Login
Section Innovation in Education

Guided Reading Strategy Improves Reading Comprehension in Grade IV Students

Strategi Membaca Terbimbing Meningkatkan Pemahaman Membaca pada Siswa Kelas IV
Vol. 26 No. 4 (2025): October:

Fakhira Juliana (1), Reni Guswita (2), Zulqoidi R. Habibie (3)

(1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia
(2) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia
(3) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Muara Bungo, Indonesia

Abstract:








General Background: Reading comprehension is a crucial literacy skill that supports academic success and lifelong learning. Specific Background: However, many elementary students still struggle to identify main ideas, understand vocabulary, and summarize texts, which hinders their broader learning development. Knowledge Gap: Previous studies have shown the potential of the Guided Reading strategy, but limited research has adapted this method to rural elementary school contexts with heterogeneous student abilities and limited resources. Aims: This study aimed to investigate the effectiveness of Guided Reading in improving reading comprehension among fourth-grade students at SD Negeri 32/II Muara Bungo. Results: Using a Classroom Action Research (CAR) design across two cycles, findings revealed significant improvements: mastery increased from 45.4% at pre-action to 63.6% and 72.7% in cycle I, and further to 77.2% and 90.9% in cycle II, reaching the “very good” category. Novelty: The study introduced contextualized reading materials and collaborative discussion approaches tailored to students’ local environment, differentiating it from prior implementations. Implications: These findings highlight Guided Reading as an effective and adaptable strategy to enhance literacy skills in resource-constrained schools, contributing to national literacy goals and offering a replicable model for similar contexts.
Highlight :











  1. Guided Reading Strategy effectively improves reading comprehension skills.




  2. Students’ learning outcomes increased from pre-cycle to cycle II.




  3. Pre-reading, during-reading, and post-reading stages were applied systematically.




Keywords : Skills, Reading Comprehension, Guided Reading Strategy, Students, Literacy















Downloads

Download data is not yet available.

Pendahuluan

Masyarakat yang gemar membaca akan memperoleh ilmu pengetahuan serta wawasan baru yang bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan, sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan hidup di masa depan. Aktivitas membaca terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, pemerintah melalui berbagai program pendidikannya berupaya melatih kemampuan membaca siswa sejak usia dini. Dengan demikian, diharapkan ketika mereka dewasa nanti, tidak ada lagi yang mengalami buta huruf. Membaca sendiri merupakan kegiatan memahami makna yang terkandung dalam suatu tulisan, dan lebih dari itu, membaca juga menjadi proses mengolah informasi dari bacaan secara menyeluruh.

Menurut Nurhayati dan Langlang Handayani (2020), membaca merupakan suatu proses yang dilakukan pembaca untuk menangkap dan memahami pesan yang disampaikan penulis melalui bahasa tulis. Dengan kata lain, membaca berfungsi sebagai sarana memperoleh informasi melalui tulisan. Kegiatan ini termasuk dalam salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi, dan komunikasi menjadikan membaca sebagai aktivitas yang memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia modern. Kemampuan membaca menjadi landasan penting untuk menguasai berbagai bidang studi. Apabila anak pada jenjang sekolah awal tidak segera memiliki keterampilan membaca, maka ia akan mengalami kesulitan mempelajari berbagai mata pelajaran pada tingkat berikutnya. Oleh sebab itu, anak perlu belajar membaca agar dapat belajar hal-hal lainnya. Keterampilan membaca dasar mencakup aktivitas melihat dan memahami materi tertulis, baik secara diam-diam maupun dengan suara. Membaca secara kognitif, atau membaca untuk memahami, merupakan inti dari proses pemahaman bacaan. Pemahaman ini menuntut pembaca mampu mengerti isi teks secara mendalam, yang menunjukkan adanya keterkaitan erat antara kemampuan membaca dengan perkembangan kognitif serta kematangan koordinasi gerakan mata.

Pemahaman membaca merupakan salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan lebih mendalam yang bermanfaat dalam memahami informasi dan perkembangan teknologi melalui kegiatan membaca. Menurut Nikmah dkk. (2020), proses membaca dengan tujuan memahami isi, baik yang tersurat maupun tersirat dalam bahan bacaan yang dibaca siswa, disebut sebagai pemahaman membaca. Siswa sekolah dasar pada kelas rendah dapat dikatakan memiliki keterampilan pemahaman membaca yang baik apabila mampu menangkap serta mengungkapkan gagasan utama dari teks. Sementara itu, Putri et al. (2022) mendefinisikan pemahaman membaca sebagai aktivitas membaca yang diarahkan untuk memahami maksud penulis, termasuk pikiran atau ide yang tidak secara langsung tertulis dalam bacaan.

Gagasan ini sejalan dengan pandangan Tarigan (dalam Abidin, 2012) yang menyatakan bahwa pemahaman membaca merupakan bentuk membaca yang bertujuan memahami teks melalui penerapan metode tertentu. Aktivitas ini mencakup pemahaman terhadap standar atau norma sastra, resensi, kritik, naskah drama, dan pola karya fiksi. Pemahaman membaca termasuk bagian dari membaca dalam hati, yang berfokus pada kegiatan belajar dan memperluas wawasan dengan memanfaatkan keterampilan visual, kemampuan memahami, serta daya ingat untuk menangkap isi bacaan tanpa melafalkan kata-kata secara lisan maupun menggerakkan bibir. Jenis latihan ini dikenal dengan istilah membaca cermat (Tarigan dalam Cahyani dkk., 2007). Pemahaman membaca memiliki peran penting bagi anak, sebab kemampuan ini memungkinkan mereka mempelajari informasi baru apabila mampu menangkap maksud yang disampaikan dalam teks. Tarigan (Cahyani dkk., 2007) membagi pemahaman membaca menjadi dua bentuk membaca dalam hati. Pertama, membaca ekstensif, yaitu latihan pemahaman membaca pada tingkat dasar. Kedua, membaca intensif, yakni kegiatan membaca secara teliti dan mendalam terhadap teks singkat sepanjang dua hingga empat halaman. Meski demikian, masih banyak ditemukan siswa yang hanya mampu membaca tanpa benar-benar memahami makna teks. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan membaca sambil bergumam, menunjuk teks, atau melafalkan kata-kata, yang dapat mengganggu proses pemahaman. Berdasarkan teori-teori tersebut, pemahaman membaca memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya: membantu siswa memahami berbagai hal, mempelajari permasalahan secara rinci, memperoleh pengetahuan secara optimal, belajar dengan maksimal, meraih prestasi belajar yang baik, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan hasil observasi awal di kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo, peneliti menemukan sejumlah permasalahan dalam proses pembelajaran. Beberapa di antaranya adalah peserta didik belum mampu menentukan ide pokok dari paragraf yang dibaca, kesulitan menemukan kata-kata sulit beserta maknanya dalam teks bacaan, belum sepenuhnya dapat menarik kesimpulan dari materi yang dibaca, belum mampu membuat rangkuman isi bacaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sendiri, serta adanya perbedaan kemampuan yang cukup signifikan antar siswa. Rendahnya keterampilan membaca pemahaman tersebut terlihat dari hasil tes yang diberikan, di mana hanya 10 siswa (45,4%) yang mencapai KKM, sedangkan 12 siswa (54,5%) belum memenuhi KKM. Data ini diperoleh berdasarkan pengamatan di kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo pada semester ganjil tahun ajaran 2024/2025.

