Loading [MathJax]/jax/output/HTML-CSS/config.js
Login
Section Innovation in Education

Optimization of Motivation and Learning Outcomes in Civic Education through TSTS Learning Model

Optimalisasi Motivasi dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran TSTS
Vol. 26 No. 3 (2025): July:

Sulastri (1), Sucipto (2), Hetty Purnamasari (3), Suciati (4)

(1) Magister Teknologi Pendidikan FKIP, Universitas Dr. Soetomo, Indonesia
(2) Magister Teknologi Pendidikan FKIP, Universitas Dr. Soetomo, Indonesia
(3) Magister Teknologi Pendidikan FKIP, Universitas Dr. Soetomo, Indonesia
(4) Magister Teknologi Pendidikan FKIP, Universitas Dr. Soetomo, Indonesia

Abstract:

General Background: Quality education plays a critical role in shaping democratic citizens with strong national identities. Specific Background: In Indonesian elementary schools, particularly in the subject of Pancasila and Civic Education (PPKn), students often exhibit low motivation and suboptimal learning outcomes due to conventional teaching methods. Knowledge Gap: Limited empirical research has explored the effectiveness of the Two Stay Two Stray (TSTS) cooperative learning model in addressing these issues in early-grade civic education. Aims: This study aims to evaluate the effectiveness of the TSTS model in enhancing student motivation and learning outcomes in PPKn among first-grade students at SDN Palengaan Daya 4. Results: Using a descriptive quantitative approach involving 30 students, the study found statistically significant improvements in both motivation and learning outcomes post-intervention, confirmed through paired t-tests (p < 0.05). Novelty: This research presents the first application of the TSTS model for first-grade civic education at SDN Palengaan Daya 4, offering empirical evidence of its pedagogical value. Implications: The findings support the Merdeka Belajar policy, promoting learner-centered approaches and collaborative environments, and recommend broader implementation of TSTS to foster active civic participation and character development in primary education.
Highlight :




  • The TSTS model significantly improves student motivation and learning outcomes in PPKn subjects.




  • It supports the Merdeka Belajar policy by promoting a collaborative and engaging learning environment.




  • Results show statistically significant improvements, indicating TSTS is a pedagogically effective strategy for early-grade civic education.




Keywords : TSTS, Motivation, Learning Outcomes, Civic Education, Elementary School

Downloads

Download data is not yet available.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya guna meningkatkan kualitas hidup dan mencapai kesejahteraan serta keseimbangan sosial [1]. Urgensi mutu pendidikan kewarganegaraan (PPKn) memiliki peran utama yang strategis dalam membentuk warga negara yang demokratis, bertanggung jawab, dan memiliki identitas nasional yang kuat [2]. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan sangat penting diberikan sejak usia dini, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah pada kurikulum merdeka [3]. Jenjang sekolah dasar merupakan tahap paling awal dan mendasar dalam pembentukan karakter dan perilaku siswa sebagai warga negara yang baik dan cerdas [4]. Di tingkat ini, tujuan pendidikan kewarganegaraan pada kurikulum merdeka adalah menumbuhkan nasionalisme, disiplin, dan kesadaran hukum sejak dini [5].

Namun, implementasi pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar yang menggunakan kurikulum merdeka masih menghadapi berbagai tantangan, seperti kecenderungan guru sering menggunakan model konvensional dengan metode ceramah sehingga siswa motivasi belajar rendah sehingga hasil belajar tidak mencapai KKM, kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, perubahan kurikulum, minimnya akses dan keterampilan digital, serta kurangnya informasi yang memadai, padahal kurikulum merdeka itu berfokus pada pengembangan skil siswa, model pembelajaran yang inovatif, dan pembelajaran yang berpusat pada siswa [6]. Berdasarkan penelitian dari Nur Aisah diperoleh hasil bahwa siswa kelas IV SDN Klakahkasihan, diperoleh permasalahan pada pembelajaran PPKn, yakni banyak siswa yang mendapatkan nilai rendah di bawah KKM, dikarenakan siswa memiliki motivasi rendah, tidak fokus dalam pembelajaran PPKn, kurang aktif dalam bertanya, dan merasa kesulitan dalam memahami materi PPKn, serta model pembelajaran yang monoton dan kurang menarik [7]. Didukung berdasarkan observasi dengan guru wali kelas SDN Palengaan Daya 4 di kelas 1 mendapatkan hasil permasalahan pada siswa kelas I, yakni sulit memahami materi PPKn, dikarenakan faktor tingkat motivasi dan hasil belajar rendah. Hal ini mengakibatkan tujuan pembelajaran PPKn tidak tercapai secara maksimal dan berdampak pada rendahnya pemahaman mengenai materi PPKn pada siswa.

