Loading [MathJax]/jax/output/HTML-CSS/config.js
Login
Section Innovation in Economics, Finance and Sustainable Development

Tourism Sector Development Through Dynamic Location Quotient and Shift Share Analysis

Pengembangan Sektor Pariwisata Melalui Analisis Dynamic Location Quotient dan Shift Share
Vol. 26 No. 3 (2025): July:

Indah Mutiara Rizky (1), Imsar Imsar (2), Muhammad Ikhsan Harahap (3)

(1) Ekonomi Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
(2) Ekonomi Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia
(3) Ekonomi Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia

Abstract:

General Background: Economic disparities between regions in Indonesia remain a persistent development challenge. Specific Background: Langkat Regency, situated within North Sumatra Province, reflects a localized case of uneven growth requiring focused assessment. Knowledge Gap: Limited studies have examined sector-specific contributions, particularly the "Other Services" sector, to regional growth using comparative and quantitative frameworks. Aims: This study aims to analyze and compare economic development and inequality between North Sumatra Province and Langkat Regency, focusing on the 2021–2024 period. Results: Utilizing data from the Central Statistics Agency (BPS) and applying the Dynamic Location Quotient (DLQ) and shift-share methods, the analysis reveals an average increase of IDR 14.87 billion in the Other Services sector, with a shift-share contribution of IDR 2.07 billion from 2023 to 2024. Novelty: The study integrates DLQ and shift-share analysis to isolate and evaluate the basic sector's dynamics within a regency-province framework, an approach not commonly applied in prior research on Langkat. Implications: These findings indicate robust sectoral growth potential and provide an empirical foundation for regional economic planning, emphasizing the strategic development of the Other Services sector to reduce intra-provincial inequality and enhance local economic resilience.


Highlights:




  • Highlights the growth potential of the Other Services sector in Langkat Regency.




  • Uses DLQ and shift-share methods for sector-based economic comparison.




  • Offers strategic insights for reducing regional economic disparities.




Keywords: Regional Development, Economic Inequality, DLQ, Shift-Share Analysis, Other Services Sector

Downloads

Download data is not yet available.

Pendahuluan

Aset tropis (terutama hutan) dan perairan (maritim) berlimpah di negara kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia dianggap memiliki keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia, hanya di bawah negara megabiodiversitas Brasil. Salah satu metrik umum untuk mengukur keberhasilan program pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang adalah laju pertumbuhan ekonomi. Peningkatan aktivitas ekonomi ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang positif. Kesehatan masyarakat akan meningkat dengan perluasan ini [1]

Banyaknya tempat wisata yang berbeda, masing-masing dengan kualitasnya yang unik, menjadikan Sumatera Utara sebagai tujuan wisata yang populer. Kawasan hutan yang juga penting untuk penyerapan air, penyediaan kayu, serta pelestarian, peningkatan, dan pemeliharaan kesuburan tanah dan ketersediaan air memiliki banyak potensi pariwisata yang belum dimanfaatkan dan harus dikembangkan [2].

Kontribusi yang lebih kuat dari industri pariwisata dapat membantu pemerintah mencapai tujuan pembangunan nasionalnya [3]. Ada banyak potensi yang belum dimanfaatkan dalam industri pariwisata karena banyaknya cara yang memengaruhi ekonomi lokal, seperti penyediaan perumahan, makanan, transportasi, belanja, dan layanan. Industri ini berpotensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memainkan peran penting dalam pembangunan daerah [4]. Oleh karena itu, pariwisata berpotensi untuk memengaruhi berbagai masalah sosial, budaya, politik, dan ekonomi serta keterkaitannya di berbagai sektor ekonomi.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah lama menyadari pentingnya industri pariwisata bagi perekonomian provinsi tersebut, dan sebagai hasilnya, industri ini mengalami perluasan yang berkelanjutan dan cepat. Kabupaten Langkat di Sumatera Utara merupakan tempat wisata yang populer dengan pemandangan yang dapat bersaing dengan yang terbaik di antara yang lainnya.

Berbagai jenis pariwisata, baik yang dibuat oleh manusia maupun yang dipengaruhi oleh alam, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB suatu negara [5]. Destinasi yang menyediakan suasana alam terbuka mungkin lebih menarik bagi wisatawan.