Untuk mengatasi permasalahan rendahnya keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas IV Sekolah Dasar, salah satu langkah yang dapat diterapkan adalah penggunaan metode pembelajaran Guide Reading. Upaya ini bertujuan agar keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat, dengan cara guru menyusun pembelajaran secara sistematis dan memilih strategi yang tepat, sehingga materi pelajaran dapat lebih mudah dipahami. Salah satu strategi yang relevan adalah Guide Reading, yang dirancang untuk mendukung proses membaca pemahaman siswa. Menurut Manshur dkk. (2022), Guide Reading merupakan strategi pembelajaran terarah yang membantu peserta didik menggunakan teknik membaca secara mandiri. Sementara itu, Hamruni (2011) menjelaskan bahwa Guide Reading adalah proses pembelajaran melalui kegiatan membaca teks. Dalam penerapannya, guru memberikan panduan membaca (guide) untuk memastikan proses membaca berjalan efektif. Sejalan dengan itu, Noer (2012) mendefinisikan Guide Reading sebagai teknik membaca dengan panduan yang disiapkan oleh guru, yang memudahkan siswa memahami materi secara cepat dan lancar. Temuan ini sejalan dengan pendapat Manshur dkk. (2022) yang mengungkapkan bahwa penerapan Guide Reading dapat meningkatkan pemahaman membaca siswa hingga mencapai 97% pada siklus IV, sekaligus mengatasi permasalahan kesulitan siswa dalam memahami isi bacaan.

Menurut Zaini dan Hisyam (2017), penerapan teknik Panduan Membaca dalam pembelajaran memberikan berbagai manfaat. Teknik ini dapat membuat siswa lebih aktif berpartisipasi selama proses belajar dan membantu mereka menyelesaikan materi yang diberikan dengan lebih cepat di kelas. Selain itu, penerapan teknik ini mampu memotivasi siswa untuk membaca lebih banyak, bahkan membangkitkan kembali minat membaca anak yang sebelumnya kurang tertarik, sehingga mereka berubah menjadi pembaca yang antusias. Siswa juga memperoleh arahan untuk menjawab pertanyaan dengan lebih teliti. Bagi guru, teknik ini memudahkan dalam mengidentifikasi bakat dan kelemahan membaca siswa, sekaligus membedakan antara siswa yang enggan membaca dengan mereka yang memiliki kegemaran membaca.

Kebaruan dalam penelitian ini adalah terletak pada penyesuaian dan pengembangan langkah-langkah strategi Guide Reading yang disesuaikan dengan konteks lokal sekolah dan karakteristik siswa. Berbeda dengan studi sebelumnya yang umumnya menerapkan Guide Reading pada teks bacaan umum atau di lingkungan sekolah dengan sumber daya memadai, penelitian ini mengintegrasikan materi bacaan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa serta memanfaatkan sumber belajar yang tersedia secara sederhana namun efektif. Inovasi lain yang menjadi pembeda adalah penggunaan pendekatan kolaboratif antar siswa pada tahap diskusi dan refleksi, sehingga selain melatih keterampilan memahami teks, juga membangun kemampuan komunikasi dan berpikir kritis. Setting kelas yang heterogen, baik dari segi kemampuan membaca maupun latar belakang sosial, membuat penerapan strategi ini memiliki adaptasi unik yang menambah nilai kebaruan dan relevansinya terhadap kondisi pembelajaran di sekolah dasar pedesaan.

Penelitian ini memiliki kontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu dan praktik pendidikan, terutama dalam mendukung kebijakan literasi nasional yang berfokus pada peningkatan kemampuan membaca siswa sekolah dasar. Penerapan strategi Guide Reading terbukti efektif dalam mengasah keterampilan membaca pemahaman, sekaligus menawarkan sebuah model pembelajaran yang dapat diadaptasi di sekolah-sekolah dengan kondisi serupa. Temuan penelitian ini juga dapat dijadikan acuan dalam program peningkatan kompetensi guru, khususnya terkait penguasaan metode pembelajaran membaca yang interaktif, terencana, dan berpusat pada peserta didik. Dengan demikian, penelitian ini berperan dalam mewujudkan pembelajaran literasi yang bermutu, selaras dengan kurikulum, dan mendukung upaya pemerintah untuk menumbuhkan budaya membaca di kalangan siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang serta pandangan para ahli mengenai keterampilan membaca pemahaman siswa melalui penerapan strategi Guide Reading, penulis bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Strategi Guide Reading pada Siswa Kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo”.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menerapkan strategi Guide Reading. Desain penelitian mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kennis dan Taggart dalam Suharsimi Arikunto (2009). Pemilihan strategi ini berlandaskan teori konstruktivisme Vygotsky melalui konsep scaffolding, di mana guru memberikan dukungan secara bertahap hingga siswa mampu memahami teks secara mandiri. Selain itu, strategi ini sejalan dengan teori pemrosesan informasi yang menekankan pentingnya aktivasi pengetahuan awal, pemusatan perhatian, serta pemantauan pemahaman. Melalui bimbingan yang terarah, siswa diharapkan mampu mengidentifikasi informasi penting sekaligus mengasah kemampuan berpikir kritis dan reflektif sesuai dengan tujuan literasi di sekolah dasar. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo yang berjumlah 22 orang, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Adapun objek penelitian ini adalah penerapan strategi Guide Reading untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa siklus, di mana setiap siklus meliputi tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).

Figure 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Arikunto i(2018:16)

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi penggunaan lembar observasi, tes, serta dokumentasi. Instrumen penelitian terdiri dari hasil pengamatan, lembar observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi yang dilakukan pada setiap siklus tindakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan strategi Guide Reading pada siswa kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo. Analisis data penelitian menggunakan tiga instrumen: observasi guru, observasi siswa, dan tes membaca pemahaman. Observasi guru menilai keterlaksanaan langkah Guide Reading seperti kejelasan instruksi, bimbingan, pengelolaan waktu, dan interaksi. Observasi siswa mencakup partisipasi, kerjasama, fokus, serta kemampuan bertanya dan menjawab. Tes membaca mengukur pemahaman teks melalui ide pokok, detail, kosakata, dan kesimpulan. Keberhasilan dicapai jika ≥80% indikator observasi terpenuhi dan nilai rata-rata tes ≥75 sesuai KKM. Data kuantitatif dianalisis dengan persentase ketuntasan dan rata-rata, sedangkan data kualitatif digunakan untuk melihat perkembangan proses dan hasil belajar tiap siklus.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dibagi menjadi dua siklus, yaitu sebagai berikut:

1. Siklus Pra Tindakan

Sebelum proses pembelajaran berlangsung, peneliti menggunakan pendekatan Guide Reading untuk mengamati kemampuan pemahaman membaca siswa kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo, Kecamatan Pasar Muara Bungo. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pemahaman membaca siswa. Saat diminta membaca di kelas, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi dan memilih untuk berperilaku mengganggu, sehingga semakin menyulitkan mereka dalam melaksanakan tugas tersebut. Tabel berikut ini menyajikan hasil implementasi awal penelitian.