Motivasi belajar menjasi salah satu poin utama dalam dorongan internal yang menggerakkan siswa untuk aktif di kelas sehingga hasil belajar optimal [8]. Motivasi yang tinggi membuat siswa lebih antusias dan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga mereka mampu menyerap materi dengan baik dan menginternalisasi nilai-nilai kewarganegaraan secara mendalam. Maka jika motivasi rendah maka akan berdampak buruk bagi siswa, siswa akan menjadi tidak aktif dan hasil belajar tidak optimal. Maka menjaki motivasi siswa itu sangat urgen [8]. Berdasarkan data observasi di SDN Palengaan Daya 4, ditemukan bahwa 65% siswa kelas 1 menunjukkan motivasi belajar rendah dalam pelajaran PPKn, ditandai dengan partisipasi aktif yang minim, dikarenakan faktor guru menggunakan model konvensional dengan metode ceramah sehingga siswa bosan saat belajar di kelas.

Temuan ini sejalan dengan laporan Hasanah yang menyatakan bahwa metode ceramah masih dominan digunakan dalam pembelajaran PPKn, sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif dan kurang termotivasi [8]. Motivasi belajar merupakan faktor kunci dalam keberhasilan prestasi siswa [8]. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik secara signifikan mempengaruhi hasil belajar, di mana wawasan dan kemampuan guru dalam menyajikan materi menjadi faktor ekstrinsik dominan [9]. Hasil belajar adalah salah satu faktor utama dalam keberhasilan tujuan pembelajaran [10]. Hasil belajar yang baik menunjukkan bahwa siswa tidak hanya memahami materi saja, tetapi juga siap berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran [11]. Berdasarkan data observasi di SDN Palengaan Daya 4, ditemukan bahwa hasil belajar yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), karena faktor penggunakan model konvensional dengan metode ceramah, reaksi siswa saat metode ceramah adalah siswa cenderung menjadi pasif dan mudah bosan saat pembelajaran PPKn. Oleh karena itu, inovasi model pembelajaran diperlukan untuk meningkatkan keterlibatan siswa, terutama dalam mata pelajaran yang menekankan pengembangan karakter seperti PPKn.

Salah satu model pembelajaran inovatif yang efektif adalah Two Stay Two Stray (TSTS), sebuah metode kooperatif yang memungkinkan siswa bekerja dalam kelompok kecil, berbagi informasi, dan mengembangkan keterampilan sosial serta kerja sama tim [12]. Penelitian Siwi menunjukkan bahwa metode kooperatif seperti model TSTS meningkatkan motivasi belajar hingga 45% dan hasil belajar hingga 50% pada siswa sekolah dasar [13]. Selain itu, studi meta-analisis oleh Suyato menemukan bahwa pembelajaran kooperatif secara signifikan memperkuat pemahaman konsep dan keterampilan sosial siswa di berbagai mata pelajaran, termasuk pendidikan kewarganegaraan [14]. Berikut tabel perbandingan antara studi sebelumnya dan kebutuhan saat ini di SDN Palengaan Daya 4:

No Aspek Studi Sebelumnya Kebutuhan Saat Ini di SDN Palengaan Daya 4
1 Model Pembelajaran Dominan ceramah, siswa pasif Model pembelajaran kooperatif (TSTS) yang interaktif
2 Motivasi Siswa Rendah, kurang partisipasi Meningkatkan motivasi belajar minimal 50%
3 Hasil Belajar Belum memenuhi KKM Peningkatan hasil belajar yang signifikan
Table 1. Perbandingan Antara Studi Sebelumnya dan Kebutuhan Saat Ini di SDN Palengaan Daya 4 [8]

