Login
Section Innovation in Education

Application of the Make a Match Model in Elementary Mathematics Learning Outcomes

Penerapan Model Make a Match pada Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar
Vol. 26 No. 4 (2025): October:

Muhamad Alfiqri Agi (1), Puput Wahyu Hidayat (2), Iri Hamzah (3)

(1) Univesitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia
(2) Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia
(3) Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia

Abstract:

General background: Mathematics is a fundamental discipline crucial for students’ cognitive development, yet many elementary school students in Indonesia continue to struggle with low achievement due to teacher-centered and monotonous instruction. Specific background: At SD Negeri 205/II Bangun Harjo, most fifth-grade students failed to reach the minimum mastery criteria in mathematics, indicating an urgent need for innovative learning models. Knowledge gap: Although cooperative models like Make A Match have been studied in various contexts, empirical evidence on their effectiveness in mathematics learning at the elementary level, particularly in rural settings, remains limited. Aims: This study aimed to analyze the application of the Make A Match model in improving students’ mathematics learning outcomes. Results: Using a pre-experimental one-group pretest–posttest design with 11 participants, results revealed an increase in average scores from 56.36 (pretest) to 72.12 (posttest), while learning completeness rose from 27.27% to 63.63%. A paired samples t-test confirmed a statistically significant improvement (p = 0.012 < 0.05). Novelty: The study provides contextual evidence of Make A Match effectiveness in an underrepresented elementary school setting, complemented by rigorous instrument validation. Implications: These findings highlight the model’s potential as an engaging and practical strategy to foster active participation, collaboration, and better mathematics learning outcomes in primary education.


Highlight:


• Significant improvement in average scores and mastery level after applying Make A Match.


• Novel contribution by providing empirical evidence in rural elementary school context.


• Practical implications for teachers to adopt interactive and enjoyable strategies.


Keywords: Make A Match, Mathematics Learning, Cooperative Model, Learning Outcomes, Elementary Education

Downloads

Download data is not yet available.

I. Pendahuluan

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk menciptakan lingkungan serta proses belajar yang mendorong peserta didik aktif mengembangkan potensi, meliputi aspek spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, dan keterampilan yang bermanfaat bagi diri maupun masyarakat (A. Rahman dkk., 2022). Dengan demikian, pendidikan dapat dipahami sebagai sebuah proses yang menggunakan metode tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan perilaku yang selaras dengan kebutuhannya. Salah satu tolok ukur keberhasilan pendidikan nasional dapat dilihat dari capaian hasil belajar siswa, karena hasil belajar mencerminkan tingkat penguasaan materi yang diajarkan selama proses pembelajaran. Apabila proses belajar berlangsung secara efektif, maka hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih bermakna. Oleh karena itu, hasil belajar memiliki peran penting sebagai indikator keberhasilan, baik bagi guru maupun peserta didik (Sappaile, dkk. 2021).

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.. Belajar sendiri adalah suatu aktivitas yang dilakukan individu untuk mencapai perubahan perilaku yang bersifat relatif permanen. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Apriani, 2022). Hasil belajar adalah pencapaian yang diraih siswa setelah mengikuti pengajaran dalam periode tertentu, yang juga menunjukkan efektivitas usaha belajar yang telah dilakukan. Dengan kata lain, semakin keras siswa berusaha dalam belajar, semakin baik hasil belajar yang akan mereka peroleh (Yandi, dkk. 2023).

Kualitas pendidikan di Indonesia dapat dikembangkan dengan cara mengganti sistem pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang lebih bermakna yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan. Dalam konteks pendidikan, pembelajaran dapat dipahami sebagai proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan berbagai sumber belajar dalam lingkungan yang dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terstruktur memungkinkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, efektif, dan efisien (Syafrin, dkk. 2023).

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar. Pembelajaran secara umum mencakup berbagai metode dan pendekatan yang digunakan untuk mengajar dan belajar, baik secara tatap muka maupun daring. Proses ini harus direncanakan dengan sistematis dan fleksibel agar efektif dalam mencapai tujuan pendidikan. Idealnya, pembelajaran yang dilaksanakan disekolah harus mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Namun, kenyataannya, banyak sekolah yang masih menghadapi berbagai tantangan dalam melaksanakan pendidikan yang berkualitas.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dasar yang memiliki peran penting, baik dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam pembentukan karakter manusia. Perannya telah melekat dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagai sarana bantu, matematika banyak dimanfaatkan untuk mempermudah, mempercepat, dan meningkatkan efisiensi berbagai pekerjaan manusia. Namun, dalam proses pembelajarannya, masih ditemukan sejumlah kendala. Salah satu masalah yang sering muncul adalah rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika (Rasul, 2020).

