Loading [MathJax]/jax/output/HTML-CSS/config.js
Login
Section Innovation in Social Science

Fishermen’s Family Perceptions on Economic Uncertainty and Social Challenges

Persepsi Keluarga Nelayan tentang Ketidakpastian Ekonomi dan Tantangan Sosial
Vol. 26 No. 3 (2025): July:

Wahadi Wahadi (1), Enceng Yana (2), Rusdiyana Rusdiyana (3)

(1) Universitas Swadaya Gunung Jati, Indonesia
(2) Universitas Swadaya Gunung Jati, Indonesia
(3) Universitas Swadaya Gunung Jati, Indonesia

Abstract:

General Background: Coastal communities in Indonesia depend heavily on fisheries, with fishermen playing crucial roles in both resource provision and economic vitality. Specific Background: In Kejawanan Beach, Cirebon, fishing is the main livelihood despite its inherent uncertainties. Knowledge Gap: While many studies address coastal livelihood issues, few explore the integrated perceptions of fishing families regarding both economic and social impacts in this region. Aims: This study aims to understand how fishing families in Kejawanan perceive the socio-economic effects of the fishing profession and the factors shaping those perceptions. Results: Using a qualitative method with thematic analysis, the study revealed three major themes: unstable income tied to fishing seasons, social pressures including emotional strain and limited family interaction, and adaptive survival strategies like borrowing or saving. Novelty: This study presents a holistic analysis of household-level perceptions, combining economic instability and social dynamics within a single framework, which is rarely addressed in similar coastal studies. Implications: Findings highlight the urgency for inclusive financial innovations (e.g., digital cooperatives), gender-aware economic planning, and educational support to break the poverty cycle among fishing families, informing more effective coastal development policies.
Highlight :




  • Unstable Earnings: Fishermen’s income depends heavily on seasons and daily catch results.




  • Social Impact on Families: Limited family time and the double burden on women are key concerns.




  • Survival Strategies: Families cope by saving during harvest seasons and borrowing during lean periods




Keywords : Fishermen, Fluctuation, Income, Social, Kejawanan

Downloads

Download data is not yet available.

PENDAHULUAN

Pantai Kejawanan di Cirebon merupakan salah satu kawasan pesisir yang memiliki peran penting dalam sektor perikanan dan ekonomi lokal. Kawasan ini menjadi pusat aktivitas para nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Peran nelayan dalam perekonomian tidak hanya sebatas sebagai penyedia sumber daya laut, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi keluarga dan komunitas pesisir. Kehidupan nelayan di Pantai Kejawanan mencerminkan realitas sosial-ekonomi yang khas, dengan berbagai dinamika yang mempengaruhi kesejahteraan mereka [1].

Peran Nelayan dalam Perekonomian Pesisir, Nelayan memiliki peran strategis dalam perekonomian kawasan pesisir, terutama dalam penyediaan sumber daya laut yang menjadi salah satu sektor utama dalam mata pencaharian masyarakat [2]. Hasil tangkapan ikan dan biota laut lainnya dari perairan Cirebon menjadi komoditas yang mendukung perekonomian daerah, baik melalui pasar lokal maupun distribusi ke wilayah lain [3]. Sektor turunan seperti pengolahan hasil laut, perdagangan ikan, dan industri peralatan perikanan juga berkontribusi pada ekonomi nelayan. Di Pantai Kejawanan, banyak keluarga nelayan yang bergantung pada melaut menjadi sumber pendapatan utama mereka. Mereka juga menjalankan bisnis tambahan seperti membuat ikan asin, menjual peralatan melaut, dan menawarkan layanan wisata bahari yang semakin meningkat [4]. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian lokal sangat dipengaruhi oleh sektor perikanan. Meskipun berkontribusi besar terhadap ekonomi lokal, pekerjaan sebagai nelayan sangat tidak pasti. Cuaca, ketersediaan ikan, dan kebijakan perikanan yang berlaku dapat memengaruhi hasil tangkapan dan pendapatan mereka. Kondisi ini menyebabkan banyak keluarga nelayan mengalami perubahan ekonomi, yang dapat memengaruhi kesejahteraan mereka secara keseluruhan [5].