Pada tabel 1 menunjukkan gap penelitian ini adalah sampai sekarang belum ada penelitian yang secara khusus mengkaji efektivitas model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar PPKn pada siswa kelas 1 SD di SDN Palengaan Daya 4, terutama dengan pendekatan kuantitatif yang mengukur secara objektif dampak penerapan model pembelajaran ini. Kebaruan penelitian ini merupakan yang pertama di SDN Palengaan Daya 4 yang mengimplementasikan dan menganalisis secara kuantitatif efektivitas model TSTS dalam pembelajaran PPKn pada siswa kelas 1, sekaligus mengidentifikasi strategi penerapan yang tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan kewarganegaraan di tingkat sekolah dasar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: Pertama, menganalisis efektivitas model Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas 1 SDN Palengaan Daya 4. Kedua, mengidentifikasi strategi tepat dalam mengimplementasikan model TSTS untuk meningkatkan kualitas pendidikan kewarganegaraan di tingkat sekolah dasar. Dengan mengoptimalkan model pembelajaran interaktif dan kolaboratif seperti TSTS, diharapkan pendidikan karakter melalui pendidikan kewarganegaraan dapat disampaikan secara lebih efektif dan bermakna kepada siswa.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif karena bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat fenomena yang terjadi, yaitu efektivitas model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penulis memilih pendekatan kuantitatif berdasarkan teori kuantitaif dari Sugiyono untuk memperoleh data numerik yang dapat dianalisis secara statistik sehingga hasilnya objektif dan dapat diukur secara jelas [18]. Penulis menggunakan metode deskriptif karena untuk memetakan kondisi motivasi dan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran secara rinci tanpa intervensi yang kompleks [15]. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SDN Palengaan Daya 4 yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian [15]. Pemilihan total sampling didasarkan pada jumlah populasi yang relatif kecil sehingga memungkinkan pengambilan data dari seluruh siswa untuk mendapatkan hasil yang representatif dan valid [16]. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner (Angket) yang dirancang untuk mengukur motivasi belajar siswa dan hasil belajar PPKn setelah penerapan model TSTS. Selain itu, dilakukan observasi langsung selama proses pembelajaran untuk melihat keterlibatan siswa dan interaksi antar anggota kelompok. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang terstruktur.

No Aspek Motivasi yang Diamati Butir Instrumen Motivasi
1 Partisipasi aktif siswa Siswa aktif bertanya saat pembelajaran PPKn.
2 Kerjasama antar siswa Siswa bekerjasama dalam berdiskusi secara kooperatif pada pembelajaran PPKn.
3 Kemampuan menyampaikan ide Siswa dapat menyampaikan ide saat berdiskusi pembelajaran PPKn.
Table 2. Instrumen Aspek Motivasi [8]
No Aspek Hasil Belajar yang Diamati Butir Instrumen Hasil Belajar
1 Memahami pengertian pancasila Siswa dapat memahami pengertian pancasila.
2 Menjelaskan fungsi pancasila Siswa dapat menjelaskan fungsi pancasila
3 Memahami makna pancasila Siswa dapat memahami makna pancasila
4 Menjelaskan simbol pancasila Siswa dapat menjelaskan simbol pancasila
Table 3. Instrumen Aspek Hasil Belajar yang Diamati [8]

Pada tabel 2, menunjukkan instrumen utama yang digunakan adalah kuesioner motivasi belajar belajar PPKn. Kuesioner terdiri dari beberapa pernyataan yang diukur dengan skala Likert (misalnya 1= sangat tidak setuju sampai 4= sangat setuju). Pada tabel 3, menunjukkan tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda sebanyak 10 soal dan isian singkat sebanyak 5 soal yang mengukur pemahaman siswa terhadap materi PPKn. Sebelum digunakan, instrumen diuji validitas dan reliabilitasnya untuk memastikan keakuratan data.

Figure 1. Alur Penelitian [7]

Teknik analisis data dilakukan ntuk memastikan keakuratan dan validitas hasil penelitian, analisis data dilakukan melalui beberapa tahap yang dijelaskan dalam sub-sub judul berikut:

1.Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data motivasi dan hasil belajar siswa berdistribusi normal. Uji ini menggunakan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sesuai dengan jumlah sampel [17]. Jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov Test lebih besar dari 0.05. Maka data berdistribusi normal. Data yang berdistribusi normal memenuhi syarat untuk analisis parametrik selanjutnya.

