Sulastri Sulastri (1), Sucipto Sucipto (2), Hetty Purnamasari (3), Suciati Suciati (4)
General Background: Students' understanding of social studies, especially local history, is an important factor in the success of learning in elementary schools. Specific Background: In the fourth grade of SDN Palengaan Daya 4, it was found that students had a low level of understanding of this subject matter. Knowledge Gap: In addition, the use of modern learning media such as educational TikTok with the Flipped Classroom strategy is still rarely implemented. Aims: This study aims to analyze the impact of the Flipped Classroom strategy combined with educational TikTok content on students' understanding of local history material in the fourth grade of SDN Palengaan Daya 4. Research Method: The study employs a quantitative approach using total sampling techniques on 30 fourth-grade students to ensure the data collected is representative and accurate. Data was collected through comprehension tests and analyzed descriptively and inferentially. Results: The results of the study indicate that the application of the Flipped Classroom strategy with educational TikTok content is effective in improving students' social studies comprehension of local history material. Novelty: This finding can be considered an alternative teaching strategy that aligns with the characteristics of 21st-century learning. Implications: This study provides practical contributions for elementary school teachers in developing engaging and effective learning strategies, supporting the principle of Merdeka Belajar by creating a more independent and creative learning environment, and integrating social media into modern pedagogy. The Flipped Classroom strategy with educational TikTok content not only has practical benefits in improving subject matter understanding but is also theoretically relevant as part of educational transformation in the digital age.
Highlights:
Combines Flipped Classroom strategy with TikTok-based content.
Improves students’ understanding of local history material.
Supports innovative, independent, and digital-age learning.
Keywords: Flipped Classroom, Educational TikTok, Local History, Social Studies, Elementary Education
Pengaruh Strategi Flipped Classroom dengan Konten TikTok Edukatif Terhadap Pemahaman IPS Materi Sejarah Lokal
Sulastri1), Sucipto2), Hetty Purnamasari3), Suciati4)
1), 2), 3), 4) Magister Teknologi Pendidikan FKIP, Universitas Dr. Soetomo, Indonesia
1)ssulastri126@gmail.com, 2)sucipto@unitomo.ac.id, 3) hetty@unitomo.ac.id, 4)suciati1091@gmail.com
Abstract General Background : Students' understanding of social studies, especially local history, is an important factor in the success of learning in elementary schools. Specific Background : In the fourth grade of SDN Palengaan Daya 4, it was found that students had a low level of understanding of this subject matter. Knowledge Gap : In addition, the use of modern learning media such as educational TikTok with the Flipped Classroom strategy is still rarely implemented. Aims: This study aims to analyze the impact of the Flipped Classroom strategy combined with educational TikTok content on students' understanding of local history material in the fourth grade of SDN Palengaan Daya 4. Research Method : The study employs a quantitative approach using total sampling techniques on 30 fourth-grade students to ensure the data collected is representative and accurate. Data was collected through comprehension tests and analyzed descriptively and inferentially. Results : The results of the study indicate that the application of the Flipped Classroom strategy with educational TikTok content is effective in improving students' social studies comprehension of local history material. Novelty : This finding can be considered an alternative teaching strategy that aligns with the characteristics of 21st-century learning . Implications : This study provides practical contributions for elementary school teachers in developing engaging and effective learning strategies, supporting the principle of Merdeka Belajar by creating a more independent and creative learning environment, and integrating social media into modern pedagogy. The Flipped Classroom strategy with educational TikTok content not only has practical benefits in improving subject matter understanding but is also theoretically relevant as part of educational transformation in the digital age.
Keywords – flipped classroom; TikTok content; social studies understanding; local history
Abstra k . Latar Belakang Umum : Pemahaman siswa terhadap ma pel IPS, khususnya pada materi sejarah lokal, menjadi faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran di sekolah dasar. Latar Belakang Khusus : Di kelas IV SDN Palengaan Daya 4, ditemukan permasalahan rendahnya pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Kesenjangan Pengetahuan : Selain itu, pemanfaatan media pembelajaran modern seperti TikTok edukatif dengan strategi Flipped Classroom masih jarang diterapkan. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh strategi Flipped Classroom yang dikombinasikan dengan konten TikTok edukatif terhadap pemahaman siswa pada materi sejarah lokal di kelas IV SDN Palengaan Daya 4. Metode Penelitian : Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik total sampling terhadap 30 siswa kelas IV agar data yang diperoleh representatif dan akurat. Data dikumpulkan melalui tes pemahaman dan dianalisis secara deskriptif serta inferensial. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif efektif berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman IPS siswa terhadap materi sejarah lokal. Kebaruan : Temuan ini dapat dijadikan alternatif strategi pembelajaran yang sesuai karakteristik pembelajaran abad ke-21. Implikasi : Penelitian ini memberikan kontribusi praktis bagi guru sekolah dasar dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang menarik dan efektif, mendukung prinsip Merdeka Belajar dengan menciptakan suasana belajar yang lebih mandiri dan kreatif , serta integrasi media sosial dalam pedagogi modern seperti strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif bukan hanya memiliki manfaat praktis dalam meningkatkan pemahaman materi, tetapi juga relevan secara teoretis sebagai bagian dari transformasi pendidikan di era digital.
Keywords – flipped classroom; konten tiktok; pemahaman ips; sejarah lokal
Sorotan :
Strategi pembelajaran memiliki peran yang sangat penting di sekolah karena berfungsi sebagai rencana sistematis yang mengarahkan proses belajar-mengajar agar menjadi efektif, efisien, dan menarik bagi siswa [1]. Dengan strategi pembelajaran yang tepat, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif serta mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan optimal [1]. Strategi pembelajaran yang kurang menarik berdampak negatif signifikan terhadap pemahaman siswa terhadap mapel IPS khususnya materi sejarah lokal [2]. Strategi pembelajaran dengan metode pembelajaran monoton seperti ceramah yang dominan tanpa interaksi aktif membuat siswa menjadi pasif dan kurang antusias [3]. Hal ini menyebabkan motivasi belajar menurun dan minat terhadap materi pembelajaran berkurang, sehingga pemahaman siswa terhadap materi tersebut menjadi tidak optimal [3].
Berdasarkan observasi dengan guru kelas IV SDN Palengaan Daya 4, diperoleh hasil bahwa dalam proses pembelajaran strategi pembelajaran yang masih konvensional dan kurang menarik, seperti metode ceramah yang dominan tanpa variasi interaktif. Didukung berdasarkan penelitian dari Ginting diperoleh hasil bahwa guru tingkat SD dalam proses pembelajaran masih sering menggunakan strategi yang konvensional, dimana metode ceramah dan tanya jawab masih mendominasi tanpa ada variasi model lain, dan tidak menggunakan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran [4]. Akibatnya, siswa cenderung mengalami kesulitan dalam menyerap materi, mengingat fakta, dan menghubungkannya dengan realitas sekitar, yang berujung pada hasil belajar yang rendah serta kurangnya kemampuan kritis dalam memahami materi. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif, interaktif, dan memanfaatkan teknologi agar siswa lebih terlibat aktif dan materi dapat dipahami dengan lebih baik [4].