Dampak Ekonomi terhadap Keluarga Nelayan, Dampak ekonomi dari pekerjaan nelayan terhadap keluarga mereka dapat dilihat dari tingkat pendapatan, kesejahteraan, dan pola pengeluaran rumah tangga [6]. Banyak keluarga nelayan di Pantai Kejawanan yang menghadapi ketidakpastian pendapatan akibat faktor eksternal seperti cuaca buruk atau penurunan hasil tangkapan. Hal ini menyebabkan mereka harus mencari strategi bertahan hidup, seperti mencari pekerjaan tambahan atau bergantung pada dukungan komunitas [7].

Pendapatan nelayan yang fluktuatif sering kali menyebabkan mereka kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan perumahan yang layak [8]. Beberapa keluarga nelayan bahkan menghadapi tekanan ekonomi yang mendorong anak-anak mereka untuk turut bekerja demi menambah penghasilan keluarga. Di sisi lain, ada juga keluarga yang mampu mengembangkan usaha berbasis perikanan, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka [9]. Pemerintah dan berbagai organisasi telah berupaya memberikan bantuan dalam bentuk program pemberdayaan ekonomi bagi nelayan, seperti pelatihan keterampilan tambahan dan akses terhadap modal usaha. Namun, efektivitas program-program ini masih perlu dievaluasi lebih lanjut untuk memastikan manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat nelayan di Pantai Kejawanan [10].

Dalam upaya meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga nelayan, koperasi nelayan berbasis teknologi finansial (fintech) telah muncul sebagai solusi inovatif yang menjanjikan. Koperasi ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah simpan pinjam tradisional, tetapi juga memanfaatkan aplikasi digital untuk pencatatan transaksi, akses pembiayaan mikro, penyaluran asuransi, serta pemasaran hasil laut secara langsung ke konsumen atau pelaku industri. Studi oleh Febrianti et al. (2021) menunjukkan bahwa koperasi berbasis fintech mampu meningkatkan inklusi keuangan nelayan kecil di wilayah pesisir Jawa Timur melalui penyederhanaan proses akses modal dan peningkatan transparansi pengelolaan keuangan. Sementara itu, penelitian Raharjo & Sari (2020) menegaskan bahwa digitalisasi koperasi nelayan dapat memperkuat posisi tawar nelayan di pasar dan mengurangi ketergantungan pada tengkulak.

Potensi replikasi model koperasi nelayan digital di Pantai Kejawanan sangat terbuka, mengingat adanya komunitas nelayan aktif dan keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi rumah tangga. Proses replikasi dapat dimulai dengan digitalisasi koperasi lokal yang sudah ada, pelatihan literasi keuangan digital bagi anggota, serta kemitraan strategis dengan platform fintech perikanan seperti FishOn atau eFishery. Penelitian oleh Utomo et al. (2023) menemukan bahwa pendampingan berbasis komunitas dan pemanfaatan aplikasi mobile dalam pengelolaan keuangan koperasi mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga nelayan secara signifikan di daerah pesisir Sulawesi Selatan. Selain itu, pendekatan berbasis teknologi ini juga dapat memfasilitasi pengelolaan risiko usaha nelayan melalui layanan asuransi cuaca dan perlindungan alat tangkap. Oleh karena itu, inovasi koperasi fintech nelayan layak dikembangkan sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi pesisir yang berkelanjutan dan inklusif

Dinamika Sosial dalam Kehidupan Nelayan Selain dampak ekonomi, kehidupan nelayan juga dipengaruhi oleh berbagai dinamika sosial yang berkembang di komunitas pesisir (Erman Syarif. & Maddatuang., 2023). Solidaritas antar nelayan menjadi salah satu elemen penting dalam menghadapi tantangan bersama, baik dalam hal permodalan, pembagian hasil tangkapan, maupun dalam mengatasi permasalahan sosial lainnya. Dalam komunitas nelayan di Pantai Kejawanan, terdapat sistem sosial yang unik, di mana hubungan antar individu banyak dipengaruhi oleh keterikatan profesi. Misalnya, ada tradisi gotong royong dalam memperbaiki perahu atau jaring yang rusak, serta adanya sistem bagi hasil dalam menangkap ikan. Namun, di sisi lain, persaingan antar nelayan dalam mendapatkan hasil tangkapan yang lebih baik juga dapat memicu konflik sosial [12].