2.Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kesamaan varians antar kelompok data sebelum dilakukan uji perbandingan. Uji ini menggunakan Levene’s Test untuk memastikan bahwa varians data tidak berbeda secara signifikan [18]. Jika nilai signifikansi Levene’s Test lebih besar dari 0.05. Maka data homogen.

3.Uji Paired T-Test, Setelah data memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, dilakukan uji Paired T-Test untuk membandingkan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran TSTS. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan yang signifikan secara statistic [17].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil data penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar PPKn siswa, berikut adalah rincian pembahasan:

A.Analisis Data Intrumen Motivasi dan Hasil Belajar

Figure 2. Analisis Data Analisis Data Instrumen Motivasi dan Hasil Belajar

1.Uji Normalitas

Untuk melakukan uji normalitas data, digunakan metode statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.

Variabel Asymp. Sig (p-value) α Keterangan
Motivasi Pretest 0.15 0.05 Normal
Motivasi Posttest 0.095 0.05 Normal
Hasil Pretest 0.139 0.05 Normal
Hasil Posttest 0.198 0.05 Normal
Table 4. Uji Normalitas

Tabel 4. menunjukkan bahwa uji normalitas seluruh data baik untuk variabel motivasi belajar maupun hasil belajar, pada pretest dan posttest, memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa data berdistribusi normal dan memenuhi syarat untuk dilakukan uji parametris seperti paired sample t-test.

2.Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan menggunakan Levene's Test.

Variabel Sig. Levene's Test α Keterangan
Motivasi Belajar 0.518 0.05 Homogen
Hasil Belajar 0.115 0.05 Homogen
Table 5. Uji Homogenitas

Tabel 5, menunjukkan bahwa uji homogenitas menggunakan Levene's Test menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.518 untuk motivasi belajar dan 0.115 untuk hasil belajar, yang keduanya lebih besar dari 0.05. Ini menunjukkan bahwa data memiliki varians yang homogen, sehingga kelompok data pretest dan posttest dapat dibandingkan.

3.Uji Paired Sample t-Test

Uji Paired Sample t-Test merupakan inti dari analisis ini karena bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara nilai sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Hasil yang diperoleh sebagai berikut:

Variabel Mean Pretest Mean Posttest Sig. (2-tailed) Keputusan
Motivasi Belajar 60.37 80.03 0.000 H0 ditolak
Hasil Belajar 53.37 78.37 0.000 H0 ditolak
Table 6. Uji Paired Sample t-Test

Tabel 6, Menunjukkan bahwa hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 19,66 poin dalam motivasi dan 25 poin dalam hasil belajar. Karena nilai p berada di bawah ambang batas 0,05, peningkatan ini secara statistik signifikan. Peningkatan ini juga mencerminkan pergeseran kualitatif dalam keterlibatan siswa. Kategori motivasi berubah dari “Cukup” menjadi “Baik,” dan hasil belajar berpindah dari “Buruk” menjadi “Baik.” Secara pedagogis, hal ini menunjukkan bahwa TSTS menciptakan lingkungan belajar aktif dengan: (1) meningkatkan partisipasi siswa, (2) mendorong kolaborasi dan interaksi sosial, (3) membangun kepercayaan diri, dan (4) memperdalam pemahaman melalui diskusi dan pertukaran informasi.

B.Efektivitas Model TSTS Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar

Hasil uji t berpasangan menunjukkan perbedaan signifikan antara skor pre-test dan post-test pada motivasi dan hasil belajar siswa dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa model TSTS efektif sebagai intervensi pedagogis dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar. Gambar diagram perbandingan rata-rata skor motivasi dan hasil belajar pre-test dan post-test sebagai berikut:

Figure 3. Perbandingan Rata-rata Skor Motivasi dan Hasil Belajar Pretest dan Posttest

Gambar 3, menunjukkan diagram batang ini memperlihatkan peningkatan signifikan yang menggambarkan pergeseran dari pembelajaran pasif menuju pembelajaran aktif, reflektif, dan kolaboratif. Motivasi meningkat dari 60.35 menjadi 80,03 dengan kategori motivasi berubah dari “Cukup” menjadi “Baik,” Dan hasil belajar meningkat dari 53,37 menjadi 78,37, dengan dan kategori hasil belajar berpindah dari “Buruk” menjadi “Baik.” Hal ini menunjukkan bahwa model TSTS efektif meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi PPKn. Model TSTS sejalan dengan prinsip konstruktivisme yang menekankan partisipasi aktif siswa dalam membangun pengetahuan melalui pengalaman langsung dan interaksi sosial, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar [18].