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya materi sejarah lokal, memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman siswa tentang identitas dan budaya daerah mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia [5]; [6]. Oleh karena itu, pembelajaran IPS sejarah lokal perlu diberikan dengan cara yang menarik dan efektif sejak jenjang pendidikan dasar, agar siswa dapat memahami dan menghargai nilai-nilai lokal sekaligus mengembangkan rasa cinta terhadap tanah air [5]. Namun, dalam praktiknya, pembelajaran tentang sejarah lokal sering menghadapi sejumlah tantangan, seperti strategi pembelajaran yang masih biasa dan kurang menarik, sehingga mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Berdasarkan observasi dengan guru kelas IV SDN Palengaan Daya 4, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami mapel IPS khususnya materi sejarah lokal. Hal ini disebabkan oleh penggunaan strategi pembelajaran yang masih konvensional dan kurang menarik, seperti metode ceramah yang dominan tanpa variasi interaktif. Akibatnya, partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran menjadi minim dan hasil belajar belum memenuhi standar ketuntasan minimal (KKM). Didukung berdasarkan penelitian dari Afni diperoleh hasil bahwa nilai IPS materi sejarah lokal rendah, karena faktor strategi pembelajaran yang masih konvensional [7]. Kondisi ini menunjukkan perlunya penerapan strategi pembelajaran yang lebih inovatif dan menyenangkan untuk meningkatkan pemahaman serta keterlibatan siswa dalam pembelajaran sejarah lokal.
Selain itu, minimnya penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dan kurangnya variasi metode mengakibatkan materi yang abstrak dan konseptual seperti sejarah lokal sulit untuk dipahami oleh siswa [8]. Kondisi ini diperburuk oleh keterbatasan sumber belajar dan kurangnya relevansi materi sejarah lokal dengan pengalaman sehari-hari siswa, sehingga pembelajaran terasa tidak menarik dan kurang kontekstual [8]. Di sisi lain, perkembangan teknologi digital membuka peluang baru dalam pembelajaran melalui media sosial, seperti TikTok yang sangat populer di kalangan anak-anak dan remaja [9]. Konten edukatif yang ada di TikTok diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dan keterlibatan siswa dalam proses belajar [9]. Berdasarkan observasi dengan siswa kelas IV SDN Palengaan Daya 4, diperoleh hasil bahwa guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran konten Tiktok dalam belajar materi sejarah lokal, sedangkan dalam keseharian siswa sering menonton video TikTok di rumah. Didukung berdasarkan penelitian dari Mariyana diperoleh hasil bahwa konten TikTok dapat meningkatkan pemahaman IPS, karena siswa lebih tertarik belajar dengan konten video TikTok [10]. Maka dengan penggunaan konten TikTok akan membuat pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan pemahaman IPS pada materi sejarah lokal.
Strategi Flipped Classroom sebagai salah satu model pembelajaran inovatif menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, dengan memberikan materi pembelajaran secara mandiri di luar ruang kelas melalui media digital [11]. Dengan strategi Flipped Classroom ini memungkinkan waktu di kelas digunakan untuk diskusi dan pendalaman materi sehingga dapat meningkatkan pemahaman materi [12]. Pendekatan ini sangat relevan jika dikombinasikan dengan konten pendidikan TikTok yang ringkas dan menarik, sehingga dapat membantu siswa memahami materi sejarah lokal dengan lebih mudah serta menyenangkan [12]. Berdasarkan observasi dengan guru kelas IV SDN Palengaan Daya 4, diperoleh hasil bahwa guru tidak pernah menggunakan strategi Flipped Classroom dalam pembelajaran IPS, guru sering menggunakan strategi konvensional, dominan ceramah, tidak ada penggunaan teknologi, dan tidak ada pembelajaran berbasis mandiri di luar ruang kelas, sehingga pemahaman IPS materi sejarah lokal rendah. Berdasarkan penelitian dari Wicaksono dan Ferrer diperoleh hasil bahwa strategi Flipped Classroom dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran [13]; [14].
Berikut tabel perbandingan antara studi sebelumnya dan kebutuhan saat ini di SDN Palengaan Daya 4:
Tabel 1. Perbandingan Antara Studi Sebelumnya dan Kebutuhan Saat Ini di SDN Palengaan Daya 4 [10]
Pada tabel 1 menunjukkan gap penelitian ini adalah sampai sekarang belum ada penelitian yang secara khusus mengkaji pengaruh strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif terhadap pemahaman IPS materi sejarah lokal, terutama dengan pendekatan kuantitatif yang mengukur secara objektif dampak penerapan strategi pembelajaran ini [10]. Kebaruan penelitian ini merupakan yang pertama di SDN Palengaan Daya 4 yang mengimplementasikan dan menganalisis secara kuantitatif efektivitas Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif dalam pembelajaran IPS materi sejarah lokal pada siswa kelas IV, sekaligus mengidentifikasi strategi penerapan yang tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat sekolah dasar.
Dari observasi dan data awal, banyak siswa menunjukkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi sejarah lokal. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi strategi pembelajaran yang menggabungkan teknologi dan metode pembelajaran aktif, demikian agar pemahaman siswa dapat meningkat. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa integrasi media sosial dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa secara signifikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh strategi Flipped Classroom yang memanfaatkan konten edukatif TikTok terhadap pemahaman siswa dalam materi sejarah lokal pada pelajaran IPS di sekolah dasar [10].
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk pertama, menganalisis pengaruh strategi Flipped Classroom yang dikombinasikan dengan konten TikTok edukatif terhadap pemahaman siswa pada mapel IPS khususnya materi sejarah lokal. Kedua, untuk mengetahui efektivitas penggunaan konten TikTok sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman IPS pada materi sejarah lokal. Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi kendala maupun faktor pendukung dalam penerapan strategi tersebut di kelas 1 SDN Palengaan Daya 4. Maka, kebaruan pada penelitian ini adalah mengkaji media pembelajaran terkini yang jarang digunakan guru di jenang sekolah dasar dan penelitian ini dapat bisa membantu memberikan penekanan tambahan secara praktis dan teoritis dalam memberikan masukan penggunaan strategi pembelajaran yang efektif dengan pengembangan metode pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan perkembangan teknologi, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dan pemahaman siswa terhadap materi sejarah lokal secara keseluruhan.
