Aspita (1), Sundahry (2), Elvima Nofrianni (3)
General Background: Science and social studies learning in Indonesian elementary schools often relies on teacher-centered instruction, leading to low student motivation and outcomes. Specific Background: Many students in IPAS subjects have not reached the Learning Objectives Achievement Criteria due to limited innovative strategies. Knowledge Gap: Previous studies have shown the value of Project-Based Learning (PBL), yet few have integrated visual media such as posters in elementary IPAS classrooms. Aim: This study investigated how combining PBL with poster media supports active participation and improves student outcomes in grade IV. Results: Conducted as Classroom Action Research in two cycles with 26 students, the study revealed substantial progress. Teacher implementation rose from 72.72% to 90.91%, students in the “very good” activity category increased from 6 to 13, and average scores improved from 74.42 to 82.12, raising mastery from 57.69% to 80.77%. Novelty: Integrating poster media into PBL provided concrete visual support aligned with students’ developmental stage, enhancing engagement and comprehension. Implications: These findings suggest that combining project-based learning with visual aids offers a practical, effective strategy for elementary classrooms to foster motivation, critical thinking, and deeper understanding.
Active student participation increased with project-based learning and poster use.
Teacher performance and classroom interaction showed steady improvement.
Student achievement in IPAS rose significantly across both research cycles.
Project-Based Learning, Poster Media, Student Engagement, Elementary Education, Science Learning
Pendidikan merupakan komponen penting dalam menciptakan perkembangan dan keberlanjutan kehidupan suatu bangsa. Melalui pendidikan, potensi sumber daya manusia dapat ditingkatkan secara optimal. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Potensi ini mencakup aspek spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut pemerintah no 57 tahun 2021 tentang standar nasional pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencanauntuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pasal 4 dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.[1], [2].
Pada kurikulum merdeka, mata pelajaran IPA dan IPS dipadukan menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial diharapkan dapat memicu peserta didik untuk mengelola lingkungan alam dan sosial pada satu kesatuan [3]. Mata pelajaran IPAS dalam Kurikulum Merdeka Sekolah Dasar pada tahun 2022, Kurikulum merdeka memiliki pembelajaran intrakurikuler yang beragam, sehingga siswa memiliki cukup waktu untuk meningkatkan kemampuan mereka. Dalam pelaksanaannya, pendidik memiliki kebebasan untuk memilih berbagai sumber daya pendidikan sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik di setiap tingkat jenjang pendidikan. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK), Muatan Lokal, dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) adalah mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum merdeka [2].
Kurikulum merdeka mengalami perubahan dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini mengubah pelajaran IPA dan IPS menjadi IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial).Tujuan dari pembelajaran IPAS adalah untuk membantu siswa memperoleh keterampilan inkuiri, pemahaman diri, dan pemahaman tentang lingkungan mereka sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan konsep mereka saat belajar. IPAS juga membantu siswa menumbuhkan rasa ingin tahu mereka tentang fenomena alam dan sosial [2]. Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang sains dan sosial sebagai lingkupnya yang mengkaji tentang makhluk hidup dan benda mati dialam, termasuk manusia sebagai individu dan makhluk sosial serta interaksinya dengan lingkungan. Pembelajaran IPAS menumbuhkan keingintahuan peserta didik akan fenomena yang terjadi di sekitarnya. Keingintahuan ini dapat memicu pemahaman peserta didik.
Proses belajar anak-anak sekolah dasar memerlukan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan usia mereka. Peserta didik ditingkat SD cenderung lebih mudah memahami pembelajaran yang mengajak mereka langsung terlibat dalam kegiatan nyata dan pendekatan bermain. Sesuai dengan pandangan Piaget (2015), anak-anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret, sehingga mereka belajar paling efektif melalui pengalaman langsung. Oleh karena itu, guru dianjurkanmenggunakan media seperti poster atau media interaktif, serta menerapkan metode seperti diskusi kelompok dan eksperimen sederhana agar konsep IPAS dapat dipahami dengan lebih mudah [4], [5], [6].
Hasil belajar merupakan pencapaian yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Menurut Anderson dan Krathwohl (2016), hasil belajar terbagi menjadi tiga domain utama, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif mencakup kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menerapkan pengetahuan. Domain efektif berkaitan dengan sikap, minat, dan motivasi belajar peserta didik, sedangkan domain psikomotorik berhubungan dengan keterampilan fisik yang dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran [7], [8], [9], [10].
Di Indonesia, tingkat hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hal ini tercermin dari data Program For International Student Assessment (PISA) tahub 2018 yang menempatkan Indonesia diurutan ke-74 dari 79 negara [11]. Menanggapi rendahnya skor PISA 2018 yang mencerminkan kualitas pendidikan Indonesia, penting untuk meningkatkan proses pembelajaran IPAS dalam kelas. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kompri (2019), proses pembelajaran harus memberikan semangat, arah, dan kegigihan bagi peserta didik untuk belajar lebih keras, tekun, dan konsentrasi penuh dalam belajarnya [12], [13], [14]. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran IPAS adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif, seperti Project Based Learning (PJBL), serta memperkenalkan berbagai poster yang dapat membantu peserta didik memahami materi dengan lebih baik [15], [16]. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas IV SDN 198/VI Ulak Makam, diketahui bahwa kemampuan belajar peserta didik masih menghadapi masalah yang signifikan. Sebagian besar peserta didik kelas IV menunjukkan minat yang rendah terhadap pembelajaran, cenderung lebih suka bermain, dan kurang focus selama proses belajar berlangsung. Kondisi ini kemungkinan muncul karena partisipasi aktif dan perhatian mereka terhadap pelajaran masih kurang. Salah satun penyebab rendahnya kemampuan belajar peserta didik adalah minimnya inovasi dalam penerapan model pembelajaran. Walaupun guru sudah berupaya mengatasi masalah ini, misalnya dengan membatasi keluar-keluar kelas dan mengingatkan siswa untuk tetap focus, hasil belajar tetap belum mencapai tingkat yang diharapkan. Maka pendekatan pembelajaran yang lebih baik adalah dengan menggunakan model yang lebih interaktif dan berorientasi pada pembelajaran IPAS. Pendidik perlu mencari model pembelajaran yang dapat merangsang pemikiran kritis, kreativitas, dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran IPAS.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada tanggal 15 juni 2025 terhadap pesrta didik kelas IV SDN 198/VI Ulak Makam, bersama wali kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 26 orang. Peneliti melakukan obervasi langsung di dalam kelas untuk melihat bagaimana guru mengejar peserta didik pada mata pelajaran IPAS. Selama penelitian, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dengan guru, serta angket yang dibagikan ke[ada peserta didik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pencapaian belajar peserta didik pada mata pelajaran IPAS masih tergolong rendah. Observasi juga mengungkapkan bahwa banyak peserta didik kuranh tertarik, kurang memperhatikan pelajaran, cenderung bermain, merasa bosan, dan sering keluar-masuk kelas tanpa izin.
