahitan yang harus untuk dilakukan pelepasan jahitan yang meninggalkan bekas lubang pada kulit
How ? Pemberian arahan pada pekerja untuk lebih teliti dan hati-hati pada pekerjaan dengan menerapkan prosedur pada proses menjahit Perawatan pengecekan dan kalibrasi mesin jahit dengan ketentuan serta memperhatikan komponen seperti jarum dan benang yang digunakan Pemberian pelatihan rutin kepada para penjahit untuk memaksimalkan kinerjanya

Hasil menunjukkan bahwasanya terdapat 3 jenis kecacatan pada produk tas kulit di CV. Pepari Kreasi Indonesia yaitu tekstur kulit yang tidak rata, bekas luka goresan, dan lubang bekas jahitan. Untuk nilai probabilitas kejadian dari masing-masing kecacatan tersebut secara berurutan adalah 0,1018%; 0,1577%; dan 0,1034%. Hasil penelitian ini sebagian besar selaras dengan penelitian terdahulu yang menggunakan metode faulttreeanalysis, namun pada penelitian kali ini memberikan pembaruan berupa kombinasi antara faulttreeanalysisdan 5w+1h untuk setiap jenis defect. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi dari permasalahan yang ada dengan lebih mendalam dan spesifik. Selain itu, penerapan metode 5W+1H pada faulttreeanalysisjuga menjadikan penelitian ini menekankan pada pendekatan holistik yang secara tidak langsung akan memberikan hasil pemahaman yang lebih komprehensif terhadap permasalahan yang sedang dianalisis serta usulan perbaikan yang lebih terarah dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwasanya pada produk tas kulit di CV. Pepari Kreasi Indonesia terdapat 3 jenis defectyang menjadi top eventyaitu tekstur kulit yang tidak rata dengan nilai probabilitas kejadian sebesar 0,1018%, bekas luka goresan dengan nilai probabilitas kejadian sebesar 0,1577%, dan lubang bekas jahitan dengan nilai probabilitas kejadian sebesar 0,1034%. Untuk usulan perbaikan yang diberikan pada defecttekstur kulit tidak rata adalah dengan perbaikan prosedur qualitycontrol, pembarian arahan terkait pentingnya ketelitian pada saat pengecekan dan menyimpan bahan baku, dan melakukan evaluasi berkala pada gudang tempat penyimpanan untuk menjaga kondisi bahan baku. Pada defectbekas luka goresan dilakukan perbaikan layoutkerja, pengecekan peralatan yang berisiko merusak kulit dan memastikannya tersimpan dengan rapi, memberikan pelatihan pada para pekerja untuk menjaga kinerjanya, dan melakukan prosedur pengecekan berulang pada bahan baku sebelum dikirim ke tempat produksi. Pada defectlubang bekas jahitan dilakukan pelatihan khususnya pada para penjahit untuk memaksimalkan kinerjanya agar lebih teliti serta berhati-hati, dan melakukan pengecekan serta perawatan pada mesin jahit secara berkala dengan memperhatikan komponen lainnya pada proses menjahit. Untuk hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan perusahaan untuk memperhatikan kecacatan yang terjadi pada produk dan usulan perbaikan yang dapat diterapkan jika diperlukan untuk meningkatkan efisiensi produksi secara berkelanjutan.