NO NAMA NILAI KKM KETERANGAN
1. AR 60 75 Kurang
2. AS 65 75 Cukup
3. AK 75 75 Baik
4. AA 80 75 Baik
5. BK 70 75 Cukup
6. BS 70 75 Cukup
7. DP 85 75 Sangat Baik
8. EM 60 75 Kurang
9. FJ 80 75 Baik
10. FK 65 75 Cukup
11. GP 65 75 Cukup
12. GG 75 75 Baik
13. HR 70 75 Cukup
14. IH 85 75 Sangat Baik
15. IJ 80 75 Baik
16. JH 75 75 Baik
17. KM 60 75 Kurang
18. KZ 75 75 Baik
19. KY 60 75 Kurang
20. MK 70 75 Cukup
21. NP 70 75 Cukup
22. PK 75 75 Baik
Jumlah 1.570
Rata-rata 71,3
Tuntas 10 45,4%
Tidak Tuntas 12 54,5%
(P = x 100) p = x 100 p = 45,4 % Sangat kurang
Table 1. Data Pra Siklus Pemahaman Membaca Siswa Kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo

Berdasarkan data pada Tabel 1, diketahui bahwa sebanyak 12 siswa belum mencapai ketuntasan belajar, sementara hanya 10 siswa dari 22 siswa yang berhasil mencapai ketuntasan dengan persentase sebesar 45,4% yang tergolong sangat rendah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat upaya peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa.

2. Siklus I

Siklus pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Mei 2025, yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi atau perencanaan ulang. Pada siklus ini, kegiatan dilakukan dalam dua pertemuan.

a. Perencanaan (Planning)

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan oleh guru kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo, Kecamatan Pasar Muara Bungo, dengan tujuan meningkatkan keterampilan membaca pemahaman menggunakan pendekatan Guide Reading. Penelitian ini berlandaskan temuan observasi pada siklus pra-tindakan. Guru memulai dengan menerapkan teknik pengajaran yang menarik dalam setiap sesi pembelajaran agar membantu siswa menjadi pembaca yang lebih mahir. Sebelum pelaksanaan, guru menyiapkan bahan ajar berupa modul yang disusun berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas. Selain itu, guru juga mengembangkan bahan instruksional, sumber belajar, serta alat bantu pembelajaran, termasuk alat penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi, persyaratan minimal pencapaian, dan metode evaluasi untuk menilai keberhasilan tindakan.

b. Tindakan (Action)

Setelah tahap perencanaan selesai, peneliti yang juga berperan sebagai guru atau instruktur melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan modul yang telah disiapkan. Pelaksanaan terdiri atas tiga fase utama: pembukaan, inti, dan penutupan, yang membentuk satu siklus pembelajaran.

1)Pertemuan Pertama

a.)Kegiatan Pembukaan

Kegiatan diawali dengan siswa memasuki kelas setelah bel istirahat berbunyi dan duduk dengan tertib. Guru kemudian memasuki kelas, menyapa siswa, dan bersama-sama mengucapkan salam. Selanjutnya, siswa bersama-sama membaca doa. Guru menanyakan kondisi siswa secara umum sebelum memulai kegiatan inti. Guru kemudian memeriksa absensi dan menyampaikan materi serta metode pembelajaran yang akan dilakukan hari itu. Pada sesi ini, guru membagikan handout berupa cerita pasar pagi kepada setiap siswa. Guru menjelaskan unsur-unsur yang terkandung dalam cerita tersebut dan siswa mendengarkan dengan baik, meskipun sebagian siswa masih kurang fokus dan ada yang masih berbicara dengan temannya.

b.)Kegiatan Inti

Pada tahap membaca, guru meminta siswa untuk membaca teks berjudul “Pasar di Pagi Hari” dengan cepat selama 10 menit. Setelah itu, siswa diminta membaca secara bergantian, sementara siswa lain mendengarkan. Selanjutnya, guru meminta siswa mencari jawaban atas pertanyaan yang telah disediakan dalam lembar kerja peserta didik (LKPD). Guru kemudian mengoreksi jawaban siswa bersama-sama. Terakhir, guru meminta siswa untuk membacakan kembali dan menghafal materi baik dari cerita maupun soal dan jawabannya. Guru juga memastikan apakah masih ada siswa yang belum memahami materi tersebut.

c.)Kegiatan Penutup

Setelah membaca, guru memastikan bahwa siswa benar-benar memahami cerita “Pasar di Pagi Hari”. Setelah tugas dikumpulkan, siswa diminta merangkum cerita tersebut dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Kegiatan diakhiri dengan doa bersama dan menjawab salam dari guru.

2.) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua, peneliti memberikan bacaan cerita yang berbeda dari pertemuan sebelumnya agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.

a.) Kegiatan Pembukaan

Kegiatan awal dimulai dengan anak masuk kedalam kelas setelah bel sekolah berbunyi dan duduk rapi, kemudian guru masuk kedalam kelas mengucapkan salam jawab bersama oleh siswa, kemudian siswa membaa doa Bersama-sama dikelas, setelah itu guru bertanya tentang keadaan siswa bersamaan. Sebelum melaksanakan kegiatan inti guru membacakan absensi keadaan setiap siswa, setela itu guru menyampaikan apa materi pada hari ini dan menyampaikan seperti apa cara pembelajaran pada hari ini. Pada kegiatan hari ini membagikan hand out berupa cerita pasar dipagi hari kepada siswa setiap siswa mendapatkan nya. kemudian guru menjelaskan unsur-unsur yang terkandung didalam cerita tersebut dan siswa mendengarkan dengan baik, namun sebagian siswa ada yang kurang fokus dan masih bercerita dengan temannya.

b.) Kegiatan inti

Pada kegiatan Read guru meminta siswa untuk membaca teks bacaan cerita lain dengan cepat selama 10 menit. Setelah itu guru meminta siswa satu persatu membaca dan yang lain mendengarkannya. Setelah itu guru meminta siswa untuk mencarikan jawaban dari pertanyaan yang telah dituliskan pada lembaran LKPD. Kemudian guru mengoreksi Bersama-sama atas jawaban siswa. terakhir guru meminta siswa untuk membacakan kembali dan menghafalkan materi tersebut baik dari cerita ataupun dari soal dan jawabannya. Dan guru memastikan apakah masih ada siswa yang belum faham dari materi tersebut.

c.) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan pasca baca guru telah memastikan bahwa siswa telah benar-benar faham dari cerita. Setelah itu siswa berdo’a dan menjawab salam dari guru.

