Login
Section Innovation in Education

Beginning Reading Skills Through Syllable Method with Word Tree Media

Keterampilan Membaca Permulaan dengan Metode Suku Kata dan Media Pohon Kata
Vol. 26 No. 4 (2025): October:

Syahmila Fadila (1), Reni Guswita (2), Sundahry (3)

(1) Univesitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia
(2) Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia
(3) Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia

Abstract:

General background: Reading ability is a fundamental skill that underpins students’ overall learning success, yet many early grade learners still face obstacles in achieving fluency. Specific background: In Indonesian elementary schools, conventional reading practices often lack variation in methods and media, limiting student engagement and comprehension. Knowledge gap: Few studies have systematically integrated the syllable method with interactive media tailored to strengthen beginning reading skills. Aims: This study seeks to examine the effectiveness of the Syllable Method assisted by Word Tree Media in improving the beginning reading skills of second-grade students at SDN 112/II Purwo Bakti. Results: Conducted as classroom action research over two cycles, the study recorded progressive improvements in teacher observation scores (65% to 80%), student observation scores (59.66% to 80%), and reading mastery (from 6 to 28 out of 30 students meeting the minimum competency standard). Novelty: Unlike prior approaches, the integration of syllable-based instruction with Word Tree Media offers both visual scaffolding and interactive engagement, fostering active participation and systematic reading development. Implications: The findings suggest that this method can be adopted by teachers as a practical, low-cost innovation to enhance literacy instruction and may be further explored across grade levels and subjects.


Highlight:




  • The syllable method assisted by word tree media enhances early reading skills.




  • Findings reveal significant improvements in teacher performance, student engagement, and reading mastery.




  • This simple and interactive medium provides an innovative alternative for early literacy instruction.




Keywords: Beginning Reading, Syllable Method, Word Tree Media, Literacy, Elementary Education

Downloads

Download data is not yet available.

I. Pendahuluan

Menurut Undang-Udang Nomo 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk menciptakan suasana serta proses belajar yang memberi kesempatan peserta didik mengembangkan potensinya secara aktif. Melalui pendidikan, diharapkan siswa mampu memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, keterampilan mengendalikan diri, kecerdasan, akhlah yang baik, kepribadian yang matang, serta kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara [1]. Dengan kata lain, pendidikan dapat dipahami sebagai proses membentuk dan menyiapkan generasi muda agar memiliki ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam menghadapi tantangan hidup. Selain itu, pendidikan juga bersifat sepanjang hayat, mencakup pengembangan aspek jasmani dan rohani, serta berperan sebagai sarana pembentukan sikap dan perilaku melalui kegiatan belajar, pelatihan, maupun bimbingan [2].

Menurut [3], kurikulum merdeka menekankan pada pengembangan sikap kreatif serta pembelajaran yang menyenangkan dengan memperhatikan minat dan bakat peserta didik. Dalam pelaksanaanya, kurikulum ini membutuhkan keterlibatan aktif guru dalam menyusun, merancang, dan melaksanakan pembelajaran di kelas [4], [5]. Oleh sebab itu, kesiapan guru dalam perencanaan sangat memnentukan keberhasilan implementasi kurikulum merdeka. Sebagus apapun kurikulum yang dirancang, tanpa didukung kompotensi dan kualifikasiguru yang memadai, pelaksanaanya tidak akan optimal. Adapun tujuan dari kurikulum merdeka adalah menghadirkan system pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa serta memberikan ruang bagi guru untuk mengembangkan materi ajar yang lebih bermakna dan menarik.

Secara umum, pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya diberikan pada jenjang dasar dan menengah, tetapi juga berlanjut hingga tingkat perguruan tinggi. Menurut [1], Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib disetiap satuan pendidikan. Tujuan utamanya adalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang dapat digunakan dalam berbagai keperluan. Dengan kata lain, siswa berlatih menggunakan bahasa sesuai dengan konteks social, tujuan komunikasi, serta aturan dan kaidah kebahasaan [6]. Untuk mencapai hal tersebut, pembelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada pendekatan berbasis teks. Mata pelajaran ini memiliki peranan penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, dan keterampilan berbahasa yang berpengaruh pada perkembangan siswa ditahap berikutnya. Dalam praktiknya, siswa diarahkan untuk mampu berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik berarti sesuai dengan konteks situasi dan lawan bicara, sedangkan bahasa yang benar merujuk pada ketepatan penggunaan kaidah linguistic. Selain itu, pembelajaran Bahasa Indonesia juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berbicara, membaca dan menulis.

Membaca merupakan aktivitas mental yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari suatu teks [7]. Dengan kata lain, membaca adalah proses berpikir untuk memahami makna yang terkandung dalam bacaan [8]. Kegiatan ini tidak hanya sekedar melihat huruf yang tersusun menjadi kata, kalimat, paragraph, atau wacana melainkan juga melibatkan upaya menafsirkan simbol, tanda, dan tulisan agar pesan yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami oleh pembaca.

Kemampuan membaca adalah dasar yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk menguasai pembelajaran. Kemampuan membaca dikembangkan sedemikian rupa sehingga siswa tidak hanya sekadar bisa melafalkan tulisan, tetapi juga mampu memahami isi bacaan, menanggapi teks, serta mengomunikasikannya baik secara lisan maupun tertulis. Dalam keterampilan berbahasa, terdapat empat aspek utama yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara [9]. Membaca permulaan sendiri merupakan tahap awal dalam proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas rendah [10], [11]. Pada tahap ini, siswa dilatih tidak hanya untuk menguasai ketermpilan membaca, tetapi juga untuk memahami isi bacaan dengan baik. Melalui kegiatan membaca, peserta didik diharapkan mampu menyerap berbagai pengetahuan yang tersedia dalam media cetak maupun digital, serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan hingga saat ini [12], [13].

