Login
Section Innovation in Education

Group Counseling with Behavior Contract to Reduce Student Phubbing

Konseling Kelompok dengan Behavior Contract untuk Mereduksi Perilaku Phubbing Siswa
Vol. 26 No. 4 (2025): October:

Indah Yani (1), Ali Daud Hasibuan (2)

(1) Program Studi Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
(2) Program Studi Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia

Abstract:

General Background: The widespread use of smartphones has created new behavioral challenges among students, one of which is phubbing, or ignoring others during social interactions due to phone use. Specific Background: Previous studies showed that group counseling helps students address maladaptive behaviors, yet limited research has applied the behavior contract technique in the context of Islamic junior high schools. Knowledge Gap: Few studies have specifically tested the effectiveness of behavior contracts in reducing phubbing at MTs levels. Aims: This study aimed to examine how group counseling with behavior contracts reduces phubbing among eighth-grade students. Results: Using a quasi-experimental design with 16 participants, findings revealed a significant decrease in phubbing scores in the experimental group (from high to low category), compared to the control group. Statistical analysis confirmed meaningful differences with sig < 0.05. Novelty: The research provides new evidence of behavior contract effectiveness in addressing phubbing within the MTs school environment. Implications: The findings suggest that school counselors can adopt behavior contracts as a practical strategy to foster healthier digital behavior and improve face-to-face communication among students.


Highlight


  • Students’ phubbing behavior decreased significantly after behavior contract counseling.




  • Group counseling sessions provided structured peer interaction and support.




  • Behavior contracts encouraged commitment and self-control in phone use.




Keyword

Group Counseling, Phubbing Behavior, Behavior Contract, Student Discipline, Digital Habits

Downloads

Download data is not yet available.

Pendahuluan

Pelajar di sekolah menghadapi beragam tantangan dan permasalahan yang semakin kompleks. Di tengah kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang pesat, kita disuguhkan dengan berbagai pilihan barang elektronik yang semakin beragam. Salah satu inovasi yang paling mencolok adalah hadirnya ponsel. Ponsel bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan perangkat elektronik yang memberikan kemudahan dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari. Dengan ponsel, individu dapat berkomunikasi dengan mudah, melakukan transaksi jual beli secara online, serta mengakses berbagai permainan yang menghibur. Selain itu, ponsel juga berfungsi sebagai alat bantu belajar yang efektif, memungkinkan siswa untuk mengakses informasi dan sumber daya pendidikan dengan cepat. Dalam konteks ini, ponsel telah menjadi barang yang sangat penting dan seolah-olah wajib dimiliki oleh setiap orang, terutama di kalangan remaja dan siswa di sekolah [1] .

Penggunaan gadget oleh siswa menimbulkan dampak positif dan negatif. Kegunaan gadget secara positif dapat mendukung siswa dalam proses belajar, Gadget memungkinkan siswa untuk dengan mudah mengunduh materi secara online dan berinteraksi dengan sesama siswa, guru dan lainnya [2]. Namun, dampak negatif penggunaan gadget menggeser pola interaksi siswa dengan guru, karena penggunaan ini tidak hanya terjadi selama jam pelajaran, tetapi juga di luar jam pelajaran. Kemunculan gadget membuat siswa dengan mudah mendapatkan dan menggunakannya dengan aktif, dan terus menerus sehingga mereka lebih menyukai berinteraksi melalui dunia maya dibandingkan dengan bertatap muka. Sikap mereka dalam menggunakan gadget secara terus menerus bisa memunculkan efek baru bagi penggunanya, Efek baru tersebut merupakan perilaku mengabaikan lingkungan sekitar yang menjadikan mereka berperilaku phubbing [3].

Phubbing merupakan singkatan dari kata “phone” yang artinya ponsel dan “snubbing” yang artinya acuh [4]. Menurut [5], phubbing disebabkan oleh dua aspek yaitu: gangguan komunikasi (communication disturbance) dan obsesi terhadap ponsel (phone obsession). Karadag menjelaskan bahwa phubbing dapat menyebabkan gangguan komunikasi yang terjadi dalam hal ini adalah ketika seseorang sering mengganggu proses komunikasi yang sedang berlangsung dengan menggunakan smartphone mereka dalam lingkungan komunikasi tatap muka. Dan obsesi terhadap ponsel yang dimaksud di sini adalah ketika seseorang terus-menerus membutuhkan ponsel mereka di lingkungan yang kurang komunikasi tatap muka. Faktor yang sering mendasari gangguan komunikasi pada perilaku phubbing termasuk seringnya bertumpu pada gadget, menerima pesan dan panggilan saat berkomunikasi, dan selalu memperhatikan notifikasi pada gadget ketika berinteraksi [6].