Observasi (Observation)

Sebuah tanda centang (√) ditempatkan pada lembar observasi untuk indikator penilaian pemahaman membaca guna menentukan apakah semua rencana telah dilaksanakan dengan benar dan apakah ada faktor-faktor yang dapat menghambat penelitian dalam mencapai potensi maksimalnya dalam meningkatkan keterampilan pemahaman membaca siswa kelas empat di SD Negeri 32/II Muara Bungo, Kecamatan Pasar Muara Bungo. Berikut data peningkatan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo Kecamatan Pasar Muara Bungo dalam membaca pemahaman.

NO NAMA P1 KET P2 KET KKM
1. AR 60 Kurang 60 Kurang 75
2. AS 65 Cukup 65 Cukup 75
3. AK 75 Baik 75 Baik 75
4. AA 85 Baik 85 Baik 75
5. BK 75 Baik 75 Baik 75
6. BS 75 Baik 75 Baik 75
7. DP 85 Sangat Baik 85 Sangat Baik 75
8. EM 60 Kurang 60 Kurang 75
9. FJ 80 Baik 80 Baik 75
10. FK 65 Cukup 65 Cukup 75
11. GP 70 Cukup 75 Baik 75
12. GG 75 Baik 75 Baik 75
13. HR 70 Cukup 75 Baik 75
14. IH 85 Sangat Baik 85 Sangat Baik 75
15. IJ 80 Baik 80 Baik 75
16. JH 75 Baik 75 Baik 75
17. KM 70 Cukup 70 Cukup 75
18. KZ 75 Baik 75 Baik 75
19. KY 60 Kurang 60 Kurang 75
20. MK 75 Baik 75 Baik 75
21. NP 75 Baik 75 Baik 75
22. PK 75 Baik 75 Baik 75
Tuntas 14 (63,6%) Sangat kurang 16 (72,7%) Baik
Tidak Tuntas 8 (36,3%) 6 (27,2%)
Table 2. Data Hasil Tes Siklus I

Berdasarkan table 2 diketahui bahwa siswa masih belum cukup untuk dikatakan memiliki keterampilan membaca pemahaman terdapat 14 siswa yang mencapai KKM pada pertemuan pertama dan 16 siswa yang mencapai KKM pada pertemuan kedua . Jika dilihat dari data pra-siklus terdapat penambahan 6 siswa disiklus 1 dengan demikian maka dapat dikatakan kemampuan membaca pemamahan siswa belum dikatakan maksimal atau mencapai angka ketuntasan.

Hasil data pencapaian indikator belum mencapai nilai seharusnya sehingga peneliti melanjutkan Siklus II Untuk kegiatan pembelajaran. Selama melaksanakan proses pembelajaran kegiatan siswa terdapat dilihat dari hasil lembaran observasi siswa yang mama di isi oleh pengawas ataun teman sejawat peneliti. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut :

NO NAMA P1 % KET P2 % KETERANGAN
1. AR 9 64,2 % Cukup 9 64,2 % Cukup
2. AS 9 64,2 % Cukup 9 64,2 % Cukup
3. AK 13 92,8 % Sangat Baik 13 92,8 % Sangat Baik
4. AA 14 100% Sangat Baik 14 100% Sangat Baik
5. BK 10 71,4 % Cukup 12 85,7 % Baik
6. BS 10 71,4 % Cukup 12 85,7 % Baik
7. DP 14 100% Sangat Baik 14 100% Sangat Baik
8. EM 8 57,1 Cukup 9 64,2 % Cukup
9. FJ 14 100% Sangat Baik 14 100% Sangat Baik
10. FK 9 64,2 % Cukup 9 64,2 % Cukup
11. GP 9 64,2 % Cukup 9 64,2 % Cukup
12. GG 13 92,8 % Sangat Baik 13 92,8 % Sangat Baik
13. HR 10 71,4 % Cukup 10 71,4 % Cukup
14. IH 14 100% Sangat Baik 14 100% Sangat Baik
15. IJ 14 100% Sangat Baik 14 100% Sangat Baik
16. JH 10 71,4 % Baik 10 71,4 % Baik
17. KM 9 64,2 % Cukup 9 64,2 % Cukup
18. KZ 13 92,8 % Sangat Baik 13 92,8 % Sangat Baik
19. KY 9 64,2 % Cukup 10 71,4 % Baik
20. MK 10 71,4 % Baik 10 71,4 % Baik
21. NP 10 71,4 % Baik 10 71,4 % Baik
22. PK 13 92,8 % Sangat Baik 13 92,8 % Sangat Baik
Jumlah tem = 14
Table 3. Data Hasil Lembaran Observasi Kegiatan Siswa Siklus I

Pada tabel 3 diketahui kegiatan siswa pada pertemuan pertama terdapat 11 siswa yang mencapai nilai seharusnya sedangkan 15 siswa sudah melaksanakan kegitan dengan baik pada pertemuan kedua. Dengan demikian maka dapat dikatakan untuk kegiatan strategi Guide Reading selama pembelajaran siswa sudah melaksanakannya dengan sangat baik.

Selama melaksanakan mengajar kegiatan guru dapat dilihat dari lembaran observasi guru yang mana data tersebut di isi oleh wali kelas. Adapun data tersebut sebagai berikut

Siklus 1 Nilai Persen Kriteria
P1 11 68,75% Cukup baik
P2 12 75% Baik
Table 4. Persentase Peningkatan Observasi Guru Siklus I

Berdasarkan nilai tabel 4 diatas diketahui bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan Guide Reading guru sudah cukup baik namun belum sepenuhnya terlaksanakan. Data yang diperoleh sebanyak 11 point dari 16 point dan didapati 68,75% dan termasuk kategori kriteria cukup baik sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh sebanyak 12 point dari 16 point dengan nilai 75% dan termasuk kategori baik. Untuk itu pada pertemuan selanjutnya guru hendak lebih baik lagi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan Guide Reading.

Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui penerapan strategi Guide Reading. Peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus I belum mencapai hasil yang maksimal di karenakan ada beberapa siswa yang belum bisa memahami bacaan, sehingga pada siklus I ini peneliti dan guru menata ulang pembelajaran dan merevisi kekurangan yang ada pada pertemuan selanjutnya agar siswa mampu mencapai tujuan dari pembelajaran dengan tuntas.