Menggunakan analisis Shift-Share dan Dynamic Location Quotient (DLQ) untuk melacak pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat dari waktu ke waktu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan mengontraskan Provinsi Sumatera Utara dengan Kabupaten Langkat.

Tempat wisata di Kabupaten Langkat ini memiliki keunikan tersendiri yaitu, memiliki jalan yang berkelok serta mengelilingi bukit, untuk akses menuju wisata ini didominasi oleh kendaraan pribadi seperti mobil dan motor, untuk angkutan umum sendiri jarang ditemui, kalaupun ada hanya angkutan umum dari Binjai menuju Berastagi serta jalanan disana memiliki jalan yang aspal, tetapi harus tetap berhati-hati dikarenakan wilayah yang bertebing rawan terjadi longsor. Dan sangat penting sepanjang perjalanan menuju wisata yang ada di Kabupaten langkat tidak ada pungutan liar (pungli) dikarenakan sumber daya manusia disana mendukung wisata lokal serta mayoritas warga disana rata-rata petani. Ketika kita masuk kedalam tempat wisata hanya dimintai uang tiket masuk serta sewa pondok jika mau, jika tidak bisa duduk difasilitas wisata yang sudah disediakan.

Upaya untuk mengidentifikasi dan mengembangkan potensi pariwisata di Kabupaten Langkat terus dilakukan. Pemanfaatan potensi industri pariwisata menjadi sasaran utama pembangunan Sumatera Utara. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kinerjanya guna meningkatkan pendapatan negara [6].

Beberapa penelitian terdahulu telah membahas dan menggunakan analisis Dynamic Location Quontient (DLQ) dan Shift-Share. Studi oleh Dharma et.al [7] menyoroti dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penelitian oleh Fadhlan et.al [8] bertujuan menghitung laju pertumbuhan ekonomi menggunakan analisis DLQ, menggunakan harga konstan tahun 2010. Penelitian oleh Sudarmi et,al [9] bertujuan melihat pertumbuhan dan perubahan antara wilayah Kabupaten dan Provinsi menggunakan analisis Shift-Share, menggunakan harga konstan tahun 2010. Studi oleh Fadhila [10] melihat dan menganalisa jalan menuju wisata Kabupaten Langkat serta jalan alternative Langkat-Tanah Karo. Oleh karena itu, penelitian ini akan menghitung laju pertumbuhan dan perubahan antara wilayah yang dianalisis menggunakan analisis DLQ dan analisis Shift-Share dengan menggunakan harga berlaku pada tahun 2021-2024.

Memeriksa kemungkinan PDRB dari sudut pandang DLQ dapat membantu mengidentifikasi sektor ekonomi dengan potensi pengembangan yang dapat menjadi basis ekonomi masa depan suatu wilayah. Analisis Shift-Share dapat digunakan untuk pengembangan pariwisata dengan mengidentifikasi potensi sektor pariwisata dan daya saingnya, serta membandingkannya dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih luas, seperti tingkat nasional dan tingkat Provinsi.

Ketika menilai kemajuan ekonomi regional, para ekonom sering menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Jumlah total semua barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh bisnis di suatu wilayah dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Ada banyak bisnis pariwisata di Kabupaten Langkat, yang menambah PDB (dengan harga berlaku) wilayah tersebut. Sebagai bagian dari ini, kita akan memeriksa efek moneter dari objek wisata dengan memproyeksikan peran mereka di masa depan menggunakan metode analisis Dynamic Location Question (DLQ) dan mengukur perkembangan dan evolusi sektor tersebut di Kabupaten Langkat dengan metode analisis Shift-Share.

Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Langkat, ada sekitar 87 objek wisata di kabupaten tersebut. Sebanyak delapan buah terdapat di Desa Telagah, dan tujuh belas buah di Kecamatan Sei Bingai. Bahkan saat ini, jumlah objek wisata terus bertambah.

Tabel 1 is here

Pemerintah Kabupaten Langkat memiliki peluang besar untuk mengembangkan potensi pariwisata melalui pengelolaan yang lebih baik, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Pariwisata domestik dan internasional akhir-akhir ini mulai bangkit kembali, meski sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2021 akibat pandemi COVID-19.