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas II SDN 112/II Purwo Bakti pada tanggal 8-11 November 2024, peneliti menemukan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan membaca dengan lancer dan benar. Hal tersebut terlihat dari kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru [14]. proses pembelajaran cenderung monoton karena guru langsung masuk pada kegiatan inti tanpa variasi metode yang menarik, serta minim pemanfaatan media pembelajaran [15]. Guru hanya menggunakan teknik membaca bersama dan mengeja dengan tempo yang terlalu cepat, sehingga sebagian siswa tidak termotivasi untuk ikut serta, bahkan banyak yang hanya diam. Kondisi ini berdampak pada rendahnya hasil tes kemampuan membaca permulaan [16].

No Nama Siswa Nilai Tes KKTP Keterangan
1. AE 60 70 Tidak Lancar
2. AN 70 70 Lancar
3. AAY 50 70 Tidak Lancar
4. AAY 60 70 Tidak Lancar
5. ATP 70 70 Lancar
6. AAA 70 70 Lancar
7. AA 70 70 Lancar
8. BDA 70 70 Lancar
9. CR 60 70 Tidak Lancar
10. DA 70 70 Lancar
11. EM 60 70 Tidak Lancar
12. FN 70 70 Lancar
13. FAP 70 70 Lancar
14. GV 70 70 Lancar
15. HA 60 70 Tidak Lancar
16. JA 60 70 Tidak Lancar
17. KKP 60 70 Tidak Lancar
18. LV 70 70 Lancar
19. MAN 70 70 Lancar
20. MEA 60 70 Tidak Lancar
21. MAAS 70 70 Lancar
22. MA 60 70 Tidak Lancar
23. NR 60 70 Tidak Lancar
24. RFD 70 70 Lancar
25. RAS 60 70 Tidak Lancar
26. RYF 60 70 Tidak Lancar
27. SPA 70 70 Lancar
28. SM 60 70 Tidak Lancar
29. TW 70 70 Lancar
30. AE 70 70 Lancar
Table 1. Data Observasi Membaca Permulaan

Berdasarkan tabel 1, hasil observasi membaca permulaan menunjukkan bahwa dari 30 siswa yang diamati, terdapat 16 siswa (53,33%) yang tergolong lancer membaca, sedangkan 14 siswa (46,67%) yang tergolong tidak lancer membaca. Nilai tes siswa bervariasi antara 50-70, dengan kriteria ketuntasan minimal (KKTP) ditetapkan sebesar 70 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 70 dianggap lancer dan telah mencapai KKTP, sementara siswa dengan nilai 50-60 belum memenuhi ketuntasan. Hal tersebut mengakibatkan peserta didik kelas II SDN 112/II Purwo Bakti, umunya kurang berkembang daya piker peserta didik untuk mencapai proses kreatif. Permasalahan tersebut disebabkan karena pembelajaran selama ini belum melatif untuk membaca dengan cepat. Hal ini juga dibuktikan bahwa nilai pembelajaran Bahasa Indonesia yang masi banyak dibawah KKTP.

[6], [17] menjelaskan bahwa penggunaan metode suku kata dalam pembelajaran membaca permulaan dapat membantu siswa lebih mudah memahami serta mengaitkan materi yang diberikan oleh guru. dengan metode ini, anak lebih cepat mengingat huruf maupun rangkaian suku kata, sehingga pelajaran yang diajarkan menjadi lebih mudah terserap. Keberhasilan peningkatan kemampuan membaca juga dipengaruhi oleh beberapa faktor pwndukung, seperti kondisi fisik yang sehar, serta pekembangan kognitif yang baik dan seimbang.

Metode suku kata merupakan salah satu strategi pembelajaran membac-a permulaan yang diawali dengan memperkenalkan kombinasi suku kata, kemudian dirangkai menjadi kata, dan selanjutnya dikembangkan menjadi kalimat. Penerapan metode ini biasanya dimulai dari suku kata sederhana seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co dan seterusnya [18]. Kegiatan membaca dan menulis pada kelas rendah dikenal sebagai pembelajaran membaca menulis permulaan [19], sedangkan pada kelas tinggi disebut membaca menulis lanjutan. Di kelas II sekolah dasar, pembelajaran membaca permulaan dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu membaca tanpa buku dan membaca dengan buku. Membaca tanpa buku dilakukan dengan memanfaatkan media atau alat bantu lain seperti kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat, maupun kartu gambar [20]. Sementara itu, membaca dengan buku dilakukan dengan menjadikan buku sebagai sumber utama dalam membaca.

Peserta didik dilatih untuk mengembangkan keterampilan membaca sekaligus memahami isi bacaan dengan baik. Dalam kondisi ideal, pembelajaran membaca permulaan berlangsung lancar sehingga siswa dapat mudah menyerap materi yang diberikan [11]. Akan tetapi, kenyataanya sering ditemui kendala, di mana sebagian siswa sudah mampu membaca dengan lancer, sementara sebagian lainnya masih menhadapi kesulitan bahkan belum bisa membaca. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran yang lebih menarik, misalnya dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi agar proses belajar membaca terasa egektif dan menyenangkan [21].