Sebagai model pembelajaran kooperatif, TSTS menciptakan lingkungan kelas yang interaktif di mana siswa saling bertukar ide, mengulas kembali konsep, dan menginternalisasi materi secara bersama-sama, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar [19]. Selain itu, model ini mengakomodasi zona perkembangan proksimal Vygotsky, di mana interaksi antar teman sebaya mempercepat kompetensi siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa [20]. Hal ini diperkuat oleh penelitian Peda yang menunjukkan bahwa TSTS memfasilitasi keterampilan mendengarkan aktif, memberikan penjelasan, dan umpan balik yang konstruktif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa [21].

C. Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar

Data empiris menunjukkan peningkatan skor motivasi belajar dari 60.35 menjadi 80.03, yang mencerminkan peningkatan indikator motivasi seperti dorongan berprestasi, kepercayaan diri berbicara di depan umum, ketekunan, dan kemauan untuk berpartisipasi [7]. Menurut Uno, motivasi belajar adalah dorongan internal yang mengarahkan siswa pada tujuan pendidikan tertentu [22]. Selain itu, TSTS juga mengembangkan kompetensi sosial seperti kerja sama tim, komunikasi, dan rasa percaya diri, sesuai dengan teori pembelajaran sosial. Karena motivasi siswa baik sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik, dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dari 53,37 menjadi 78,37.

Model TSTS menciptakan lingkungan yang mendukung rasa percaya diri, kebersamaan, dan tanggung jawab bersama, yang memperkuat motivasi intrinsik siswa [23]; [24]. Implementasi model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di sekolah dasar. Peningkatan signifikan yang terjadi pada skor motivasi dan hasil belajar tidak hanya merupakan angka statistik, melainkan cerminan dari tumbuhnya semangat belajar dan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Model TSTS berhasil menciptakan suasana belajar yang lebih kolaboratif, reflektif, dan partisipatif, yang sejalan dengan prinsip pembelajaran konstruktivis dan mendukung visi kebijakan Merdeka Belajar. Artinya bagi guru dan kurikulum, penerapan model TSTS dapat direkomendasikan untuk digunakan pada tema-tema PPKn lainnya guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa secara menyeluruh. Guru diharapkan dapat mengadaptasi model ini dengan memperhatikan karakteristik siswa dan kondisi kelas agar hasil pembelajaran semakin optimal.

D. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini konsisten dengan temuan Sulastri yang menyatakan bahwa hasil belajar mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, dan TSTS mampu mengakomodasi ketiganya [25]. Menurut penelitian Aji & Wulandari dan Sudiarsana juga menunjukkan bahwa model TSTS lebih unggul dibanding metode ceramah dengan model konvensional [26]; [27]. Namun, berbeda dengan Sari membandingkan implementasi model TSTS dengan model Discovery Learning, namun penelitian Sari diperoleh hasil implementasi model Discovery Learning, diperoleh peningkatan hanya sedikit saja yakni motivasi dari 50.35 menjadi 60.00, dan peningkatan hasil belajar dari 50.44 menjadi 59.40 [24]. Sedangkan implementasi model TSTS, diperoleh peningkatan hanya sedikit saja yakni motivasi dari 50.35 menjadi 80.70, dan peningkatan hasil belajar dari 50.44 menjadi 79.40 [24]. Penelitian ini menegaskan bahwa keberhasilan TSTS lebih unggul dari pada bergantung pada model Discovery Learning [24].

Didukung dari penelitian dari Hasibuan & Mansurdin serta Harahap menunjukkann pola serupa, yakni, model TSTS dapat meningkatkan hasil belajar yang mendukung proses pembelajaran yang berkelanjutan [28]; [29]. Dan juga berkontribusi dalam prinsip-prinsip kebijakan Merdeka Belajar yang menekankan pentingnya pembelajaran yang lebih fleksibel, kontekstual, dan berpusat pada siswa. Dengan menerapkan strategi yang berhasil meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran PPKn, guru sekolah dasar dapat mendukung terciptanya lingkungan belajar yang lebih merdeka dan kreatif. Hal ini tidak hanya memperkuat efektivitas pembelajaran, tetapi juga membantu mewujudkan visi merdeka belajar untuk membangun karakter dan kompetensi siswa secara optimal [29]. Maka dapat simpulkan model TSTS lebih unggul dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