Keunikan penelitian ini terletak pada penggabungan strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif dalam pembelajaran materi sejarah lokal pada IPS. Pendekatan ini memanfaatkan sifat interaktif, kreatif, dan menarik dari media sosial TikTok untuk meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa, sekaligus mendukung pembelajaran mandiri dan kolaboratif yang menjadi inti dari Flipped Classroom. Selain itu, penelitian ini menggabungkan inovasi teknologi populer dengan teori pembelajaran modern seperti pembelajaran konstruktivis dan kognitivisme, serta fokus pada pengembangan keterampilan abad 21. Keunikan lainnya adalah penggunaan video pendek kreatif yang dibuat siswa sebagai bagian dari proses belajar, sehingga tidak hanya sebagai konsumsi materi tapi juga sebagai media ekspresi dan evaluasi pembelajaran yang inovatif. Pendekatan ini tidak umum karena mengintegrasikan aspek teknis pembuatan konten media sosial dengan tujuan pedagogis secara sistematis, menghadirkan model pembelajaran yang relevan dengan kehidupan digital siswa saat ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif karena bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat fenomena yang terjadi, yaitu pengaruh strategi pembelajaran Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap IPS materi sejarah lokal [15]. Pendekatan kuantitatif berdasarkan teori kuantitatif dari Sugiyono karena untuk memperoleh data numerik yang dapat dianalisis secara statistik sehingga hasilnya objektif dan dapat diukur secara jelas [15]. Metode deskriptif dipilih karena untuk memetakan kondisi pemahaman siswa terhadap materi sejarah lokal setelah penerapan strategi pembelajaran secara rinci tanpa intervensi yang kompleks [16]. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Palengaan Daya 4 yang berjumlah 25 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Pemilihan total sampling didasarkan pada jumlah populasi yang relatif kecil sehingga memungkinkan pengambilan data dari seluruh siswa untuk mendapatkan hasil yang representatif dan valid [16]. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner tes yang dirancang untuk mengukur pemahaman siswa terhadap mapel IPS materi sejarah lokal setelah penerapan strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif. Selain itu, dilakukan observasi langsung selama proses pembelajaran untuk melihat keterlibatan siswa dan interaksi antaranggota kelompok. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar instrumen observasi yang terstruktur. Berikut tabel instrumen observasi dan aspek pemahaman [15].
Tabel 2. Instrumen Observasi Identifikasi Masalah [15]
Tabel 3. Instrumen Aspek Pemahaman IPS Materi Sejarah Lokal yang Diamati [17]
Pada tabel 2, menunjukkan instrumen observasi identifikasi masalah dalam bentuk uraian dengan dua aspek utama yang diamati, yaitu aspek pertama, strategi pembelajaran, mengacu pada metode dan pendekatan yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran materi sejarah lokal. Pengamatan terhadap aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi yang diterapkan dalam mengajarkan materi tersebut. Aspek kedua adalah tingkat pemahaman siswa, yang mengamati sejauh mana siswa mengerti dan mampu menguasai mapel IPS materi sejarah lokal yang diberikan[15]. Pada tabel 3, menunjukkan instrumen tes dengan aspek menjelaskan dan memahami IPS materi sejarah lokal, yang berupa soal pilihan ganda sebanyak 10 soal pretest dan posttestyang mengukur pemahaman siswa terhadap materi sejarah lokal sebelum dan sesudah penerapan strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif. Sebelum digunakan, instrumen diuji validitas dan reliabilitasnya untuk memastikan keakuratan data[17].
Pelaksanaan uji validitas dapat berupa validitas isi dengan melibatkan ahli untuk memastikan instrumen sesuai dengan materi sejarah lokal yang ingin diukur. Uji reliabilitas menggunakan koefisien Cronbach's Alpha untuk menilai konsistensi internal instrumen. Hasil uji validitas dan reliabilitas yang baik menunjukkan bahwa instrumen tersebut mampu mengumpulkan data yang sahih dan andal, sehingga mendukung keabsahan data penelitian. Sehingga dari proses uji validitas dan reliabilitas ini, instrumen dapat dinyatakan valid dan reliabel yang meminimalkan risiko bias dan kesalahan pengukuran, memberikan keyakinan bahwa temuan penelitian benar-benar menggambarkan pengaruh strategi pembelajaran yang diuji[17].
Gambar 1. Alur Penelitian [15]
Teknik analisis data dilakukan untuk memastikan keakuratan dan validitas hasil penelitian, analisis data dilakukan melalui beberapa tahap yang dijelaskan dalam sub-sub judul berikut:
Hasil data penelitian menunjukkan bahwa strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif efektif berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman IPS materi sejarah lokal, berikut adalah rincian pembahasan:
Gambar 2. Analisis Data Instrumen Pemahaman IPS Materi Sejarah Lokal
Gambar 2. menggambarkan transformasi dari pembelajaran pasif menuju pembelajaran aktif berbasis teknologi yang menyenangkan yakni berupa strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif sehingga dapat meningkatkan pemahaman IPS materi sejarah lokal.
Untuk melakukan uji Validitas dan Rreliabilitas dilakukan oleh ahli dan koefisien Cronbach's Alpha.
Table 4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 4. menunjukkan bahwa uji validitas isi pretest dan posttest pada instrumen soal pilihan ganda sebanyak 10 soal oleh ahli menunjukkan hasil bahwa instrumen valid, dapat digunakan untuk penelitian dan instrumen sesuai dengan materi sejarah lokal yang ingin diukur. Uji reliabilitas menggunakan koefisien Cronbach's Alpha menunjukan hasil pretest pemahaman IPS materi sejarah lokal sebesar 0,82 masuk kategori sangat tinggi reliabilitasnya, dan hasil posttest pemahaman IPS materi sejarah lokal sebesar 0,85 masuk kategori sangat tinggi reliabilitasnya, sehingga data hasil instrumen reliabel (konsisten). Maka hasil uji validitas dan reliabilitas yang baik, menunjukkan bahwa instrumen tersebut mampu mengumpulkan data yang sahih dan andal, sehingga mendukung keabsahan data penelitian, serta siap digunakan untuk penelitian.
Untuk melakukan uji normalitas data, digunakan metode statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Table5. Uji Normalitas
Tabel 5. menunjukkan bahwa uji normalitas seluruh data baik untuk variabel pemahaman IPS materi sejarah lokal, pada pretest dan posttest, memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0.05. Yakni hasil pretest pemahaman IPS materi sejarah lokal sebesar 0.100 dan hasil posttest pemahaman IPS materi sejarah lokal sebesar 0.150. Hal ini mengindikasikan bahwa data berdistribusi normal dan memenuhi syarat untuk dilakukan uji parametris seperti Paired Sample T-Test.
Table6. Uji Homogenitas
Tabel 6, menunjukkan bahwa uji homogenitas menggunakan Levene's Test menghasilkan nilai signifikansi hasil pretest pemahaman IPS materi sejarah lokal sebesar 0.254 dan 0.257 untuk hasil posttest pemahaman IPS materi sejarah lokal sebesar, yang keduanya lebih besar dari 0.05. Ini menunjukkan bahwa data memiliki varians yang homogen, sehingga kelompok data pretest dan posttest dapat dibandingkan.
Uji Paired Sample T-Test merupakan inti dari analisis ini karena bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara nilai sebelum dan sesudah diterapkannya strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif. Hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel 7. Uji Paired Sample t-Test
Tabel 7, menunjukkan bahwa hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 40.00 poin setelah penerapan strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif. Karena nilai sig berada di bawah ambang batas 0,05. Maka peningkatan pemahaman IPS materi sejarah lokal terbukti secara statistik yang signifikan. Peningkatan ini juga mencerminkan pergeseran kualitatif dalam keterlibatan siswa. Kategori pemahaman IPS materi sejarah lokal berubah dari “Kurang” menjadi “Baik,”. Secara pedagogis, hal ini menunjukkan bahwa strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif menciptakan strategi belajar yang efektif dan inovatif dengan meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran, memudahkan akses terhadap materi pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami, serta memfasilitasi pembelajaran mandiri yang memperkuat pemahaman konsep sejarah lokal secara mendalam [19]. Dengan demikian, penerapan strategi ini memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar.