( Sumber :SDN 198/VI ULAK MAKAM)
Berdasarkan nilai ulangan harian, diketahui bahwa hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPAS kelas IV semester genap SD Negeri 198/VI Ulak Makam yang mencapai KKTP sangat rendah, yakni hanya 12peserta didik sedangkan 14 peserta didik berada di bawah KKTP. Mengingat pentingnya pelajaran IPAS, maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan mampu melatih peserta didik untuk membangun pengetahuan mereka sendiri, dengan cara menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang mereka hadapi.
Model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan adalah model Project Based Learning (PJBL). Model PJBL adalah model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk terlibat dalam proyek yang berfokus pada pencapaian tujuan pembelajaran melalui eksplorasi dan penyelesaian masalah nyata. Hal ini akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami dan menerapkan konsep IPAS secara lebih mendalam [12]. Project Based Learning(PJBL) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan keterlibatan peserta didik dalam memecahkan masalah nyata sebagai bagian dari proses pembelajaran. Dalam model ini, peserta didik tidak hanya sekadar menerima pengetahuan dari guru, tetapi lebih aktif dalam mencari solusi untuk masalah yang diberikan [17]. Model ini tidak hanya berfokus pada pemberian informasi, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan kerja tim yang dibutuhkan peserta didik untuk menghadapi tantangan di dunia nyata [18].
Menurut [19], PJBL adalah model yang memungkinkan peserta didik belajar secara aktif melalui proyek-proyek yang mendorong mereka untuk menemukan solusi terhadap masalah yang relevan dan sesuai dengan konteks dunia nyata.
Peserta didik diberikan suatu masalah yang harus diselesaikan secara mandiri, namun tetap dalam bentuk kerja sama dengan teman-temannya. Proses pembelajaran seperti ini memungkinkan mereka mendapatkan pengalaman yang mendalam dan efektif dalam memahami materi yang dipelajari. Menurut [19], pembelajaran berbasis proyek (PJBL) menekankan pada kemampuan peserta didik untuk mengatur, mengembangkan, serta memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menyelesaikan masalah nyata. Pembelajaran dengan model ini sangat berorientasi pada proses dan hasilpeserta didik.
Model PJBL memberikan keuntungan signifikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, di antaranya adalah meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan mendorong mereka untuk menjadi pembelajar yang lebih mandiri. Keterlibatan langsung peserta didik dalam proses penyelesaian masalah akan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi secara mendalam dan berkesinambungan. PJBL juga membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, karena mereka diajak untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi dan memilih mana yang paling sesuai untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Menurut [20], penerapan model PJBL dapat memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik , termasuk dalam peningkatan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, serta penerapan pengetahuan dalam konteks yang lebih aplikatif. Proses pembelajaran dengan pendekatan Project Based Learning (PJBL) membuat peserta didik lebih aktif dalam bekerja sama dan mengajukan pertanyaan, sehingga mereka menjadi pelajar yang lebih proaktif dalam menemukan solusi.
Penelitian [21] menunjukkan bahwa penerapan PJBL mampu meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam studi tersebut, peserta didik yang belajar menggunakan PJBL memiliki pemahaman konsep IPA yang lebih baik dan lebih siap menghadapi masalah yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, penelitian [22] menemukan bahwa PJBL tidak hanya meningkatkan hasil belajar, tetapi juga membantu peserta didik mengembangkan peterampilan berpikir kritis. Dengan PJBL, peserta didik dilibatkan langsung dalam pembelajaran, diajak memecahkan masalah nyata, serta dilative untuk bekerja sama dan berpikir secara sistematis.
Secara umum, penerapan model PJBL memberikan kontribusi signifikan terhadap kualitas pembelajaran, baik dalam hal pemahaman konsep materi maupun pengembangan keterampilan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penggunaan model ini dalam proses pembelajaran di kelas dapat meningkatkan hasil dan proses belajar dan keterampilan peserta didik secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa permaslaahan utama dalam oembelajaran IPAS di kelas IV SDN 198/VI Ulak Makam adalah rendahnya minat dan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar, sehingga hasil belajar mereka belum mencapai standar yang diharapkan. Kondisi ini menunjukkan adanya gap penelitian, yaitu masih terbatasnya penerapan model pembelajaran inovatif yang berorientasi pada aktivitas nyata siswa dan sesuai dengan karakteristik perkembangan anak sekolah dasar. Penelitian terdahulu sudah banyak mengungkapkan efektivitas model Project Based Learning (PJBL) dalam meningkatkan hasil belajar, namun kebaruan penelitian ini terletak pada pengintegrasian PJBL dengan media poster dalam pembelajaran IPAS di itngkat sekolah dasar, sehiggga diharapkan dapat lebih merangsang keaktivan, kreativitas, dan pemahaman siswa terhadap materi. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membuktikan bahwa penerapan mode Project Based Learning berbantua media poster dapat meningkatkan hasil belajar IPAS siswa kelas IV SDN 198/VI Ulak Makam, sekaligus memberikan kontribusi pada pengembangan strategi pembelajaran yang relevan dengan focus kajian pendidika dasar.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas IV SDN 198/VI ULAK MAKAM, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Peningkatan Hasil Belajar IPAS Menggunakan Model Project Based Learning dan Media Poster di Kelas IV SDN 198/VI Ulak Makam. Penelitian ini memberikan penegasan mengenai keterkaitan dengan focus kajian pendidikan dasar, agar lebih jelas relevansinya. Hal ini penting karena penelitian dilaksanakan di sekolah dasar dan berorientasi pada peningkatan mutu pembelajaran di jenjang tersebut. Penelitian ini juga tidak hanya mengkaji efektivitas model dan media pembelajara, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik di sekolah dasar.
Menurut [23] Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Berdasarkan pengertian PTK di atas, Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research yang dilakukan secara kolaboratif. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus, dan masingmasing siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting), tahap pengamatan (observasing), dan tahap refleksi berdasarkan hasil pengamatan (reflecting).