Salah satu media yang dapat digunakan adalah media pohon kata, karena media ini dapat membuat kegiatan belajar lebih menyenangkan. Melalui media pohon kata ini, anak dapat lebih mudah memahami serta menghubungkan kosakata dengangambar. Selain itu, penggunaan media ini juga menumbuhkan rasa antusias, sebab pembelajaran dilakukan dengan pendekatan permainan sambil belajar [13], [17]. Dalam praktiknya, siswa diperkenalkan pada berbagai kosa kata sesuai tema sehingga mereka dapat mengingatnya tanpa merasa bosan dengan pengulangan yag monoton. Adapun alasan penulis memilih metode suku kata dalam membaca permulaan adalah untuk mendorong siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti kegiatan membaca di kelas. Penerapan metode ini dianggap lebih efektif dan menarik karena langkah-langkahnya yang sistematis memudahkan siswa memahami isi bacaan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada penggunaan media pohon kata sebagai alat bantu utama dalam metode suku kata, yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas II. Media pohon kata dianggap lebih efektif dibandingkan media lain karena media ini memberikan visualisasi yang sistematis, sehingga siswa dapat mengenal suku kata hingga membentuk kata utuh dengan mudah dan menyenangkan [5]. Keunikan penelitian ini terletak pada integrasi metode suku kata dengan media interaktif, yang memungkinkan guru memantau kemajuan setiap siswa secara lebih langsung, berbeda dengan pendekatan konvensional yang cenderung satu arah dan kurang menekankan partisipasi aktif siswa.

Metode suku kata yang dibantu dengan media pohon kata dalam penelitian ini dapat menjadi teladan bagi guru di sekolah lain karena metode dan media ini menyajikan pembelajaran membaca yang menarik, interaktif, dan mudah dipahami oleh siswa. Dengan media pohon kata, siswa dapat mengenal suku kata secara bertahap hingga membentuk kata secara utuh, hal ini dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan, terutama bagi siswa yang masih mengalami kesulitan. Media pohon ini sederhana, terjangkau, dan mudah untuk diterapkandi berbagai sekolah tanpa membutuhkan fasilitas yang kompleks. Bukan hanya itu, metode ini dapat memudahkan guru untuk memantau kemajuan belajar siswa dan dapat disesuaikan dengan tema atau tingkat kesulitan, sehingga menjadi metode pembelajaran inovatif yang bisa ditiru di kelas lain.

II. Metode

Jenis penelitian ini adalah PTK. [22] menyebutkan bahwa PTK merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendidik yang mengajar di dalam kelas, untuk melihat perkembangan pendidikan pada peserta didik dalam pembelajaran. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDN 112/II Purwo Bakti yang berjumlah 30 siwa. Penelitian tindakan kelas ditandai dengan adanya siklus tidakan meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Desain PTK model Arikunto dapat dilihat pada gambar di bawah ini [4]:

Figure 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Arikunto

Data dalam penilitian ini diperoleh melalui observasi tes, dan dokumentasi. Instrument yang digunakan meliputi pengamatan, hasil observasi, tes membaca, serta dokumentasi pada setiap siklus pembelajaran. Validitas instrumen pada penelitian ini memastikan bahwa alat pengumpulan data benar-benar mengukur kemampuan membaca permulaan siswa secara akurat. Lembar observasi disusun dengan indikator jelas, seperti kemampuan mengenal dan mengucapkan huruf, kemampuan mengeja huruf dari satu kata, kemampuan mengeja huruf menjadi kata, kemampuan menyambung kata menjadi kalimat, kejelasan suara. Observer dilakukan oleh guru kelas, sementara untuk dokumentasi berupa foto. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk menilai aspek non-numerik dan pendekatan kuantitatif untuk mengevaluasi hasil belajar secara numerik.

III. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dikelas II dengan subjek penelitian berjumlah 30 peserta didik. Dalam peneitian ini kegiatan proses mengajar menggunakan metode suku kata berbantu media pohon kata yang dilaksanakan pada tanggal 15, 16, 26, dan 27 Mei 2025. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk menilai peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa adalah lembar observasi guru, lembar observasi peserta didik dan tes praktik membaca permulaan. Penelitian ini berlangsung selama 2 siklus, yang mana masing-masing siklus terdapat 2 kali pertemuan.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti telah terlebih dahulu melakukan observasi dan melihat kondisi membaca menggunakan Metode Suku Kata Berbantu Media Pohon Kata di Kelas II SDN 112/II Purwo Bakti pada semester 2. Observasi ini dilakukan untuk melihat kondisi awal dikelas, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik sebelum melakukan tindakan pembelajaran. Materi pokok yang diajarkan pada siklus ini adalah “Ayo Berhemat” kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakan pembelajaran yaitu:

1. Menyusun modul

2. Mempersiapkan untuk cek kehadiran

3. Menyiapkan LKPD

4. Mempersiapkan alat dan bahan untuk praktek

5. Mempersiapkan materi pembelajaran

6. Mempersiapkan lembar pendidik

7. Mempersiapkan lembar observasi peserta didik

8. Mempersiapkan tes membaca permulaan pada pertemuan akhir.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Pertemuan I

Pelaksanaan siklus 1 dilakukan pada Kamis, 15 Mei 2025, pukul 08.00–09.15. Pertemuan I siklus I terbagi menjadi tiga tahap: pendahuluan, inti, dan penutup.

1) Kegiatan Awal

1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru mengajak siswa berdoa yang dimpin oleh ketua kelas.

3. Guru mengecek kehadiran siswa.

4. Guru mengajak siswa menyanyikanlagu Wajib Nasional.

5. Guru mengajak siswa melakukan Ice Breaking.

6. Guru memberikan apersepsi pembelajaran.

7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Fase 1: Guru menyatukan huruf konsonan dengan huruf vokal yang telah dikenali dan dibaca bersama siswa.