B . Peningkatan Pemahaman IPS Materi Sejarah Lokal
Data empiris menunjukkan peningkatan skor pemahaman IPS materi sejarah lokal dari 40,00 menjadi 80,00, yang mencerminkan peningkatan indikator pemahaman seperti kemampuan mengingat fakta sejarah, menghubungkan peristiwa masa lalu dengan kondisi saat ini, ketelitian dalam menganalisis informasi, dan partisipasi aktif dalam pembelajaran. Menurut Abidin, pemahaman materi pembelajaran merupakan hasil proses kognitif yang mengarahkan siswa pada penguasaan pengetahuan secara mendalam [20]. Strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan menyenangkan, yang meningkatkan minat, keterlibatan, dan motivasi intrinsik siswa dalam memahami materi sejarah lokal [12]. Maka implementasi strategi pembelajaran ini terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mapel IPS materi sejarah lokal di sekolah dasar. Peningkatan signifikan yang terjadi pada skor pemahaman tidak hanya merupakan angka statistik, melainkan cerminan dari tumbuhnya rasa ingin tahu, semangat belajar, dan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran.
Strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif berhasil menciptakan suasana belajar yang lebih kolaboratif, kreatif, dan partisipatif, yang sejalan dengan prinsip pembelajaran konstruktivis [21]. Karena menurut Imamah, Flipped Classroom adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa siswa adalah pencipta pengetahuan, bukan hanya penerima pasif. Siswa mengkonstruksi makna dengan menghubungkan informasi baru dengan pengalaman sebelumnya, sehingga proses belajar menjadi aktif dan kontekstual [21]. Dalam Flipped Classroom, siswa mempelajari materi terlebih dahulu secara mandiri (misalnya melalui video pembelajaran yang bisa disajikan melalui TikTok), kemudian di kelas mereka melakukan diskusi, klarifikasi, dan mengembangkan pemahaman materi sejarah lokal. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip konstruktivisme yang mengedepankan keterlibatan aktif siswa dan membangun pengetahuan melalui pengalaman langsung [22].
Selain itu strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif juga mendukung visi kebijakan Merdeka Belajar, karena Merdeka Belajar menekankan kebebasan dan kemandirian siswa dalam proses belajar [23]; [24]. Flipped Classroom dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dengan mengatur aktivitas belajar di dalam dan di luar kelas secara terstruktur, memberikan ruang bagi siswa untuk mengatur waktu dan cara belajarnya sendiri [24]. Hasil penelitian dari Restiana pada siswa SD diperoleh hasil bahwa implementasi Flipped Classroom meningkatkan kemandirian belajar dan antusiasme siswa yang sesuai dengan semangat Merdeka Belajar [25]. Maka, bagi guru dan pengembang kurikulum, penerapan strategi ini dapat direkomendasikan pada tema-tema IPS lainnya untuk meningkatkan pemahaman siswa secara menyeluruh. Guru diharapkan dapat mengadaptasi strategi ini dengan memperhatikan karakteristik siswa dan kondisi kelas agar hasil pembelajaran semakin optimal.
Hasil uji Paired Sample T-Test menunjukkan perbedaan signifikan antara skor pretest dan posttest pada dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif sebagai intervensi pedagogis dalam pembelajaran IPS materi sejarah lokal di sekolah dasar. Gambar diagram perbandingan rata-rata skor pemahaman IPS materi sejarah lokal pretest dan posttest sebagai berikut:
Gambar 3. Perbandingan Rata-rata Skor Pemahaman IPS Materi Sejarah Lokal
Gambar 3, menunjukkan diagram batang ini memperlihatkan peningkatan pemahaman yang signifikan yang menggambarkan pergeseran dari pembelajaran yang konvensional menuju pembelajaran yang inovatif. Pemahaman IPS materi sejarah lokal meningkat dari 40.00 menjadi 80,00 dengan kategori pemahaman berubah dari “Kurang” menjadi “Baik,”. Hal ini menunjukkan bahwa strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif pada materi sejarah lokal. Strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif sejalan dengan prinsip konstruktivisme yang menekankan partisipasi aktif siswa dalam membangun pemahaman IPS materi sejarah lokal melalui pengalaman langsung dan interaksi sosial, sehingga dapat meningkatkan pemahaman materi [21]. Sebagai model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi digital dan pendekatan pembelajaran mandiri,
Flipped Classroom menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dimana siswa dapat mengakses materi sejarah lokal secara fleksibel, berdiskusi, dan mengkonstruksi pemahaman secara kolaboratif, sehingga dapat meningkatkan pemahaman materi [12]. Selain itu, strategi ini mengakomodasi konsep zona perkembangan proksimal, dimana interaksi antar teman sebaya maupun dengan guru mempercepat peningkatan kompetensi siswa dalam memahami materi sejarah lokal, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS secara signifikan [26]; [27]. Zona perkembangan proksimal adalah jarak antara kemampuan siswa melakukan tugas secara mandiri dan kemampuan yang bisa dicapai dengan bantuan atau bimbingan dari guru atau teman yang lebih kompeten [26]; [27]. Flipped Classroom memungkinkan siswa terlebih dahulu mempelajari materi secara mandiri di luar kelas (misalnya melalui video TikTok yang ringkas dan menarik), kemudian saat di kelas mereka mendapatkan bimbingan langsung, diskusi, dan interaksi sosial yang membantu memperluas pemahaman mereka ke tingkat yang lebih tinggi yang belum bisa dicapai sendiri [12]. Hal ini diperkuat oleh penelitian Heni yang menunjukkan bahwa penggunaan media edukatif seperti TikTok dalam model Flipped Classroom memfasilitasi keterampilan mendengarkan aktif, memberikan penjelasan, serta umpan balik yang konstruktif, sehingga secara efektif meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sejarah lokal [12].
Integrasi media sosial dalam pedagogi modern, seperti strategi Flipped Classroom yang memanfaatkan konten TikTok edukatif, tidak hanya memberikan manfaat praktis berupa peningkatan pemahaman materi sejarah lokal dalam pembelajaran IPS, tetapi juga memiliki relevansi teoretis yang penting dalam konteks transformasi pendidikan era digital [9]. Secara teoretis, pendekatan ini mendukung teori pembelajaran aktif dan konstruktivis yang menekankan keterlibatan siswa secara mandiri dan interaktif dalam proses belajar, sekaligus menguatkan aspek kolaborasi dan komunikasi yang diperoleh melalui platform media sosial. Selain itu, fleksibilitas akses konten yang dapat dipelajari kapan saja dan di mana saja selaras dengan prinsip Flipped Classroom dan teori kognitivisme yang menekankan pengolahan informasi secara reflektif [9]. Maka, integrasi ini tidak hanya meningkatkan efektivitas pembelajaran secara praktis, tetapi juga memperkaya landasan teoritis pembelajaran modern yang berfokus pada pengembangan keterampilan abad 21 dan pemberdayaan siswa sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran.
D. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan efektivitas strategi Flipped Classroom dalam meningkatkan pemahaman materi sejarah lokal. Namun, perbedaan utama terletak pada penggunaan media pembelajaran, dimana penelitian ini mengintegrasikan konten TikTok edukatif sebagai inovasi yang menyesuaikan dengan minat dan gaya belajar siswa masa kini, khususnya pada tingkat Sekolah Dasar kelas IV yang mempelajari mapel IPS materi sejarah lokal. Penelitian terdahulu umumnya berfokus pada siswa tingkat menengah dan menggunakan video pembelajaran konvensional tanpa memanfaatkan platform media sosial populer seperti TikTok. Dengan demikian, penelitian ini melengkapi temuan sebelumnya dengan menegaskan bahwa penggabungan strategi Flipped Classroom dan konten dari media sosial dapat meningkatkan pemahaman siswa secara signifikan dalam konteks pembelajaran sejarah lokal di tingkat dasar. Pendekatan ini juga mendukung pengembangan pembelajaran yang lebih relevan dan kontekstual sesuai dengan karakteristik generasi digital saat ini.
Berdasarkan penelitian dari Kusumaningrum dan Anggraini diperoleh hasil bahwa konten video Youtube atau video Instagram tidak terlalu efektif meningkatkan pemahaman siswa, karena videonya monoton [28]; [29]. Sedangkan penggunaan konten TikTok edukatif menawarkan video-video pendek yang padat dan menarik dengan durasi singkat, sehingga mudah diserap dan sesuai dengan gaya belajar generasi digital yang mencari informasi cepat dan visual yang menarik [30]. Selain itu, konten TikTok sering mengintegrasikan kearifan lokal secara autentik dan situasional, yang dapat memberikan stimulus kuat bagi siswa untuk lebih memahami konteks sejarah lokal secara langsung [31]. TikTok juga memfasilitasi interaksi sosial melalui komentar dan berbagi yang mendukung pembelajaran kolaboratif. Maka dapat disimpulkan model strategi Flipped Classroom dengan konten tiktok edukatif lebih unggul dalam meningkatkan pemahaman IPS materi sejarah lokal [31].
Penerapan Strategi Flipped Classroom dengan Konten Tiktok Edukatif pada Kelas IV SDN Palengaan Daya 4 menunjukkan hasil yang positif yakni berhasil meningkatkan pemahaman IPS materi sejarah lokal, namun implementasi strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif juga menghadapi sejumlah tantangan dan keterbatasan yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan efektif. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan akses teknologi dan internet, dimana tidak semua siswa memiliki perangkat yang memadai atau koneksi internet yang stabil, terutama bagi siswa dari daerah pelosok atau latar belakang ekonomi kurang mampu. Kondisi ini menyebabkan kesulitan siswa dalam mengakses konten pembelajaran yang disajikan secara daring. Selain itu, Flipped Classroom sangat bergantung pada kesiapan dan kedisiplinan siswa dalam belajar mandiri di rumah, termasuk menonton video pembelajaran di TikTok secara serius, hal ini kadang sulit dipastikan sehingga dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran.
Meskipun Flipped Classroom dengan Konten Tiktok Edukatif relevan secara teoretis untuk meningkatkan pemahaman, keterlibatan, kemandirian belajar, dan mendukung prinsip konstruktivisme, namun penerapannya di tingkat dasar menghadapi tantangan karena keterbatasan kematangan kognitif dan literasi digital siswa usia tersebut. Siswa di jenjang SD mungkin belum sepenuhnya memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri tanpa bimbingan intensif, terutama dalam mengelola waktu belajar dan memahami informasi yang disajikan melalui media seperti TikTok. Oleh karena itu, tanpa scaffolding yang memadai dari guru, strategi ini berpotensi kurang efektif atau bahkan menyebabkan ketidaktepatan pemahaman materi. Kebebasan dan kemandirian yang didorong oleh Flipped Classroom mendukung kurikulum Merdeka Belajar memang ideal, namun di tingkat dasar guru harus berperan aktif sebagai fasilitator dan pembimbing agar siswa tidak merasa kewalahan. Guru perlu menyesuaikan pendekatan, menyediakan arahan yang jelas, dan memoderasi diskusi agar pembelajaran tetap terfokus dan terarah. Tanpa adaptasi ini, potensi distribusi pembelajaran di luar kelas menjadi kurang maksimal. Paparan konten singkat dengan gaya informasi cepat di TikTok berpotensi memengaruhi kemampuan siswa untuk berkonsentrasi dan mendalami materi dalam jangka panjang, yang merupakan aspek penting dalam pembelajaran sejarah. Oleh karena itu, strategi ini perlu diimbangi dengan aktivitas belajar yang membutuhkan pemikiran kritis dan refleksi mendalam di kelas.
Dari sisi guru, penerapan strategi ini membutuhkan persiapan yang cukup dan keterampilan digital, mulai dari pembuatan konten video hingga pengelolaan kelas daring, sehingga dapat menambah beban kerja guru dan memerlukan pelatihan khusus. Selain itu, guru harus mampu memotivasi dan mengarahkan siswa agar mampu mengatur waktu belajar dan mengelola tugas pra-kelas secara efektif agar pembelajaran tatap muka berjalan optimal. Tantangan lain yang muncul adalah kurangnya dukungan penuh dari orang tua, terutama dalam pengawasan proses belajar anak di rumah, yang dapat menjadi hambatan bagi siswa yang memerlukan bimbingan ekstra. Selain itu, penggunaan media TikTok sebagai platform pembelajaran juga menghadirkan tantangan terkait durasi konten yang cenderung singkat dan perlu dialihkan dengan strategi pengajaran yang tepat agar siswa tidak hanya sekedar menonton tanpa memahami materi secara mendalam. Keterbatasan ini mengharuskan guru merancang aktivitas pembelajaran lanjutan untuk memperkuat pemahaman siswa secara menyeluruh.
Pelaksanaan strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif telah menunjukkan efektivitas yang signifikan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap mapel IPS materi sejarah lokal. Karena pendekatan ini berhasil meningkatkan motivasi dan keterlibatan belajar siswa, serta penyajian materi yang menarik, singkat, dan mudah diakses sesuai dengan karakteristik generasi digital, sehingga meningkatkan pemahaman IPS materi sejarah. Namun, tantangan seperti keterbatasan akses teknologi, kesiapan guru dan siswa dalam belajar mandiri hal yang perlu diperhatikan agar penerapan metode ini berjalan optimal. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan fasilitas teknologi dan pelatihan kompetensi guru dalam memanfaatkan media digital agar dapat mengelola pembelajaran secara lebih efektif dan kreatif. Selain itu, pendampingan dari guru dan orang tua juga sangat penting untuk mendukung siswa dalam mengatur waktu dan proses belajar mandiri di rumah. Pengembangan materi pembelajaran yang dikombinasikan dengan aktivitas interaktif seperti diskusi dan kuis juga perlu dilakukan agar pemahaman siswa semakin mendalam. Dengan demikian, strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif dapat dioptimalkan sebagai model pembelajaran inovatif yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan IPS di sekolah dasar. Strategi ini dapat diterapkan pada materi IPS lainnya atau pada mata pelajaran lain yang bersifat naratif seperti Bahasa Indonesia atau PPKn. Ini bisa menjadi inspirasi lanjutan baik bagi praktisi maupun peneliti.