E.Tantangan dan Keterbatasan Implementasi Model TSTS

Figure 4. Penerapan Model TSTS pada Kelas I SDN Palengaan Daya 4

Gambar 3. Menunjukkan berhasilnya penerapan model TSTS pada kelas I SDN Palengaan Daya 4, implementasi TSTS menghadapi tantangan seperti keterbatasan keterampilan sosial siswa, manajemen kelas, dan alokasi waktu pembelajaran [30]. Menurut Mulyono menyoroti bahwa siswa usia dini seringkali belum memiliki kemampuan komunikasi efektif, sehingga diskusi kelompok kurang optimal [31]. Selain itu, keterbatasan penelitian ini meliputi: Pertama, sampel yang terbatas pada satu sekolah dasar sehingga generalisasi hasil perlu kehati-hatian. Kedua, waktu pelaksanaan yang relatif singkat sehingga belum dapat mengukur dampak jangka panjang model TSTS.

F.Refleksi dan Rekomendasi

Penelitian ini menegaskan bahwa model TSTS efektif meningkatkan motivasi dan hasil belajar, namun keberhasilan implementasi sangat bergantung pada kesiapan guru dan siswa serta kondisi kelas. Oleh karena itu, disarankan agar guru melatih keterampilan sosial siswa sebelum menerapkan TSTS, mengkombinasikan TSTS dengan model pembelajaran lain sesuai karakteristik materi dan siswa, serta mengoptimalkan manajemen waktu dan dinamika kelompok agar diskusi lebih produktif. Dan juga berkontribusi dalam prinsip-prinsip kebijakan Merdeka Belajar yang menekankan pentingnya pembelajaran yang lebih fleksibel, kontekstual, dan berpusat pada siswa. Dengan menerapkan strategi yang berhasil meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran PPKn, guru sekolah dasar dapat mendukung terciptanya lingkungan belajar yang lebih merdeka dan kreatif. Hal ini tidak hanya memperkuat efektivitas pembelajaran, tetapi juga membantu mewujudkan visi merdeka belajar untuk membangun karakter dan kompetensi siswa secara optimal. Maka dapat simpulkan model TSTS lebih unggul dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

KESIMPULAN

Berdasarkan uji t berpasangan menunjukkan peningkatan signifikan pada skor motivasi belajar dari rata-rata 60,37 menjadi 80,03 (p = 0,000) dan hasil belajar dari 53,37 menjadi 78,37 (p = 0,000). Hal ini menolak hipotesis nol (H₀) dan membuktikan bahwa model TSTS secara statistik efektif meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Maka kategori motivasi berubah dari “Cukup” menjadi “Baik”, dan hasil belajar dari “Kurang” menjadi “Baik”. Ini menunjukkan bahwa model TSTS tidak hanya meningkatkan skor kuantitatif, tetapi juga mengubah kualitas keterlibatan dan pemahaman siswa. Temuan ini membuka peluang bagi pengembangan strategi pembelajaran kooperatif yang lebih inovatif dan kontekstual, serta mendorong guru dan peneliti untuk terus menggali metode-metode yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan kewarganegaraan secara menyeluruh.

Maka, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di sekolah dasar. Peningkatan signifikan yang terjadi pada skor motivasi dan hasil belajar tidak hanya merupakan angka statistik, melainkan cerminan dari tumbuhnya semangat belajar dan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Model TSTS berhasil menciptakan suasana belajar yang lebih kolaboratif, reflektif, dan partisipatif, yang sejalan dengan prinsip pembelajaran konstruktivis dan mendukung visi kebijakan Merdeka Belajar. Artinya bagi guru dan kurikulum, penerapan model TSTS dapat direkomendasikan untuk digunakan pada tema-tema PPKn lainnya guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa secara menyeluruh. Guru diharapkan dapat mengadaptasi model ini dengan memperhatikan karakteristik siswa dan kondisi kelas agar hasil pembelajaran semakin optimal.