Berikut ini informasi yang relevan dengan meningkatnya jumlah wisatawan ke Kabupaten Langkat:

Tabel 2 is here

Wisatawan berbondong-bondong mendatangi Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Jumlah wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Langkat meningkat secara tak terduga sejak tahun 2019 hingga tahun 2023. Kecamatan Sei Bingai di Kabupaten Langkat mengalami peningkatan jumlah pengunjung sebesar 69,90 persen pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Kebaruan dari penelitian ini terletak pada integrasi metode Dynamic Location Quotient (DLQ) dan Shift-Share Analysis dalam menganalisis pertumbuhan sektor pariwisata secara spesifik di Kabupaten Langkat, dengan menggunakan data harga berlaku tahun 2021–2024 yang relatif belum banyak digunakan pada studi-studi sebelumnya. Tidak seperti studi terdahulu yang umumnya menggunakan harga konstan atau fokus pada analisis ekonomi makro, penelitian ini secara khusus mengeksplorasi sektor pariwisata di kawasan potensial namun belum optimal, seperti Kecamatan Sei Bingai.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana potensi dan pengembangan wisata di Kabupaten Langkat dengan pendekatan Dynamic Location Quotient (DLQ) dan Shift-Share Analysis menggunakan data harga berlaku tahun 2021–2024. Dengan memanfaatkan pendekatan kuantitatif ini, studi ini tidak hanya memberikan gambaran pertumbuhan sektor pariwisata secara sektoral dan spasial, tetapi juga berkontribusi secara langsung pada inovasi manajemen destinasi wisata berbasis bukti (evidence-based tourism destination management). Temuan dari studi ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas pembangunan dan perencanaan strategis sektor pariwisata yang lebih terarah dan berkelanjutan.

Metode

Pentingnya sektor pariwisata di Kabupaten Langkat dinilai dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kuantitatif yang menggabungkan metode shift-share dengan pendekatan dynamic location quotient. Untuk menciptakan taktik pariwisata yang efektif, evaluasi ini sangat penting [11]. Pendekatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor basis dan non-basis, serta menilai daya saing dan kontribusi relatif sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

Penelitian ini sepenuhnya bergantung pada data sekunder yang diperoleh dari instansi resmi, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pariwisata Kabupaten Langkat, khususnya data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku selama periode 2021–2024. Data yang digunakan mencakup:

a. Nilai total dan sektoral PDRB Kabupaten Langkat dan Provinsi Sumatera Utara

b. Pertumbuhan sektor ekonomi, khususnya sektor pariwisata

c. Jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara per tahun

1. Metode Dynamic Location Quotient (DLQ)

Metode DLQ digunakan untuk mengukur pertumbuhan relatif suatu sektor ekonomi di Kabupaten Langkat dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara sebagai wilayah referensi. DLQ dihitung dengan rumus [12]:

Metode DLQ menggunakan persamaan berikut:

DLQ = (1 + gij)/(1 + gj)/ (1 + gip)/(1 + gp)

Interpretasi nilai:

a. DLQ > 1 menunjukkan sektor basis (berpotensi berkembang lebih besar)

b. DLQ ≤ 1 menunjukkan sektor non-basis.

2. Metode Shift-Share

Analisis Shift-Share digunakan untuk memisahkan pertumbuhan suatu sektor menjadi tiga komponen:

a. Nij (Pertumbuhan Nasional): menunjukkan efek pertumbuhan umum di tingkat provinsi.

b. Mij (Pergeseran Proporsional): menunjukkan bagaimana sektor di Langkat tumbuh dibandingkan dengan rata-rata sektor yang sama di provinsi.

c. Cij (Pergeseran Diferensial): menunjukkan keunggulan daya saing sektor tertentu di Langkat..