Berdasarkan uji Paired Sample T-Test berpasangan menunjukkan terdapat peningkatan signifikan pada skor pemahaman IPS materi sejarah lokal dari rata-rata 40,00 menjadi 80,00 dengan nilai (sig = 0,000). Hal ini menolak hipotesis nol (H₀) dan membuktikan bahwa strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif secara statistik efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Kategori pemahaman siswa berubah dari “Kurang” menjadi “Baik,” yang menunjukkan bahwa strategi ini tidak hanya meningkatkan skor kuantitatif, tetapi juga meningkatkan kualitas keterlibatan dan pemahaman siswa secara menyeluruh. Temuan ini membuka peluang bagi pengembangan metode pembelajaran yang lebih inovatif dan kontekstual, serta mendorong guru dan peneliti untuk terus menggali strategi yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran IPS secara menyeluruh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi Flipped Classroom dengan dukungan konten TikTok edukatif efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mapel IPS materi sejarah lokal. Peningkatan signifikan pada skor pemahaman bukan hanya sek e dar angka statistik, melainkan cerminan dari tumbuhnya minat belajar secara mandiri di luar kelas . Strategi ini berhasil menciptakan menciptakan strategi belajar yang efektif dan inovatif dengan meningkatkan motivasi dan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, memudahkan akses terhadap materi pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami, serta memfasilitasi pembelajaran mandiri yang memperkuat pemahaman konsep sejarah lokal secara mendalam. Dengan demikian, penerapan strategi ini memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar. Oleh karena itu, strategi ini dapat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai tema IPS lainnya guna meningkatkan pemahaman siswa secara komprehensif. Guru diharapkan dapat mengadaptasi strategi ini dengan mempertimbangkan karakteristik siswa serta kondisi kelas agar hasil pembelajaran semakin optimal.
Namun demikian, penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu kesenjangan akses teknologi dan internet, dimana tidak semua siswa memiliki perangkat yang memadai atau koneksi internet yang stabil, terutama bagi siswa dari daerah pelosok atau latar belakang ekonomi kurang mampu. Kondisi ini menyebabkan kesulitan siswa dalam mengakses konten pembelajaran yang disajikan secara daring. Selain itu, Flipped Classroom sangat bergantung pada kesiapan dan kedisiplinan siswa dalam belajar mandiri di rumah, termasuk menonton video pembelajaran di TikTok secara serius, hal ini kadang sulit dipastikan sehingga dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Dengan demikian, implementasi strategi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman IPS materi sejarah lokal, tetapi juga membangun kemandirian siswa dalam mempelajari IPS secara utuh.
Temuan ini sejalan dengan teori konstruktivisme yang menekankan partisipasi aktif dan interaksi sosial dalam proses pembelajaran, mendukung konsep Merdeka Belajar, serta konsep zona perkembangan proksimal yang mempercepat kemajuan kompetensi melalui interaksi teman sebaya. Serta integrasi media sosial dalam pedagogi modern seperti strategi Flipped Classroom dengan konten TikTok edukatif bukan hanya memiliki manfaat praktis dalam meningkatkan pemahaman materi, tetapi juga relevan secara teoretis sebagai bagian dari transformasi pendidikan di era digital. Strategi ini dapat diterapkan pada materi IPS lainnya atau pada mata pelajaran lain yang bersifat naratif seperti Bahasa Indonesia atau PPKn. Ini bisa menjadi inspirasi lanjutan baik bagi praktisi maupun peneliti.
Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi, sehingga penulisan karya ilmiah ini bisa selesai dengan baik, khususnya kepada bapak guru di sekolah SDN Palengaan Daya 4, siswa kelas IV SDN Palengaan Daya 4, dan dosen pembimbing yang mengarahkan penulisan karya ilmiah ini.
[1]Badar, “Strategi Pembelajaran dengan Model Pendekatan pada Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama Agar Tercapainya Tujuan Pendidikan,” J. Biol. Educ. Sci., vol. 2, no. 4, pp. 1–15, 2022, doi: 10.54066/jikma.v2i3.1812.
[2]Shella Rhodinia, Selly Triamanda, Bagus Setiawan, and Abdul Aziz, “Permasalahan Media Pembelajaran IPS yang Kurang Variatif dan Strategi Pemecahannya,” ALADALAH J. Polit. Sos. Huk. dan Hum., vol. 2, no. 1, pp. 25–37, 2024, doi: 10.59246/aladalah.v2i1.613.
[3]Hidayat, S. Zahra, R. Rahmadati, A. Ferdiyansyah, and Aniswati, “Identifikasi Keaktifan Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran JiGaMon Berbasis Monopoli pada Pembelajaran IPS Kelas 5 SDN Sungai Miai 5,” J. Cahaya Edukasia, vol. 3, no. 2, pp. 92–97, 2025, https://doi.org/10.63863/jce.v3i2.79
[4]Ginting, I. K. Sudarma, and A. I. W. I. Y. Sukmana, “Multimedia Interaktif Berbasis Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Tematik untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar,” Indones. J. Instr., vol. 2, no. 3, pp. 133–143, 2021, doi: 10.23887/iji.v2i3.50951.
[5]Aulia, A. Pratiwi, A. Y. Nuri, R. Rahmah, A. M. Nasution, and E. Yusnaldi, “Integrasi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran IPS di SD untuk Membentuk Karakter Cinta Budaya,” Educ. Achiev. J. Sci. Res., vol. 6, no. 1, pp. 29–39, 2024, doi: 10.51178/jsr.v6i1.2232.
[6]Mariati, E. W. Abbas, and M. Mutiani, “The Social Science Contribution Through Social Studies Learning,” Innov. Soc. Stud. J., vol. 2, no. 2, pp. 110–120, 2021, doi: 10.20527/iis.v2i2.3051.
[7]Afni, “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas IV SD Inpres Bertingkat Mamajang I Kota Makassar,” J. Ilmu Pendidik. dasar, vol. 4, no. 1, pp. 87–95, 2021, https://doi.org/10.23887/iji.v2i3.50951
[8]Amelia Reski Rulfani, Adrias Adrias, and Salmaini Safitri Syam, “Penerapan Media Digital dalam Mengatasi Kurangnya Konsentrasi Minat Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran IPS SD,” Sinar Dunia J. Ris. Sos. Hum. dan Ilmu Pendidik., vol. 4, no. 1, pp. 279–284, 2025, doi: 10.58192/sidu.v4i1.3195.
[9]Ismaniyah, I. Syafi’i, M. Fahmi, and M. Thohir, “Pemanfaatan Tiktok sebagai Inovasi Media Pembelajaran PAI di Abad 21,” La-Tahzan J. Pendidik. Islam, vol. 17, no. 1, pp. 30–40, 2024, https://doi.org/10.62490/latahzan.v17i1.1046
[10]Mariyana, “Inovasi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Melalui Media Sosial,” J. Integr. dan Harmon. Inov. Ilmu-Ilmu Sos., vol. 4, no. 8, pp. 1–11, 2024, doi: 10.17977/um063v4i8p1.
[11]Yusuf and M. A. Taiye, “a Flipped Learning Environment: a Disruptive Approach for Traditional Classrooms?,” Int. J. Educ. Psychol. Couns., vol. 6, no. 42, pp. 83–93, 2021, doi: 10.35631/ijepc.642008.
[12]Heni and S. Ridlo, “The Effectiveness of Flipped Classroom to Improve Students’ Concept Understanding and Self Efficacy during the Covid-19 Pandemic,” J. Biol. Educ., vol. 10, no. 1, pp. 70–76, 2021, http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe
[13]Wicaksono, Flipped Classroom Strategi Inovatif Pembelajaran di Era Digital. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2025.