Namun demikian, penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu waktu pelaksanaan yang relatif singkat dan sampel yang terbatas pada satu sekolah dasar, sehingga hasilnya perlu diinterpretasikan dengan kehati-hatian. Oleh karena itu, riset lanjutan disarankan untuk dilakukan dengan cakupan yang lebih luas, durasi yang lebih panjang, serta melibatkan berbagai sekolah untuk menguji konsistensi dan keberlanjutan efektivitas model TSTS. Dengan demikian, implementasi model TSTS tidak hanya meningkatkan hasil akademik, tetapi juga membangun karakter dan kompetensi sosial siswa sebagai warga negara yang aktif dan bertanggung jawab. Temuan ini mendukung teori konstruktivisme yang menekankan partisipasi aktif dan interaksi sosial dalam pembelajaran, serta zona perkembangan proksimal Vygotsky yang mempercepat kompetensi melalui interaksi teman sebaya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan karya ilmiah ini, khususnya kepada bapak guru di sekolah SDN Palengaan Daya 4 dan siswa kelas I SDN Palengaan Daya 4.

References

[1] P. H. Mangundap, H. Supit, and J. Yategi, "Optimalisasi Motivasi dan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Pada Siswa SD," Innov. J. Soc. Sci. Res., vol. 4, no. 6, pp. 4771–4782, 2024, doi: [https://doi.org/10.31004/innovative.v4i6.16828]

[2] Saravistha et al., Pendidikan Kewarganegaraan, 1st ed. Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung, 2022.

[3] Armayanti and L. Afni, "International Journal of Students Education," Int. J. Students Educ., vol. 1, no. 2, pp. 12–14, 2022.

[4] L. Nadeak, A. Sudianis, and I. W. Landrawan, "The Role of Civic Education Learning in SD Negeri 1 Suwug to Form Smart and Good Students (Smart and Good Citizen)," in The 5th Int. Conf. Law, Soc. Sci. Educ. (ICLSSE), Bali, Indonesia: EAI, 2023, doi: 10.4108/eai.1-6-2023.2341404.

[5] N. Mahfud, D. S. Prasetyawati, Y. Agustin, N. W. Suarmini, and E. Hendrajati, "The Urgency of Civic Education and Religious Character Education for Early Childhood in Indonesia," Elem. J. Ilm. Pendidik. Dasar, vol. 5, no. 1, pp. 97–106, 2019, doi: 10.32332/elementary.v5i1.1496.

[6] Purba, "Implementing Citizenship Education in Elementary School: Challenges and Opportunities," vol. 2, no. 2, pp. 231–236, 2024, doi: 10.62966/ijose.vi.770.

[7] R. Nur Aisah, S. Masfuah, and W. Shokib Rondli, "Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Belajar PPKn di SD," Didaktik: J. Ilm. PGSD STKIP Subang, vol. 8, no. 1, pp. 671–685, 2022, doi: [https://doi.org/10.36989/didaktik.v8i1.339]

[8] Ideal, "Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan," J. Pendis, vol. 3, no. 2, pp. 1–10, 2024, doi: [https://doi.org/10.61721/pendis.v3i2.391]

[9] R. Z. Mauliya, R. Relianisa, and U. Rokhyati, "Lack of Motivation Factors Creating Poor Academic Performance in the Context of Graduate English Department Students," Linguist. J. Linguist. Lang. Teach., vol. 2069, no. 6, pp. 73–85, 2020, doi: [http://dx.doi.org/10.29300/ling.v6i2.3604]

[10] Pranitasari and L. Noersanti, "Intrinsic and Extrinsic Factors to Affect Students Learning Motivation (Case Study on the First Degree Students in STIE Indonesia)," Int. J. Appl. Bus. Econ. Res., vol. 15, no. 25, pp. 1–8, 2017.

[11] M. Aulia, H. U. Hafeez, J. D. Mashwani, M. Careemdeen, M. Mirzapour, and Syahruddin, "The Role of Interactive Learning Media in Enhancing Student Engagement and Academic Achievement," in Int. Semin. Student Res. Educ. Sci. Technol., Indonesia, 2024, pp. 57–67.

[12] Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019.