Figure 1. Siklus Menurut (Arikunto 2017)
Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IV dengan jumlah 26 orang peserta didik , 13 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Instrument penelitian menggunakan lembar observasi dan lembar tes. Teknik analasis data menggunakan proses guru dan peserta didik, analisis terhadap proses ini mencakup: lembar observasi proses guru, lembar observasi proses belajar siswa. Kemudian yang kedua, analisis data hasil belajar peserta didik, teknik analisis data yang diguakan pada penltian ini adalah analisis data statistik deskriptif kuantitatif. Statistik deskriptif kuantitatif adalah kegiatan statistik yang dinilai dari menghimpun data, menyusun, atau mengukur data, mengolah data, menyajikan dan menganalisis data angka guna memberikan gambaran suatu gejala, peristiwa atau keadaan. Dan yang ketigas menggunakan analisis deskriptif, Data dalam analisis deskriptif disajikan dalam bentuk tabel sederhana, tabel frekuensi, grafik, diagram batang, diagram garis, diagram lingkaran, serta ukuran pemusatan dan penyebaran data.Bottom of Form
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, di mana setiap siklus terdiri atas dua kali pertemuan sesuai dengan jadwal penelitian yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai pendidik yang mengajar dengan menggunakan model Project Based Learning (PJBL) berbantuan media poster. Sementara itu, guru kelas berperan sebagai observer yang melakukan pengamatan terhadap aktivitas pendidik selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, peneliti juga dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Melalui pembelajaran ini, dilakukan pengamatan secara sistematis terhadap keterlaksanaan model PJBL serta tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran IPAS. Hasil pengamatan dan tes hasil belajar pada setiap siklus digunakan sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan proses maupun hasil belajar kognitif peserta didik.
1. Deskripsi Hasil Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan agar pelaksanaan tindakan dapat berjalan dengan baik dan sesuai tujuan penelitian. Beberapa perangkat pembelajaran yang disusun antara lain:
1. Modul Ajar
Peneliti menyusun modul ajar sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran IPAS menggunakan model Project Based Learning (PJBL) dengan bantuan media poster. Modul ajar ini memuat tujuan pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, serta penilaian yang akan digunakan pada setiap pertemuan.
2. Lembar Observasi Guru
Untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran, peneliti menyiapkan lembar observasi guru yang digunakan oleh observer (guru kelas) dalam mencatat aktivitas peneliti selama mengajar. Lembar ini mencakup indikator keterampilan mengajar, penggunaan model PJBL, pemanfaatan media poster, serta keterlibatan guru dalam mengelola kelas.
3. Lembar Observasi Siswa
Peneliti juga menyiapkan lembar observasi siswa yang digunakan oleh teman sejawat untuk mengamati aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Fokus pengamatan meliputi keaktifan, kerja sama dalam kelompok, perhatian, serta partisipasi siswa dalam proyek yang diberikan.
4. Soal Tes Siklus I
Untuk mengukur hasil belajar kognitif, peneliti menyusun soal tes yang akan diberikan setelah pembelajaran pada siklus I selesai dilaksanakan. Tes ini bertujuan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi IPAS setelah mengikuti pembelajaran berbasis proyek dengan media poster.
b. Tindakan
1. Pertemuan 1
a. Kegiatan Awal
Pada awal pembelajaran, guru membuka kegiatan dengan mengucapkan salam kepada seluruh peserta didik, kemudian dilanjutkan dengan mengajak mereka berdoa bersama agar proses pembelajaran berjalan lancar. Setelah itu, guru menyapa peserta didik dengan penuh semangat sekaligus melakukan pemeriksaan kehadiran untuk memastikan kesiapan mereka dalam mengikuti pelajaran.
Selanjutnya, guru mengajak peserta didik melakukan kegiatan ice breaking sederhana. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menghilangkan kejenuhan, serta memusatkan perhatian siswa sebelum memasuki inti pembelajaran. Setelah suasana kelas lebih kondusif, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga peserta didik mengetahui arah kegiatan belajar yang akan dilakukan.
Untuk menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang akan dipelajari, guru mengajukan pertanyaan seputar pembelajaran sebelumnya. Pertanyaan tersebut diajukan agar peserta didik mampu menghubungkan pengalaman belajar yang sudah mereka miliki dengan materi IPAS pada pertemuan hari itu. Selanjutnya, guru memperkenalkan topic pembelajaran dengan memberikan penjelasan singkat mengenai materi yang akan dibahas. Setelah itu, guru mengajukan beberapa pertanyaan pemantik terkait topic tersebut, dengan tujuan menggali pengetahuan awal siswa sekaligus menumbuhkan rasa ingi tahu mereka.
Peserta didik pun diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan guru, baik secara individu maupun bersama-sama. Melalui kegiatan tanya jawab ini, suasana kelas menjadi lebih interaktif dan peserta didik semakin termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan model Project Based Learning berbantuan media poster.
b. Kegiatan Inti
Pada tahap kegiatan inti, guru memulai dengan memberikan penjelasan materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik. Materi pelajaran disusun secara runtut sehingga lebih mudah dipahami, sekaligus dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari siswa. Untuk memperjelas pemahaman, guru menggunakan poster sebagai media visual. Poster tersebut menampilkan gambar dan informasi penting yang berhubungan dengan materi IPAS, sehingga membantu peserta didik menangkap konsep secara nyata. Saat guru memberikan penjelasan, siswa memperhatikan isi poster dengan serius sambil mendengarkan urauan yang disampaikan. Penggunaan media visual ini membuat siswa lebih fokus dan tertarik mengikuti jalannya pembelajaran.
Setelah penyampaian materi, guru melanjutkan ke tahap evaluasi awal melalui LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik). LKPD diberikan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang baru dipelajari. Peserta didik kemudian mengerjakan LKPD secara individu maupun berkelompok sesuai arahan guru.
Setelah LKPD selesai dikerjakan, guru memberikan tugas proyek berupa kegiatan menggambar yang berhubungan dengan materi IPAS pada pertemuan tersebut. Kegiatan projyek ini dirancang untuk merangsang kreativitas, melatih kemampuan berpikir, serta memperkuat pemahaman siswa melalui peyajian dalam bentuk visual. Setelah menyelesaikan tugas menggambar, peserta didik menyerahkan hasil karyanya kepada guru. tahap berikutnya adalah sesi refleksi yang dilakukan bersama antara guru dan siswa. Pada bagian ini, siswa diminta berbagi cerita mengenai pengalaman mereka selama menjalani proses pembuatan proyek serta hasil yang diperoleh dari kegaiatan tersebut. Refleksi ini mendorong peserta didik untuk lebih memahami nilai dari pembelajaran berbasis proyek.
Sebagai penutup kegiatan inti, guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil untuk merancang proyek lanjutan sesuai topik yang dipelajari. Pembagian kelompok ini bertujuan menumbuhkan kerja sama, komunikasi, dan keterlibatan aktif seluruh siswa dalam proses pembelajaran dengan model Project Based Learning.
c. Kegiatan Penutup
Pada tahap penutup, setelah peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok, guru menyampaikan dengan jelas bahan-bahan pembuatan proyek yang harus dipersiapkan oleh setiap kelompok untuk pertemuan berikutnya. Hal ini dilakukan agar siswa dapat mempersiapkan segala kebutuhan dengan baik dan kegiatan pembelajaran selanjutnya dapat berjalan lancar.