Berdasarkan hasil observasi peneliti saat melaksanakan kegiatan PLP II, proses pembelajaran matematika di sekolah dasar masih didominasi oleh metode ceramah dalam penyampaian materi. Guru cenderung hanya berfokus pada satu atau dua siswa yang aktif, sementara siswa lain dibiarkan berbicara dengan temannya tanpa memperhatikan penjelasan guru. Kondisi ini mengakibatkan sebagian siswa kurang memahami materi, bahkan ada yang sama sekali tidak memahaminya. Pola pembelajaran seperti ini membuat siswa mudah merasa bosan dan jenuh, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap hasil belajar mereka. Pelaksanaan pembelajaran matematika oleh guru cenderung bersifat konvensional, di mana siswa diminta belajar mandiri tanpa pendampingan yang memadai. Ketika bimbingan diberikan, siswa sering kali hanya diarahkan untuk menghafal materi. Padahal, pembelajaran matematika seharusnya menekankan pada pemahaman konsep dan makna, bukan sekadar hafalan. Dalam proses belajar, guru masih menjadi pusat utama sumber informasi, dengan sedikit variasi metode mengajar. Sesekali memang digunakan model pembelajaran kelompok, namun pelaksanaannya kurang optimal dalam membangun interaksi antara guru dan siswa. Guru memberikan tugas kelompok dengan arahan atau bimbingan yang minim, baik secara kelompok maupun individu. Minimnya variasi metode ini menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk memperhatikan jalannya pembelajaran.

Permasalahan tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa yang belum memenuhi KKM di SD Negeri 205/II Bangun Harjo. Oleh karena itu, diperlukan penerapan solusi yang selaras dengan prinsip pembelajaran aktif untuk mengatasi kondisi tersebut.

Berikut ialah data hasil belajar dari siswa kelas V SDN 205/II Bangun Harjo pada pembelajaran matematika:

No Kode Siswa Jenis Kelamin Nilai Keterangan
1. ASS P 60 Tidak Tuntas
2. AN P 65 Tidak Tuntas
3. AH P 65 Tidak Tuntas
4. DAS P 70 Tuntas
5. DF L 80 Tuntas
6. ESR L 75 Tuntas
7. FA L 70 Tuntas
8. IS P 65 Tidak Tuntas
9. MNF L 60 Tidak Tuntas
10. MZA L 65 Tidak Tuntas
11. NAS L 60 Tidak Tuntas
Jumlah 735
Rata-rata 66,8 KKTP= 70
Table 1. Daftar Nilai Ulangan Harian Matematika Kelas V SDN 205/II Bangun Harjo

Tabel di atas dapat diketahui bahwa pada kelas V SDN 205/II Bangun Harjo terdapat 11 siswa, dengan KKTP sebesar 70. Jumlah yang tuntas sebanyak 7 siswa (64%), sedangkan yang tidak lulus sebanyak 4 siswa (34%). Rendahnya hasil siswa disebabkan oleh berbagai permasalahan diantaranya siswa kurang aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sistem pembelajaran dikelas masih cenderung berpusat pada guru, guru rata-rata menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga pembelajaran menjadi monoton dan kurang menarik bagi siswa.

Upaya menerapkan model pembelajaran inovatif yang selaras dengan karakteristik siswa untuk meningkatkan motivasi belajar dan partisipasi aktif dalam pembelajaran matematika, merupakan kebutuhan penting yang harus diwujudkan di sekolah. Oleh karena itu, dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika pada jenjang sekolah dasar dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif yang tepat.

Pendidikan pada jenjang sekolah dasar memiliki peran penting dalam menanamkan kemampuan literasi dan numerasi sebagai landasan keberhasilan belajar pada tahap selanjutnya. Pasca-pandemi COVID-19, hasil berbagai asesmen nasional mengindikasikan adanya penurunan signifikan pada capaian belajar, khususnya dalam keterampilan numerasi yang mencakup kemampuan berpikir logis, memahami konsep bilangan, serta menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini menjadi tantangan besar bagi pendidikan di Indonesia, sejalan dengan pernyataan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang menegaskan perlunya pembelajaran yang inovatif, partisipatif, dan berpusat pada siswa (Kemendikbudristek, 2022).

Program Merdeka Belajar yang sedang digalakkan memberikan keleluasaan kepada guru untuk mengembangkan metode pembelajaran kreatif demi meningkatkan keterlibatan siswa, termasuk pada mata pelajaran matematika yang sering dianggap sulit. Salah satu pendekatan yang sejalan dengan kebijakan ini adalah model pembelajaran kooperatif Make A Match, karena memfasilitasi interaksi aktif, kerja sama, dan keterlibatan emosional peserta didik. Dengan menggabungkan unsur permainan edukatif, model ini membantu siswa tidak hanya menghafal konsep, tetapi juga memahami dan mengaplikasikan materi matematika secara lebih menyenangkan, sehingga diharapkan mampu mengurangi kesenjangan numerasi yang muncul akibat pandemi (Huda, 2014).

Penelitian ini menawarkan solusi dengan menerapkan model kooperatif tipe Make A Match pada mata pelajaran Matematika, yang mendorong siswa lebih aktif dan menikmati proses pembelajaran. Selain itu, metode ini juga berperan dalam meningkatkan kerja sama antar siswa serta hasil belajar mereka (Maulida, dkk., 2020). Model pembelajaran ini dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran. Suasana positif yang tercipta melalui penerapan Make A Match memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih menyukai pelajaran dan interaksi dengan guru, sehingga meningkatkan keterlibatan dan aktivitas belajar siswa (Rosidha, 2020).