1. Guru menjelaskan apa itu uang.

2. Guru meminta peserta didik membaca kalimat bacaan “Pergi ke Pasar”.

3. Guru menjelaskan tentang hal yang dilakukan dalam kalimat tersebut.

4. Guru menanyakan tentang pengalaman peserta didik pergi ke pasar.

5. Guru menyiapkan media pohon, kartu kata, dan gambar.

Fase 2: Guru menulis kata-kata yang telah dibagi menjadi suku kata, lalu membacakan suku kata tersebut bersama

1. Guru mengeja huruf huruf alfabet dan suku kata didepan kelas.

2. Guru memperkenalkan kartu kata dan gambar pada siswa.

Fase 3: Guru menyusun suku kata menjadi kata utuh, kemudian membaca kata tersebut bersama siswa.

1. Guru memberikan contoh cara memasangkan gambar pada media pohon kata.

2. Guru mengambil kartu kata, kemudian menyusun kartu kata di media pohon kata.

3. Guru melihat dan mengevaluasi kata yang telah dipasangkan pada gambar.

Fase 4: Guru merangkaikan/menuliskan menjadi kalimat lalu dibaca bersama siswa.

1. Guru memerintahkan siswa untuk mengisi lembar kerja.

2. Guru memberikan apresiasi berupa pujian kepada siswa yang telah mampu mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun huruf dengan benar.

3) Kegiatan Penutup

1. Guru mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran.

2. Guru dan siswa menutup pembelajaran dengan do’a.

2. Pertemuan II

Tahap pelaksanaan dilakukan pada hari Jum’at 16 Mei 2025 pada pukul 08.00 sampai 09.15 dalam satu kali pertemuan. Dalam pelaksanaan tindakan pada pertemuan II siklus I ini mempunyai tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru mengajak siswa berdoa yang dimpin oleh ketua kelas.

3. Guru mengecek kehadiran siswa.

4. Guru mengajak siswa menyanyikanlagu Wajib Nasional.

5. Guru mengajak siswa melakukan Ice Breaking.

6. Guru memberikan apersepsi pembelajaran.

7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Fase 1: Guru menyatukan huruf konsonan dengan huruf vokal yang telah dikenali, kemudian membacanya bersama siswa.

1. Guru menjelaskan informasi dalam cerita.

2. Guru meminta peserta didik membaca kalimat bacaan “Pergi ke Pasar”.

3. Guru menjelaskan tentang hal yang dilakukan dalam kalimat tersebut.

4. Guru menanyakan tentang pengalaman siswa pergi ke pasar.

5. Guru menyiapkan media pohon, kartu kata, dan gambar.

Fase 2: Guru menuliskan kata-kata yang sudah dikupas menjadi suku kata lalu membaca suku kata tersebut bersama siswa.

1. Guru mengeja huruf huruf alfabet dan suku kata didepan kelas.

2. Guru memperkenalkan kartu kata dan gambar pada siswa.

Fase 3: Guru merangkaikan/menuliskan suku kata menjadi kata, lalu membaca suku kata yang sudah dirangkaikan lalu dibaca bersama siswa.

1. Guru memberikan contoh cara memasangkan gambar pada media pohon kata.

2. Guru mengambil kartu kata, kemudian menyusun kartu kata di media pohon kata.

3. Guru melihat dan mengevaluasi kata yang telah dipasangkan pada gambar.

Fase 4: Guru merangkaikan/menuliskan menjadi kalimat lalu dibaca bersama siswa.

1. Guru memerintahkan peserta didik untuk mengisi lembar kerja.

2. Guru memberikan apresiasi berupa pujian kepada siswa yang telah mampu mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun huruf dengan benar.

3) Kegiatan Penutup

1. Guru mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran.

2. Guru dan siswa menutup pembelajaran dengan do’a.

c. Observasi Siklus I

Observasi terhadap proses pembelajaran dilakukan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus I. Berdasarkan lembar observasi yang diisi oleh pengamat, Ibu Nurfitrah, S.Pd., SD, diperoleh informasi mengenai jalannya proses pembelajaran pada siklus I sebagai berikut.

1) Aspek Pendidik

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran, guru telah melaksanakan hampir seluruh tahapan pembelajaran sesuai dengan modul yang disusun dan berpedoman pada buku. Hal ini dilakukan mengingat peserta didik masih asing dengan Metode Suku Kata yang berbantu Media Pohon Kata. Pada tahap membaca pendidik juga telah memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam membaca suku kata. Selanjutnya pada tahap pasca membaca peserta didik ditugaskan melakukan percobaan sendiri merangkai suku kata dengan menggunakan media pohon kata.

Data peningkatan lembar observasi pendidik persiklus mengalami peningkatan yang baik dari setiap siklusnya. Dapat diketahui bahwa siklus I pertemuan I penilaian observasi pendidik dengan jumlah 65% dan siklus I pertemuan II dengan jumlah 70%. Berdasarkan skor yang diperoleh dapat diartikan bahwa, kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran menggunakan Metode Suku Kata berbantu Media Pohon Kata di SDN 112/II Purwo Bakti berada pada kategori baik.

2) Aspek Peserta didik

Hasil observasi pada siklus I juga menunjukkan informasi terkait aspek peserta didik. Berdasarkan lembar observasi, dapat diketahui bahwa hampir seluruh tahapan pembelajaran menggunakan Metode Suku Kata dengan bantuan Media Pohon Kata diikuti dengan baik oleh peserta didik.