Selanjutnya, guru memberikan beberapa pertanyaan reflektif terkait materi IPAS yang telah dipelajari. Pertanyaan yang diajukan guru dimaksudkan untuk menilai sejauh mana pemahaman siswa, menegaskan kembali inti materi yang telah dipelajari, sekaligus memberi ruang bagi peserta didik untuk mengemukakan pendapat mereka. Dengan penuh semangat, siswa merespons pertanyaan tersebut baik secara individu maupun secara kelompok.
Sebagai penutup, guru mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa bersama dan menutup kegiatan dengan salam. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran berjalan dengan tertib, dan peserta didik memiliki gambaran yang jelas mengenai tugas serta proyek yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
2. Pertemuan 2
Untuk menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang akan dipelajari, guru mengajukan pertanyaan seputar pembelajaran sebelumnya. Pertanyaan ini diarahkan agar peserta didik dapat mengaitkan pengalaman belajar yang telah mereka miliki dengan materi IPAS pada pertemuan hari itu.
Pada langkah berikutnya, guru mulai mengenalkan topik pembelajaran dengan memberikan penjelasan singkat mengenai materi yang akan dipelajari. Setelah itu, guru memberikan beberapa pertanyaan pemantik terkait materi, dengan tujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa serta mendorong rasa ingin tahu mereka. Peserta didik pun diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan guru, baik secara individu maupun bersama-sama. Melalui kegiatan tanya jawab ini, suasana kelas menjadi lebih interaktif dan peserta didik semakin termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan model Project Based Learning berbantuan media poster.
Pada tahap kegiatan inti, guru memulai dengan memberikan penjelasan materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik. Materi disampaikan secara sistematis agar mudah dipahami, sekaligus mengaitkannya dengan pengalaman sehari-hari siswa. Untuk memperjelas penjelasan, guru memanfaatkan media poster sebagai alat bantu visual. Poster tersebut berisi ilustrasi dan informasi penting terkait materi IPAS yang dipelajari sehingga memudahkan peserta didik memahami konsep secara konkret.
Selama guru menjelaskan, peserta didik mengamati dengan seksama isi poster serta mendengarkan penjelasan guru. Penggunaan media visual ini membuat siswa lebih fokus dan tertarik mengikuti jalannya pembelajaran.
Setelah LKPD selesai dikerjakan, guru memberikan tugas proyek berupa kegiatan menggambar yang berhubungan dengan materi IPAS pada pertemuan tersebut. Proyek ini bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas, melatih keterampilan berpikir, dan memperdalam pemahaman siswa melalui representasi visual. Peserta didik kemudian mengumpulkan hasil proyek menggambar mereka kepada guru.
Selanjutnya, guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap proses dan hasil proyek yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan refleksi ini, siswa diminta menceritakan pengalaman mereka selama mengerjakan proyek, kesulitan yang dihadapi, serta hal-hal yang mereka pelajari. Refleksi ini mendorong peserta didik untuk lebih memahami nilai dari pembelajaran berbasis proyek.
Selanjutnya, guru memberikan beberapa pertanyaan reflektif terkait materi IPAS yang telah dipelajari. Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa, memperkuat kembali konsep utama yang telah dibahas, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapat mereka. Peserta didik secara antusias menjawab pertanyaan yang diajukan guru, baik secara individu maupun bersama-sama.
Sebagai akhir kegiatan, guru menutup pembelajaran dengan mengajak seluruh peserta didik untuk berdoa bersama, kemudian mengucapkan salam penutup. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran berjalan dengan tertib, dan peserta didik memiliki gambaran yang jelas mengenai tugas serta proyek yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
c. Pengamatan
1. Aspek Pendidik
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas pendidik pada siklus I, diperoleh data sebagaimana tercantum pada Tabel 2.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada pertemuan pertama terdapat 16 aspek yang terlaksana dari 22 indikator yang diamati. Hal ini menunjukkan meskipun model Project Based Learning (PJBL) dengan media poster telah diterapkan, beberapa siswa belum mencapai ketuntasan pada siklus I karena beberapa faktor. Keterlaksanaan pembelajaran guru pada pertemuan pertama baru 72,73%, sehingga pengelolaan waktu, arahan, dan penguatan materi belum optimal. Selain itu, beberapa siswa masih membutuhkan bimbingan lebih intensif untuk memahami konsep IPAS melalui pengalaman nyata, sementara motivasi dan konsentrasi mereka bervariasi. Adaptasi terhadap penggunaan media poster juga memengaruhi pemahaman, karena siswa perlu waktu untuk mengaitkan visualisasi materi dengan proyek yang dikerjakan. Dengan demikian, meski PJBL efektif, keberhasilan belajar tetap dipengaruhi kesiapan guru, karakteristik siswa, dan adaptasi terhadap media pembelajaran.
Pada pertemuan kedua, terjadi peningkatan yang cukup signifikan, yaitu 18 aspek terlaksana dari 22 indikator, atau sebesar 81,82%. Peningkatan tersebut menempatkan keterlaksanaan pembelajaran pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru semakin terampil dalam menggunakan media poster sebagai sarana pendukung, mampu menyesuaikan langkah-langkah PJBL dengan situasi kelas, serta lebih konsisten dalam memberikan arag kepada siswa.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktivitas guru pada siklus I mengalami perkembangan dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua, kondisi ini mencerminkan adanya perbaikan mutu pembelajaran, khususnya dalam penguasaan model PJBL dan pemanfaatan media poster. Meskipun demikian, hasil observasi juga memberikan gambaran bahwa masih ada beberapa aspek yang perlu disempurnakan agar pembelajaran berikutnya dapat mencapai kategori sangat baik.
2. Aspek Peserta Didik
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas peserta didik pada siklus I, diperoleh data sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3 berikut:
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada pertemuan pertama terdapat 6 orang peserta didik yang masuk kategori sangat baik, 13 orang berada pada kategori baik, 3 orang berada pada kategori cukup, dan 4 orang masih berada pada kategori kurang. Data ini menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik berada pada kategori baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang perlu mendapat perhatian khusus karena aktivitasnya dalam pembelajaran tergolong kurang optimal.
Pada pertemuan kedua, terjadi peningkatan aktivitas peserta didik. Jumlah siswa pada kategori sangat baik meningkat menjadi 10 orang, sementara kategori baik berjumlah 11 orang. Peserta didik yang masuk kategori cukup menurun menjadi 2 orang, dan yang termasuk kategori kurang berkurang menjadi 3 orang. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan positif, di mana sebagian besar siswa mulai lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model Project Based Learning (PJBL) dengan media poster.