Model Make a Match (Azmaliyah dkk., 2023) adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan pada siswa. Penerapannya dimulai dengan meminta siswa mencocokkan kartu yang berisi soal dan jawaban sebelum waktu yang ditentukan habis, dan siswa yang berhasil mencocokkan kartu memperoleh poin. Model yang dikembangkan oleh Lorna Curran ini memungkinkan siswa mempelajari konsep atau topik sambil bermain, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan. Dengan adanya elemen permainan, siswa tidak mudah merasa jenuh atau bosan, yang pada gilirannya berdampak positif terhadap hasil belajar. Pembelajaran yang lebih menarik dan aktif cenderung mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pembelajaran matematika menggunakan model Make a Match bertujuan agar siswa menjadi lebih teliti, mampu berpikir cepat, memahami materi secara mendalam, serta dapat menjalin interaksi sosial dengan teman-temannya. Sebagian besar aktivitas pembelajaran berfokus pada siswa, meliputi mempelajari materi dan berdiskusi untuk memecahkan masalah dan siswa mempunyai pengalaman belajar lebih bermakna. Melalui penelitian tersebut make a match ini juga mampu mempengaruhi hasil belajar Matematika siswa. Hal ini dapat dilihat langsung melalui semangat belajar siswa sebagai pengaruh aktivitas pembelajaran.

Pemilihan model kooperatif tipe Make a Match dalam penelitian ini didasarkan pada studi Ahmad Susanto dan Anna Fatullah (2018) tentang pengaruh model tersebut terhadap hasil belajar siswa pada materi Gaya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SDN Grogol Selatan 08.

Meskipun sudah banyak penelitian yang meneliti model pembelajaran kooperatif, khususnya yang menggunakan pendekatan Make a Match, masih terdapat keterbatasan dalam konteks penerapan model ini pada mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar, terutama di wilayah Kabupaten Bungo. Sebagian besar penelitian sebelumnya lebih banyak menitikberatkan pada jenjang pendidikan menengah atau materi pelajaran lain, sehingga masih minim bukti empiris yang secara spesifik mengkaji efektivitas model Make a Match terhadap hasil belajar matematika di SD dengan karakteristik siswa dan kondisi pembelajaran yang unik di daerah tersebut.

Penelitian ini menawarkan kebaruan dengan mengaplikasikan model Make a Match secara langsung pada siswa kelas V SD Negeri 205/II Bangun Harjo di Kecamatan Pelepat Ilir, yang secara kontekstual memberikan gambaran nyata tentang dampak pembelajaran kooperatif di lingkungan yang kurang terjamah oleh inovasi pembelajaran modern. Selain itu, penelitian ini melengkapi kekurangan sebelumnya dengan menggabungkan analisis yang komprehensif, mulai dari validitas dan reliabilitas instrumen hingga pengujian normalitas dan signifikansi statistik, sehingga menghasilkan bukti yang lebih kuat mengenai efektivitas model Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa SD. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memperkuat landasan teori terkait penerapan model pembelajaran kooperatif, tetapi juga memberikan kontribusi praktis yang dapat menjadi referensi bagi guru dan pihak sekolah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan, khususnya di wilayah yang memiliki keterbatasan sarana dan prasarana

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan model Make A Match terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 205/II Bangun Harjo. Hasilnya diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan strategi pembelajaran yang efektif dan relevan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional.

II. Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe eksperimen, yaitu Pre-Experimental, di mana hanya melibatkan satu kelompok saja. Dengan demikian, penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol, sehingga jenis Pre-Experimental tidak sepenuhnya memenuhi kriteria penelitian eksperimen murni. Alasan menggunakan metode Pre-Eksperimen ini karena kenyataannya keadaan atau situasi yang tidak memungkinkan digunakannya kelas kontrol dalam penelitian ini. Karena situasi seperti itulah peneliti memilih Pre-Eksperiman yaitu hanya menggunakan satu kelas. Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN 205/II Bangun Harjo dengan jumlah siswa 11 orang terdiri dari 6 siswa dan 5 siswi. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Pemilihan teknik simple random sampling dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel, sehingga dapat meminimalkan bias pemilihan dan menghasilkan data yang lebih representatif. Meskipun jumlah sampel relatif kecil, teknik ini tetap relevan karena populasi penelitian bersifat homogen, yaitu siswa kelas V pada satu sekolah yang memiliki latar belakang dan pengalaman belajar yang relatif serupa. Selain itu, simple random sampling memungkinkan peneliti memperoleh data yang mencerminkan kondisi populasi secara keseluruhan tanpa memerlukan pembagian strata atau kelompok tertentu (Sugiyono, 2019).

Pretest Treatment Postest
O 1 X O 2
Table 2. Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

Keterangan:

O1 = Pretest (sebelum penggunaan model make a match)

X = Treatment (penggunaan model make a match)

O2 = Posttest (sesudah penggunaan model make a match )

Teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah melalui proses uji validitas dan reliabilitas untuk memastikan ketepatan dan konsistensi pengukuran. Validitas diuji untuk memastikan bahwa butir soal mampu mengukur kompetensi yang dimaksud sesuai indikator pembelajaran, mengacu pada panduan yang dikemukakan oleh Arikunto (2018). Uji reliabilitas dilakukan guna mengetahui tingkat konsistensi hasil tes apabila diujikan kembali dalam kondisi serupa, dengan teknik yang sesuai untuk data hasil belajar. Analisis daya pembeda digunakan untuk menilai kemampuan setiap butir soal dalam membedakan siswa berkemampuan tinggi dan rendah, sedangkan uji tingkat kesukaran dilakukan untuk memastikan variasi soal mencakup kategori mudah, sedang, dan sulit sehingga dapat mengukur kemampuan siswa secara komprehensif (Sudijono, 2015).

III. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan Model Make A Match terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V di SD Negeri 205/II Bangun Harjo, Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo. Data hasil belajar diperoleh melalui tes uraian sebanyak 15 soal pilihan ganda yang telah divalidasi sebelumnya. Pengukuran dilakukan dua kali, yaitu sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest).

1. Pretest Hasil Belajar

Pelaksanaan pretest dilakukan di sekolah pada hari Senin, 11 Agustus. Guru dan peneliti masuk kelas serta mengucap salam dan serentak siswa membalas salam. Pembelajaran tetap berlangsung seperti biasa, peniliti sebagai pemateri. Peneliti memulai pretest dengan salam dilanjutkan memperkenalkan diri, dan mengabsen kehadiran siswa. Peneliti melakukan tes awal untuk menetahui kemampuan awal siswa. Jumlah tes ada 20 soal pilihan ganda yang sudah di validasi. Adapun data nilai prettest sebagai berikut:

No Nama Siswa Nilai Pretest Tuntas Tidak Tuntas
1. ASS 40,00 - TT
2. AN 26,67 - TT
3. AH 66,67 - TT
4. DAS 53,33 - TT
5. DF 73,33 T -
6. ESR 46,67 - TT
7. FA 66,67 - TT
8. IS 26,67 - TT
9. MNF 53,33 - TT
10. MZA 80,00 T -
11. NAS 86,67 T -
Jumlah 620
Nilai Tertinggi 86,67
Nilai Terendah 26,67
Nilai Rata-Rata 56,36
Jumlah Tuntas 3
Jumlah Tidak Tuntas 8
Tingkat Ketuntasan 27,27%
Table 3. Data Nilai Pretest Hasil Belajar Matematika

Tabel di atas menunjukkan nilai pretest hasil belajar matematika dari 11 siswa kelas V SD Negeri 205/II Bangun Harjo sebelum diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Make a Match. Nilai pretest bervariasi mulai dari nilai terendah 26,67 hingga nilai tertinggi 86,67 dengan rata-rata nilai sebesar 56,36. Dari jumlah siswa tersebut, hanya 3 siswa yang mencapai nilai tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM), sedangkan 8 siswa lainnya belum mencapai ketuntasan atau masih tergolong tidak tuntas. Hal ini terlihat dari tingkat ketuntasan keseluruhan yang hanya mencapai 27,27%, menunjukkan bahwa pada awal penelitian sebagian besar siswa belum menguasai materi matematika yang diuji. Data ini menjadi dasar penting untuk mengukur sejauh mana model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada tahap berikutnya.

2. Postest Hasil Belajar Matematika

Pelaksanaan posttest dilakukan di sekolah pada hari Selasa, 12 Agustus 2025. Peneliti melakukan tes akhir untuk memperoleh data mengenai peningkatan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Pada pertemuan akhir peneliti melaksanakan tes akhir untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa setelah diajarkan materi melalui model pembelajaran Model Make A Match. Adapun data nilai posttest sebagai berikut:

No Nama Siswa Nilai Postest Tuntas Tidak Tuntas
1. AAE 73,33 T -
2. AAE 80,00 T -
3. AFA 73,33 T -
4. AS 66,67 - TT
5. BFJ 66,67 - TT
6. HT 53,33 - TT
7. HPPL 80,00 T -
8. HAP 53,33 - TT
9. MF 73,33 T -
10. PN 80,00 T
11. RRP 93,33 T
Jumlah 793,3333
Nilai Tertinggi 93,33
Nilai Terendah 53,33
Nilai Rata-Rata 72,12
Jumlah Tuntas 7
Jumlah Tidak Tuntas 4
Tingkat Ketuntasan 63,63%
Table 4. Data Nilai Postest Hasil Belajar Matematika

Tabel di atas memperlihatkan nilai posttest hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 205/II Bangun Harjo setelah mengikuti pembelajaran dengan model Make a Match. Nilai posttest menunjukkan peningkatan signifikan, dengan nilai tertinggi mencapai 93,33 dan nilai terendah 53,33. Rata-rata nilai siswa setelah perlakuan meningkat menjadi 72,12, lebih tinggi dibandingkan nilai pretest sebelumnya. Dari 11 siswa, 7 siswa berhasil mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan kriteria KKM, sementara 4 siswa masih belum tuntas. Tingkat ketuntasan secara keseluruhan meningkat menjadi 63,63%, yang menunjukkan bahwa penerapan model Make a Match efektif dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar matematika siswa. Data ini menjadi bukti empiris bahwa strategi pembelajaran yang melibatkan interaksi aktif dan kerja sama siswa mampu memperbaiki prestasi belajar dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional sebelumnya.