[14]Ferrer, “Effectiveness of the Flipped Classroom Model on Students’ Self-Reported Motivation and Learning During the COVID-19 Pandemic,” Humanit. Soc. Sci. Commun., vol. 8, no. 1, pp. 1–9, 2021, doi: 10.1057/s41599-021-00860-4.
[15]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2016.
[16]Ramler, Research Methods in Practice: Strategies for Description and Causation. New York: Sage Publications, 2021.
[17]Sulaemah, “Best Practice Inovasi Pembelajaran Sejarah Lokal Melalui Media Pop Up Book di Kelas IV Sekolah Dasar,” J. Ilm. PGSD STKIP Subang, vol. 10, no. 2, pp. 1–13, 2024, https://doi.org/10.36989/didaktik.v11i02.6058
[18]Wilson, Paired samples T-test. Rotterdam: SensePublishers, 2017.
[19]Supriadi, Taufiqrrahman, and Samsuddin, “Inovasi Pembelajaran Pai Di Era Digital: Strategi Menumbuhkan Minat Belajar Gen-Z,” Tadbriuna J. Manaj. Pendidik. Islam, vol. 4, no. 2, pp. 319–334, 2025, https://jurnal.iuqibogor.ac.id/index.php/tadbiruna/article/view/1506
[20]Abidin, “Transformasi Assessment dalam Pembelajaran IPS: Pendekatan Holistik untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa di Madrasah Ibtidaiyah,” J. Madrasah Ibtidaiyah, vol. 2, no. 2, pp. 187–200, 2024, https://journal.unusida.ac.id/index.php/jmi/article/view/1314
[21]Imamah, “Synergy of Islamic Religious Education and Digital Technology in Realizing 21st Century Learning,” Int. J. Adv. Sci. Educ. Relig., vol. 8, no. 1, pp. 548–555, 2025, https://ojs.staialfurqan.ac.id/IJoASER/article/view/1022/691
[22]Ariawan, “The Influence of The Flipped Classroom Model Toward The Digital Literacy Abilities of Sixth Grade Students,” Conf. Ser., vol. 6, no. 4, pp. 646–654, 2023, https://doi.org/10.20961/shes.v6i4.83364
[23]Herdiati, D. D. Atmaji, R. M. A. Andriyanto, and D. N. Saputra, “Pemanfaatan Aplikasi Tiktok Sebagai Media Pembelajaran Musik di SMAN 1 Muara Enim, Sumatera Selatan,” Virtuoso J. Pengkaj. dan Pencipta. Musik, vol. 4, no. 2, pp. 111–119, 2021, doi: 10.26740/vt.v4n2.p111-119.
[24]Latifah and I. Rindaningsih, “Implementasi Flipped Classroom dalam Mendukung Merdeka Belajar untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar,” J. Papeda J. Publ. Pendidik. Dasar, vol. 5, no. 2, pp. 156–166, 2023, doi: 10.36232/jurnalpendidikandasar.v5i2.4447.
[25]Restiana, U. C. Barlian, S. Nurjanah, W. Suminar, and U. Cepi Barlian, “Studies Model Flipped Classroom dalam Menumbuhkan Kemandirian Belajar Siswa SD Ibnu Sina,” AL-AFKAR J. Islam., vol. 6, no. 2, pp. 648–658, 2023, doi: 10.31943/afkarjournal.v6i2.650.
[26]Majid, M. Arifin, and U. N. Jadid, “Flipped Classroom Efektivitas Model Pembelejaran Terbalik dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa,” J. Ilmu Multidisiplin Vol., vol. 1, no. 3, pp. 210–221, 2025, http://jurnalinspirasimodern.com/index.php/JIM/article/view/253
[27]Zaretsky, “One More Time on the Zone of Proximal Development,” Cult. Psychol., vol. 17, no. 2, pp. 37–49, 2021, doi: 10.17759/chp.2021170204.
[28]Kusumaningrum, Unik Hanifah Salsabila, Nanik Rahmanti, Istiani Nur Kasanah, and Dian Sidik Kurniawan, “Optimalisasi Media Youtube Sebagai Media Pembelajaran Daring,” SALIHA J. Pendidik. Agama Islam, vol. 5, no. 1, pp. 92–114, 2022, doi: 10.54396/saliha.v5i1.223.
[29]Anggraini, A. P. Swondo, and S. Lestari, “Pemanfaatan Microlearning Melalui Video Pendek Dismks Bina Satria Medan,” J. Community Empower., vol. 4, no. 1, pp. 209–213, 2025, https://doi.org/10.31764/jce.v4i1.31606
[30]Faujianor, D. Nurrahmi, N. Hafiza, N. A. Fauzi, and M. R. Anshri, “Peran Guru PAI Menjaga Moral Generasi Z di Tengah Distraksi Digital dan Dominasi Tiktok di SMAN 6 Palangka Raya,” J. Miutidisiplin Ilmu Akad., vol. 2, no. 3, pp. 462–472, 2025, https://doi.org/10.61722/jmia.v2i3.4877
[31]Santosa, “Integrasi Konten Media Sosial TikTok Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Media Pembelajaran Alternatif pada Pembelajaran Sejarah Jenjang Sekolah Menengah Atas,” Prodiksema, vol. 3, no. 3, pp. 9–25, 2024, https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/prodiksema/article/download/4528/2864
[1] Badar, “Strategi Pembelajaran dengan Model Pendekatan pada Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama Agar Tercapainya Tujuan Pendidikan,” J. Biol. Educ. Sci., vol. 2, no. 4, pp. 1–15, 2022, doi: 10.54066/jikma.v2i3.1812.
[2] Shella Rhodinia, Selly Triamanda, Bagus Setiawan, and Abdul Aziz, “Permasalahan Media Pembelajaran IPS yang Kurang Variatif dan Strategi Pemecahannya,” ALADALAH J. Polit. Sos. Huk. dan Hum., vol. 2, no. 1, pp. 25–37, 2024, doi: 10.59246/aladalah.v2i1.613.
[3] Hidayat, S. Zahra, R. Rahmadati, A. Ferdiyansyah, and Aniswati, “Identifikasi Keaktifan Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran JiGaMon Berbasis Monopoli pada Pembelajaran IPS Kelas 5 SDN Sungai Miai 5,” J. Cahaya Edukasia, vol. 3, no. 2, pp. 92–97, 2025, https://doi.org/10.63863/jce.v3i2.79
[4] Ginting, I. K. Sudarma, and A. I. W. I. Y. Sukmana, “Multimedia Interaktif Berbasis Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Tematik untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar,” Indones. J. Instr., vol. 2, no. 3, pp. 133–143, 2021, doi: 10.23887/iji.v2i3.50951.
[5] Aulia, A. Pratiwi, A. Y. Nuri, R. Rahmah, A. M. Nasution, and E. Yusnaldi, “Integrasi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran IPS di SD untuk Membentuk Karakter Cinta Budaya,” Educ. Achiev. J. Sci. Res., vol. 6, no. 1, pp. 29–39, 2024, doi: 10.51178/jsr.v6i1.2232.
[6] Mariati, E. W. Abbas, and M. Mutiani, “The Social Science Contribution Through Social Studies Learning,” Innov. Soc. Stud. J., vol. 2, no. 2, pp. 110–120, 2021, doi: 10.20527/iis.v2i2.3051.