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan beberapa guru BK dan siswa, fenomena phubbing nampaknya juga terjadi di kalangan pelajar di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin. Perilaku pubbing saat mengobrol bisa sangat menjengkelkan bagi teman-temannya karena mereka terus-menerus diabaikan selama mengobrol, dan individu tidak memperhitungkan perasaan teman-teman mereka yang diabaikan. Mereka tidak mempertimbangkan bahwa perilaku mereka menyakiti orang lain. Dalam hal ini memiliki beberapa alasan terkait dengan gangguan komunikasi dan obsesi terhadap gadget. Perilaku phubbing mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menggunakan teknologi dengan bijak, kemungkinan kurangnya kontrol diri, dan ketidakmampuan untuk mengontrol diri sendiri dengan terus-menerus meIihat gadget ketika berada di lingkungan sosial. Hal ini diduga karena orang tersebut bosan dan tidak terlalu tertarik dengan pembicaraan lawan bicaranya.

Guru BK berperan sebagai pembimbing siswa untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dialami siswa dalam belajar [7]. Untuk mereduksi perilaku phubbing peserta didik di sekolah, maka akan di berikan layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling yaitu pemberian suatu layanan kepada siswa, dalam bentuk individu ataupun kelompok dengan tujuan menyelesaikan masalah dan dapat mengambil keputusan dengan mandiri [8]. Karena layanan bimbingan dan konseling ada beberapa macam, maka peneliti hanya mengambil salah satu layanan yaitu layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Layanan konseling kelompok secara terpadu dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah. Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Layanan konseling kelompok memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah melalui dinamika kelompok dalam konseling kelompok [9].

Intervensi yang efektif untuk mengatasi perilaku phubbing, salah satunya adalah konseling kelompok dengan teknik behavior contract. Konseling kelompok sangat efektif untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh siswa karena layanan tersebut memberikan ruang kepada siswa untuk mengubah tingkah lakunya dan memungkinkan mereka untuk membahas dan menemukan solusi atas masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Masalah yang dibahas dalam layanan konseling kelompok merupakan masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok [10] . Teknik yang digunakan dalam layanan konseling kelompok adalah teknik behavior contract, yaitu teknik yang mengatur keadaan klien sehingga klien menunjukkan perilaku yang ingin dicapai berdasarkan kontraknya dengan konselor. Kontrak tersebut dibuat untuk mengubah perilaku siswa dengan menggunakan perjanjian sederhana [11].

Peneliti menerapakan teknik behavior contract dikarena teknik ini dirasa sangat tepat dalam mengatasi permasalahan ini karena dengan teknik ini antara konselor dan konseling dapat membuat kesepakatan secara tertulis mengenai berbagai prilaku peserta didik sehingga diharapkan peserta didik dapat berprilaku sesuai dengan kesepatakan yang sudah dibuat sehingga dengan hal ini peserta didik dapat mengontrol penggunaan smartphone pada saat sedang berbiacara kepada orang lain.

Beberapa penelitian yang relevan terkait perilaku phubbing yaitu oleh [12] yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya ditemukan konseling kelompok dengan menggunakan teknik behavior contract dapat efektif dalam mengurangi perilaku phubbing. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa hadirnya layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract dapat membantu siswa dalam mengurangi perilaku phubbing. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh [13] dengan judul “Keefektifan konseling kelompok untuk mereduksi phubbing pada siswa menengah”. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa tingginya perilaku phubbing siswa bisa diturunkan melalui konseling kelompok penggunaan behavior contract.

Belum ada penelitian sebelumnya yang menguji teknik behavior contract dalam konteks sekolah Mts dengan prilaku phubbing. Perbaruan ilmiah yang dilakukan peneliti dari penelitian sebelumnya bahwa peneliti menggunakan lokasi di di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin. Perumusan masalah yang dilakukan yaitu efektivitas layanan konseling kelompok penggunaan behavior contract dalam mereduksi perilaku phubbing di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin.

Metode

Metodologi penelitian kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Penelitian quasi eksperiment merupakan jenis penelitian yang digunakan. Karena terdapat kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam desain metode eksperimen semu [14]. Desain Non-equivalent Control Group adalah strategi eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini. Pretest dan Posttest diberikan kepada kedua kelas ini. Namun, treatment layanan konseling kelompok dengan behavior contract hanya diberikan kepada kelas eksperimen. Posttest dilakukan untuk memastikan apakah subjek penelitian mengalami peningkatan setelah mendapat treatment atau tidak. Sedangkan kelas kontrol tidak mendapat perlakuan dengan pendekatan dengan behavior contract. Menurut [14] , metode penelitian kuantitatif sering juga disebut metode penelitian yang berlandaskan pada filosofi positivisme, yaitu bergantung terhadap suatu populasi atau sampel tertentu. Menurut Sugiyono [15] desain penelitian Non Equivalent Control Group adalah sebagai berikut.

kelas Pretest Treatment Posttest
Eksperimen O1 X O2
...............................................................................................................
Kontrol O3 - O4
Table 1.