No Nama Pretest Postest
Nilai Ket Nilai Ket
1. AAE 40,00 TT 73,33 T
2. AAE 26,67 TT 80,00 T
3. AFA 66,67 TT 73,33 T
4. AS 53,33 TT 66,67 TT
5. BFJ 73,33 T 66,67 TT
6. HT 46,67 TT 53,33 TT
7. HPPL 66,67 TT 80,00 T
8. HAP 26,67 TT 53,33 TT
9. MF 53,33 TT 73,33 T
10. PN 80,00 T 80,00 T
11. RRP 86,67 T 93,33 T
Jumlah 620 793,3333
Nilai Tertinggi 86,67 93,33
Nilai Terendah 26,67 53,33
Nilai Rata-Rata 56,36 72,12
Jumlah Tuntas 3 7
Jumlah Tidak Tuntas 8 4
Tingkat Ketuntasan 27,27% 63,64%
Table 5. D ata Nilai Pretest dan Posttest Hasil Belajar Matematika

Figure 1. Tingkat Ketuntasan Pretest dan Postest

Tabel dan diagram di atas menampilkan perbandingan nilai pretest dan posttest hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 205/II Bangun Harjo sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran Make a Match. Terlihat adanya peningkatan nilai pada hampir seluruh siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model tersebut. Nilai rata-rata siswa meningkat dari 56,36 pada pretest menjadi 72,12 pada posttest, dengan nilai tertinggi meningkat dari 86,67 menjadi 93,33, dan nilai terendah yang sebelumnya 26,67 naik menjadi 53,33. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan (nilai ≥ KKM) juga mengalami peningkatan signifikan, dari hanya 3 siswa pada pretest menjadi 7 siswa pada posttest. Tingkat ketuntasan keseluruhan naik dari 27,27% menjadi 63,63%. Perubahan ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Make a Match berkontribusi positif terhadap peningkatan pemahaman dan hasil belajar matematika siswa. Peningkatan nilai dan ketuntasan ini menandakan efektivitas model pembelajaran dalam memfasilitasi proses belajar yang lebih aktif, interaktif, dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan motivasi serta kemampuan siswa dalam menguasai materi matematika secara lebih baik.

Statistics
Pre_test Post_test
N Valid 11 11
Missing 0 0
Mean 56,3645 72,1200
Median 53,3300 73,3300
Mode 26,67a 73,33a
Std. Deviation 20,30029 11,85779
Variance 412,102 140,607
Range 60,00 40,00
Minimum 26,67 53,33
Maximum 86,67 93,33
Sum 620,01 793,32
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Table 6. Data Statistik Hasil Belajar Matematika

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa responden terdiri dari 11 murid. Nilai rata-rata pretest hasil belajar siswa adalah 56,36 dan nilai rata rata postest hasil belajar siswa adalah 72,12. Untuk nilai hasil belajar secara keseluruhan pretest 620,01 dan postest 793,3

3. Analisis Data

a) Validitas Tes

Validitas diuji menggunakan data pre-test untuk memastikan soal dapat mengukur kemampuan awal peserta dengan tepat. Butir soal dengan korelasi item-total di atas 0,20 dianggap valid dan layak digunakan untuk analisis lebih lanjut.

Figure 2.

Butir Korelasi ( r_xy ) Sig. (2-tailed) Kategori Validitas
P1 0,561 0,073 sedang
P2 0,485 0,13 sedang
P3 0,834 0,001 tinggi
P4 0,269 0,424 Rendah
P5 0,236 0,484 Rendah
P6 0,467 0,148 sedang
P7 0,332 0,319 Rendah
P8 0,457 0,157 sedang
P9 0,142 0,677 Sangat rendah
P10 0,377 0,253 Rendah
P11 0,272 0,418 Rendah
P12 0,646 0,032 sedang
P13 0,269 0,424 Rendah
P14 0,583 0,06 sedang
P15 0,402 0,22 Sedang
Table 7. Hasil Analisis Korelasi

b) Realibilitas Tes

Reliabilitas dihitung dari data pre-test agar diketahui konsistensi alat ukur sebelum perlakuan. Jika pre-test reliabel, maka hasil pengukuran dianggap stabil dan dapat dipercaya untuk melihat perkembangan peserta.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,660 15
Table 8. Realibilitas Tes

c) Daya pembeda

Daya pembeda mengukur kemampuan soal dalam membedakan peserta yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah berdasarkan hasil belajar setelah pembelajaran (post-test). Dengan menggunakan data post-test, daya pembeda menunjukkan seberapa efektif soal tersebut mengidentifikasi peningkatan pemahaman peserta setelah pembelajaran. Nilai daya pembeda yang tinggi berarti soal mampu membedakan peserta yang benar-benar memahami materi dari yang belum.

Figure 3.

Butir Soal Corrected Item-Total Correlation (CITC) Kategori Daya Beda
P1 -0,074 Buruk
P2 0,461 Baik
P3 0 Buruk
P4 -0,386 Buruk
P5 -0,348 Buruk
P6 0,238 Cukup
P7 0,123 Kurang
P8 0,044 Kurang
P9 -0,549 Buruk
P10 0,044 Kurang
P11 -0,348 Buruk
P12 0,606 Baik
P13 -0,026 Buruk
P14 0,653 Baik
P15 -0,22 Buruk
Table 9.

Nilai daya beda yang rendah pada beberapa soal kemungkinan dipengaruhi oleh ukuran sampel yang kecil sehingga hasilnya kurang stabil. Meski demikian, analisis ini masih bisa dilanjutkan ke uji tingkat kesukaran dan analisis lanjutan dengan catatan hasil harus diinterpretasikan hati-hati. Disarankan untuk menggunakan sampel lebih besar pada penelitian berikutnya agar hasil lebih valid.

d) Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran mengindikasikan seberapa sulit soal tersebut berdasarkan hasil post-test. Dengan memakai data post-test, tingkat kesukaran mencerminkan kesulitan soal setelah peserta mengikuti pembelajaran, sehingga soal dengan tingkat kesukaran sedang (0,3–0,7) ideal untuk menilai pemahaman mereka secara akurat. Soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit kurang efektif untuk mengukur pencapaian hasil belajar.