Laju pertumbuhan suatu wilayah, dalam hal ini Kabupaten Langkat, direpresentasikan sebagai rn, dan teknik shift share dimulai dari situ. Provinsi Sumatera Utara, di sisi lain, digunakan sebagai daerah referensi yang lebih luas. Provinsi ini diwakili oleh metrik yang mengukur perubahan regional dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor-i menurut rumus yang tepat:

Dij = Nij + Mij +Cij

Dimana :

Dij = Variasi Produk Domestik Regional Bruto sektor/subsektor i dalam wilayah pengamatan (kabupaten) yang ditentukan;

Nij = Fluktuasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor/subsektor i dalam wilayah pengamatan (kabupaten) yang merupakan hasil pertumbuhan ekonomi di wilayah acuan (provinsi atau nasional);

Mij = Bagaimana perluasan sektor/subsektor i di wilayah acuan (provinsi atau negara) memengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor i di wilayah pengamatan (kabupaten);

Cij = Keunggulan kompetitif sektor/subsektor i di wilayah pengamatan (kabupaten) menyebabkan perbedaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor i dalam wilayah pengamatan (kabupaten).

Validitas data dalam penelitian ini dijamin melalui triangulasi sumber, yaitu membandingkan data antar tahun (2021–2024) dan antar wilayah (Kabupaten vs Provinsi). Selain itu, data diperoleh langsung dari lembaga resmi (BPS), yang menjamin reliabilitas dan keterulangan analisis di masa mendatang. Perhitungan dilakukan menggunakan Microsoft Excel untuk menjaga akurasi dan ketelusuran proses pengolahan data.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

1. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)

Untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi daerah dari waktu ke waktu, penelitian ini menggunakan pendekatan Dynamic Location Quotient (DLQ). Metode ini merupakan pengembangan dari Static Location Quotient (SLQ) yang mempertimbangkan perubahan nilai produksi sektor-sektor ekonomi antar periode. DLQ dapat menunjukkan potensi sektor-sektor ekonomi sebagai sektor basis (DLQ > 1) atau non-basis (DLQ < 1) dalam mendorong pertumbuhan wilayah.

Tabel 3 is here

Sektor konstruksi memiliki DLQ rata-rata 1,225, dibandingkan dengan 1,062 pada sektor pertambangan dan penggalian. Sektor-sektor yang termasuk jaminan sosial wajib, pertahanan, dan administrasi pemerintahan memiliki rata-rata 2,642487386. Analisis tabel mengidentifikasi sektor-sektor dengan DLQ lebih besar dari 1. Oleh karena itu, sektor-sektor di Kabupaten Langkat sebaiknya tumbuh dengan kecepatan sedang. Hal ini menjadi pertanda baik bagi perekonomian daerah, karena sektor-sektor ini kemungkinan besar akan mendapatkan dukungan pemerintah.

Sektor dengan DLQ kurang dari 1 meliputi pertanian, kehutanan, dan perikanan (DLQ Rata-rata = 0,9275), manufaktur (DLQ Rata-rata = 0,5532), penyediaan listrik dan gas (DLQ Rata-rata = 0,9089), penyediaan air, pengelolaan limbah, dan daur ulang (DLQ Rata-rata = 0,4678), perdagangan grosir dan eceran, dan perbaikan otomotif (DLQ Rata-rata = 0,6553), transformasi dan pergudangan (DLQ Rata-rata = 0,6586), akomodasi dan layanan makanan (DLQ Rata-rata = 0,4653), informasi dan komunikasi (DLQ Rata-rata = 0,2514), layanan keuangan dan investasi (DLQ Rata-rata = 0,8018), real estat (DLQ Rata-rata = 0,7335), layanan perusahaan (DLQ Rata-rata = 0,5299), layanan pendidikan (Rata-rata DLQ = 0,3857), jasa kesehatan dan kegiatan sosial (Rata-rata DLQ = 0,7264), dan jasa lainnya (Rata-rata DLQ = -14,8681). Oleh karena itu, sektor Kabupaten Langkat tampak kurang menjanjikan dan tumbuh lebih lambat.

Tempat wisata di Kabupaten Langkat masuk kedalam lingkup sektor Jasa Lainnya. Jasa Lainnya merujuk pada kumpulan berbagai jenis jasa yang tidak termasuk dalam kategori jasa yang lebih spesifik seperti perdagangan, pariwisata, rekreasi, perhotelan,dll. Tempat wisata Kabupaten Langkat masuk ke sektor Jasa Lainnya dimana (Rata-rata DLQ = -14,86805948 Miliyar Rupiah) Nilai ini sangat rendah dan menandakan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB daerah sangat kecil, bahkan cenderung menurun atau tidak tercatat dengan baik secara statistik. Fenomena ini dapat disebabkan oleh berbagai kendala struktural, seperti terbatasnya infrastruktur pendukung (misalnya akses internet), kurangnya promosi digital, serta belum adanya kebijakan yang terfokus untuk pengembangan wisata lokal.