Secara umum, hasil observasi pada siklus I memperlihatkan adanya tren peningkatan aktivitas peserta didik dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Peserta didik mulai lebih terlibat dalam diskusi, berani menyampaikan pendapat, serta menunjukkan minat yang lebih tinggi dalam mengerjakan proyek yang diberikan. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa siswa yang aktivitasnya perlu ditingkatkan agar semua peserta didik dapat mencapai keterlibatan yang optimal
3. Hasil Belajar
Berdasarkan hasil tes belajar yang diberikan pada akhir siklus I, diperoleh data sebagaimana tercantum dalam Tabel 4 berikut:
Figure 2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Hasil tes menunjukkan bahwa dari 26 orang peserta didik, terdapat 15 orang siswa (57,69%) yang telah mencapai Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP), sedangkan 11 orang siswa (42,31%) lainnya belum mencapai standar yang ditentukan Peserta didik yang mencapai KKTP umumnya mampu menjawab soal dengan benar antara 15 hingga 17 soal, sehingga memperoleh nilai 75–85. Misalnya, siswa seperti Hidayattullah dan Jihana Safitri berhasil meraih nilai 85, sedangkan beberapa siswa lain seperti Novian Sopi’i, Tisya Afrilia, dan Yuriztika memperoleh nilai 80. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah memahami materi yang diajarkan dengan cukup baik.
Sementara itu, peserta didik yang belum mencapai KKTP sebagian besar memperoleh nilai antara 60–70. Contohnya Aqila Suciani dengan nilai 60, serta beberapa siswa lain seperti Aqila Salsabila, Aisyah Aprilia, Muhammad Zaki, dan Winda Lestari yang memperoleh nilai 70. Hasil ini mengindikasikan bahwa pemahaman mereka terhadap materi IPAS masih perlu ditingkatkan.
Secara keseluruhan, hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa meskipun lebih dari setengah jumlah siswa sudah mencapai ketuntasan, masih terdapat 42,31% siswa yang belum tuntas, sehingga perlu adanya perbaikan pada strategi pembelajaran di siklus berikutnya. Dengan penerapan model Project Based Learning berbantuan media poster yang lebih optimal, diharapkan jumlah siswa yang mencapai KKTP dapat meningkat pada siklus II.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I, dapat dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran maupun hasil belajar peserta didik sebagai berikut:
1. Proses Pembelajaran (Hasil Observasi Pendidik)
Hasil observasi menunjukkan bahwa keterlaksanaan aktivitas pendidik pada siklus I mengalami peningkatan dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Pada pertemuan pertama keterlaksanaan aktivitas guru berada pada persentase 72,73% dengan kategori cukup, sedangkan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 81,82% dengan kategori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidik mulai mampu menyesuaikan diri dengan langkah-langkah model Project Based Learning (PJBL) berbantuan media poster, meskipun masih terdapat beberapa aspek yang perlu disempurnakan, seperti pengelolaan waktu, pengarahan kegiatan proyek, serta penguatan motivasi peserta didik.
2. Proses Pembelajaran (Hasil Observasi Peserta Didik)
Aktivitas peserta didik juga mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama, jumlah siswa dengan kategori sangat baik baru mencapai 6 orang, sedangkan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 10 orang. Jumlah siswa pada kategori cukup dan kurang juga menurun, masing-masing dari 3 menjadi 2 orang, dan dari 4 menjadi 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik mulai lebih aktif, antusias, dan terlibat dalam proses pembelajaran, meskipun masih terdapat sebagian kecil siswa yang belum sepenuhnya menunjukkan keterlibatan optimal.
Dari 26 peserta didik yang mengikuti tes pada akhir siklus I, sebanyak 15 orang siswa (57,69%) telah mencapai Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP), sedangkan 11 orang siswa (42,31%) masih belum mencapai ketuntasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar siswa sudah mulai memahami materi IPAS melalui penerapan model PJBL berbantuan media poster, persentase ketuntasan belajar belum memenuhi target ketuntasan klasikal yang diharapkan (≥75%).
2. Deskripsi Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning (PJBL) berbantuan media poster telah menunjukkan adanya peningkatan, baik dari aspek aktivitas pendidik, aktivitas peserta didik, maupun hasil belajar. Namun demikian, keterlaksanaan pembelajaran pada aspek pendidik masih berada pada kategori cukup hingga baik, aktivitas peserta didik belum sepenuhnya optimal, serta hasil belajar masih menunjukkan 42,31% siswa belum mencapai ketuntasan. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan perbaikan pada siklus II agar proses pembelajaran lebih efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam perencanaan siklus II, peneliti tetap menggunakan modul ajar, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, serta soal tes hasil belajar yang telah disusun pada awal penelitian. Namun, terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan berdasarkan refleksi siklus I, di antaranya:
1. Penguatan Pengelolaan Waktu
Pada siklus II, peneliti lebih menekankan pada pengaturan waktu dalam setiap tahapan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar seluruh langkah dalam model PJBL dapat terlaksana dengan baik tanpa ada bagian yang terburu-buru atau terlewatkan.
2. Peningkatan Keterlibatan Peserta Didik
Untuk mendorong keaktifan siswa, guru akan memberikan instruksi yang lebih jelas dan membimbing kelompok secara lebih intensif. Selain itu, akan dilakukan variasi dalam pemberian pertanyaan pemantik dan motivasi agar seluruh siswa terdorong untuk aktif dalam diskusi maupun pengerjaan proyek.
3. Pendampingan bagi Siswa yang Kesulitan
Bagi siswa yang pada siklus I belum mencapai ketuntasan, guru akan memberikan perhatian lebih dengan cara membimbing secara langsung, memberi contoh konkret, serta memberikan penguatan dalam memahami materi.
4. Pemanfaatan Media Poster secara Lebih Optimal
Media poster tetap digunakan sebagai sarana visual untuk membantu siswa memahami materi. Pada siklus II, guru akan menambahkan aktivitas observasi dan tanya jawab yang lebih interaktif agar penggunaan poster tidak hanya bersifat pasif tetapi mampu merangsang siswa berpikir kritis.
Pada tahap kegiatan inti, guru memulai dengan memberikan penjelasan materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik. Materi disampaikan secara sistematis agar mudah dipahami, sekaligus mengaitkannya dengan pengalaman sehari-hari siswa. Untuk memperjelas penjelasan, guru memanfaatkan media poster sebagai alat bantu visual. Poster tersebut berisi ilustrasi dan informasi penting terkait materi IPAS yang dipelajari sehingga memudahkan peserta didik memahami konsep secara konkret Selama guru menjelaskan, peserta didik mengamati dengan seksama isi poster serta mendengarkan penjelasan guru. Penggunaan media visual ini membuat siswa lebih fokus dan tertarik mengikuti jalannya pembelajaran.