Keterangan:

O1 = Pretest Kelompok Eksperimen

O2 = Posttest Kelompok Eksperimen

O3 = Pretest Kelompok Kontrol

O4 = Posttest Kelompok Kontrol

X = Perlakuan dengan behavior contract

_ = Tanpa menggunakan behavior contract

Teknik pengambilan sampelnya menggunakan Purposive Sampling yang artinyasampel penelitian berdasarkan kriteria tertentu yaitu siswa kelas VIII di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin dan Siswa dengan skor angket yang tergolong memiliki perilaku phubbing yang tinggi. Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang sama [16]. Populasipada penelitian merupakan keseluruhan aldallalh siswa kelas VIII di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin yalng berjumlah 40 siswa. Sampel yang diambil berjumlah 16 siswa yang memiliki perilaku phubbing tinggi, terbagi menjadi 8 siswa sebagai kelas eksperimen yang akan mendapatkan layanan konseling kelompok dengan penggunaan behavior contract dan 8 siswa sebagai kelas kontrol yang hanya mendapat layanan konseling kelompok saja.

Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian yaitu skala psikologi. Perilaku phubbing dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan aspek-aspek perilaku phubbing oleh [5], yaitu communication disturbance dan phone obsession. Instrumen yang diterapkan pada penelitian ini yaitu berupa angket yang di adopsi dari riset yang dilakukan [17] dengan judul “ Hubungan self control dengan perilaku phubbing pada siswa SMA Negeri Bunga Bangsa Nagan Raya” yang menggunakan sumber teori yang sama dengan penelitian ini. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua item pernyataan valid, dengan koefisien validitas sebesar 0. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai 0,898, yang mengindikasikan reliabilitas tinggi. Angket ini menggunakan skala Likert untuk mengukur tingkat perilaku phubbing, dengan pernyataan favorable dan unfavorable.

Teknik analisis data yang dilakukan statistik parametrik dengan Uji-t dibantu dengan program SPSS versi 27. Menurut [14] jika nilai signifikan > 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Uji-t dapat digunakan untuk menguji hipotesis atau membandingkan rata-rata dua sampel [18]. Sebelum analisis data, dilakukan pengujian persyaratan untuk memastikan data memenuhi syarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Tahapan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan eksperimen yaitu Pertama, melaksanakan pretest yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol agar mengetahui perilaku phubbing yang dimiliki siswa sebelum diberi treatment. Kedua, Pemberian treatment diberikan pada kelompok eksperimen berupa konseling kelompok dengan penggunaan behavior contract, sedangkan kelompok kontrol tanpa adanya perlakuan. Ketiga, menyebarkan posttest yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol sesudah pemberian treatment. Tujuan kegiatan posttest untuk mengetahui bagaimana perilaku phubbing kelompok eksperimen setelah diberi treatment dan kelompok kontrol yang tidak diberi treatment.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Pretest dilakukan untuk melihat kondisi awal perilaku phubbing pada siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diterapkan perlakuan. Pretest dilakukan kepada seluruh. siswa kelas VIII di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin yalng berjumlah 100 siswa. Tingkat perilaku phubbing siswa digolongkan. menjadi. lima: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan. sangat rendah. Hasil pretest perilaku phubbing siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan konseling kelompok di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin, terlihat pada. Tabel 1 berikut:

NO KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL
Kode Nama Skor Kategori Kode Nama Skor Kategori
1 MR 99 Tinggi TUA 102 Tinggi
2 AAB 105 Tinggi FZ 97 Tinggi
3 IDP 101 Tinggi RAP 105 Tinggi
4 AFT 109 Tinggi HS 111 Tinggi
5 AASS 106 Tinggi AN 99 Tinggi
6 CP 117 Tinggi MA 98 Tinggi
7 SAS 110 Tinggi MAN 100 Tinggi
8 W 111 Tinggi ES 110 Tinggi
Jumlah 858 822
Mean 107 102
Table 2. Data Pretest pada kelas eksperimen dan Kontrol

Tabel 1 di atas menjelaskan bahwa temuan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VIII di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin. Siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 107 dalam kategori tinggi pada pretest perilaku phubbing, sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 102.