Berikut adalah diagram dari Dynamic Location Quotient (DLQ):

Gambar 1 is here

Berdasarkan visualisasi diagram batang DLQ per sektor di Kabupaten Langkat tahun 2021–2024, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sektor ekonomi di daerah ini masih tergolong non-basis, ditunjukkan oleh nilai DLQ < 1, yang berarti kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Langkat lebih rendah dibandingkan kontribusinya secara rata-rata di tingkat Provinsi Sumatera Utara. Sektor-sektor seperti industri pengolahan, akomodasi dan makanan, informasi dan komunikasi, jasa lainnya (termasuk pariwisata), serta jasa pendidikan dan kesehatan semuanya berada di bawah ambang batas DLQ 1.

Sementara itu, hanya beberapa sektor yang menonjol sebagai sektor basis, yaitu sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (DLQ ≈ 2,64), Konstruksi (DLQ ≈ 1,22), dan Pertambangan dan Penggalian (DLQ ≈ 1,06). Ketiga sektor ini memiliki nilai DLQ di atas 1, yang menunjukkan bahwa mereka memiliki keunggulan relatif dan berkontribusi besar terhadap perekonomian Kabupaten Langkat melebihi tingkat provinsi.

Yang paling mencolok adalah sektor “Jasa Lainnya”, tempat pariwisata berada, dengan DLQ negatif (-14,87) menunjukkan bahwa sektor ini mengalami penurunan signifikan atau pencatatan data ekonomi yang sangat lemah. Hal ini memperkuat temuan bahwa sektor pariwisata Kabupaten Langkat belum menjadi motor utama ekonomi lokal dan belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sektor basis, meskipun wilayah ini kaya akan potensi wisata alam.

Secara umum, hasil ini menunjukkan perlunya intervensi kebijakan daerah untuk meningkatkan kinerja sektor non-basis melalui peningkatan daya saing, investasi infrastruktur (seperti akses internet di kawasan wisata), serta promosi digital. Strategi berbasis bukti seperti DLQ ini dapat digunakan pemerintah daerah untuk menyusun perencanaan pembangunan sektoral yang lebih terfokus dan berbasis data.

2. Analisis Shift-Share

Penelitian ini menggunakan pendekatan Shift-Share Analysis dengan memanfaatkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dari Kabupaten Langkat dan Provinsi Sumatera Utara tahun 2023–2024. Tujuan analisis ini adalah untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor basis (penggerak pertumbuhan ekonomi lokal) dan non-basis (mengikuti pertumbuhan wilayah secara umum).

Tabel 4 is here

Tabel 5 is here

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, sembilan dari tujuh belas sektor usaha tergolong basis. Sektor-sektor tersebut meliputi: pertanian, kehutanan, dan perikanan (1001.8585), perdagangan besar dan eceran (151.66261), reparasi kendaraan bermotor (113.1558), informasi dan komunikasi (1.3561955), jasa keuangan dan investasi (41.563216), jasa perusahaan (1.3539407), administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (56.765901), dan jasa lainnya (2.0708896). Berdasarkan pengelompokan tersebut, sektor-sektor tersebut menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi Kabupaten Langkat. Pendapatan Kabupaten Langkat diperkirakan akan mengalami stagnasi dan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara.

Berikut adalah bentuk diagram yang peneliti gambarkan untuk

Gambar 2 is here

Gambar di atas menampilkan Waterfall Chart yang menggambarkan total shift (Mij + Cij) untuk masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten Langkat pada tahun 2023–2024. Visualisasi ini memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai kontribusi dari struktur sektoral (Mij) dan keunggulan kompetitif lokal (Cij) terhadap pertumbuhan sektor-sektor ekonomi.