Figure 4.

Rata-rata tingkat kesukaran soal berkisar antara 0,55 hingga 0,91, yang menunjukkan bahwa sebagian besar soal tergolong mudah sampai sedang. Soal dengan nilai mendekati 1 (misalnya P15 dengan 0,91) termasuk soal yang cukup mudah karena banyak peserta yang menjawab benar. Sebaliknya, soal dengan nilai lebih rendah (misalnya P6 dengan 0,55) tergolong lebih sulit dibanding soal lainnya. Secara umum, variasi tingkat kesukaran ini cukup baik untuk mengukur kemampuan peserta secara proporsional.

e) Uji Normalitas

Figure 5.

Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05 untuk data pre-test dan post-test. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal. Dengan terpenuhinya asumsi normalitas, analisis statistik parametrik seperti uji t berpasangan dapat digunakan untuk membandingkan hasil pre-test dan post-test.

f) Uji Hipotesis

Figure 6.

Berdasarkan hasil uji Paired Samples t-test menunjukkan p-value 0,012 (<0,05), sehingga hipotesis nol ditolak. Hal ini menandakan penerapan model Make a Match secara signifikan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 205/II Bangun Harjo, menunjukkan efektivitas metode tersebut.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis, penerapan model pembelajaran Make a Match memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 205/II Bangun Harjo. Nilai rata-rata pretest sebesar 56,36 dengan tingkat ketuntasan 27,27% meningkat menjadi 72,12 dengan tingkat ketuntasan 63,63% pada posttest. Hasil uji paired samples t-test menunjukkan nilai signifikansi 0,012 (< 0,05), yang menegaskan adanya perbedaan signifikan sebelum dan sesudah perlakuan. Bridging statement: Hasil statistik ini sejalan dengan prinsip konstruktivisme (Piaget, 1972; Vygotsky, 1978), di mana pengetahuan dibangun melalui interaksi aktif, sehingga peningkatan skor menunjukkan bahwa keterlibatan siswa secara langsung dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika.

Dari sisi instrumen, hasil uji validitas menunjukkan sebagian besar butir soal memiliki korelasi item-total di atas 0,20, sedangkan reliabilitas mencapai 0,660, termasuk kategori reliabel menurut interpretasi Cronbach’s Alpha. Analisis daya pembeda menunjukkan beberapa soal baik dan cukup, meskipun ada yang kurang dan buruk, yang wajar mengingat ukuran sampel kecil. Bridging statement: Instrumen yang valid dan reliabel memastikan bahwa perbedaan skor yang diamati bukan hanya efek motivasi sementara, tetapi mencerminkan penguasaan materi secara nyata, sesuai dengan teori pemrosesan informasi (Anderson, 2010), yang menekankan asosiasi antar konsep untuk memperkuat memori jangka panjang.

Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi > 0,05 pada pretest dan posttest, sehingga data dinyatakan berdistribusi normal. Dengan terpenuhinya asumsi normalitas, penggunaan uji parametrik seperti paired samples t-test menjadi tepat. Bridging statement: Normalitas data memperkuat kesimpulan bahwa Make a Match efektif meningkatkan hasil belajar, karena perubahan yang signifikan dapat diatribusikan pada interaksi aktif siswa, sesuai prinsip active learning (Bonwell & Eison, 1991).

Pada pelaksanaan Make a Match, guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil (4–5 orang), memberikan set kartu berisi pertanyaan dan jawaban. Siswa terlihat antusias mencocokkan kartu, berdiskusi, dan bersaing untuk menyelesaikan pasangan kartu terlebih dahulu. Aktivitas ini membuat siswa pasif menjadi aktif dan meningkatkan kemampuan komunikasi serta kolaborasi. Bridging statement: Observasi ini mendukung teori pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995), di mana interaksi kelompok meningkatkan motivasi dan tanggung jawab sosial siswa, yang tercermin dari peningkatan hasil belajar yang signifikan.

Namun, penelitian ini menggunakan metode pre-experimental one group pretest-posttest, sehingga tidak memiliki kelompok kontrol. Keterbatasan ini berarti peningkatan skor mungkin dipengaruhi oleh faktor eksternal lain selain model Make a Match, misalnya motivasi siswa atau pengulangan materi. Meskipun demikian, data kuantitatif dan pengamatan lapangan mendukung asumsi efektivitas model, meski hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati. Sebagai strategi implementasi praktis, guru dapat menyesuaikan jumlah kartu atau tingkat kesulitan pertanyaan sesuai kemampuan siswa. Di kelas dengan ukuran lebih besar, pembagian kelompok bisa diperluas menjadi 6–7 siswa per kelompok, dengan peran tambahan seperti “penanya” atau “penilai jawaban” untuk menjaga keterlibatan aktif. Untuk materi lain, seperti IPA atau Bahasa Indonesia, kartu dapat berisi fakta atau kosa kata, sehingga prinsip Make a Match tetap mendorong pemrosesan aktif dan kerja sama.

Secara keseluruhan, peningkatan signifikan hasil belajar, didukung validitas dan reliabilitas instrumen, serta keterlibatan aktif siswa, membuktikan bahwa Make a Match efektif untuk pembelajaran matematika kelas V. Kesesuaiannya dengan konstruktivisme, pembelajaran aktif, dan kooperatif menjadikan model ini relevan untuk diterapkan pada berbagai materi yang membutuhkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir cepat, sambil memberikan panduan praktis bagi guru dalam kondisi kelas yang berbeda.