Kategori Interval Frekuensi Eksperimen Persentase Frekuensi Kontrol Persentase
Sangat Tinggi 120-140 0 0 0 0
Tinggi 97-119 8 100% 8 100%
Sedang 74-96 0 0 0 0
Rendah 51-73 0 0 0 0
Sangat Rendah 28-50 0 0 0 0
Table 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Pretest

Tabel 2 menunjukan bahwa ditemukan 8 siswa kelas eksperimen berada kategori tinggi dengan persentase sebesar 100% dan 8 siswa pada kelas kontrol termasuk.kategori tinggi dengan persentase 100% kondisi perilaku phubbing. Maka berdasarkan hasil pretes diatas siswa diberikan treatment dengan menerapkan layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract kepada kelas eksperimen sebanyak 4 kali pertemuan dan kelas kontrol tanpa adanya perlakuan. Hasil pretest terhadap perilaku phubbing ditandai dengan beberapa siswa selalu memperhatikan ponsel ketika berinteraksi di lingkungan sehingga kurangnya komunikasi tatap muka.

Layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract dilaksanakan selama 4 kali pertemuan pada kelas eksperimen. Setelah treatment selesai, maka peneliti memberikan postest kepada kelas eksperimen dan kontrol, agar dapat mengetahui efektifitas layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract setelah diberikan kepada kelas eksperimen.

NO KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL
Kode Nama Skor Kategori Kode Nama Skor Kategori
1 MR 73 Rendah TUA 81 Sedang
2 AAB 60 Rendah FZ 71 Rendah
3 IDP 70 Rendah RAP 76 Sedang
4 AFT 62 Rendah HS 84 Sedang
5 AASS 68 Rendah AN 64 Rendah
6 CP 65 Rendah MA 61 Rendah
7 SAS 56 Rendah MAN 56 Rendah
8 W 72 Rendah ES 80 Sedang
Jumlah 526 573
Mean 66 72
Table 4. Data Posttest Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

Tabel 3 di atas merangkum bahwa siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 66 dalam kategori rendah pada posttest perilaku phubbing, sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 72 pada kategori rendah dan sedang maka bisa dikatakan siswa kelas eksperimen dan kontrol mengalami penurunan namun untuk kelas kontrol tidak seoptimal kelas eksperimen.

Kategori Interval Frekuensi Eksperimen Persentase Frekuensi Kontrol Persentase
Sangat Tinggi 120-140 0 0 0 0
Tinggi 97-119 0 0 0 0
Sedang 74-96 0 0 4 50%
Rendah 51-73 8 100% 4 50%
Sangat Rendah 28-50 0 0 0 0
Table 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Posttest

Distribusi frekuensi dan persentase hasil posttest menunjukkan adanya penurunan yang signifikan, yang terlihat pada kelas eksperimen terdapat 8 siswa berkategori rendah. Sedangkan kelas kontrol terdapat 4 siswa dengan kategori sedang dan 4 siswa berkategori rendah.

Figure 1. Hasil Pretest dan Posttest Perilaku Phubbing

Gambar di atas menunjukkan 16 siswa mengalami penurunan secara signifikan dalam perilaku phubbing pada siswa kelas VIII di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin, hal ini ditunjukkan dengan kondisi perilaku phubbing kelas eksperimen pada saat sebelum mendapat perlakuan siswa berada pada kategori tinggi, namun setelah diberikan layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract maka siswa mengalami perubahan menjadi kategori rendah. Begitu juga pada kelas kontrol mengalami penurunan namun tidak seoptimal kelas eksperimen. Adanya penurunan perilaku pubbing yang signifikan setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen. Pada saat pretest, rata-rata skor perilaku pubbing pada kelas eksperimen adalah 107 dengan kategori tinggi, sementara kelas kontrol memperoleh rata-rata skor 102 yang juga berada pada kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa sebelum perlakuan, kedua kelompok memiliki tingkat perilaku pubbing yang relatif sebanding. Namun, setelah perlakuan diberikan, terjadi perubahan yang cukup mencolok. Rata-rata skor kelas eksperimen menurun menjadi 66 dengan kategori rendah, sedangkan kelas kontrol mengalami penurunan lebih kecil dengan rata-rata skor 72 dan berada pada kategori sedang. Temuan ini memperlihatkan bahwa intervensi yang diterapkan pada kelas eksperimen lebih efektif dalam menurunkan perilaku pubbing dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan berkontribusi positif terhadap penurunan perilaku pubbing pada siswa.