[13] Siwi, "The Effect of TSTS and Jigsaw Model of Motivation and Learning Outcomes for Force Materials in the Fourth-Grade Elementary School," Uniglobal J. Soc. Sci. Humanit., vol. 3, no. 1, pp. 112–118, 2024, doi: [https://doi.org/10.53797/ujssh.v3i1.17.2024]

[14] Y. Suyato, L. Hidayah, L. Septiningrum, and I. Arpannudin, "Application of the Collaborative Learning Model to Improve 21st-Century Civic Skills," J. Educ. e-Learning Res., vol. 11, no. 3, pp. 456–463, 2024, doi: 10.20448/jeelr.v11i3.5753.

[15] Ghanad, "An Overview of Quantitative Research Methods," Int. J. Multidiscip. Res. Anal., vol. 6, no. 8, pp. 3794–3803, 2023, doi: 10.47191/ijmra/v6-i8-52.

[16] I. Iliyasu and I. Etikan, "Comparison of Quota Sampling and Stratified Random Sampling," Biometrics Biostat. Int. J., vol. 10, no. 1, pp. 24–27, 2021, doi: 10.15406/bbij.2021.10.00326.

[17] J. W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, 2017.

[18] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2016.

[19] Zahara, P. B. Adnyana, I. G. A. Wesnawa, and I. P. W. Ariawan, "Constructivism as a Foundation in Developing Physics Teaching Strategies," Kappa J. Phys. Phys. Educ., vol. 8, no. 3, pp. 351–358, 2024, doi: [https://doi.org/10.29408/kpj.v8i3.27615]

[20] B. Zahro, B. Krisbiantoro, and T. Pujiani, "The Effectiveness of the Two Stay-Two Stray Technique in Teaching Speaking," in Int. Conf. Health Biol. Sci. (ICHBS), Indonesia: LPPM Univ. Harapan Bangsa & Bio Web of Conferences, 2024, pp. 373–377.

[21] H. Peda, E. Pasongli, E. Purwati, and S. R. Bahara, "Improving Students’ Discussion Skills and Learning Outcomes Through the Implementation of the TSTS Type Cooperative Learning Model in SMA Negeri 5 Ternate City," Proc. Int. Conf. Educ., vol. 2, no. 1, pp. 753–760, 2024, doi: 10.32672/pice.v2i1.1354.

[22] H. B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2020.

[23] Ismawati, "Systematic Literature Review: Using the Two Stay Two Stray Learning Method, Learning Motivation on Students’ Critical Thinking Ability," in Proc. Int. Conf. Relig. Sci. Educ., Indonesia: UIN Sunan Kalijaga, 2025, pp. 83–91.

[24] Sari, Asriyanti, D. Husain, and N. W. T. Pido, "The Effect of Using Two Stay-Two Stray Method Toward Students’ Motivation in Learning English," Eloquence J. Foreign Lang., vol. 1, no. 2, pp. 95–105, 2022, doi: [https://doi.org/10.58194/eloquence.v1i2.394]

[25] Sulastri, "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Mengenal Malaikat dan Tugas-Tugasnya Melalui Metode Make A Match di SD Negeri Sendang 01 Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018," J. Prim. Child. Educ., vol. 3, no. 2, 2020, doi: [https://doi.org/10.35473/jnctt.v3i2.742]

[26] A. Purnomo Aji and S. Sri Wulandari, "Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Hasil Belajar Siswa," J. Off. Adm. Educ. Pract., vol. 1, no. 3, pp. 340–350, 2021, [Online]. Available: (https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/joa).

[27] Sudiarsana, "Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PPKn," J. Educ. Action Res., vol. 4, no. 2, pp. 198–204, 2020, doi: [https://doi.org/10.23887/jear.v4i2.25017]

[28] Hasibuan and Mansurdin, "Penerapan Model Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar," J. Basic Educ. Stud., vol. 4, no. 1, pp. 189–206, 2021.

[29] Z. Harahap, P. Napitulu, and S. Waldohuakbar, "Penerapan Metode Two Stay-Two Stray (TSTS) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran SKI Kelas VII di MTsN 1 Padangsidimpuan," J. Komun. Media Pendidik., vol. 2, no. 2, pp. 115–125, 2024, doi: [https://doi.org/10.61292/cognoscere.185]

[30] Dewi, "The Effectiveness of Using the Two Stay Two Stray Type Cooperative Model in Learning to Write Negotiation Text," J. Lang. Educ. Res., vol. 7, no. 2, pp. 53–60, 2024, doi: [https://doi.org/10.22460/jler.v7i2.12863]

[31] Mulyono, Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2020.