Selanjutnya, guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap proses dan hasil proyek yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan refleksi ini, siswa diminta menceritakan pengalaman mereka selama mengerjakan proyek, kesulitan yang dihadapi, serta hal-hal yang mereka pelajari. Refleksi ini mendorong peserta didik untuk lebih memahami nilai dari pembelajaran berbasis proyek Sebagai penutup kegiatan inti, guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil untuk merancang proyek lanjutan sesuai topik yang dipelajari. Pembagian kelompok ini bertujuan menumbuhkan kerja sama, komunikasi, dan keterlibatan aktif seluruh siswa dalam proses pembelajaran dengan model Project Based Learning.
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas pendidik pada siklus II, diperoleh data sebagaimana tercantum pada Tabel 5 berikut:
Berdasarkan tabel di atas, pada pertemuan pertama siklus II tercatat 19 aspek terlaksana dari 22 indikator pengamatan, dengan persentase keterlaksanaan 86,36%. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Project Based Learning (PJBL) berbantuan media poster sudah berada pada kategori baik.
Jika dibandingkan dengan siklus I, hasil pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar dalam keterampilan guru mengelolah kelas, memfasilitasi jalannya diskusi, serta memberikan motivasi kepada siswa.
Pada pertemuan kedia, keterlaksanaan pembelajaran mencapai 20 aspek dari 22 indikatoratau sebesar 90,91%, yang termasuk kategori sangat baik. Hal ini menandakan bahwa guru semakin terbiasa menjalankan langka-langkah PJBL secara runtut, mulai dari membuka pelajaran, menyampaikan materi dengab bantua media poster, membimbing siswa dalam mengerjakan projek, hingga mengarahkan refleksi di akhir kegiatan. Secara umum, hasil observasi pada siklus II memperlihatkan peningkatan mutu pembelajaran yang lebih stabil dibandingkan degan siklus sebelumnya. Aktivitas guru tampak lebih terstruktur, media pembelajaran dimanfaatkan secara masksimal, dan keterlibatan siswa lebih terjaga. Degan pencapaian kategori “baik” pada pertemuan pertama yag kemudian meningkat menjadi “sangat baik” pada pertemuan kedua, dapat disimpulkan bahwa guru berhasil meningkatkan kinerjanya dalam menerapkan model PJBL dengan dukungan media poster.
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas peserta didik pada siklus II, diperoleh data sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6 berikut:
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada pertemuan pertama siklus II terdapat 12 orang peserta didik yang masuk kategori sangat baik, 11 orang berada pada kategori baik, 2 orang berada pada kategori cukup, dan hanya 1 orang yang termasuk kategori kurang. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik sudah mampu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan model Project Based Learning (PJBL) berbantuan media poster, meskipun masih ada satu siswa yang aktivitasnya tergolong rendah.
Selanjutnya, pada pertemuan kedua, aktivitas peserta didik semakin meningkat. Jumlah siswa dalam kategori sangat baik bertambah menjadi 13 orang, sementara kategori baik tetap stabil pada angka 11 orang. Kategori cukup tidak mengalami perubahan yaitu 2 orang, sedangkan kategori kurang sudah tidak ada lagi. Hal ini menandakan bahwa seluruh siswa sudah mencapai tingkat keterlibatan minimal dalam kategori cukup, dan tidak ada lagi peserta didik yang pasif dalam proses pembelajaran.
Secara keseluruhan, hasil observasi peserta didik pada siklus II memperlihatkan adanya kemajuan yang lebih baik dibandingkan siklus I. Jumlah siswa dengan aktivitas sangat baik meningkat sementara jumlah siswa dalam kategori kurang berhasil ditekan hingga tidak ada sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model PJBL dengan media poster mampu meningkatkan keterlibatan dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran IPAS di kelas IV SD Negeri 198/VI Ulak Makam.
Figure 3. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan tes hasil belajar yang dilaksanakan pada akhir Siklus II, diperoleh data sebagaimana disajikan pada Tabel 4.6. Dari 26 orang peserta didik, sebanyak 21 orang (80,77%) dinyatakan tuntas karena memperoleh nilai ≥ Kriteria Ketuntasan Target Pembelajaran (KKTP) yaitu 75. Sementara itu, masih terdapat 5 orang peserta didik (19,23%) yang belum tuntas karena memperoleh nilai di bawah 75.
Secara rinci, nilai tertinggi diperoleh oleh beberapa siswa seperti Hidayattullah, Jihana Safitri, Rosidah, dan Yuriztika yang berhasil menjawab seluruh soal dengan benar (100). Sementara itu, nilai terendah diperoleh oleh beberapa siswa yang hanya mampu menjawab 14 soal dengan benar, yaitu Gaza Nuzul Ramadhan, M. Alparid, Muhammad Ayub, Rizka Zunita Sari, dan Winda Lestari, dengan perolehan nilai 70 sehingga belum mencapai ketuntasan. Jika dibandingkan dengan pencapaian pada siklus I, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup nyata. Pada siklus I tingkat ketuntasa hanya mencapai 57,69%, sedangkan pada siklus II naik menjadi 80.77%. artinya, terdapat peningkatan sebesar 23,08% dalam persentase ketuntasan belajar.
Kenaikan ini menunjukkan bahwa perbaikan yang dilakukan pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan pada siklus II mampu memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Mayoritas siswa lebih mampu memahami materi, mengerjakan soal dengan lebih baik, serta menunjukkan penguasaan yang lebih tinggi dibandingkan siklus sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Siklus II, dapat dilakukan refleksi sebagai berikut:
Hasil observasi terhadap pendidik menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Pada pertemuan pertama, pendidik memperoleh persentase keterlaksanaan sebesar 86,36% dengan kategori baik, dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 90,91% dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa pendidik telah mampu mengelola pembelajaran dengan lebih terarah, komunikatif, serta menggunakan strategi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Aktivitas guru semakin efektif dalam memfasilitasi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Dari hasil observasi peserta didik, terlihat bahwa keterlibatan mereka dalam kegiatan pembelajaran semakin meningkat. Pada pertemuan pertama, terdapat 12 orang yang masuk kategori sangat baik dan *11 orang kategori baik, sementara hanya tersisa 1 orang pada kategori kurang. Pada pertemuan kedua, jumlah peserta didik dalam kategori sangat baik meningkat menjadi 13 orang, dan kategori kurang sudah tidak ada lagi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa semakin antusias aktif, dan konsisten dalam mengikuti pembelajaran, serta mampu bekerja sama dengan baik dalam kegiatan belajar.
Pencapaian hasil belajar pada siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Dari 26 siswa, sebanyak 21 siswa (80,77%) dinyatakan tuntas, sedangkan hanya 5 siswa (19,23%) yang belum mencapai ketuntasan. Dibandingkan dengan siklus I yang hanya mencapai 57,69%, maka pada siklus II terjadi peningkatan ketuntasan sebesar 23,08%. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang berhasil meraih nilai maksimal (100), yang sebelumnya belum terlihat pada siklus I.