Distribusivariabel untuk memastikan keabsahan penggunaan data yang .digunakan .dalam .penelitian ditentukan melalui bantuan uji normalitas. Data yang baik dan cocok untuk diteliti merupakan data yang berdistribusi .normal, uji yang diterapkan yaitu Uji Shapiro-Wilk. Normal tidaknya hasil temuan bisa terlihat pada pengambilan .keputusan jika sig > 0,05 data .berdistribusi normal. Apabila sig < 0,05 oleh karena itu datas dikatakan tidak berdistribusi normal. Adapun hasil data yang ditemukan dari analisis uji normalitas terdapat dalam tabel 5 sebagai .berikut.

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Perilaku Phubbing PretestEksperimen 0,133 8 ,200* 0,976 8 0,943
PosttestEksperimen 0,145 8 ,200* 0,951 8 0,725
PretestKontrol 0,195 8 ,200* 0,886 8 0,216
PostestKontrol 0,166 8 ,200* 0,931 8 0,525
Table 6. Hasil Uji Normalitas

Tabel 5 memperlihatkan nilai uji normalitas. Shapiro-Wilk perilaku phubbing pada kelas kontrol memperoleh nilai 0,216 pada pretest dengan nilai sig > 0,05, dan 0,525 pada posttest dengan nilai sig > 0,05. Sedangkan kelas eksperimen pada pretest dengan nilai sig pretest eksperimen sebesar 0,943 > 0,05 dan nilai sig posttest sebesar 0,725 > 0,05. Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan bahwa data kelas ekperimen dan kontrol berdistribusi normal.

Pengujian terhadap normal atau tidaknya distribusi data pada sampel, perlu peneliti melakukan pengujian terhadap kesamaan (homogentitas) beberapa bagian sampel yang sama. Pengujian homogenitas sampel menjadi sangat penting apabila peneliti bermaksud melakukan generalisasi untuk hasil penelitiannya serta peneliti yang data penelitiannya diambil kelompok-kelompok terpisah yang berasal dari satu populasi [19]. Adapun hasil data yang ditemukan dari analisis uji homogenitas terdapat dalam tabel 6 antara lain sebagai .berikut:

Levene Statistic df1 df2 Sig.
Hasil Perilaku Phubbing Based on Mean 2,766 3 28 0,060
Based on Median 2,363 3 28 0,093
Based on Median and with adjusted df 2,363 3 22,914 0,098
Based on trimmed mean 2,759 3 28 0,061
Table 7. Hasil Uji Homogenitas

Jika nilai signifikan > 0,05 maka dikatakan bahwa data homogen, sedangkan nilai signifikansi < 0,05 maka dikatakan data tidak homogen. Hasil analisis data tabel di atas memperlihatkan bahwa adanya homogenitas atau kesetaraan antara posttest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol, yang diperlihatkan dengan nilai Signifikansi (Sig) berdasarkan Based on Mean sebesar 0,060 > 0,05 maka dinyatakan penelitian ini homogen.

Untuk mengetahui benar tidaknya hipotesis penelitian ini dapat digunakan uji paired samples t-tes. Uji ini dilakukan untuk menguji selisih rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah perlakuan digunakan untuk mengetahui keberhasilan perlakuan. Jika skor signifikansi kurang dari taraf signifikansi 5% (signifikansi < 0,05), maka persyaratan data dianggap signifikan. SPSS digunakan untuk menghitung hasil setiap pengujian. Temuan uji-t sampel berpasangan untuk kelas eksperimen dan kontrol ditunjukkan pada tabel 7:

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 PretestEksperimen - PosttestEksperimen 41,50000 9,84160 3,47953 33,27221 49,72779 11,927 7 0,000
Pair 2 PretestKontrol - PosttestKontrol 31,12500 7,23952 2,55956 25,07261 37,17739 12,160 7 0,000
Table 8. Hasil Uji Paired Sample t-Test

Uji-t Paired Sample t-Test. merupakan teknik pengujian yang dilakukan, dengan taraf siginifikan α = 0,05. Hasil yang ditemukan nilai sig (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05. Output pair 1 diketahui mempunyai nilai thitung sebesar 11,927 dengan nilai Sig 0,000 (2-tailed) < 0,005. Sedangkan output pair 2 diketahui mempunyai nilai Sig sebesar 12,160 dan nilai sig 0,000. Hasilnya, dapat dikatakan bahwa terdapat ada perbedaan rata-rata penanda perilaku phubbing kelas eksperimen antara pretest dan posttest adalah 0,000 < 0,005. Setelah penerapan konseling kelompok dengan teknik behavior contract dalam mereduksi perilaku phubbing, penurunan di kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan perbedaan yang nyata. Dengan demikian.dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract efektif dalam mereduksi perilaku phubbing di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perilaku phubbing siswa kelas VIII MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin sebelum diberikan layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract berada pada kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor pretest kelas eksperimen sebesar 107, sementara rata-rata skor kelas kontrol adalah 102. Perilaku phubbing yang tinggi ini mencerminkan adanya ketergantungan yang signifikan terhadap penggunaan ponsel sehingga mengganggu interaksi sosial siswa.