Sektor Pertanian menempati posisi tertinggi dengan total shift positif hampir 1.000 miliar rupiah, yang mencerminkan pertumbuhan signifikan baik dari pengaruh umum pertumbuhan ekonomi maupun keunggulan khusus di daerah tersebut. Selain pertanian, sektor Perdagangan, Transportasi, dan Administrasi Pemerintahan juga menunjukkan nilai positif yang cukup besar, menandakan bahwa sektor-sektor ini merupakan penggerak utama pembangunan ekonomi daerah dan tergolong dalam kategori sektor basis.

Sebaliknya, sektor Industri Pengolahan, Pertambangan, dan Konstruksi menunjukkan total shift negatif paling tajam, mencerminkan adanya tantangan struktural dan menurunnya daya saing lokal pada sektor-sektor tersebut. Kondisi ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah daerah, baik melalui kebijakan stimulatif, peningkatan investasi, maupun transformasi ekonomi.

Sektor Jasa Lainnya, meskipun memiliki kontribusi kecil, tetap masuk dalam kategori basis. Hal ini menegaskan bahwa sektor pariwisata, yang termasuk dalam Jasa Lainnya, menyimpan potensi untuk menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi jika dikelola secara optimal. Melalui visualisasi ini, pemerintah dan pemangku kepentingan dapat menetapkan prioritas kebijakan pembangunan sektoral secara lebih terarah, dengan fokus pada penguatan sektor unggulan dan revitalisasi sektor-sektor yang tertinggal.

Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa tempat wisata di Kabupaten Langkat dan Provinsi Sumatera Utara memiliki keunggulan dalam menyediakan layanan pada sektor Jasa Lainnya. Untuk mengembangkan potensi tersebut, diperlukan strategi promosi yang efektif, terutama dalam memperkenalkan kekayaan alam lokal kepada wisatawan domestik maupun mancanegara.

Pariwisata di Kabupaten Langkat sejauh ini telah memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dengan menghadirkan destinasi wisata baik yang bersifat alami maupun buatan. Keberadaan tempat wisata ini telah memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat sekitar. Namun, berdasarkan analisis shift-share, pengembangan pariwisata masih menghadapi tantangan, termasuk dalam hal promosi digital dan infrastruktur pendukung.

Dalam penelitian ini, fokus diberikan pada sektor Jasa Lainnya yang dianalisis menggunakan pendekatan shift-share dengan data dari BPS Kabupaten Langkat dan Provinsi Sumatera Utara. Karena pengelolaan tempat wisata umumnya bersifat swadaya, sektor ini dibedakan dari kategori layanan lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor ini mengalami perubahan PDRB rata-rata sebesar 2.070,89 miliar rupiah, menandakan adanya kontribusi positif meskipun belum maksimal. Hal ini menjadi indikasi bahwa potensi ekonomi di sektor ini masih terbuka luas untuk dikembangkan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan Dynamic Location Quotient (DLQ) Kabupaten Langkat tahun 2021–2024, ditemukan bahwa hanya tiga sektor yang tergolong basis, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, konstruksi, serta administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib. Sektor-sektor ini memiliki DLQ > 1, yang menunjukkan bahwa kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Temuan ini mendukung teori basis ekonomi regional yang dikemukakan oleh Ghalib [13], yang menyatakan bahwa sektor basis adalah sektor penggerak utama ekonomi lokal karena menghasilkan output untuk pasar luar daerah dan menarik pendapatan dari luar wilayah. Penelitian oleh Susilowati [14] juga menunjukkan bahwa sektor konstruksi dan pemerintahan merupakan sektor basis utama di banyak kabupaten di Sumatera karena tingginya realisasi belanja modal dan belanja pegawai.

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menunjukkan DLQ < 1 (0,93), yang berarti kontribusinya terhadap PDRB Langkat masih lebih rendah dibandingkan tingkat provinsi dan nasional, meskipun sektor ini menyerap sebagian besar tenaga kerja. Hal ini dapat dikaitkan dengan rendahnya produktivitas serta lemahnya rantai nilai pertanian. Dalam konteks ini, teori transformasi struktural oleh pertiwi [15] menyebutkan bahwa daerah berkembang cenderung mengalami transisi dari sektor primer menuju sektor industri dan jasa sebagai penanda modernisasi ekonomi. Hasil ini selaras dengan penelitian Arifah et.al [16] yang menemukan bahwa di beberapa kabupaten di Sumatera Utara, sektor pertanian tetap dominan secara tenaga kerja namun belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan akibat keterbatasan infrastruktur dan teknologi.