I V. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, penerapan model Make a Match terbukti signifikan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 205/II Bangun Harjo. Nilai rata-rata meningkat dari 56,36 pada pretest menjadi 72,12 pada posttest, sedangkan ketuntasan belajar naik dari 27,27% menjadi 63,63%. Hasil uji paired samples t-test (p = 0,012 < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan model, menegaskan efektivitas Make a Match dalam memfasilitasi pemahaman materi, memotivasi partisipasi aktif, serta mendorong kerja sama antar siswa. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan rancangan pre-experimental jenis one group pretest-posttest design. Subjek penelitian terdiri atas 11 siswa, yaitu 6 laki-laki dan 5 perempuan. Dengan rancangan ini, penelitian berhasil mengamati perubahan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah intervensi, sehingga memberikan bukti empiris tentang efektivitas model Make a Match.Secara praktis, temuan ini memiliki implikasi penting bagi guru dan sekolah. Model Make a Match layak dijadikan bagian dari strategi pembelajaran rutin untuk menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menyenangkan. Selain itu, model ini dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lain, sehingga membantu membangun budaya belajar aktif, meningkatkan keterlibatan siswa, serta mendukung pengembangan keterampilan sosial dan berpikir kritis di sekolah dasar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan apresiasi kepada pimpinan sekolah serta guru kelas V SD Negeri 205/II Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo, atas izin dan kolaborasi yang diberikan selama proses pengumpulan data. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua siswa kelas V yang telah berkontribusi dalam kegiatan penelitian ini.

References

[1] R. Agustina, S. Maiza, and R. Melati, “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar pada menulis teks anekdot peserta didik kelas X SMA Negeri 5 Kerinci,” Journal on Education, vol. 6, no. 1, pp. 358–365, 2023.

[2] P. S. Aji, E. Yayuk, and N. Q. A’yunin, “Peningkatan hasil belajar matematika dengan model discovery learning melalui media kubus satuan pada siswa kelas V SDN Kauman 1 Malang,” Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 3, no. 1, 2019.

[3] T. Alawiyah, P. Sukma, N. Wardhani, and I. Mahardika, “Penerapan model pembelajaran make a match dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan,” Jurnal Krakatau, vol. 20, pp. 1–6, 2024.

[4] D. Anggia, Asnawi, and Juliati, “Pengaruh model pembelajaran make a match terhadap hasil belajar siswa pada tema 7 peristiwa dalam kehidupan SD Negeri 7 Langsa,” Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 2, no. 1, 2019.

[5] A. Apdoludin, R. Guswita, and B. T. Orlanda, “Peningkatan hasil belajar IPS menggunakan media roda berputar di kelas IV SDN 60/II Muara Bungo,” Jurnal Inovasi Pendidikan dan Teknologi Informasi (JIPTI), vol. 3, no. 1, pp. 18–25, 2022, doi: 10.52060/pti.v3i01.718.

[6] Apriani, “Penerapan model pembelajaran make a match terhadap minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di MI Najahiyah Palembang,” Jurnal Pendidikan Islam, vol. 6, pp. 14985–14997, 2022.

[7] N. Avana, T. Wiyoko, and A. Wulandari, “Peningkatan hasil belajar matematika menggunakan model cooperative learning tipe number head together pada siswa kelas V SDN 219/II BTN Lintas Asri Kecamatan Bungo Dani,” Jurnal Tunas Pendidikan, vol. 2, no. 2, pp. 87–96, 2020, doi: 10.52060/pgsd.v2i2.254.

[8] H. Azmaliyah, D. R. Latifah, P. Fadiah, Marcelina, I. Dewantoro, Wishesa, and A. Marini, “Analisis keberhasilan model make a match dalam peningkatan hasil belajar siswa pelajaran IPS,” Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 2, no. 12, pp. 1603–1620, 2023.

[9] G. T. S. Damanik, Y. A. Sidabutar, and S. Pasaribu, “Pengaruh model make a match terhadap hasil belajar siswa pada tema 4 sub tema 3 barang dan jasa di kelas IV SD Swasta HKBP Tomuan,” Cendekia: Media Jurnal Ilmiah Pendidikan, vol. 13, no. 1, pp. 144–155, 2022. [Online]. Available: www.iocscience.org/ejournal/index.php/Cendikia

[10] D. N. Asmara, N. Wulandari, and M. N. Khairita, “Pengaruh model pembelajaran make a match terhadap hasil belajar matematika kelas IV SDN 146/VIII Rejosari Kabupaten Tebo,” Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, vol. 9, no. 2, pp. 5801–5811, 2023, doi: 10.36989/didaktik.v9i2.1374.

[11] H. Fauhah and B. Rosy, “Analisis model pembelajaran make a match terhadap hasil belajar siswa,” Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), vol. 9, no. 2, pp. 321–334, 2020, doi: 10.26740/jpap.v9n2.p321-334.

[12] G. Al Haddar and L. Marselina, “Peningkatan hasil belajar matematika dengan metode aktif tipe index card match pada siswa kelas V SDN 024 Samarinda Utara,” in Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 2019, vol. 1, pp. 1–8.

[13] Harizon, Haryanto, and Anisah, “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make-a match terhadap hasil belajar siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit di SMA PGRI 2 Kota Jambi,” Jurnal Indonesian Society Integrative Chemistry, vol. 8, pp. 8–12, 2016.