Setelah diberikan perlakuan selama empat kali pertemuan, hasil posttest menunjukkan penurunan skor rata-rata pada kelas eksperimen menjadi 66, yang masuk dalam kategori rendah. Hal ini menandakan bahwa layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract efektif dalam menurunkan perilaku phubbing. Sebaliknya, kelas kontrol yang hanya menerima layanan konseling kelompok tanpa teknik behavior contract mengalami penurunan skor rata-rata menjadi 72, tetapi masih menunjukkan dampak yang lebih kecil dibandingkan kelas eksperimen.

Temuan ini mendukung hasil penelitian Hura [20] yang menunjukkan bahwa behavior contract merupakan teknik yang efektif untuk memodifikasi perilaku maladaptif siswa, termasuk perilaku phubbing. Melalui kontrak perilaku, siswa didorong untuk secara sadar mengurangi penggunaan smartphone yang tidak relevan dan berkomitmen untuk mematuhi batasan yang telah disepakati dengan konselor.

Pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan. Masing-masing pertemuan memiliki fokus topik dan tujuan yang saling berkaitan, bertujuan untuk mereduksi perilaku phubbing pada siswa kelas VIII di MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin. Setiap pertemuan memiliki tahapan kegiatan yang konsisten meliputi pembentukan kelompok, peralihan, inti, dan penutup.

Pertemuan pertama bertujuan mengenalkan konsep dasar phubbing kepada anggota kelompok. Kegiatan diawali dengan pembentukan kelompok, perkenalan, serta penjelasan asas konseling kelompok. Pada tahap inti, siswa diarahkan mengeksplorasi bentuk-bentuk phubbing dan pengalaman pribadi terkait. Konselor memfasilitasi diskusi untuk mengidentifikasi ciri-ciri phubbing dan dampaknya terhadap interaksi sosial. Di akhir sesi, siswa menyepakati aturan kelompok dan mulai mengenali komitmen awal terhadap perubahan perilaku.

Sesi kedua berfokus pada penyebab perilaku phubbing yang berasal dari kecanduan gadget. Konselor membimbing siswa mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendorong penggunaan smartphone berlebihan, seperti pengaruh media sosial, rasa takut tertinggal (fear of missing out), serta pola pengasuhan yang permisif terhadap teknologi. Dalam sesi ini, siswa mulai diajak menyusun kontrak perilaku awal secara kolektif, didiskusikan bersama pemimpin kelompok (PK) dan anggota kelompok (AK), yang mencakup target perilaku dan sistem reward-punishment.

Pertemuan ketiga diarahkan untuk menggugah kesadaran siswa terhadap dampak negatif dari perilaku phubbing. Konselor menyampaikan informasi tentang pengaruh phubbing terhadap kualitas hubungan sosial, empati, dan keseimbangan hidup. Anggota kelompok berdiskusi dan merefleksikan pengalaman pribadi tentang konflik yang timbul akibat penggunaan gawai di saat interaksi. Kemudian siswa menyempurnakan kontrak perilaku dengan menyesuaikan sanksi atau hadiah yang lebih relevan dan realistis untuk diterapkan.

Pada sesi terakhir, siswa difasilitasi untuk merancang strategi konkret dalam menghindari perilaku phubbing. Strategi yang dibahas meliputi pengaturan waktu penggunaan smartphone, memperbanyak aktivitas sosial, serta menggunakan smartphone secara positif. Siswa diminta mengevaluasi implementasi kontrak perilaku yang telah dijalani, mengukur efektivitasnya, serta menyampaikan umpan balik. Di akhir sesi, konselor menyimpulkan hasil kegiatan dan melakukan tindak lanjut melalui kartu rencana akademik dan refleksi diri

Secara keseluruhan, pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract terbukti memberikan ruang yang aman dan terarah bagi siswa untuk mengevaluasi kebiasaannya, membangun motivasi untuk berubah, serta memperkuat kontrol diri terhadap penggunaan teknologi. Selain itu, teknik behavior contract memperkuat pengelolaan diri siswa, sebagaimana dijelaskan oleh [21], bahwa teknik ini mampu meningkatkan kesadaran individu terhadap perilaku yang diinginkan. Dengan adanya komitmen tertulis, siswa memiliki tanggung jawab moral untuk mematuhi kontrak yang dibuat, sehingga perilaku mereka lebih mudah dikendalikan.

Perubahan perilaku yang signifikan ini juga didukung oleh dinamika kelompok yang terbentuk selama konseling kelompok berlangsung. Menurut [22], dinamika kelompok yang positif memungkinkan anggota kelompok untuk saling memberikan umpan balik dan dukungan emosional, yang menjadi faktor penting dalam memotivasi perubahan perilaku.