Peran perempuan dalam keluarga nelayan juga tidak bisa diabaikan. Selain mengurus rumah tangga, banyak perempuan nelayan yang terlibat dalam aktivitas ekonomi, seperti mengolah dan menjual hasil laut, serta berpartisipasi dalam koperasi nelayan. Kontribusi mereka sering kali menjadi penopang utama dalam kestabilan ekonomi keluarga, terutama ketika suami mereka mengalami penurunan pendapatan akibat faktor eksternal [13]. Dinamika sosial lainnya yang sering muncul di komunitas nelayan adalah masalah pendidikan dan kesejahteraan anak-anak mereka. Karena tekanan ekonomi, banyak anak nelayan yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini kemudian berkontribusi pada siklus kemiskinan yang sulit untuk diputus [14].

Melihat kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh keluarga nelayan di Pantai Kejawanan, penelitian ini bertujuan untuk memahami persepsi mereka terhadap dampak ekonomi dan sosial dari pekerjaan sebagai nelayan. Berbeda dengan studi Ismi et al. (2023) yang berfokus pada dinamika konflik sosial antar nelayan di wilayah pesisir Jawa Barat, penelitian ini menitikberatkan pada persepsi keluarga nelayan secara utuh dalam aspek ekonomi dan sosial berbasis rumah tangga.

Belum ada studi mendalam yang secara khusus meneliti persepsi keluarga nelayan di Pantai Kejawanan Cirebon, padahal kawasan ini memiliki karakteristik sosial dan ekonomi yang khas serta menjadi pusat aktivitas perikanan lokal. Oleh karena itu, studi ini memiliki kebaruan karena memadukan analisis ekonomi dan sosial berbasis keluarga dengan pendekatan kualitatif mendalam, yang belum banyak dikembangkan dalam konteks nelayan di wilayah ini. Dengan memahami persepsi tersebut, diharapkan dapat ditemukan solusi yang lebih tepat guna dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. Penelitian ini juga berupaya mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi kehidupan ekonomi dan sosial keluarga nelayan, serta bagaimana mereka mengatasi tantangan tersebut. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi pemangku kebijakan dalam merancang program yang lebih efektif untuk mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, serta memperkuat sektor perikanan sebagai tulang punggung ekonomi pesisir di Cirebon, khususnya di Pantai Kejawanan (Studi et al., 2021).

Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks yang dijelaskan, penelitian ini bertujuan untuk menjawab banyak pertanyaan kunci dalam kaitannya dengan persepsi nelayan tentang dampak ekonomi dan sosial dari pekerjaan mereka. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebegai berikut :

1.Bagaimana persepsi keluarga nelayan terhadap dampak ekonomi dari pekerjaan nelayan?

2.Bagaimana persepsi keluarga nelayan terhadap dampak sosial dari pekerjaan nelayan?

3.Faktor apa saja yang memengaruhi persepsi keluarga nelayan terkait dampak sosial dan ekonomi pekerjaan nelayan di pantai kejawanan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk memahami persepsi keluarga nelayan tentang dampa ekonomi dan sosial dari pekerjaan nelayan di pantai kejawanan. Tujuan dari penelitian ini secara rinci sebagai berikut:

1.Mengetahui persepsi keluarga nelayan mengenai dampak ekonomi dari pekerjaan nelayan.

2.Mengetahui persepsi keluarga nelayan mengenai dampak sosial dari pekerjaan nelayan.

3.Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi keluarga nelayan terhadap dampak pekerjaan nelayan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.Memberikan gambaran yang jelas tentang dampak ekonomi dan sosial pekerjaan nelayan terhadap keluarga nelayan di Pantai Kejawanan Cirebon.

2.Menjadi referensi bagi kebijakan atau program yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan keluarga mereka.