Berdasarkan hasil observasi pendidik, peserta didik, serta capaian hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa proses dan hasil pembelajaran pada siklus II telah mengalami peningkatan yang cukup optimal. Pendidik telah mampu melaksanakan pembelajaran sesuai rencana dengan kategori sangat baik, peserta didik menunjukkan partisipasi yang lebih aktif, dan ketuntasan hasil belajar telah melampaui indikator yang ditetapkan. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas ini tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya, karena indikator keberhasilan telah tercapai pada siklus II.
1. Hasil Siklus I
Pada siklus I, hasil observasi terhadap pendidik menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran masih berada pada kategori baik. Persentase keterlaksanaan pembelajaran guru pada pertemuan pertama mencapai 72,72%, dan meningkat menjadi 81,81% pada pertemuan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah mampu melaksanakan perencanaan yang disusun, namun masih terdapat beberapa kekurangan, seperti pengelolaan waktu yang belum optimal serta pemberian penguatan yang belum merata kepada seluruh peserta didik.
Dari aspek peserta didik, hasil observasi menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama, jumlah peserta didik yang termasuk kategori sangat baik sebanyak 7 orang, kategori baik sebanyak 10 orang, kategori cukup sebanyak 6 orang, dan kategori kurang sebanyak 3 orang. Sedangkan pada pertemuan kedua terjadi peningkatan pada kategori sangat baik menjadi 9 orang, baik sebanyak 11 orang, cukup 4 orang, dan kurang 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum keaktifan dan keterlibatan peserta didik sudah mulai tumbuh, meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang belum sepenuhnya aktif.
Adapun dari aspek hasil belajar, diperoleh data bahwa dari 26 peserta didik, hanya 15 orang (57,69%) yang mencapai ketuntasan, sedangkan 11 orang (42,31%) belum tuntas. Nilai yang diperoleh siswa pada siklus I berkisar antara 60–90, dengan rata-rata nilai sebesar 74,42. Capaian ini belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Menurut Sanjaya (2016), keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari sejauh mana pendidik mampu menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa aktif, kreatif, serta mampu mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil siklus I, di mana keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan keaktifan siswa sudah mulai terbentuk, namun hasil belajar masih perlu ditingkatkan. Menurut teori konstruktivisme, pembelajaran efektif terjadi ketika siswa secara aktif membangun pengetahuan melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan belajar. Dalam konteks penelitian ini, penggunaan media poster sebagai alat bantu visual berperan penting dalam mendukung konstruksi pengetahuan siswa, karena poster memudahkan siswa menghubungkan konsep IPAS dengan situasi nyata.
Hasil ini relevan dengan penelitian Ramadhanty Rista Aida & Arwin (2023) yang menemukan bahwa pada siklus I pembelajaran menggunakan model PJBL di kelas IV SDN 17 Pakan Kurai hanya mencapai rata-rata 75,90, kemudian meningkat pada siklus II. Sama halnya dengan penelitian ini, hasil belajar pada siklus I belum optimal sehingga diperlukan perbaikan di siklus berikutnya.
2. Hasil Siklus II
Pada siklus II, terjadi peningkatan yang signifikan pada seluruh aspek pembelajaran. Dari aspek pendidik, keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama mencapai 86,36% dengan kategori baik, dan meningkat menjadi 90,91% pada pertemuan kedua dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah mampu melaksanakan perencanaan dengan lebih efektif, memberikan penguatan yang lebih merata, serta mengelola waktu dengan lebih baik.
Pada aspek peserta didik, keaktifan siswa juga meningkat. Pada pertemuan pertama, kategori sangat baik mencapai 12 orang, baik sebanyak 11 orang, cukup sebanyak 2 orang, dan kurang hanya 1 orang. Pada pertemuan kedua, kategori sangat baik meningkat menjadi 13 orang, kategori baik tetap 11 orang, kategori cukup tetap 2 orang, sedangkan kategori kurang sudah tidak ada lagi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa semakin antusias, aktif, dan konsisten mengikuti pembelajaran.
Sementara dari aspek hasil belajar, diperoleh data bahwa dari 26 siswa, sebanyak 21 orang (80,77%) mencapai ketuntasan, sedangkan hanya 5 orang (19,23%) yang belum tuntas. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 82,12, meningkat 7,7 poin dibandingkan dengan rata-rata pada siklus I. Bahkan terdapat beberapa siswa yang berhasil memperoleh nilai sempurna (100), yang belum ditemukan pada siklus sebelumnya.
Menurut Dimyati & Mudjiono (2013), keberhasilan pembelajaran ditandai dengan adanya perubahan perilaku positif pada peserta didik, baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran guru, keaktifan siswa, dan hasil belajar pada siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan harapan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan M. Stian Refotanabi dkk. (2025) yang menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar meningkat dari 66% pada siklus I menjadi 85% pada siklus II, serta aktivitas guru dan peserta didik juga meningkat. Penelitian Arief Hidayat Afendi dkk. (2025) juga mendukung hasil ini, di mana rata-rata nilai peserta didik meningkat dari 65 menjadi 82 setelah penerapan model PJBL. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran yang inovatif dan terencana mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
Pada siklus II terjadi peningkatan signifikan dibanding siklus I. Keterlaksanaan pembelajaran guru naik menjadi 86,36%–90,91%, dan siswa kategori sangat baik bertambah menjadi 13 orang. Perbedaan mendasar terletak pada pengelolaan waktu yang lebih baik, arahan yang lebih jelas, serta pendampingan merata kepada seluruh siswa. Penggunaan media poster lebih optimal, memudahkan siswa memahami konsep IPAS secara visual dan konkret. Proyek PJBL juga disesuaikan dengan pengalaman siklus I, sehingga relevan dengan kehidupan sehari-hari dan mendorong partisipasi aktif seluruh siswa. Kombinasi strategi ini menjadikan siklus II lebih efektif, meningkatkan hasil belajar sekaligus keterlibatan dan motivasi siswa.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II. menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan baik dari aspek keterlaksanaan pembelajaran guru, keaktivan peserta didik, maupun hasil belajar, peningkatan ini dapat dijelaskan secara kritis melalui analisis efektivitas model Project Based Learning dan penggunaan media poster. PJBL terbukti efektif karena mampu menmepatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran, mendorong mereka untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan proyek yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari, sehingga pemahaman konsep menjadi lebih bermakna. Penggunaan media poster turut memperkuat efektivitas PJBL, sebab visualisasi materi melalui poster memudahkan siswa sekolah dasar yang berada pada tahap operasional konkret untuk memahami konsep IPAS secara lebih jelas. Faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar adalah keterlibatan aktif siswa dalam mengelolah proyek serta kolaborasi kelompok, yang mendorong mereka berpikir kritis, kreatif, dan bertanggung jawab atas hasil kerja mereka. Selain itu, poster berfungsi sebagai alat bantu visual yang membuat materi lebih menarik dan mudah diingat. Namun demikian, penelitian ini juga memiliki keterbatasan, misalnya keterbatsan waktu dalam penyelesaian proyekyang terkadang membuat guru kesulitan mengatur alokasi pembelajaran, serta perbedaan tingkat partisipasi antar siswa yang yang menyebabkan hasil proyek tidak selalu merata. Dengan demikian. Meskipun PJBL dan media poster efektif meningkatkan hasil belajar IPAS, keberhasilan penerapannya tetap dipengaruhi oleh manajemen waktu, motivasi siswa, serta peran guru dalam memberikan bimbingan yang proporsional.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pada aspek pendidik, keterlaksanaan pembelajaran meningkat dari siklus I ke siklus II, dari kategori baik menjadi sangat baik, menunjukkan guru semakin terampil dalam mengelolah pembelajaran dan memberikan penguatan. Pada aspek peserta didik, keaktivan dan keterlibatan siswa juga meningkat, terlihat dari bertambahnya siswa kategori sangat baik dan hilangnya siswa pada kategori kurang pada siklus II. Hal ini
2. Hasil belajar siswa juga menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata nilai siswa adalah 74,42 sedangkan pada siklus II, rata-rata nilai meningkat menjadi 82,12. Peningkatan rata-rata sebesar 7,7 poin ini membuktikan bahwa tindakan yang dilakukan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini penting bagi pengembangan pembelajaran IPAS di sekolah dasar karena menunjukkan bahwa pendekatan yang menekankan keterlibatan aktif siswa dan penggunaan media visual tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep, tetapi juga mendorong motivasi belajar, keterampilan berpikir kritis, dan kreativitas siswa.