Siklus 2

Siklus I dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 5 Juni 2025. Siklus I ini terdiri dari 4 langkah tahapan yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi/Perencanaan Ulang. Pada siklus I ini dilakukan dengan 2 kali pertemuan. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan keterampilan peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Pembelajaran peningkatan keterampilan membaca pemahaman menggunakan strategi Guide Reading agar siswa mampu menguasai tentang isi bacaan yang meliputi Siswa mampu menemukan ide pokok setiap paragraf, Siswa mampu untuk menemukan makna kata-kata sulit dari bacaan, Siswa mampu menjawab dan membuat pertanyaan secara komperhensif dari bahan bacaan, Siswa mampu menyebutkan contoh ide/isi bacaan dalam kehidupan sehari-hari dan Siswa mampu menyimpulkan bahan bacaan.

Pada siklus ini peneliti memodifikasikan tatanan duduk atau kelompok siswa, dari bahan bacaan peneliti menyajikan cerita yang berbeda dan lebih menarik agar siswa bias lebih aktif dan terampil dalam membaca pemahaman.

a. Perencanaan (Planning)

Dalam upaya untuk lebih meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa, guru melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTC) Siklus II berdasarkan hasil proses pembelajaran Siklus I. Langkah awal guru dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa adalah dengan mengintegrasikan strategi pembelajaran yang menarik ke dalam setiap pelajaran. Guru membuat modul berdasarkan penelitian tindakan kelas sebelum proses pembelajaran dimulai. Mereka kemudian mengembangkan alat penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi, membuat sumber belajar, bahan ajar, dan alat yang akan digunakan dalam aktivitas pembelajaran, menetapkan standar pencapaian kompetensi minimal, serta membuat indikator keberhasilan tindakan. Guru pada Siklus II fokus pada pemahaman membaca dan berupaya meningkatkan suasana kelas.

b. Tindakan (Action)

Tindakan disini meliputi seluruh kegiatan proses pembelajaran tentang penerapan strategi Guide Reading untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa di kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo. Adapun proses pembelajaran dikelas sebagai berikut:

1.) Pertemuan Pertama

a.) Kegiatan pembukaan

Kegiatan awal dimulai dengan anak masuk kedalam kelas setelah bel sekolah berbunyi dan duduk rapi, kemudian guru masuk kedalam kelas mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa, kemudian siswa membaa doa Bersama-sama dikelas, setelah itu guru bertanya tentang keadaan siswa di jawab bersamaan Sebelum melaksanakan kegiatan inti guru membacakan absensi keadaan setiap siswa, setela itu guru menyampaikan apa materi pada hari ini dan menyampaikan seperti apa cara pembelajaran pada hari ini. Setalah itu guru membagikan beberapa kelompok siswa dengan cara cabut nomor pada kertas gulung. Pada kegiatan selanjutnya guru membagikan hand out berupa cerita kepada siswa setiap siswa mendapatkan nya. kemudian guru menjelaskan unsur-unsur yang terkandung didalam cerita tersebut dan siswa mendengarkan dengan baik, namun sebagian siswa ada yang kurang fokus dan masih bercerita dengan temannya. Agar siswa kembali fokus peneliti mengajak siswa bernyanyi kembali. Pada kegiatan selanjutnya guru menunjukkan pada kelompok mana yang akan membacanya setelah itu siswa membaca Bersama soal yang akan ditulis.

b.) kegiatan inti

Pada Pada kegiatan Read guru meminta siswa untuk membaca teks bacaan cerita dengan cepat selama 10 menit. Setalah itu guru meminta siswa satu persatu membaca dan yang lain mendengarkannya. Pada kegiatan guru meminta siswa untuk membacakan kembali dan menghafalkan materi tersebut baik dari cerita ataupun dari soal dan jawabannya. Guru meminta siswa untuk membuatkan inti sari dari bacaan yang dibacanya. Dengan menulis di buku catatan. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca kembali bacaan cerita dan catatan nya selama 10 menit setelah itu guru memastikan apakah masih ada siswa yang belum faham dari materi tersebut. Agar siswa lebih semangat guru mengajak siswa bermain Bersama dengan nyanyi “pela,pundak,lutut,kaki”

c.) Kegiatan penutup

Pada kegiatan pasca baca guru telah memastikan bahwa siswa telah benar-benar faham dari cerita tersebut. Guru membagikan soal kepada siswa untuk diselesaikan selama 20 menit. Setelah tugas di kumpul guru meminta siswa siswa untuk merangkum cerita dengan bahasanya sendiri. Setelah itu siswa berdo’a dan menjawab salam dari guru.

2.) Pertemuan Kedua

a.) Kegiatan Pembukaan

Kegiatan awal dimulai dengan anak masuk kedalam kelas setelah bel sekolah berbunyi dan duduk rapi, kemudian guru masuk kedalam kelas mengucapkan salam di jawab Bersama oleh siswa, kemudian siswa membaca doa Bersama-sama dikelas, setelah itu guru bertanya tentang keadaan siswa dan di jawab bersamaan oleh siswa. Sebelum melaksanakan kegiatan inti guru membacakan absensi keadaan setiap siswa, setela itu guru menyampaikan apa materi pada hari ini dan menyampaikan seperti apa cara pembelajaran pada hari ini. Setalah itu guru membagikan beberapa kelompok siswa dengan cara acak. Setelah itu agar siswa makin semkin semangat guru mengajak siswa bernyanyi sekilas “disini senang”.

Guru membagikan hand out berupa cerita kepada siswa setiap siswa mendapatkan nya. kemudian guru menjelaskan unsur-unsur yang terkandung didalam cerita tersebut dan siswa mendengarkan dengan baik. Guru menunjukkan pada kelompok mana yang akan membacanya dengan cara menujuk secara acak kelompok.

b.) Kegiatan inti

Pada kegiatan Read guru meminta siswa untuk membaca teks bacaan dengan cerita “Kerja Bakti” dengan cepat selama 10 menit. Setalah itu guru meminta siswa satu persatu membaca dan yang lain mendengarkannya. Guru meminta siswa untuk membacakan kembali dan menghafalkan materi tersebut baik dari cerita ataupun dari soal dan jawabannya. Siswa fokus dan khusuk saat membaca. Guru meminta siswa untuk membaca kembali bacaan cerita dan catatan nya selama 10 menit. Setelah itu guru memastikan apakah masih ada siswa yang belum faham dari materi tersebut.

c.) Kegiatan penutup

Pada kegiatan pasca baca guru telah memastikan bahwa siswa telah benar-benar faham dari cerita dengan cara guru membuat soal dan dijawab lansung oleh siswa. Setelah benar-benar dipastikan faham Guru membagikan soal kepada siswa untuk diselesaikan selama 20 menit. Setelah tugas di kumpul guru meminta siswa duduk rapi dan bernyanyi bersama. Setelah itu siswa berdo’a dan menjawab salam dari guru.

c. Observasi (Observation)

Selama proses pembelajaran dan hasilnya, pengamatan ini dilakukan secara konsisten dan dengan detail yang mendalam. Tujuan penilaian ini adalah untuk menentukan sejauh mana kemampuan pemahaman membaca siswa terpengaruh ketika pendekatan Guide Reading digunakan selama sesi pembelajaran. Berikut data peningkatan siswa membaca pemahaman melalui strategi Guide Reading dapat dilihat pada table berikut :