[14] P. W. Hidayat, N. Avana, and R. Smarti, “Upaya meningkatkan hasil belajar matematika menggunakan model cooperative learning tipe number head together pada siswa kelas III SDN 38/II Pauh Agung,” Jurnal Tunas Pendidikan, vol. 4, no. 1, pp. 60–65, 2021, doi: 10.52060/pgsd.v4i1.608.

[15] E. Lovisia, “Penerapan model make a match pada pembelajaran fisika kelas X SMA Negeri 2 Kota Lubuklinggau,” Science and Physics Education Journal (SPEJ), vol. 1, no. 1, pp. 7–22, 2017, doi: 10.31539/spej.v1i1.58.

[16] R. Maisyarah and E. Surya, “Kemampuan koneksi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika,” ResearchGate, pp. 1–11, 2013.

[17] I. S. Maulida, D. W. Rahayu, M. T. Hidayat, and S. Kasiyun, “Analisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS SD,” School Education Journal PGSD FIP Unimed, vol. 10, no. 1, pp. 82–90, 2020, doi: 10.24114/sejpgsd.v10i1.18133.

[18] N. Nugraheni, “Penerapan media komik pada pembelajaran matematika di sekolah dasar,” Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, vol. 7, no. 2, pp. 111–117, 2017, doi: 10.24176/re.v7i2.1587.

[19] M. Nurtanto and H. Sofyan, “Implementasi problem-based learning untuk meningkatkan hasil belajar kognitif, psikomotor, dan afektif siswa di SMK,” Jurnal Pendidikan Vokasi, vol. 5, no. 3, pp. 352–362, 2015, doi: 10.21831/jpv.v5i3.6489.

[20] A. Pitriani, “Pengaruh penggunaan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran PAI,” Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 2, no. 2, pp. 361–370, 2024.

[21] A. Rahman, S. A. Munandar, A. Fitriani, Y. Karlina, and Yumriani, “Pengertian pendidikan, ilmu pendidikan dan unsur-unsur pendidikan,” Al Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan Islam, vol. 2, no. 1, pp. 1–8, 2022.

[22] S. Rahman, “Pentingnya motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa,” Alfihris: Jurnal Inspirasi Pendidikan, vol. 2, no. 3, pp. 61–68, 2021, doi: 10.59246/alfihris.v2i3.843.

[23] A. Rasul, “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap motivasi dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Yapis Timika,” Mandalika: Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 3, pp. 65–75, 2020.

[24] Ricardo and R. I. Meilani, “The impacts of students’ learning interest and motivation on their learning outcomes,” Jurnal Pendidikan, vol. 2, no. 2, pp. 188–201, 2017.

[25] A. Rosidha, “Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi melalui model pembelajaran make and match berbasis media kartu pintar,” Jurnal Paedagogy, vol. 7, no. 4, pp. 393–401, 2020, doi: 10.33394/jp.v7i4.2946.

[26] B. I. Sappaile, T. Pristiwaluyo, and I. Deviana, “Hasil belajar dari perspektif dukungan orangtua dan minat belajar siswa,” ResearchGate, 2021. [Online]. Available: https://www.researchgate.net/publication/358888621

[27] A. Y. Savitri and S. N. Amalina, “Pengaruh model pembelajaran kooperatif make a match terhadap keaktifan dan hasil belajar,” Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 2, no. 2, pp. 166–177, 2023.

[28] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2019.

[29] Suhada, M. U. Mafra, R. K. Sari, and M. N. Arriyanto, “Pengaruh perilaku kerja dan komunikasi terhadap kinerja karyawan Rumah Makan Pagi Sore cabang Sudirman Palembang,” Jurnal Media Wahana Ekonomika, vol. 21, no. 1, pp. 142–155, 2024, doi: 10.31851/jmwe.v21i1.12796.

[30] Sundanah and R. Rahmadiansyah, “Pengaruh model pembelajaran make a match terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP kelas VII pada materi himpunan,” Desanta Jurnal Pendidikan, vol. 2, pp. 310–322, 2022.

[31] Suprianto, “Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran make a match,” Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (JITK), vol. 2, no. 2, pp. 209–214, 2024.

[32] A. Susanto and A. Fatullah, “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar siswa pada materi gaya,” Jurnal Pendidikan Dasar, pp. 63–70, 2018.

[33] Y. Syafrin, M. Kamal, A. Arifmiboy, and A. Husni, “Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam,” Educativo: Jurnal Pendidikan, vol. 2, no. 1, pp. 72–77, 2023, doi: 10.56248/educativo.v2i1.111.

[34] M. I. Syahroni, “Prosedur penelitian kuantitatif,” Jurnal Pendidikan, vol. 2, no. 3, 2022.

[35] “Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,” Republik Indonesia, 2003. [Online]. Available: https://peraturan.bpk.go.id/Details/43920/Uu-No-20-Tahun-2003

[36] A. Yandi, A. Nathania Kani Putri, and Y. Syaza Kani Putri, “Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik: Literature review,” Jurnal Pendidikan Siber Nusantara, vol. 1, no. 1, pp. 13–24, 2023, doi: 10.38035/jpsn.v1i1.14.

[37] A. Yulianto, “Penerapan model kooperatif tipe TPS (think pair share) untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VI SDN 42 Kota Bima,” Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, vol. 1, no. 2, pp. 6–11, 2021.