METODE

Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena dianggap paling tepat untuk menggali makna subjektif dan kompleksitas pengalaman sosial yang dialami oleh keluarga nelayan. Seperti yang dikemukakan oleh Creswell (2013), pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti untuk memahami pandangan dan keyakinan individu dalam konteks kehidupan nyata mereka. Hal ini sejalan dengan pandangan Denzin dan Lincoln (2018) yang menekankan bahwa pendekatan kualitatif bersifat interpretatif dan kontekstual, serta menempatkan peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan dan analisis data. Pendekatan ini memungkinkan interaksi langsung antara peneliti dan informan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, sehingga mampu menangkap dimensi ekonomi dan sosial yang tidak terjangkau oleh metode kuantitatif.

Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena mampu memberikan pemahaman mendalam mengenai fenomena sosial yang kompleks, khususnya persepsi keluarga nelayan terhadap dampak ekonomi dan sosial dari pekerjaan sebagai nelayan. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menjangkau makna subjektif, latar belakang sosial, dan narasi pengalaman yang tidak dapat direpresentasikan hanya dengan angka atau data kuantitatif. Dalam konteks ini, [15] pendekatan kualitatif sangat relevan karena peneliti ingin mengeksplorasi perspektif, keyakinan, dan strategi bertahan hidup dari para nelayan yang menghadapi ketidakpastian ekonomi dan tantangan sosial setiap hari.

Selain itu, pendekatan kualitatif juga memberikan fleksibilitas dalam pengumpulan dan analisis data, yang sangat berguna untuk menyesuaikan dengan dinamika lapangan, terutama di lingkungan masyarakat pesisir yang memiliki struktur sosial dan budaya khas [16]. Dengan keterlibatan langsung peneliti melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, pendekatan ini memungkinkan interaksi yang kaya secara kontekstual dan personal. Oleh karena itu, metode kualitatif menjadi pilihan paling tepat untuk menggambarkan fenomena sosial-ekonomi keluarga nelayan secara utuh dan mendalam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan ini dipilih untuk menggambarkan secara mendalam dan menyeluruh mengenai persepsi keluarga nelayan terhadap dampak ekonomi dan sosial dari pekerjaan sebagai nelayan. Metode ini juga memungkinkan peneliti untuk memahami makna dan pengalaman subjektif dari para informan.

Subjek dalam penelitian ini adalah keluarga nelayan rajungan (kepiting laut) yang bermukim di Desa Bungko, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Penentuan jumlah informan dalam penelitian ini didasarkan pada prinsip saturasi data, yaitu kondisi ketika informasi yang diperoleh dari wawancara tidak lagi menghasilkan tema baru. Dalam konteks ini, empat informan dipilih secara purposive, terdiri dari kepala keluarga nelayan, istri, anak, dan nelayan senior, untuk mendapatkan pandangan yang menyeluruh dari berbagai peran dalam struktur keluarga. Selain itu, dilakukan triangulasi partisipan, yakni pengambilan data dari informan yang memiliki peran sosial berbeda dalam komunitas nelayan untuk meningkatkan keabsahan dan kedalaman informasi. Panduan wawancara mencakup pertanyaan seperti: “Apa dampak pekerjaan sebagai nelayan terhadap penghasilan keluarga Anda?”, “Bagaimana pekerjaan ini memengaruhi hubungan dalam keluarga?”, dan “Apa strategi keluarga Anda saat menghadapi musim paceklik?” Data dianalisis menggunakan teknik coding tematik melalui tiga tahap: open coding (mengidentifikasi tema dasar seperti penghasilan tidak stabil atau peran gender), axial coding (mengelompokkan tema-tema ke dalam kategori seperti dampak ekonomi dan sosial), serta selective coding (menyusun narasi besar yang menjelaskan keterkaitan antar kategori). Untuk menjamin validitas temuan, dilakukan member-checking dengan cara mengonfirmasi interpretasi data kepada para informan utama. Prosedur ini penting untuk memastikan bahwa makna yang ditangkap peneliti sesuai dengan maksud dan pengalaman mereka yang diwawancarai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap persepsi keluarga nelayan di Pantai Kejawanan, Cirebon, terhadap dampak ekonomi dan sosial dari pekerjaan sebagai nelayan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap empat informan yang terdiri dari kepala keluarga, istri, anak, dan sesama nelayan senior. Hasil penelitian dianalisis secara tematik dan dikaitkan dengan teori dan temuan terdahulu.