NO NAMA P1 KET P2 KET KKM
1. AR 70 Cukup 75 Baik 75
2. AS 70 Cukup 75 Baik 75
3. AK 75 Baik 75 Baik 75
4. AA 85 Baik 85 Baik 75
5. BK 75 Baik 75 Baik 75
6. BS 75 Baik 75 Baik 75
7. DP 85 Sangat Baik 85 Sangat Baik 75
8. EM 70 Cukup 75 Baik 75
9. FJ 80 Baik 80 Baik 75
10. FK 65 Cukup 70 Cukup 75
11. GP 75 Baik 75 Baik 75
12. GG 75 Baik 75 Baik 75
13. HR 75 Baik 75 Baik 75
14. IH 85 Sangat Baik 85 Sangat Baik 75
15. IJ 80 Baik 80 Baik 75
16. JH 75 Baik 75 Baik 75
17. KM 75 Baik 75 Baik 75
18. KZ 75 Baik 75 Baik 75
19. KY 65 Cukup 70 Cukup 75
20. MK 75 Baik 75 Baik 75
21. NP 75 Baik 75 Baik 75
22. PK 75 Baik 75 Baik 75
Tuntas 17 (77,2%) Baik 20 (90,9%) Sangat Baik
Tdk tuntas 5 (22,7%) 2 (9,09%)
Table 5. Data Hasil Tes Siklus II

Pada tabel 5 diketahui pada pertemuan pertama terdapat 17 siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan sedangkan 5 siswa belum mencapai nilai ketuntasan. Secara keseluruhan siswa kelas IV untuk pencapain tujuan pembelajaran hanya mencapai angka 77,2% dengan kriteria Baik. Sedangkan pada pertemuan kedua terdapat 20 siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan sedangkan 2 siswa belum mencapai nilai ketuntasan. Secara keseluruhan siswa kelas IV untuk pencapain tujuan pembelajaran hanya mencapai angka 90,9% dengan kriteria Sangat Baik. sehingga pada tahap siklus ini perlu adanya kelanjutan agar tercapainya tujuan pembelajaran. Dilihat dari data siklus II maka dapat dikatakan kemampuan membaca pemahaman siswa dikatakan sudah maksimal atau mencapai angka ketuntasan seharusnya dengan demikian maka kegiatan penelitian ini cukup dan tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Untuk kegiatan pembelajaran kegiatan siswa diketahui dengan tabel sebagai berikut:

NO NAMA P1 % KET P2 % KET
1. AR 10 71,4 % Baik 10 71,4 % Baik
2. AS 10 71,4 % Baik 10 71,4 % Baik
3. AK 13 92,8 % Sangat Baik 13 92,8 % Sangat Baik
4. AA 14 100% Sangat Baik 14 100% Sangat Baik
5. BK 12 85,7 % Baik 12 85,7 % Baik
6. BS 12 85,7 % Baik 12 85,7 % Baik
7. DP 14 100% Sangat Baik 14 100% Sangat Baik
8. EM 9 64,2 % Cukup 9 64,2 % Cukup
9. FJ 14 100% Sangat Baik 14 100% Sangat Baik
10. FK 10 71,4 % Baik 10 71,4 % Baik
11. GP 10 71,4 % Baik 10 71,4 % Baik
12. GG 14 100 % Sangat Baik 14 100 % Sangat Baik
13. HR 10 71,4 % Baik 10 71,4 % Baik
14. IH 14 100% Sangat Baik 14 100% Sangat Baik
15. IJ 14 100% Sangat Baik 14 100% Sangat Baik
16. JH 10 71,4 % Baik 10 71,4 % Baik
17. KM 9 64,2 % Cukup 10 71,4 % Baik
18. KZ 13 92,8 % Sangat Baik 13 92,8 % Sangat Baik
19. KY 10 71,4 % Baik 13 92,8 % Sangat Baik
20. MK 10 71,4 % Baik 13 92,8 % Sangat Baik
21. NP 10 71,4 % Baik 13 92,8 % Sangat Baik
22. PK 13 92,8 % Sangat Baik 13 92,8 % Sangat Baik
Jumlah tem = 14
Table 6. Data Hasil Lembaran Observasi Kegiatan Siswa Siklus II

Pada table 6 diketahui pada pertemuan pertama kegiatan siswa terdapat 20 siswa yang mencapai nilai seharusnya sedangkan pada pertemuan keduan terdapat 21 siswa sudah melaksanakan kegiatan dengan kriteria baik dan sangat baik. Dengan demikian maka dapat disimpulkan pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi Guide Reading terlaksan dengan sangat baik. Selama melaksanakan mengajar kegiatan guru dapat dilihat dari lembaran observasi guru yang mana data tersebut di isi oleh wali kelas. Adapun data tersebut sebagai berikut:

Siklus 2 Nilai Persen Kriteria
P1 14 87,5% Sangat Baik
P2 15 93,7% Sangat baik
Table 7. Persentase Peningkatan Observasi Guru Siklus II

Berdasarkan nilai tabel 7 diatas diketahui bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi Guide Reading guru sudah baik namun belum sepenuhnya terlaksankan semua kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh sebanyak 14 point dari 16 point dengan nilai 87,5% termasuk kategori kriteria sangat baik. Pada pertemuan ke-2 15 point dari 16 point dengan nilai 93,7% termasuk kategori kriteria sangat baik sangat baik hal tersebut membuktikan bahwa pada pertemuan ini guru sudah semakin memperbaiki kekurangannya pada pertemuan sebelunnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTC) dengan metode Guide Reading, peneliti menyimpulkan bahwa latihan pemahaman membaca pada siklus II telah memenuhi semua persyaratan dan menghasilkan hasil yang sangat baik. Hal ini dibuktikan oleh kemampuan membaca siswa yang sebelumnya kurang lancar, mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I dan siklus pra-intervensi. Dua puluh dua siswa pada siklus II mencapai kemampuan membaca yang telah ditentukan atau kriteria kompetensi minimal (KKM).

Hasil penelitian meliputi tingkat membaca pemahaman siswa saat diterapkannya strategi Guide Reading dalam proses pembelajaran yang ditampilkan dalam dua siklus.

b. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kreativitas membaca pemahaman siswa dengan menggunakan strategi Guide Reading mendapatkan hasil yang baik dan cukup memuaskan. Sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.

No Indikator Membaca Pemahaman Tuntas Tidak Tuntas
F % F %
1 Siklus pertemuan ke 1 14 63,6% 8 36,3%
2 Siklus pertemuan ke 2 16 72,7% 6 27,2%
3 Siklus I pertemuan ke 1 17 77,2% 5 22,7%
4 Siklus I pertemuan ke 2 20 90,9% 2 9,09%
Table 8. Perbandingan Data Siklus 1 Dan 2 Siswa Kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo

Figure 2.