Data peningkatan lembar observasi peserta didik persiklus mengalami peningkatan yang baik dari setiap siklusnya. Dapat diketahui bahwa siklus I pertemuan I penilaian observasi peserta didik dengan jumlah 59,66% dan siklus I pertemuan II dengan jumlah 68,16%. Berdasarkan skor yang diperoleh dapat diartikan bahwa, kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran menggunakan Metode Suku Kata berbantu Media Pohon Kata di SDN 112/II Purwo Bakti berada pada kategori baik.

d. Refleksi Siklus I

Tahapan refleksi merupakan melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan hasil atau tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan proses pendidik dan lembar pengamatan peserta didik yang di isi oleh observer. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I berikut kendala dan rencana perbaikannya:

1) Kendala

a. Kesulitan dalam mengenal dan membedakan huruf

b. Kesulitan dalam merangkai kata

c. Kesilitan dalam merangkai kata

d. Kurangnya percaya diri peserta didik

2) Rencana Perbaikan

a. Pendekatan individual

b. Media yang lebih menarik

c. Ajak peserta didik belajar sambil bermain.

2. Siklus II

a. Perencanaan Siklus II

Menerapkan pelaksanaan tindakan pada siklus II, sebelumnya peneliti telah terlebih dahulu sudah melakukan tindakan di siklus I. Selanjutnya materi pokok yang diajarkan pada siklus ini adalah “Jagalah Kebersihan Lingkungan” kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakan pembelajaran yaitu:

1. Menyusun modul

2. Mempersiapkan untuk cek kehadiran

3. Menyiapkan LKPD

4. Mempersiapkan alat dan bahan untuk praktek

5. Mempersiapkan materi pembelajaran

6. Mempersiapkan lembar pendidik

7. Mempersiapkan lembar observasi peserta didik

8. Mempersiapkan tes membaca permulaan pada pertemuan akhir.

b. Pelaksanaan Siklus II

1. Pertemuan I

Tahap pelaksanaan dilakukan pada hari Senin 26 Mei 2025 pada pukul 08.00 sampai 09.15 dalam satu kali pertemuan. Dalam pelaksanaan tindakan pada pertemuan I siklus II ini mempunyai tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup yaitu sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru mengajak siswa berdoa yang dimpin oleh ketua kelas.

3. Guru mengecek kehadiran siswa.

4. Guru mengajak siswa menyanyikanlagu Wajib Nasional.

5. Guru mengajak siswa melakukan Ice Breaking.

6. Guru memberikan apersepsi pembelajaran.

7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Fase 1: Guru menyatukan huruf konsonan dengan huruf vokal yang telah dikenali dan membacanya bersama siswa.Guru menjelaskan apa itu lingkungan.

1. Guru meminta siswa membaca kalimat bacaan “Lingkungan”.

2. Guru menjelaskan bagaimana membaca kebersihan lingkungan yang bersih dengan benar.

3. Guru merangkaikan atau menggabungkan huruf konsonan dengan huruf vocal yang sudah dikenali dan dibaca bersama siswa.

4. Guru menyiapkan media pohon, kartu kata, dan gambar.

Fase 2: Guru menuliskan kata-kata yang sudah dikupas menjadi suku kata lalu membaca suku kata tersebut bersama siswa.

1. Guru mengeja huruf huruf alfabet dan suku kata didepan kelas.

2. Guru memperkenalkan kartu kata dan gambar pada siswa.

Fase 3: Guru merangkaikan/menuliskan suku kata menjadi kata, lalu membaca suku kata yang sudah dirangkaikan lalu dibaca bersama siswa.

1. Guru memberikan contoh cara memasangkan gambar pada media pohon kata.

2. Guru mengambil kartu kata, kemudian menyusun kartu kata di media pohon kata.

3. Guru melihat dan mengevaluasi kata yang telah dipasangkan pada gambar.

Fase 4: Guru merangkaikan/menuliskan menjadi kalimat lalu dibaca bersama siswa.

1. Guru memerintahkan siswa untuk mengisi lembar kerja.

2. Guru memberikan apresiasi berupa pujian.

c) Kegiatan Penutup

1. Guru mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran.

2. Guru dan siswa menutup pembelajaran dengan do’a.

2. Pertemuan II

Pelaksanaan pertemuan II siklus II dilaksanakan pada Selasa, 27 Mei 2025, pukul 08.00–09.15, dengan tiga tahap kegiatan: pendahuluan, inti, dan penutup.

a) Kegiatan Awal

1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru mengajak siswa berdoa yang dimpin oleh ketua kelas.

3. Guru mengecek kehadiran siswa.

4. Guru mengajak siswa menyanyikanlagu Wajib Nasional.

5. Guru mengajak siswa melakukan Ice Breaking.

6. Guru memberikan apersepsi pembelajaran.

7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Fase 1: Guru merangkaikan atau menggabungkan huruf konsonan dengan huruf vocal yang sudah dikenali dan dibaca bersama siswa.

1. Guru menjelaskan apa itu lingkungan yang bersih.

2. Guru meminta siswa membaca kalimat bacaan “Lingkungan”.

3. Guru menjelaskan bagaimana membaca kebersihan lingkungan yang bersih dengan benar.

4. Guru merangkaikan atau menggabungkan huruf konsonan dengan huruf vocal yang sudah dikenali dan dibaca bersama siswa.

5. Guru menyiapkan media pohon, kartu kata, dan gambar.

Fase 2: Guru menuliskan kata-kata yang sudah dikupas menjadi suku kata lalu membaca suku kata tersebut bersama siswa.

1. Guru mengeja huruf huruf alfabet dan suku kata didepan kelas.

2. Guru memperkenalkan kartu kata dan gambar pada siswa.

Fase 3: Guru merangkaikan/menuliskan suku kata menjadi kata, lalu membaca suku kata yang sudah dirangkaikan lalu dibaca bersama siswa.

1. Guru memberikan contoh cara memasangkan gambar pada media pohon kata.

2. Guru mengambil kartu kata, kemudian menyusun kartu kata di media pohon kata.

3. Guru melihat dan mengevaluasi kata yang telah dipasangkan pada gambar.

Fase 4: Guru merangkaikan/menuliskan menjadi kalimat lalu dibaca bersama siswa.