Sektor jasa lainnya yang mencakup aktivitas pariwisata dan hiburan menunjukkan nilai DLQ sangat rendah, bahkan negatif (-14,87), yang menandakan peran sektoralnya dalam ekonomi Langkat sangat kecil. Ini bisa disebabkan oleh rendahnya pencatatan kontribusi sektor informal dan tidak maksimalnya dukungan infrastruktur seperti jaringan internet di kawasan wisata. Menurut Qhomar et.al [17], sektor jasa non-tradisional, termasuk pariwisata, memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat jika dikelola dengan baik.

Berdasarkan analisis Shift-Share, sembilan dari tujuh belas sektor di Kabupaten Langkat tergolong basis, termasuk pertanian, perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, jasa keuangan, jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, dan jasa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun secara struktural sektor-sektor tersebut belum dominan (berdasarkan DLQ), namun secara pertumbuhan sektoral mereka menunjukkan keunggulan dinamis yang melebihi rata-rata provinsi. Dalam teori pertumbuhan ekonomi regional menurut khafiah [18], sektor-sektor yang mengalami differential shift positif dianggap memiliki daya saing lokal, yang berarti mampu tumbuh lebih cepat daripada sektornya di tingkat provinsi atau nasional.

Menariknya, sektor “jasa lainnya” yang sebelumnya dianggap non-basis dalam analisis DLQ, justru menunjukkan pertumbuhan yang cukup positif dalam analisis Shift-Share dengan nilai total shift sebesar 2,07 miliar Rupiah. Ini menunjukkan adanya momentum pertumbuhan pada subsektor pariwisata dan jasa informal lainnya. Hal ini sejalan dengan studi Kementerian Pariwisata RI (2020) yang menyatakan bahwa sektor pariwisata di daerah-daerah dengan kekayaan alam dan budaya tinggi seperti Langkat memiliki potensi besar untuk menjadi motor ekonomi lokal jika dikelola secara terencana. Oleh karena itu, pengembangan destinasi wisata berbasis masyarakat dan didukung promosi digital harus menjadi prioritas pembangunan ekonomi daerah.

Berdasarkan temuan penelitian ini, Kabupaten Langkat saat ini masih sangat bergantung pada sektor publik dan konstruksi, namun mulai menunjukkan arah pergeseran menuju sektor jasa yang lebih modern, termasuk pariwisata dan jasa keuangan. Pemerintah daerah sebaiknya merancang strategi pembangunan berbasis sektor-sektor yang menunjukkan pertumbuhan dinamis, sembari memperkuat sektor pertanian agar tidak tertinggal. Selain itu, pengembangan infrastruktur digital, promosi wisata berbasis media sosial, dan kemitraan dengan sektor swasta lokal menjadi kunci dalam mengoptimalkan potensi pertumbuhan ekonomi daerah.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) dan Shift-Share, dapat disimpulkan bahwa sektor ekonomi di Kabupaten Langkat menunjukkan variasi dalam kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

1. Analisis DLQ menunjukkan bahwa sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib, Konstruksi, serta Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor basis dengan nilai DLQ di atas 1, yang mencerminkan potensi jangka panjang sektor-sektor tersebut sebagai tulang punggung ekonomi daerah.

2. Sementara itu, hasil analisis Shift-Share menunjukkan bahwa terdapat sembilan sektor yang tergolong sebagai sektor basis berdasarkan nilai total shift (Mij + Cij) positif, termasuk sektor Pertanian, Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan, dan Jasa Lainnya. Sektor Jasa Lainnya, yang mencakup aktivitas pariwisata, meskipun kontribusinya relatif kecil, menunjukkan potensi pertumbuhan yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah.

Temuan ini mengindikasikan bahwa pengembangan sektor-sektor unggulan perlu diimbangi dengan strategi penguatan daya saing lokal dan peningkatan kualitas infrastruktur pendukung, khususnya pada sektor pariwisata. Sektor ini dinilai memiliki potensi sebagai motor pertumbuhan ekonomi baru apabila dikelola secara strategis dan didukung oleh promosi yang optimal. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan ekonomi daerah perlu diarahkan untuk memperkuat sektor-sektor basis dan mengatasi tantangan struktural pada sektor non-basis guna menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Kabupaten Langkat.