Dilihat dari hasil data tabel 8 diketahui perbedaan hasil pencapaian antara siklus I dan siklus II sangat jauh sekali perbedaanya. Pada siklus I pertemuan ke 1 dengan jumlah nilai rata-rata 63,6% denga kriteria cukup, Pada siklus I pertemuan ke 2 dengan jumlah nilai rata-rata 72,7% dengan kriteria baik, Pada siklus II pertemuan ke 1 dengan jumlah nilai rata-rata 77,2% dengan kriteria baik, Pada siklus II pertemuan ke 2 dengan jumlah nilai rata-rata 90,9% dengan kriteria sangat baik. Hal ini dapat disimpulkan pencapai indikator sudah mencapai tujuannya. Teknik Membaca Panduan secara signifikan meningkatkan kreativitas pemahaman membaca anak-anak kelas empat di SD Negeri 32/II Muara Bungo, menurut Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Siklus I. Hal ini karena anak-anak belajar materi dengan lebih mudah ketika mereka membacanya secara lantang beberapa kali dan meringkasnya dalam catatan singkat menggunakan kata-kata mereka sendiri.

Peneliti belum puas dengan kemajuan pada Siklus I karena beberapa siswa masih belum mampu memahami materi bacaan dengan baik dan menjawab pertanyaan guru. Untuk memastikan siswa memahami materi yang disampaikan guru menggunakan pendekatan Guide Reading, peneliti berencana untuk merestrukturisasi modul pada Siklus II. Dibandingkan dengan sesi pembelajaran sebelumnya, siswa berhasil menerapkan kemajuan yang terlihat pada Siklus II dalam meningkatkan keterampilan pemahaman membaca mereka melalui penggunaan teknik Guide Reading, yang menghasilkan hasil belajar yang lebih optimal. Dalam penelitian ini, peneliti juga mereview pada tiap akhir pembelajaran untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa dan peningkata observasi guur dapat dilihat pada table berikut:

Siklus I Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
68,78% 75% 87,5% 93,75
Table 9. Persentase Peningkatan Observasi Guru Siklus I Dan II

Berdasarkan nilai tabel diatas diketahui bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru sudah baik namun belum sepenuhnya terlaksankan semua kegiatan pembelajaran.

Keterampilan membaca pemahaman menggunakan strategi Gread Reading siswa kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo mengalami peningkatan dengan melihat grafik sebagai berikut:

Figure 3. Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Tes Membaca Pemahaman Siswa

Keterangan:

1. Pra-siklus dengan jumlah ketuntasan 10 dengan persen ketuntasan 45,4%

2. Siklus I Pertemuan Ke-I dengan jumlah ketuntasan 14 dengan persen ketuntasan 63,6%

3. Siklus I Pertemuan Ke-II dengan jumlah ketuntasan 16 dengan persen ketuntasan 72,7%

4. Siklus II Pertemuan Ke-I dengan jumlah ketuntasan 17 dengan persen ketuntasan 77,2%

5. Siklus II Pertemuan Ke-II dengan jumlah ketuntasan 20 dengan persen ketuntasan 90,9%

Berdasarkan data, terjadi peningkatan ketuntasan dari 63,6% pada siklus I menjadi 90,0% pada siklus II. Peningkatan ini menunjukkan bahwa perbaikan penerapan strategi Guide Reading pada siklus II memberikan dampak positif terhadap pemahaman bacaan siswa. Faktor yang mempengaruhi peningkatan ini antara lain pemilihan teks bacaan yang lebih sesuai dengan minat siswa, bimbingan guru yang lebih intensif selama proses membaca, serta penerapan diskusi kelompok yang mendorong siswa lebih aktif mengajukan dan menjawab pertanyaan. Meskipun demikian, masih terdapat sebagian siswa yang belum mencapai KKM, yang kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan kosakata dan rendahnya fokus saat membaca, sehingga diperlukan strategi lanjutan untuk mengatasi hambatan tersebut.

Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus, yang mengindikasikan efektivitas strategi ini dalam membantu siswa memahami teks bacaan secara lebih mendalam. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari, R. (2019), yang juga melaporkan bahwa strategi Guide Reading mampu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa pada jenjang pendidikan dasar. Dalam penelitian tersebut, penggunaan langkah-langkah pra-baca, selama baca, dan pasca-baca memberikan kerangka yang sistematis bagi siswa untuk mengaktifkan pengetahuan awal, fokus pada informasi penting, serta mengkonstruksi makna dari teks yang dibaca. Selain itu, penelitian oleh Putri, A. D., & Yuliana, N. (2020), menemukan bahwa strategi serupa, seperti Guide Reading atau strategi pembelajaran berbasis diskusi interaktif, memberikan hasil yang sebanding dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada keterlibatan aktif siswa dan pemahaman kritis terhadap teks sangat berperan dalam keberhasilan pembelajaran membaca. Namun, penelitian ini juga memperlihatkan keunikan dalam konteks implementasi Guide Reading di kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo, terutama terkait karakteristik siswa dan kondisi lingkungan belajar yang spesifik. Faktor-faktor tersebut turut mempengaruhi tingkat keberhasilan strategi ini, yang mungkin berbeda jika diterapkan pada konteks sekolah atau jenjang pendidikan lain. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya menegaskan efektivitas strategi Guide Reading sebagai salah satu metode pembelajaran membaca pemahaman, tetapi juga memperkaya khazanah penelitian dengan menyoroti bagaimana konteks lokal dapat mempengaruhi pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya disarankan untuk mengeksplorasi pengaruh variabel kontekstual dan mengkombinasikan strategi ini dengan pendekatan lain untuk hasil yang lebih optimal.

Strategi Guide Reading efektif meningkatkan keterampilan membaca pemahaman karena sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajar kognitif dan teori literasi. Dari perspektif teori belajar kognitif, proses memahami teks membutuhkan keterlibatan aktif siswa dalam mengorganisasi dan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Strategi Guide Reading membantu siswa mengaktifkan pengetahuan awal sebelum membaca, memfokuskan perhatian selam Guide Reading membaca, dan merefleksikan isi teks setelah membaca, sehingga proses pemahaman menjadi lebih terstruktur dan mendalam. Selain itu, strategi ini melatih keterampilan metakognitif siswa, seperti kemampuan memantau pemahaman dan menggunakan strategi untuk mengatasi kesulitan saat membaca. Sedangkan dari perspektif teori literasi, Guide Reading mendorong siswa untuk tidak hanya membaca secara literal tetapi juga melakukan interpretasi kritis terhadap teks melalui interaksi aktif, diskusi, dan pertanyaan yang dipandu. Hal ini memperkaya proses internalisasi makna serta mengembangkan kemampuan analisis dan evaluasi siswa terhadap teks yang dibaca. Dengan demikian, penerapan strategi Guide Reading di kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo memberikan pengalaman belajar membaca yang lebih bermakna dan efektif, yang secara signifikan meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi Guide Reading secara signifikan meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 32/II Muara Bungo, dengan nilai rata-rata naik dari 63,6% pada Siklus I menjadi 90,9% pada Siklus II. Selain peningkatan skor, terdapat perubahan positif dalam motivasi, sikap, dan keterlibatan siswa selama pembelajaran. Keunggulan strategi ini terletak pada pendekatan terstruktur yang melibatkan tahap pra-baca, selama-baca, dan pasca-baca secara sistematis serta mendorong peran aktif siswa, berbeda dengan metode konvensional yang lebih pasif. Untuk penerapan di sekolah lain, guru perlu mendapatkan pelatihan yang memadai dan menyesuaikan strategi dengan karakteristik siswa dan konteks lokal. Dukungan sekolah berupa fasilitas dan waktu juga penting agar strategi ini berjalan efektif. Tantangan seperti perbedaan kemampuan siswa dan keterbatasan waktu harus diantisipasi dengan manajemen kelas dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Dengan perencanaan dan dukungan yang tepat, Guide Reading dapat menjadi metode pembelajaran efektif untuk meningkatkan literasi dan hasil belajar siswa secara menyeluruh.