1. Guru memerintahkan siswa untuk mengisi lembar kerja.

2. Guru memberikan apresiasi berupa pujian.

c) Kegiatan Penutup

1. Guru mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran.

2. Guru dan siswa menutup pembelajaran dengan do’a.

c. Observasi Siklus II

Observasi proses pembelajaran dilakukan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan kegiatan pada siklus II. Berdasarkan lembar observasi yang diisi oleh pengamat, Ibu Nurfitrah, S.Pd., SD, diperoleh informasi mengenai jalannya pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:

1) Aspek Pendidik

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran pendidik telah hampir seluruh tahap-tahap pembelajaran yang disusun dalam Modul dan berpedoman pada buku. Hal ini dilakukan mengingat peserta didik masih asing dengan Metode Suku Kata yang berbantu Media Pohon Kata. Pada tahap membaca pendidik juga telah memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam membaca suku kata. Selanjutnya pada tahap pasca membaca peserta didik ditugaskan melakukan percobaan sendiri merangkai suku kata dengan menggunakan media pohon kata.

Data peningkatan lembar observasi pendidik persiklus mengalami peningkatan yang baik dari setiap siklusnya. Dapat diketahui bahwa siklus II pertemuan I penilaian observasi pendidik dengan jumlah 75% dan siklus II pertemuan II dengan jumlah 80%. Berdasarkan skor yang diperoleh dapat diartikan bahwa, kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran menggunakan Metode Suku Kata berbantu Media Pohon Kata di SDN 112/II Purwo Bakti berada pada kategori sangat baik.

2) Aspek Peserta didik

Hasil observasi pada siklus II juga menunjukkan informasi terkait aspek peserta didik. Berdasarkan lembar observasi, hampir seluruh tahapan pembelajaran menggunakan Metode Suku Kata dengan bantuan Media Pohon Kata berhasil diikuti oleh siswa.

Data peningkatan lembar observasi peserta didik persiklus mengalami peningkatan yang baik dari setiap siklusnya. Dapat diketahui bahwa siklus II pertemuan I penilaian observasi peserta didik dengan jumlah 75,5% dan siklus II pertemuan II dengan jumlah 80%. Berdasarkan skor yang diperoleh dapat diartikan bahwa, kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran menggunakan Metode Suku Kata berbantu Media Pohon Kata di SDN 112/II Purwo Bakti berada pada kategori sangat baik.

d. Refleksi Siklus II

Tahapan refleksi merupakan melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan hasil atau tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan proses pendidik dan lembar pengamatan peserta didik yang di isi oleh observer.

B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, penelitian akan menelaah dan menjawab seluruh pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Berikut pembahasan pembelajaran menggunakan Metode Suku Kata berbantu Media Pohon Kata di SDN 112/II Purwo Bakti.

1. Peningkatan Proses Pembelajaran Membaca Permulaan menggunakan Metode Suku Kata berbantu Media Pohon kata di Kelas II SDN 112/II Purwo Bakti.

a. Data Hasil Lembar Observasi Pendidik

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data diperoleh melalui lembar observasi guru pada tiap siklus. Rincian pelaksanaan pada siklus I (pertemuan I dan II) serta siklus II (pertemuan I dan II) disajikan sebagai berikut:

Kegiatan Pertemuan I Pertemuan II
Siklus I 65% 70%
Siklus II 75% 80%
Table 2. Data Hasil Lembar Observasi Pendidik

Figure 2.

Berdasarkan data peningkatan lembar observasi guru per siklus, terlihat adanya kemajuan yang baik dari tiap siklus. Pada siklus I, pertemuan I memperoleh skor observasi sebesar 65% dan pertemuan II meningkat menjadi 70%. Selanjutnya, pada siklus II, pertemuan I mencapai 75%, dan pertemuan II mengalami peningkatan signifikan hingga 80%. Peningkatan ini sesuai dengan teori kognitif Piaget, yang menyatakan bahwa pembelajaran sistematis dapat memudahkan guru untuk mengelolah proses belajar [23]. Metode suku kata berbantu media pohon kata memungkinkan guru memberi arahan yang jelas, menyusun pembelajaran terstruktur, dan dapat memantau pemahaman siswa, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mengurangi kebingungan membaca.

b. Data Hasil Lembar Observasi Peserta Didik

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mengumpulkan data melalui lembar observasi peserta didik pada setiap siklus. Pelaksanaan pada siklus I (pertemuan I dan II) serta siklus II (pertemuan I dan II) dijelaskan sebagai berikut:

Kegiatan Pertemuan I Pertemuan II
Siklus I 59,66% 68,16%
Siklus II 75,5% 80%
Table 3. Data Hasil Lembar Observasi Peserta Didik

Figure 3.

Berdasarkan data lembar observasi peserta didik per siklus, terlihat adanya peningkatan yang signifikan dari setiap siklus. Dari data diatas, dapat diketahui bahwa siklus I pertemuan I penilaian observasi peserta didik dengan jumlah 59,66% dan siklus I pertemuan II dengan jumlah 68,16%. Sedangkan pada siklus II pertemuan I meningkat menjadi 75,5% dan siklus II pertemuan II terjadi peningkatan yang signifikan dengan jumlah 80%. Peningkatan ini sejalan dengan teori motivasi belajar (Deci & Riyan, 1985), yang menyatakan bahwa siswa lebih termotivasi pada pembelajaran interaktif [24]. Media pohon kata memberikan stimulus visual konkret, meningkatkan minat dan percaya diri siswa, serta mendukung literasi awal melalui pengenalan suku kata bertahap [5]. Implikasinya, guru dapat memanfaatkan media visual untuk mendorong partisipasi aktif, dan siswa menjadi lebih percaya diri dalam membaca [25].