Sebagai saran praktis, guru dapat menerapkan PJBL secara lebih konsisten dengan memanfaatkan media visual sederhana seperti poster untuk memperjelas materi. Selain itu, pengelolaan waktu serta pendampingan yang merata kepada seluruh siswa perlu terus ditingkatkan agar hasil belajar yang dicapai dapat lebih optimal dan berkelanjutan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan apresiasi kepada pimpinan sekolah serta guru Kelas IV SDN 198/VI Ulak Makam atas izin dan kolaborasi yang diberikan selama proses pengumpulan data. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua siswa kelas IV yang telah berkontribusi dalam kegiatan penelitian ini.
O. Hamalik, Tujuan Belajar dan Peningkatan Kualitas Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara, 2020.
Y. Han, P. Li, and Q. Cao, “Relevansi Pembelajaran Abad 21 dalam Konteks Dunia Nyata,” Educational Review, vol. 48, no. 2, pp. 34–39, 2019.
Pemerintah Republik Indonesia, Kurikulum Merdeka: Pedoman dan Implementasi. Jakarta: Kemendikbud, 2022.
D. Anggelia, I. Puspitasari, and S. Arifin, “Penerapan Model Project-based Learning ditinjau dari Kurikulum Merdeka dalam Mengembangkan Kreativitas Belajar Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, vol. 7, no. 2, pp. 398–408, 2022. [Online]. Available: https://doi.org/10.25299/al-thariqah.2022.vol7(2).11377
D. Asy’ari and M. Hasan, Penerapan Media Alat Peraga dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Andi Publisher, 2019.
S. Ricardo and R. I. Meilani, Indikator Hasil Belajar dan Penilaian Kinerja Pembelajaran. Lembaga Penerbitan Pendidikan, 2021.
R. Ridwan, Pembelajaran Konstruktivisme dan Peran Media Alat Peraga. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2022.
S. Slameto, Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta didik di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2019.
Rusman, Hasil Belajar: Definisi dan Penjelasan Mengapa Penting Dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2019.
D. Sudjana, Penilaian Hasil Belajar: Tujuan, Prosedur dan Fungsi Penilaian Dalam Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2019.
M. Yusuf, Hubungan Proses dan Hasil Belajar. Edukatif Press, 2019.
Program for International Student Assessment (PISA), Indikator Kualitas Pendidikan Indonesia. OECD, 2018.
P. D. Anggraini and S. S. Wulandari, “Analisis Penggunaan Model Pembelajaran Project Based Learning Dalam Peningkatan Keaktifan Peserta Didik Analisis,” Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran, vol. 9, no. 2, pp. 292–299, 2021.
S. Fauziah, “Peningkatan hasil belajar IPA menggunakan model Project Based Learning (PJBL) pada peserta didik sekolah dasar,” Jurnal Pendidikan IPA, vol. 8, no. 1, pp. 34–45, 2021.
A. Nursyifa, D. Ramadhan, and S. Anwar, “Peningkatan hasil belajar IPA menggunakan Project Based Learning dengan media alat peraga interaktif di SD,” Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 7, no. 3, pp. 101–112, 2019.
L. Sulfany, et al., “Pengaruh Media Pembelajaran ‘Poster’ terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V di Sekolah Dasar,” Jurnal Riset Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia, vol. 3, no. 2, Nov. 2023.
S. Nurfadhillah, “Pengembangan Media Poster Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Ivb Sd Negeri Cikokol 3,” Jurnal Pendidikan dan Sains, vol. 3, no. 2, pp. 313–322, Aug. 2021.
A. Yulianto, et al., “Sintak Pembelajaran Berbasis Proyek,” Jurnal Pendidikan, vol. 2, no. 1, pp. 1–10, 2017.
J. S. Krajcik and P. C. Blumenfeld, “Project-Based Learning: Understanding the Benefits and Challenges of Project Based Learning Approaches in the Classroom,” Educational Psychologist, vol. 56, no. 3, pp. 227–244, 2021.
S. Yuliana, Project Based Learning: Pendekatan Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta didik. Bandung: CV. Andi Offset, 2018.
S. Fithriyah, M. Abdullah, and S. Saputra, “Pengaruh Model Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Peserta didik,” Jurnal Pendidikan, vol. 12, no. 1, pp. 58–67, 2021.
R. Rina, M. Dewi, and E. Wahyuni, “Penggunaan model Project Based Learning berbanduan alat peraga untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam belajar IPA,” Jurnal Pendidikan SD, vol. 25, no. 5, pp. 56–68, 2023.
S. Mustikaningrum, D. Budimansyah, and R. Zahro, “Pengaruh Penerapan Model Project Based Learning terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik,” Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 9, no. 2, pp. 15–21, 2021.
S. Arikunto, Prosedur Penelajaran: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2019.