  • A. M. Ramdan, L. Siwiyanti, K. Komariah, dan E. Saribanon, Manajemen Pemasaran. Penerbit Widina, Surabaya, pp. 80-81, 2023.
  • Taufik, Pengendalian Kualitas Produk Perlengkapan Kamar Mandi (SanitaryAccessoris) Menggunakan Metode DMAIC. Pascal Books, Tangerang, pp. 33-35, 2022.
  • Suseno dan S. I. Kalid, “Pengendalian Kualitas Cacat Produksi Tas Kulit Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis dan Fault Tree Analysis (FTA) Di PT. Mandiri Jogja Internasional,” Jurnal Cakrawala Ilmiah, vol. 1, no. 6, pp. 1307-1320, 2022.
  • E. Supriyadi, Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan StatisticalProcessControl(SPC). Pascal Books, Tangerag, pp. 19-229, 2022.
  • R. S. Masykur dan A. Oktora, “Quality Improvement on Optical Fiber Coloring Process using Fault Tree Analysis and Failure Mode and Effect Analysis,” International Journalof Engineering ResearchandAdvanced Technology (IJERAT), vol. 7, no. 2, pp. 6-12, 2021.
  • Ig. J. Mulyana, S. S. Hartoyo, dan M. E. Sianto, “Defect Analysis of Printing Process in Offset Printing Industry by Using Failure Mode Effect Analysis (FMEA) and Fault Tree Analysis (FTA),” JournalofIntegrated System (JIS), vol. 5, no. 2, pp. 143-155, 2022.
  • M. I. Romadhoni, D. Andesta, dan Hidayat, “Identifikasi Kecacatan Produk Kerangka Bangunan Di PT. Ravana Jaya Menggunakan Metode FMEA dan FTA,” Journalof Industrial Engineering andOperationManagement (JIEOM), vol. 5, no. 2, pp. 236-247, 2022.
  • P. A. Saputra, Y. Ernawati, dan Y. Yuliana, “Mengenalkan Metode 5W+1H dan Melatih Siswa Menulis Caption Instagram Di SMA Negeri 12 Palembang,” Jurnal Pengabdian Masyarakat Sains dan Teknologi, vol. 3, no. 4, pp. 69-76, 2024.
  • E. Khikmawati, M. Anggraini, dan N. R. Pratiwi, “Analisis Penyebab Produk Rusak Dengan Metode FMECA dan Memberikan Usulan Perbaikan Dengan Konsep Kaizen 5W+1H Pada Produk Air Demineral Kemasan 200 ml (Studi Kasus : CV. Gowinda Jaya Tirta Buana),” JRETS : Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains, vol. 9, no. 1, pp. 22-29, 2025.
  • W. Kurniawan, D. K. Sari, dan F. Sabrina, “Perbaikan Kualitas Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis Dan Fault Tree Analysis Pada Produk Punch Extruding Red Di PT. Jaya Mandiri Indotech,” EKOMBIS REVIEW : Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, vol. 10, no. 1, pp. 152-166, 2022.
  • A. P. P. Purba, R. Lubis, dan T. M. Sitorus, “Pengendalian dan Perbaikan Kualitas Produk Furniture dengan Penerapan Metode SQC (Statistical Quality Control) dan FTA (Fault Tree Analysis)”, Jurnal Sains dan Teknologi : Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknologi Industri, vol. 22, no. 2, pp. 366-378, 2022.
  • W. Mohdar, R. Serang, H. D. Titaley, “Analisa Faktor Penyebab Keterlambatan Pekerjaan Sekolah Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA),” Jurnal Matematika, Statistika, dan Terapannya, vol. 3, no. 1, pp. 19-32, 2024.
  • Hardiansyah, Y. Sukmono, dan W. W. Saptaningtyas, “Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA) (Studi Kasus : Bengkel Dinamis)”, JATRI : Jurnal Teknik Industri, vol. 1, no. 1, pp. 1-9, 2023.
  • D. M. Putri dan Y. Ngatilah, “Analisis Kualitas Produk Console Table dengan Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Di PT. Romi Violeta Sidoarjo,” Juminten : Jurnal Manajemen Industri dan Teknologi, vol. 02, no. 05, pp. 97-108, 2021.
  • V. B. P. Benedictus dan Rr. Rochmoeljati, “Analisa Pencegahan Reject Pada Produksi Roll Karet Dengan Fault Tree Analysis (FTA) Dengan Rekomendasi Perbaikan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di PT, USTEGRA (Usaha Tehnik Grafika),” JUMINTEN: Jurnal Manajemen Industri dan Teknologi, vol. 2, no. 5, pp. 25-37, 2021.
  • R. Prasetyo, H. Sutiawan, R. R. Saputra, dan Paduloh, “Pengendalian Kualitas Produk Teh Botol Sosro di Kota Bekasi dengan Menggunakan Metode 5W+1H”, Blend Sains Jurnal Teknik, vol. 2, no. 3, pp. 264-270, 2024.

References

[1] A. M. Ramdan, L. Siwiyanti, K. Komariah, and E. Saribanon, Manajemen Pemasaran. Surabaya: Penerbit Widina, pp. 80–81, 2023.

[2] Taufik, Pengendalian Kualitas Produk Perlengkapan Kamar Mandi (Sanitary Accessories) Menggunakan Metode DMAIC. Tangerang: Pascal Books, pp. 33–35, 2022.