2. Peningkatan Hasil Kemampuan Membaca Permulaan menggunakan Metode Suku Kata berbantu Media Pohon Kata di kelas II SDN 112/II Purwo Bakti.

Hasil penelitian yang sudah dilakukan, menunjukkan ada Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan menggunakan Metode Suku Kata berbantu Media Pohon Kata disetiap siklusnya. Pelaksanaan siklus I pertemuan I, siklus I pertemuan II, siklus II pertemuan I, dan siklus II pertemuan II. Berikut tabel ketuntasan siswa:

Kegiatan Pertemuan I Pertemuan II
Siklus I 6 Peserta didik 12 Peserta didik
Siklus II 16 Peserta didik 28 Peserta didik
Table 4. Data Hasil Ketuntasan Belajar Siswa

Figure 4.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada siklus I pertemuan I terdapat 6 peserta didik yang mencapai ketuntasan, meningkat menjadi 12 peserta pada pertemuan II. Selanjutnya, pada siklus II pertemuan I jumlah peserta yang tuntas mencapai 16, dan meningkat signifikan menjadi 28 peserta pada pertemuan II. Yang mana peserta didik terdiri dari 30 orang. Peningkatan kemampuan membaca permulaan ini sesuai dengan teori Vygostky tentang zone of proximal development, di mana bimbingan yang tepat meningkatkan efektivitas belajar [26]. Metode suku kata berbantu media pohon kata memungkinkan penyesuaian tingkat kesulitan dan scaffolding yang tepat serta mendukung literasi awal melalui pengenalan kata dan visualisasi, sehingga siswa memahami konsep membaca secara menyeluruh [27]. Implikasinya, guru perlu mendukung arahan, media visual, dan latihan bertahap, sementara untuk siswa dapat memperoleh keterampilan membaca yang lebih kuat, percaya diri, dan minat baca yang meningkat [28].

Penelitian ini tidak terlepas dari tantangan, diantaranya yaitu adanya perbedaan kemampuan awal membaca siswa yang menuntut adanya bimbingan yang lebih intensif, serta keterbatasan media yang digunakan sehingga belum sepenuhnya menyesuaikan dengan variasi gaya belajar. Kondisi ini menegaskan perlunya strategi pembelajaran diferensiatif dan inovasi media yang lebih variatif agar perkembangan siswa dapat lebih optimal lagi.

IV. Kesimpulan

Dari pelaksanaan penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan menggunakan Metode Suku Kata berbantu Media Pohon Kata di Kelas II SDN 112/II Purwo Bakti memberikan kesimpulan bahwa: Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Suku Kata berbantu Media Pohon Kata di Kelas II SDN 112/II Purwo Bakti meningkat. Dapat dilihat dari hasil observasi siklus I sampai siklus II dengan peningkatan proses pembelajaran aspek pendidik siklus I pertemuan I 65%, siklus I pertemuan II 70%, siklus II pertemuan I 75% dan siklus II pertemuan II terjadi peningkatan yang signifikan dengan jumlah 80%. Dan aspek peserta didik siklus I pertemuan I 59,66% , siklus I pertemuan II 68,16%, siklus II pertemuan I 75,5% dan siklus II pertemuan II terjadi peningkatan yang signifikan dengan jumlah 80%. Pembelajaran dengan menggunakan Metode Suku Kata dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan peserta didik di Kelas II SDN 112/II Purwo Bakti. Dapat dilihat dari siklus I pertemuan I terdapat 6 Peserta didik yang tuntas, siklus I pertemuan II terdapat 12 Peserta didik yang tuntas, siklus II pertemuan I terdapat 16 peserta didik yang tuntas, dan siklus II pertemuan II 28 peserta didik tuntas. Yang mana peserta didik terdiri dari 30 orang. Hal ini berarti penelitian ini sudah bisa dikatakan berhasil, karena sebagian besar peserta didik sudah memenuhi standar ketuntasan atau KKM. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah guru disarankan untuk menggunakan media pohon kata dalam pembelajaran membaca permulaan untuk meningkatkan keterlibatan, motivasi, dan pemahaman siswa. Untuk penelitian selanjutnya, metode ini dapat diuji pada kelas jenjang yang berbeda, atau dapat diterapkan pada mata pelajaran lain yang memerlukan kemampuan awal, sehingga efektivitas dan fleksibilitas metode dapat ditinjau lebih luas.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan apresiasi kepada pimpinan sekolah serta guru kelas II SDN 112/II Purwo Bakti atas izin dan kolaborasi yang diberikan selama proses pengumpulan data. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua siswa kelas II yang telah berkontribusi dalam kegiatan penelitian ini.

References

[1] E. S. Agustina, “Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks,” Jurnal Ilmiah Kebudayaan Sintesis, vol. 11, no. 1, pp. 1–11, 2017.

[2] N. Aini, “Penerapan Metode Suku Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas 1 SDN 10 Pinggir Kabupaten Bengkalis,” Skripsi, vol. 33, no. 1, pp. 1–12, 2022.

[3] A. Ningrum, “Kurikulum Merdeka,” Journal Mahesa Center, vol. 1, pp. 166–177, 2022, doi: 10.34007/ppd.v1i1.186.

[4] S. Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Indonesia: Bumi Aksara, 2019.

[5] N. L. Tjoen and A. Samsudin, “Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Meningkatkan Kemampuan Membaca Kelas II SD,” Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri, vol. 8, 2022.

[6] D. Hikmawati, N. Nuri, A. Majid, and A. Imron, “Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa Kelas 1 SDN 1 Tempursari dengan Metode Suku Kata,” Jurnal Profesi Pendidikan dan Keguruan Alphateach, vol. 1, no. 2, pp. 1–9, 2021.