Deskripsi Informan

Tebel 1

Berikut adalah tabel deskriptif mengenai karakteristik informan dalam penelitian ini:

No Nama Samaran Usia Peran dalam Keluarga Profesi Lama Terlibat di Sektor Kelautan
1 Ciswadi 42 Kepala Keluarga Nelayan 16–18 tahun
2 Ida 39 Istri Ibu Rumah Tangga -
3 Melani 15 Anak Perempuan Pelajar -
4 Krakad 48 Sesama Nelayan Nelayan Sejak usia sekolah dasar
Table 1.

Figure 1. Rata-rata Pendapatan Nelayan per Hari Berdasarkan Musiman

Berdasarkan tabel 2 tersebut menunjukkan rata-rata pendapatan nelayan per hari berdasarkan musim yaitu Musim Panen: sekitar Rp500.000/hari, dan Musim Paceklik: Rp0/hari.

Selanjutnya, berdasarkan data tematik dibuat skema "themes tree" hasil coding kualitatif berdasarkan data tematik dari penelitian yaitu sebagai berikut;

Grafik 1

Figure 2. Skema Themes Hasil Coding Tematik

Hasil analisis data kualitatif dalam penelitian ini menghasilkan tiga tema utama yang membentuk persepsi keluarga nelayan terhadap pekerjaan sebagai nelayan, yaitu dampak ekonomi, dampak sosial, dan strategi bertahan. Masing-masing tema utama ini terdiri dari beberapa sub-tema yang saling berkaitan dan merepresentasikan pengalaman serta pandangan informan secara komprehensif.

Pada tema dampak ekonomi, ditemukan sub-tema seperti pendapatan yang tidak stabil, sistem bagi hasil yang tidak menguntungkan, dan ketergantungan pada musim. Ketidakpastian cuaca dan hasil tangkapan membuat penghasilan nelayan berfluktuasi, terutama saat musim paceklik. Selain itu, sistem bagi hasil yang memihak pemilik perahu menyebabkan nelayan hanya menerima sebagian kecil dari hasil kerja mereka. Sementara itu, pada tema dampak sosial, muncul sub-tema minimnya interaksi keluarga, beban ganda perempuan, serta tekanan emosional dalam rumah tangga. Jam kerja panjang nelayan membuat waktu bersama keluarga terbatas, dan istri nelayan harus menanggung beban emosional sekaligus mengatur keuangan rumah tangga. Terakhir, dalam tema strategi bertahan, keluarga nelayan menggunakan pendekatan adaptif seperti menabung saat musim panen, meminjam dari tetangga, serta menghemat pengeluaran untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi. Skema ini menunjukkan keterkaitan erat antara aspek ekonomi, sosial, dan respon adaptif dalam kehidupan keluarga nelayan, dan menjadi dasar pemahaman yang holistik terhadap fenomena yang diteliti.

A. Persepsi Keluarga Nelayan terhadap Dampak Ekonomi

Keluarga nelayan di Pantai Kejawanan memandang pekerjaan sebagai nelayan sebagai sumber utama penghidupan yang penuh risiko dan ketidakpastian. Informan menyebutkan bahwa penghasilan dari melaut sangat bergantung pada musim dan hasil tangkapan. Pada musim panen, penghasilan bisa mencapai Rp500.000 per hari. Namun, saat musim paceklik, mereka tidak memperoleh penghasilan sama sekali.

Sistem bagi hasil yang digunakan juga memperkecil pendapatan bersih yang diterima oleh nelayan. Potongan untuk pemilik perahu dan alat tangkap menyebabkan nelayan hanya menerima sebagian kecil dari hasil tangkapan. Ketika menghadapi situasi sulit, keluarga nelayan mengandalkan pinjaman dari lembaga keuangan informal atau tetangga.

Istri nelayan memainkan peran penting dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Strategi seperti menabung saat musim panen, berhemat, dan mengatur pengeluaran diterapkan untuk bertahan hidup. Namun, kondisi ekonomi keluarga tetap rentan dan hampir tidak mampu menutupi kebutuhan di luar kebutuhan harian.