[3] Suseno and S. I. Kalid, “Pengendalian Kualitas Cacat Produksi Tas Kulit dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis dan Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Mandiri Jogja Internasional,” Jurnal Cakrawala Ilmiah, vol. 1, no. 6, pp. 1307–1320, 2022.

[4] E. Supriyadi, Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Statistical Process Control (SPC). Tangerang: Pascal Books, pp. 19–229, 2022.

[5] R. S. Masykur and A. Oktora, “Quality Improvement on Optical Fiber Coloring Process Using Fault Tree Analysis and Failure Mode and Effect Analysis,” International Journal of Engineering Research and Advanced Technology (IJERAT), vol. 7, no. 2, pp. 6–12, 2021.

[6] Ig. J. Mulyana, S. S. Hartoyo, and M. E. Sianto, “Defect Analysis of Printing Process in Offset Printing Industry by Using Failure Mode Effect Analysis (FMEA) and Fault Tree Analysis (FTA),” Journal of Integrated System (JIS), vol. 5, no. 2, pp. 143–155, 2022.

[7] M. I. Romadhoni, D. Andesta, and Hidayat, “Identifikasi Kecacatan Produk Kerangka Bangunan di PT. Ravana Jaya Menggunakan Metode FMEA dan FTA,” Journal of Industrial Engineering and Operation Management (JIEOM), vol. 5, no. 2, pp. 236–247, 2022.

[8] P. A. Saputra, Y. Ernawati, and Y. Yuliana, “Mengenalkan Metode 5W+1H dan Melatih Siswa Menulis Caption Instagram di SMA Negeri 12 Palembang,” Jurnal Pengabdian Masyarakat Sains dan Teknologi, vol. 3, no. 4, pp. 69–76, 2024.

[9] E. Khikmawati, M. Anggraini, and N. R. Pratiwi, “Analisis Penyebab Produk Rusak dengan Metode FMECA dan Memberikan Usulan Perbaikan dengan Konsep Kaizen 5W+1H pada Produk Air Demineral Kemasan 200 ml (Studi Kasus: CV. Gowinda Jaya Tirta Buana),” JRETS: Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains, vol. 9, no. 1, pp. 22–29, 2025.

[10] W. Kurniawan, D. K. Sari, and F. Sabrina, “Perbaikan Kualitas Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis dan Fault Tree Analysis pada Produk Punch Extruding Red di PT. Jaya Mandiri Indotech,” EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, vol. 10, no. 1, pp. 152–166, 2022.

[11] A. P. P. Purba, R. Lubis, and T. M. Sitorus, “Pengendalian dan Perbaikan Kualitas Produk Furniture dengan Penerapan Metode SQC (Statistical Quality Control) dan FTA (Fault Tree Analysis),” Jurnal Sains dan Teknologi: Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknologi Industri, vol. 22, no. 2, pp. 366–378, 2022.

[12] W. Mohdar, R. Serang, and H. D. Titaley, “Analisa Faktor Penyebab Keterlambatan Pekerjaan Sekolah Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA),” Jurnal Matematika, Statistika, dan Terapannya, vol. 3, no. 1, pp. 19–32, 2024.

[13] Hardiansyah, Y. Sukmono, and W. W. Saptaningtyas, “Analisis Risiko Kecelakaan Kerja dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA) (Studi Kasus: Bengkel Dinamis),” JATRI: Jurnal Teknik Industri, vol. 1, no. 1, pp. 1–9, 2023.

[14] D. M. Putri and Y. Ngatilah, “Analisis Kualitas Produk Console Table dengan Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di PT. Romi Violeta Sidoarjo,” Juminten: Jurnal Manajemen Industri dan Teknologi, vol. 2, no. 5, pp. 97–108, 2021.

[15] V. B. P. Benedictus and R. Rochmoeljati, “Analisa Pencegahan Reject pada Produksi Roll Karet dengan Fault Tree Analysis (FTA) dengan Rekomendasi Perbaikan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di PT. USTEGRA (Usaha Tehnik Grafika),” Juminten: Jurnal Manajemen Industri dan Teknologi, vol. 2, no. 5, pp. 25–37, 2021.

[16] R. Prasetyo, H. Sutiawan, R. R. Saputra, and Paduloh, “Pengendalian Kualitas Produk Teh Botol Sosro di Kota Bekasi dengan Menggunakan Metode 5W+1H,” Blend Sains: Jurnal Teknik, vol. 2, no. 3, pp. 264–270, 2024.