[7] E. Harianto, “Keterampilan Membaca dalam Pembelajaran Bahasa,” Jurnal Didaktika, vol. 9, no. 1, p. 2, 2020, doi: 10.58230/27454312.2.

[8] A. Hasanah and M. S. Lena, “Analisis Kemampuan Membaca Permulaan dan Kesulitan yang Dihadapi Siswa Sekolah Dasar,” Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 3, no. 5, pp. 3296–3307, 2021.

[9] L. H. Hadiana, S. M. Hadad, and I. Marlina, “Penggunaan Media Big Book untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Kalimat Sederhana,” Didaktik: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, vol. 4, no. 2, pp. 212–242, 2018.

[10] H. Mujaddidah, E. Suwangsih, and N. S. Wulan, “Penerapan Metode Suku Kata (Syllabic Method) Berbantuan Aplikasi Marbel Membaca untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Sekolah Dasar,” Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, vol. 9, no. 4, pp. 226–235, 2023, doi: 10.36989/didaktik.v9i04.1638.

[11] C. S. Mulyani, “Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Siswa melalui Metode Suku Kata dengan Media Puzzle Kelas II MIN 46 Bireuen,” Skripsi, 2022.

[12] F. Rofiani, “Kemampuan Membaca Permulaan melalui Media Pohon Kata pada Anak TK B,” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 1, no. 1, pp. 46–56, 2018.

[13] H. M. Sari, D. A. Uswatun, A. R. Amalia, S. Mariam, and E. Yohana, “Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Siswa melalui Kartu Kata Berbasis Wayang Sukuraga,” Jurnal Basicedu, vol. 6, no. 5, pp. 7707–7715, 2022, doi: 10.31004/basicedu.v6i5.3557.

[14] I. B. R. Novianti, “Pengaruh Metode Suku Kata terhadap Keterampilan Membaca Permulaan Peserta Didik Kelas 1 di SDN 02 Gunung Sakti, Menggala Selatan,” Skripsi, vol. 15, no. 1, pp. 37–48, 2024.

[15] D. Kadir, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Siswa Kelas 1 SDN 05 Wanggarasi Tahun 2014/2015 melalui Media Gambar,” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, vol. 5, no. 2, p. 93, 2020, doi: 10.37905/aksara.5.2.93-102.2019.

[16] Juliati, “Pengaruh Permainan Pohon Kata terhadap Kemampuan Awal Membaca Anak di TK Al-’Alqa Kabupaten Gowa,” Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, vol. 13, no. 1, pp. 104–116, 2023.

[17] E. Ramadanti and Z. Arifin, “Strategi Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Media Kartu Bergambar bagi Anak Usia Dini dalam Bingkai Islami dan Perspektif Pakar Pendidikan,” Kindergarten: Journal of Islamic Early Childhood Education, vol. 4, no. 2, pp. 173–187, 2021.

[18] I. S. Wardani, “Hubungan antara Metode Suku Kata dengan Kemampuan Membaca Permulaan terhadap Siswa Kelas 1 SD,” in Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series, vol. 3, no. 3, pp. 1583–1589, 2020.

[19] Muammar, Membaca Permulaan di Sekolah Dasar. [Scanned Book]. 2020.

[20] Norhadirijanto, “Upaya Peningkatan Keterampilan Membaca melalui Metode Suku Kata pada Siswa Kelas I MI Muhammadiyah Krendetan Kecamatan Bagelan Kabupaten Purworejo,” Skripsi, 2014.

[21] A. Zulfa, A. Fatahillah, T. Hidayat, T. D. Anayah, and U. L. Azmi, “Makna Penting Penelitian Tindakan Kelas dalam Mengembangkan Motivasi Belajar Siswa,” Jurnal Kreativitas Mahasiswa, vol. 1, no. 1, pp. 57–65, 2023.

[22] P. Utomo, N. Asvio, and F. Prayogi, “Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Panduan Praktis untuk Guru dan Mahasiswa di Institusi Pendidikan,” Pubmedia Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Indonesia, vol. 1, no. 4, p. 19, 2024, doi: 10.47134/ptk.v1i4.821.

[23] R. Salam, R. N. A. M., and Amrah, “Pengaruh Penggunaan Metode Global terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I UPT SPF SD Negeri Tallo Tua 69 Kota Makassar,” Global Journal Basic Education, vol. 1, pp. 300–318, Aug. 2022.

[24] R. P. Sari, “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Metode Suku Kata (Syllabic Method) pada Siswa Kelas I-B di SDN 009 Tarakan,” Kaos GL Dergisi, vol. 8, no. 75, pp. 147–154, 2020.

[25] S. Faujiah, L. I. Mayasari, and M. Ulfah, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Media Kartu Kata pada Pelajaran Bahasa Indonesia,” in Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara III, pp. 165–169, 2021.

[26] D. Suleman, Y. R. Hanafi, and A. Rahmat, “Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan melalui Metode Scramble di Kelas II SDN 3 Tibawa Kabupaten Gorontalo,” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, vol. 7, no. 2, p. 713, 2021, doi: 10.37905/aksara.7.2.713-726.2021.

[27] A. Taseman, A. Puspita, and D. P. Sari, “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, vol. 3, no. 2, pp. 138–147, 2021.

[28] Y. T. Dewi, S. R. Ardyaputri, S. Suyono, and A. E. Anggraini, “Penerapan Metode Suku Kata dalam Pembelajaran Membaca Permulaan pada Siswa SD Sunan Giri Ngebruk,” Jurnal Educatio FKIP UNMA, vol. 8, no. 3, pp. 780–785, 2022, doi: 10.31949/educatio.v8i3.2428.