[7] Afni, “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas IV SD Inpres Bertingkat Mamajang I Kota Makassar,” J. Ilmu Pendidik. dasar, vol. 4, no. 1, pp. 87–95, 2021, https://doi.org/10.23887/iji.v2i3.50951
[8] Amelia Reski Rulfani, Adrias Adrias, and Salmaini Safitri Syam, “Penerapan Media Digital dalam Mengatasi Kurangnya Konsentrasi Minat Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran IPS SD,” Sinar Dunia J. Ris. Sos. Hum. dan Ilmu Pendidik., vol. 4, no. 1, pp. 279–284, 2025, doi: 10.58192/sidu.v4i1.3195.
[9] Ismaniyah, I. Syafi’i, M. Fahmi, and M. Thohir, “Pemanfaatan Tiktok sebagai Inovasi Media Pembelajaran PAI di Abad 21,” La-Tahzan J. Pendidik. Islam, vol. 17, no. 1, pp. 30–40, 2024, https://doi.org/10.62490/latahzan.v17i1.1046
[10] Mariyana, “Inovasi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Melalui Media Sosial,” J. Integr. dan Harmon. Inov. Ilmu-Ilmu Sos., vol. 4, no. 8, pp. 1–11, 2024, doi: 10.17977/um063v4i8p1.
[11] Yusuf and M. A. Taiye, “a Flipped Learning Environment: a Disruptive Approach for Traditional Classrooms?,” Int. J. Educ. Psychol. Couns., vol. 6, no. 42, pp. 83–93, 2021, doi: 10.35631/ijepc.642008.
[12] Heni and S. Ridlo, “The Effectiveness of Flipped Classroom to Improve Students’ Concept Understanding and Self Efficacy during the Covid-19 Pandemic,” J. Biol. Educ., vol. 10, no. 1, pp. 70–76, 2021, http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe
[13] Wicaksono, Flipped Classroom Strategi Inovatif Pembelajaran di Era Digital. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2025.
[14] Ferrer, “Effectiveness of the Flipped Classroom Model on Students’ Self-Reported Motivation and Learning During the COVID-19 Pandemic,” Humanit. Soc. Sci. Commun., vol. 8, no. 1, pp. 1–9, 2021, doi: 10.1057/s41599-021-00860-4.
[15] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2016.
[16] Ramler, Research Methods in Practice: Strategies for Description and Causation. New York: Sage Publications, 2021.
[17] Sulaemah, “Best Practice Inovasi Pembelajaran Sejarah Lokal Melalui Media Pop Up Book di Kelas IV Sekolah Dasar,” J. Ilm. PGSD STKIP Subang, vol. 10, no. 2, pp. 1–13, 2024, https://doi.org/10.36989/didaktik.v11i02.6058
[18] Wilson, Paired samples T-test. Rotterdam: SensePublishers, 2017.
[19] Supriadi, Taufiqrrahman, and Samsuddin, “Inovasi Pembelajaran Pai Di Era Digital: Strategi Menumbuhkan Minat Belajar Gen-Z,” Tadbriuna J. Manaj. Pendidik. Islam, vol. 4, no. 2, pp. 319–334, 2025, https://jurnal.iuqibogor.ac.id/index.php/tadbiruna/article/view/1506
[20] Abidin, “Transformasi Assessment dalam Pembelajaran IPS: Pendekatan Holistik untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa di Madrasah Ibtidaiyah,” J. Madrasah Ibtidaiyah, vol. 2, no. 2, pp. 187–200, 2024, https://journal.unusida.ac.id/index.php/jmi/article/view/1314
[21] Imamah, “Synergy of Islamic Religious Education and Digital Technology in Realizing 21st Century Learning,” Int. J. Adv. Sci. Educ. Relig., vol. 8, no. 1, pp. 548–555, 2025, https://ojs.staialfurqan.ac.id/IJoASER/article/view/1022/691
[22] Ariawan, “The Influence of The Flipped Classroom Model Toward The Digital Literacy Abilities of Sixth Grade Students,” Conf. Ser., vol. 6, no. 4, pp. 646–654, 2023, https://doi.org/10.20961/shes.v6i4.83364
[23] Herdiati, D. D. Atmaji, R. M. A. Andriyanto, and D. N. Saputra, “Pemanfaatan Aplikasi Tiktok Sebagai Media Pembelajaran Musik di SMAN 1 Muara Enim, Sumatera Selatan,” Virtuoso J. Pengkaj. dan Pencipta. Musik, vol. 4, no. 2, pp. 111–119, 2021, doi: 10.26740/vt.v4n2.p111-119.
[24] Latifah and I. Rindaningsih, “Implementasi Flipped Classroom dalam Mendukung Merdeka Belajar untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar,” J. Papeda J. Publ. Pendidik. Dasar, vol. 5, no. 2, pp. 156–166, 2023, doi: 10.36232/jurnalpendidikandasar.v5i2.4447.
[25] Restiana, U. C. Barlian, S. Nurjanah, W. Suminar, and U. Cepi Barlian, “Studies Model Flipped Classroom dalam Menumbuhkan Kemandirian Belajar Siswa SD Ibnu Sina,” AL-AFKAR J. Islam., vol. 6, no. 2, pp. 648–658, 2023, doi: 10.31943/afkarjournal.v6i2.650.
[26] Majid, M. Arifin, and U. N. Jadid, “Flipped Classroom Efektivitas Model Pembelejaran Terbalik dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa,” J. Ilmu Multidisiplin Vol., vol. 1, no. 3, pp. 210–221, 2025, http://jurnalinspirasimodern.com/index.php/JIM/article/view/253
[27] Zaretsky, “One More Time on the Zone of Proximal Development,” Cult. Psychol., vol. 17, no. 2, pp. 37–49, 2021, doi: 10.17759/chp.2021170204.
[28] Kusumaningrum, Unik Hanifah Salsabila, Nanik Rahmanti, Istiani Nur Kasanah, and Dian Sidik Kurniawan, “Optimalisasi Media Youtube Sebagai Media Pembelajaran Daring,” SALIHA J. Pendidik. Agama Islam, vol. 5, no. 1, pp. 92–114, 2022, doi: 10.54396/saliha.v5i1.223.
[29] Anggraini, A. P. Swondo, and S. Lestari, “Pemanfaatan Microlearning Melalui Video Pendek Dismks Bina Satria Medan,” J. Community Empower., vol. 4, no. 1, pp. 209–213, 2025, https://doi.org/10.31764/jce.v4i1.31606
[30] Faujianor, D. Nurrahmi, N. Hafiza, N. A. Fauzi, and M. R. Anshri, “Peran Guru PAI Menjaga Moral Generasi Z di Tengah Distraksi Digital dan Dominasi Tiktok di SMAN 6 Palangka Raya,” J. Miutidisiplin Ilmu Akad., vol. 2, no. 3, pp. 462–472, 2025, https://doi.org/10.61722/jmia.v2i3.4877
[31] Santosa, “Integrasi Konten Media Sosial TikTok Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Media Pembelajaran Alternatif pada Pembelajaran Sejarah Jenjang Sekolah Menengah Atas,” Prodiksema, vol. 3, no. 3, pp. 9–25, 2024, https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/prodiksema/article/download/4528/2864