Meskipun kelas kontrol juga mengalami penurunan skor, hasil ini tidak seoptimal kelas eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi behavior contract memiliki dampak spesifik dalam mereduksi perilaku phubbing, terutama ketika dipadukan dengan dinamika kelompok. Peningkatan efektivitas ini sejalan dengan kajian [23] tentang intervensi berbasis kontrak dalam konteks digital behavior.

Kesimpulannya, layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract terbukti efektif dalam mereduksi perilaku phubbing siswa. Penurunan perilaku ini tidak hanya mendukung interaksi sosial siswa, tetapi juga meningkatkan kualitas komunikasi tatap muka di lingkungan sekolah. Teknik ini layak direkomendasikan sebagai salah satu strategi intervensi guru BK untuk mengatasi perilaku maladaptif yang terkait dengan penggunaan teknologi pada siswa.

Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting bagi praktik bimbingan dan konseling di sekolah. Guru BK dapat mengadaptasi teknik behavior contract secara lebih fleksibel dalam kegiatan sehari-hari di kelas. Misalnya, guru BK dapat menyusun kontrak sederhana yang berisi kesepakatan antara siswa dan guru mengenai pengurangan penggunaan gawai saat proses pembelajaran berlangsung. Kontrak tersebut dapat dilengkapi dengan sistem penghargaan, seperti pujian atau poin positif, ketika siswa berhasil menepati kesepakatan. Dengan cara ini, siswa akan lebih termotivasi untuk mengontrol perilaku phubbing dan membangun kedisiplinan digital yang sehat. Keterlibatan guru mata pelajaran dan orang tua dalam memantau pelaksanaan kontrak perilaku juga akan memperkuat konsistensi penerapannya di berbagai konteks, baik di sekolah maupun di rumah.

Penelitian ini menunjukkan efektivitas layanan konseling kelompok dengan penggunaan behavior contract, terdapat beberapa keterbatasan yang perlu dicatat. Pertama, jumlah sampel yang relatif kecil dapat memengaruhi generalisasi hasil penelitian ke populasi yang lebih luas. Kedua, pengukuran perilaku phubbing masih bergantung pada instrumen berupa angket, sehingga potensi bias subjektif dari siswa tidak dapat sepenuhnya dihindari. Ketiga, penelitian ini hanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu, sehingga belum dapat menjelaskan keberlanjutan efek kontrak perilaku dalam jangka panjang. Kritik ini penting untuk menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya, yang dapat melibatkan sampel lebih besar, metode pengukuran yang lebih beragam (misalnya observasi langsung), serta evaluasi jangka panjang untuk menilai konsistensi perubahan perilaku.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dengan teknik behavior contract efektif dalam mereduksi perilaku phubbing pada siswa kelas VIII MTs Swasta As-Syarif Kuala Beringin. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan skor rata-rata perilaku phubbing dari kategori tinggi menjadi kategori rendah pada kelompok eksperimen setelah mengikuti empat kali pertemuan konseling kelompok. Teknik behavior contract terbukti membantu siswa menyadari perilaku yang merugikan dalam penggunaan gadget, menetapkan tujuan perubahan perilaku secara spesifik, serta memotivasi mereka melalui sistem hadiah dan konsekuensi yang disepakati bersama. Selain itu, pendekatan konseling kelompok memungkinkan terjadinya interaksi positif antaranggota, berbagi pengalaman, dan dukungan emosional, yang secara signifikan mendorong kesadaran dan komitmen siswa dalam mengubah perilaku. Dengan demikian, layanan ini dapat direkomendasikan kepada guru Bimbingan dan Konseling sebagai strategi yang efektif dan aplikatif dalam menangani permasalahan perilaku phubbing pada remaja di lingkungan sekolah.

Agar hasil penelitian ini semakin kuat, penulis merekomendasikan adanya arah penelitian selanjutnya. Misalnya, efektivitas teknik ini dapat diuji pada jenjang pendidikan lain, seperti SMA atau perguruan tinggi, untuk melihat konsistensi dampaknya pada kelompok usia yang berbeda. Selain itu, penelitian lanjutan dapat mengombinasikan behavior contract dengan strategi konseling lain, seperti konseling kognitif-perilaku atau pendekatan mindfulness, sehingga intervensi yang dilakukan lebih komprehensif. Dengan demikian, penelitian ini tidak berhenti pada satu titik, melainkan membuka peluang eksplorasi baru yang dapat memperkaya praktik bimbingan dan konseling di sekolah.