B. Persepsi Keluarga Nelayan terhadap Dampak Sosial

Dari sisi sosial, pekerjaan sebagai nelayan mempengaruhi dinamika kehidupan keluarga. Minimnya waktu yang dihabiskan bersama keluarga menjadi salah satu dampak utama. Ayah sebagai nelayan sering kali pergi pagi dan pulang malam, menyisakan sedikit waktu untuk berinteraksi dengan anak-anak. Hal ini mengurangi kualitas hubungan emosional dalam keluarga. Kekhawatiran istri terhadap keselamatan suami di laut juga menjadi tekanan emosional tersendiri. Risiko kehilangan alat tangkap karena cuaca ekstrem atau pencurian dapat menyebabkan kerugian besar dan meningkatkan stres dalam rumah tangga.

Kontribusi istri dalam aktivitas ekonomi memang masih terbatas, namun mereka memiliki peran sentral dalam manajemen rumah tangga dan pengambilan keputusan keuangan. Anak-anak dari keluarga nelayan cenderung memiliki aspirasi tinggi untuk melanjutkan pendidikan, tetapi terbatasnya ekonomi sering kali menjadi penghambat utama.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Keluarga Nelayan

Beberapa faktor utama yang mempengaruhi persepsi keluarga nelayan terhadap dampak ekonomi dan sosial pekerjaan nelayan antara lain:

No Faktor yang Mempengaruhi Penjelasan
1 Ketidakstabilan Pendapatan Penghasilan bergantung pada musim, menyebabkan ketidakpastian ekonomi
2 Akses terhadap Modal dan Bantuan Sulitnya memperoleh bantuan karena birokrasi dan syarat administratif
3 Struktur Sosial dan Peran Gender Pembagian peran dalam rumah tangga membentuk persepsi terhadap ketahanan keluarga
4 Pengalaman Pribadi dan Sosial Lama berkecimpung di laut membuat sebagian menerima kondisi sebagai bagian dari hidup
5 Keterbatasan Pendidikan Rendahnya akses pendidikan membuat keluarga sulit keluar dari lingkaran profesi nelayan
Table 2.

D. Pembahasan

Kondisi pekerjaan nelayan yang penuh ketidakpastian telah membentuk persepsi negatif keluarga terhadap stabilitas ekonomi profesi ini. Hal ini sejalan dengan temuan [17], yang menyatakan bahwa fluktuasi cuaca, musim penangkapan, dan harga pasar menjadi tantangan utama bagi nelayan kecil di Indonesia. Informan dalam penelitian ini menyampaikan bahwa pendapatan harian sangat tergantung pada musim dan hasil tangkapan, sehingga sulit untuk menyusun perencanaan ekonomi keluarga secara berkelanjutan.

Figure 3. Proses pembongkaran hasil tangkapan

Lebih lanjut, sistem bagi hasil dalam praktik melaut ternyata tidak selalu menguntungkan bagi nelayan. Sebagaimana dikemukakan oleh [18], pembagian hasil yang tidak proporsional sering kali membuat nelayan kecil tetap berada dalam siklus kemiskinan. Dalam kasus informan Ciswadi, pendapatan bersih yang diterima setelah pemotongan untuk pemilik perahu dan alat tangkap sangat minim, bahkan tak jarang menyebabkan keluarga harus berutang untuk kebutuhan harian.

Dari sisi sosial, peran gender dalam keluarga nelayan menunjukkan beban ganda bagi perempuan. Studi oleh [19] menjelaskan bahwa perempuan nelayan memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas rumah tangga meskipun tidak secara langsung terlibat dalam aktivitas melaut. Hal ini diperkuat oleh informan Ida yang harus mengatur keuangan, melakukan penghematan, dan mencari pinjaman saat pendapatan suaminya tidak mencukupi.Kualitas hubungan dalam keluarga juga dipengaruhi oleh beban kerja dan waktu kerja nelayan yang panjang. Melani, anak informan, menggambarkan keterbatasan waktu interaksi dengan ayahnya karena waktu kerja yang panjang dan padat. Menurut [20], minimnya interaksi keluarga dapat menurunkan kohesi keluarga dan berdampak pada perkembangan psikologis anak-anak dalam keluarga nelayan.