Ucapan Terima Kasih

Penulis menyampaikan apresiasi kepada pimpinan sekolah serta guru IV SD Negerii32/II Muara Bungo atas izin dan kolaborasi yang diberikan selama proses pengumpulan data. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua siswa kelas IV yang telah berkontribusi dalam kegiatan penelitian ini.

References

[1] Y. Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung, Indonesia: Refika Aditama, 2012.

[2] Arifin, “Upaya Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa IV SD Berdasarkan Tes Internasional dan Tes Lokal,” Jurnal Bahasa dan Sastra, 2011.

[3] S. Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta, Indonesia: Rineka Cipta, 2009.

Dalman, Keterampilan Membaca. Depok, Indonesia: PT Raja Grafindo Persada, 2013.

[4] E. Widianto and Subyantoro, “Peningkatan Keterampilan Membaca Teks Klasifikasi Menggunakan Metode SQ3R dengan Media Gambar,” Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2015, ISSN 2252-6722.

[5] Hamruni, Strategi Guide Reading. Yogyakarta, Indonesia: Insan Mardani, 2011.

[6] I. Hidayah, R. Lubis, and L. N. K. Siregar, “Analisis Pembelajaran Aktif Guide Reading dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di MIS Kesuma LKMD Namorambe,” IJTIMAIYAH: Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya, vol. 6, no. 2, pp. 1–8, 2023, doi: 10.30821/ijtimaiyah.v6i2.14677.

[7] N. Hidayah, “Pendekatan Pembelajaran Whole Language,” Jurnal PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan, Lampung, Indonesia, 2014.

[8] Helmiati, Model Pembelajaran. Yogyakarta, Indonesia: Aswaja Pressindo, 2012.

[9] M. Ibnu, “Penerapan Strategi PQ4R untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III Sekolah Dasar,” Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia, 2017.

[10] I. Cahyani, et al., Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung, Indonesia: UPI Press, 2007.

Khansanah and Cahyani, “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Strategi Question Answer Relationships (QAR) pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar,” Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, 2016.

[11] E. Lestari, “Penerapan Teknik Skimming untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Kelas V SD,” Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia, 2011.

[12] A. Manshur, S. Aziz, and N. Qomariyah, “Pengaruh Strategi Guide Reading terhadap Prestasi Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah,” Scaffolding: Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, vol. 4, no. 2, pp. 261–268, 2022, doi: 10.37680/scaffolding.v4i2.1425.

[13] M. F. A. Untari and A. A. Saputra, “Keefektifan Media Komik terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas IV SD,” Jurnal Mimbar Sekolah Dasar, vol. 3, no. 1, pp. 33–42, 2016, ISSN 2502-4795.

[14] M. Novita, PTK Tidak Horor. Surabaya, Indonesia: Pustaka Media Guru, 2018.

[15] A. P. Munthe and J. V. Sitinjak, “Manfaat serta Kendala Menerapkan Flashcard pada Pelajaran Membaca Permulaan,” Jurnal Dinamika Pendidikan, vol. 11, no. 3, pp. 210–219, 2019, doi: 10.33541/jdp.v11i3.892.

[16] I. Navida, Rasiman, D. Prasetyowati, and R. Nuriafuri, “Kemampuan Literasi Membaca Peserta Didik pada Muatan Bahasa Indonesia Kelas 3 di Sekolah Dasar,” Jurnal Educatio FKIP UNMA, vol. 9, no. 2, pp. 1034–1039, 2023, doi: 10.31949/educatio.v9i2.4901.

[17] D. A. A. Nikmah, A. Setyawan, and T. Citrawati, “Analisis Keterampilan Berbicara pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Buluh 2,” Prosiding Nasional Pendidikan LPPM IKIP PGRI Bojonegoro, pp. 618–625, 2020.

[18] M. Noer, Speed Reading for Beginners (Panduan Membaca Lebih Cepat, Lebih Cerdas, dan dengan Pemahaman yang Lebih Baik). Jakarta, Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012.

[19] H. Nurhayati and N. W. L. Handayani, “Strategi Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia,” Jurnal Basicedu, vol. 5, no. 5, pp. 1524–1532, 2020.

[20] A. R. Putri, S. D. Ardianti, and D. Ermawati, “Model Scramble untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa,” Jurnal Educatio FKIP UNMA, vol. 8, no. 3, pp. 1192–1199, 2022, doi: 10.31949/educatio.v8i3.3162.

[21] N. Purwanto, Psikologi Pendidikan. Bandung, Indonesia: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

[22] Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta, Indonesia: Bumi Aksara, 2007.

[23] K. Saddhono and Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung, Indonesia: Kerja Putra Darwati, 2012.

[24] S. Samadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta, Indonesia: Graha Ilmu, 2011.

[25] A. F. Sarah, A. W. Yesaya, and A. Yubali, “Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Sekolah Dasar,” Diligentia: Journal of Theology and Christian Education, vol. 5, no. 2, 2023, e-ISSN 2686-3707.

[26] Subyantoro, Pengembangan Keterampilan Membaca Cepat. Jakarta, Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011.

[27] D. Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak. Jakarta, Indonesia: Kencana, 2016.

[28] S. Maslamah, “Penerapan Strategi Reading Guide dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI GUPPI Jepara Wetan Binangun Cilacap Tahun Pelajaran 2017/2018,” Skripsi, IAIN Purwokerto, Indonesia, 2018.

[29] H. G. Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung, Indonesia: Angkasa, 2008.

[30] Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung, Indonesia: Rosda, 2008.

[31] Zaif, “Minat Membaca Siswa,” WordPress.com, 2011. [Online]. Available: [http://wordpress.com](http://wordpress.com)

[32] H. Zaini, et al., Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta, Indonesia: Center for Teaching Staff Development, 2017.

[33] Zulaikhok, Strategi Reading Guide. Yogyakarta, Indonesia: CTSD, 2010.