References

S. F. Fazira, E., Isriyah, M., & Syamsiyah, “MEREDUKSI PHUBBING: STUDI EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DAN TEKNIK SELF MANAGEMENT PADA SISWA SMKN 1 TEGALSARI,” Cons. Educ. Couns. J., vol. 4, no. 1, pp. 133–139, 2024, doi: https://doi.org/10.36841/consilium.v4i1.4208

.

S. D. Rizkaningrum, “Pengaruh tipe kepribadian extraversion terhadap kecenderungan adiksi gadget pada siswa psikologi di Unwidha Klaten,” Universitas Widya Dharma, 2022.

N. Haniza, Pengaruh media sosial terhadap perkembangan pola pikir, kepribadian dan kesehatan mental manusia. J. Komun, 2019.

Y. A. Hura, M. S., Sitasari, W. S., dan Rozali, “Pengaruh fear of missing out terhadap perilaku phubbing pada remaja,” J. Psikol. Media Ilm. Psikol., vol. 19, no. 2, pp. 34–45, 2021, doi: https://doi.org/10.47007/jpsi.v19i2.191

.

.. & Karadağ, E., Tosuntaş, Ş. B., Erzen, E., Duru, P., Bostan, N., Şahin, B. M. and B. Babadağ, “Determinants of phubbing, which is the sum of many virtual addictions: A structural equation model,” J. Behav. Addict., vol. 4, no. 2, pp. 60–74, 2015.

S. Pratiwi, “Hubungan antara self control dengan perilaku phubbing generasi z di desa bakung kecamatan udanawu kabupaten blitar,” IAIN Kediri, 2022.

A. D. Hasibuan, “Peran guru BK masa kini: sebuah kajian tentang fenomena pendidikan indonesia,” Al-Irsyad J. Pendidik. dan konseling, vol. 8, no. 1, 2019.

A. A. Ridha, “Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah,” J. Psikol., vol. 15, no. 1, 2019, doi: https://doi.org/10.24014/jp.v15i1.6549

.

S. Fahmi, N. N., & Slamet, “LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA SMK NEGERI 1 DEPOK SLEMAN,” J. Bimbing. Konseling Dan Dakwah Islam, vol. 13, no. 2, pp. 132–05, 2016, doi: https://doi.org/10.14421/hisbah

.

A. Wahyu, W., Al Farabi, M., & Siregar, “Penerapan layanan konseling kelompok dengan teknik self_talk untuk meningkatkan kepercayaan diri (self-confidence) siswa kelas XI MIPA 5 MAN 3 Medan,” Lokakarya, vol. 3, no. 1, pp. 120–128, 2024.

Gantiana, Teori dan teknik konseling. Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2016.

A. Putri, M. A., & Siregar, “Efektifitas konseling kelompok: penggunaan behavior contract dalam mereduksi perilaku phubbing di sekolah menengah pertama,” J. Educ. J. Pendidik. Indones., vol. 10, no. 1, pp. 392–400, 2024.

A.-Z. ramadhania & H. Prasetiawan, “Keefektifan konseling kelompok untuk mereduksi phubbing pada siswa menengah,” Prosiding, pp. 1280–1291, 2024.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT Alfabet, 2016.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, 2019.

Latifun, Psikologi Eksperimen. Universitas Muhammadiyah Malang, 2004.

M. Reza, “Hubungan Self Control dengan Perilaku Phubbing pada Siswa SMA Negeri Bunga Bangsa Nagan Raya,” UIN-Ar-Raniry Banda Aceh, 2023.

A. D. Hasibuan, Metode Penelitian: Teori Dan Praktik Riset Bimbingan Konseling Pendidikan Islam. Medan: Merdeka Kreasi, 2023.

Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

Y. A. Hura, M. S., Sitasari, W. S., & Rozali, “Pengaruh fear of missing out terhadap perilaku phubbing pada remaja,” J. Psikol. Media Ilm. Psikol., vol. 19, no. 2, pp. 34–45, 2021.

S. Wulandari, N., & Amin, “Behavior contract technique to improve discipline and self-regulation among high school students,” Southeast Asian J. Educ. Psychol., vol. 4, no. 2, pp. 134–142, 2023.

F. Samsu, A., & Latifah, “Kelompok sebagai mediator perubahan perilaku kompulsif pada remaja: Studi intervensi phubbing,” J. Psikol. Komunitas, vol. 9, no. 2, pp. 88–97, 2024.

H. Nelyahardi, N., & Wahyuni, “Psikoedukasi pemanfaatan smartphone dalam upaya pencegahan perilaku phubbing pada siswa SMPN 8 Kota Jambi,” Dedik. J. Pengabdi. Masy., vol. 3, no. 2, pp. 151–158, 2021.