Salah satu faktor penting yang membentuk persepsi keluarga nelayan adalah akses terhadap pendidikan dan informasi. Berdasarkan studi [21], tingkat pendidikan yang rendah mempersempit pilihan alternatif pekerjaan bagi anak-anak nelayan. Dalam penelitian ini, keinginan untuk melanjutkan pendidikan tinggi tetap ada, tetapi kemampuan ekonomi menjadi penghambat, memperkuat temuan tersebut.

Akses terhadap bantuan pemerintah juga menjadi perhatian utama dalam persepsi keluarga nelayan. Informan menyebutkan bahwa untuk mendapatkan bantuan seperti subsidi atau program pendidikan, dibutuhkan kepemilikan kartu nelayan dan keanggotaan kelompok formal. Hal ini selaras dengan temuan oleh [22], yang menyebutkan bahwa birokrasi bantuan sosial kerap menjadi hambatan utama bagi masyarakat pesisir yang tidak memiliki dokumen atau akses administrasi.

Kurangnya modernisasi dalam alat tangkap juga berkontribusi pada persepsi negatif terhadap masa depan pekerjaan nelayan. [23] menekankan pentingnya modernisasi teknologi tangkap untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja nelayan kecil. Namun, dalam konteks Kejawanan, informan seperti Krakad menyatakan bahwa peralatan yang digunakan masih tradisional dan mudah rusak, dengan biaya penggantian yang mahal.

KESIMPULAN

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pekerjaan sebagai nelayan dipersepsikan oleh keluarga nelayan di Pantai Kejawanan sebagai profesi yang penting namun penuh ketidakpastian, baik dari sisi ekonomi maupun sosial. Fluktuasi penghasilan yang sangat tergantung pada musim, sistem bagi hasil yang tidak menguntungkan, serta akses terbatas terhadap bantuan dan pendidikan menjadi tantangan utama yang membentuk persepsi negatif terhadap stabilitas profesi ini. Secara sosial, pekerjaan nelayan berdampak pada kualitas hubungan keluarga, beban ganda perempuan, dan keterbatasan aspirasi pendidikan anak-anak.

Strategi bertahan yang dilakukan keluarga nelayan seperti menabung saat panen dan menghemat pengeluaran bersifat jangka pendek dan tidak cukup menyentuh akar masalah struktural. Temuan ini menegaskan perlunya inovasi kelembagaan berbasis komunitas sebagai jalan keluar, khususnya melalui penguatan koperasi digital, akses permodalan yang inklusif, dan pelibatan perempuan dalam sistem ekonomi lokal. Inovasi semacam ini diharapkan mampu memperkuat daya tahan sosial-ekonomi keluarga nelayan secara berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada sistem yang timpang.

Saran

1. Bagi Pemerintah: Diperlukan reformasi dalam sistem distribusi bantuan sosial dan subsidi nelayan agar lebih inklusif dan tidak bergantung pada keanggotaan formal atau kepemilikan kartu nelayan. Program pelatihan keterampilan alternatif juga penting untuk mendiversifikasi sumber pendapatan keluarga nelayan.

2. Bagi Lembaga Pendidikan dan Sosial: Penyuluhan tentang pentingnya pendidikan anak nelayan serta dukungan beasiswa harus menjadi prioritas. Pendidikan menjadi kunci utama memutus rantai kemiskinan struktural dalam keluarga nelayan.

3. Bagi Komunitas Nelayan: Penguatan solidaritas dan koperasi nelayan dapat menjadi alternatif solusi untuk meningkatkan daya tawar, akses modal, dan peralatan tangkap yang lebih modern dan efisien.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya: Perlu dilakukan studi lanjutan dengan cakupan informan yang lebih luas dan pendekatan kuantitatif untuk melihat tren persepsi secara menyeluruh serta dampaknya terhadap keputusan ekonomi rumah tangga nelayan.

References

Faridha, "Industri Ikan Asin Di Kota Kuala Tungkal Tahun 1990-an–2010," Universitas Batanghari, 2021.

F. Tan dan L. Nesti, "Strategy to Improve Economic Condition of Fishermen Living in the Coastal Area in Kabupaten Pesisir Selatan," Journal of Business Strategy and Economic Development, vol. 3, no. 1, pp. 69–85, 2023, doi: 10.1108/JBSED-02-2021-0019.

D. I. K. Tarakan, "Prioritas Pengembangan Infrastruktur Dalam Mendukung Komoditas Perikanan Unggulan Di Kota Tarakan."

T. Azizah, "Pengembangan Usaha Keramba Jaring Apung Dalam Menunjang Wisata Bahari Gampong Ulee Lheue Kota Banda Aceh," Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 2023.

D. W. I. L. Safrudin dan S. Ip, "Di Wilayah Pesisir Guna Pemanfaatan Potensi Perikanan," Kertas Karya Ilmiah Perseorangan, Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXIV, Lemhannas RI, 2022.

E. Science, "Study of Household Welfare Level of Crab Fishermen Using Fisherman Exchange Rate (FER) Indicators in East Lombok," IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, vol. 1107, no. 1, doi: 10.1088/1755-1315/1107/1/012112.

I. N. Rosiana, S. Nurjannah, dan K. Syuhada, "Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Nelayan di Kelurahan Ampenan Selatan Kota Mataram," vol. 6, 2023.

J. Andrian, F. Ramli, U. Islam, N. Sulthan, dan T. Saifuddin, "Analisis Strategi Pendapatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan," vol. 2, no. 3, 2024.

P. K. Sosial, "Kesejahteraan Sosial Buruh Nelayan Tambak Di Gampong Pulo Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya," 2024.

I. P. G. Diatmika dan S. Rahayu, Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal dan Peran Pemerintah, Malang: Ahlimedia Press, 2022.

Erman Syarif dan Maddatuang, Dinamika Kemiskinan Nelayan, Jawa Tengah: Eureka Media Aksara, 2023.

N. Ismi, Syarifuddin, dan A. Nasrullah, "Solidaritas Sosial Masyarakat Nelayan di Desa Jala Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat," vol. 4, pp. 387–408, 2023.

A. Rozak, "Peran Ganda Perempuan Nelayan: Studi Kasus Perempuan Buruh Pengolahan Ikan (Ngorek dan Ngetap) di Kelurahan Brondong Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan," Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2023.

A. Ro, A. Syamsi, dan T. Udin, "Pendidikan Anak Nelayan Di Desa Eretan Wetan: Pendekatan Berbasis Komunitas Untuk Mengatasi Tantangan Dan Mendorong Pemberdayaan Masyarakat," vol. 4, 2025.

M. Hakim, "Oleh Mulki Hakim 224120100009," 2025.

M. L. Wati, "Analisis Strategi Adaptasi Nelayan Dalam Menghadapi Dinamika Faktor Eksternal Dan Dampak Pada Sosial Ekonomi," 2023.

L. Kasim, "Kemiskinan Seumur Hidup: Sebuah Analisis Faktor Sosiokultural Internal Dan Eksternal Pada Masyarakat Nelayan Di Kota Gorontalo," 2022.

T. Ismawati, "Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Bagi Hasil Antara Juragan Kapal Dengan Nelayan (Studi Kasus Penangkapan Udang Bapak Muhtar Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur)," 2023.

M. Z. Kiram dan Zamzami, "Peran Perempuan Dalam Mendukung Ekonomi Keluarga Studi Pada Keluarga," no. July, 2021.

A. Purwantiningsih, S. Puryanto, P. Kewarganegaraan, dan F. Keguruan, "Social Capital and Economic Resilience of Communities Affected by the Mount Semeru Eruption," Perspektif, vol. 13, no. 4, pp. 1155–1165, 2024, doi: 10.31289/perspektif.v13i4.11891.

M. N. R. Aufar, "Dampak Pendapatan Yang Rendah Terhadap Tingkat Pendidikan Tinggi Pada Masyarakat Di Kavling Serpong RW 04 Tangerang Selatan," 2025.

Hendra, A. M. Fahmal, dan N. F. Mappaselleng, "Analisis Hukum Atas Penerbitan Sertifikat Hak Milik Pengelolaan Tambak," vol. 5, pp. 1264–1276, 2024.

D. M. Wahyu, "Dampak Revolusi Biru Bagi Nelayan Kecil (Studi Nelayan Desa Weru Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan) Dhimas," pp. 1–19.