Ucapan Terima Kasih

Peneliti menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para wisatawan dan masyarakat yang ada disekitaran wisata Kabupaten Langkat atas kesediaannya meluangkan waktu dalam proses penelitian ini sebagai informan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

References

[1] R. Muttaqin, "Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Islam: Economic Growth in Islamic Perspective," Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, vol. 1, no. 2, 2018.

[2] N. A. Winata, "Analisis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya," Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2020.

[3] A. C. G. Putri, M. Muhammad, and C. Fandeli, "Strategi Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Wisata Alam Sumber Maron, Kabupaten Malang," Jurnal Teknosains, vol. 11, no. 1, pp. 51–60, 2021, doi: 10.22146/teknosains.59115.

[4] G. Gusrah, A. Anwar, and P. Parawansa, "Implementasi Skema Ekonomi Biru dalam United Nations Convention on the Law of the Sea: Kajian Keberlanjutan Sumber Daya Perikanan di Pesisir Sulawesi," Innovative: Journal of Social Research, vol. 4, no. 1, pp. 416–427, 2024. [Online]. Available: https://j-innovative.org/index.php/Innovative

[5] I. Harahap and K. Tambunan, "The Effect of SBI and SBIS as Monetary Instruments on the Indonesian Economy," Share: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam, vol. 11, no. 1, pp. 1–12, 2022, doi: 10.22373/share.v11i1.8603.

[6] D. Wahyuni, "Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Galanggeran, Kabupaten Gunung Kidul," Jurnal Masyarakat Mandiri, vol. 9, no. 1, pp. 45–55, 2019.

[7] R. D. H. Budi Dharma and E. Y. T. B. Tarigan, "Analisis Dampak Pembangunan Jalan Alternatif Langkat–Kabupaten Karo terhadap Peningkatan Daya Tarik Tempat Wisata dan Kesejahteraan Ekonomi Komunitas Lokal," Jurnal Ekonomi dan Bisnis, vol. 13, no. 2, pp. 14–26, 2024.

[8] M. Fadhlan and G. E. Subakti, "Perkembangan Industri Wisata Halal di Indonesia dan Dunia," Indonesian Journal of Halal Research, vol. 5, no. 1, pp. 76–80, 2020.

[9] S. Sudarmi and M. Rusdi, "Optimalisasi Tata Kelola Berkelanjutan Destinasi Wisata Pantai Tete: Studi Kasus Area Pantai Militer," Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), vol. 8, no. 2, pp. 401–415, 2022, doi: 10.24843/jumpa.2022.v08.i02.p03.

[10] N. Fadhila, "Pemanfaatan Ruang Publik Kawasan Kuliner sebagai Destinasi Wisata di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat," Jurnal Riset Arsitektur, vol. 5, pp. 172–183, 2023.

[11] M. Ramdhan, Metode Penelitian, Medan: Cipta Media Nusantara, 2021.

[12] A. Fuad and K. S. Nugroho, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

[13] G. A. Polnaya, "Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal untuk Meningkatkan Daya Saing pada UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah," Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.

[14] R. N. Ichsan, M. Syahbudi, and V. F. H. Nst, "Development of Islamic Human Resource Management in the Digital Era for MSMEs and Cooperatives in Indonesia," Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam, vol. 12, no. 2, pp. 497–512, 2023, doi: 10.54471/iqtishoduna.v12i2.2336.

[15] N. P. T. Bagus and Y. S. J. Nasution, "Analisis Efektivitas Pengelolaan Pendapatan Objek Wisata Sawah Pure Tanjung Morawa Deli Serdang," Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, vol. 10, no. 2, pp. 2332–2345, 2024.

[16] K. T. S. N. Arifah and Yusrizal, "Analisis Kontribusi Sektor Pertanian dalam Meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bener Meriah di Masa Pandemi Covid-19," El-Mujtama: Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol. 3, no. 2, pp. 542–579, 2022.

[17] T. I. Muna and M. N. Qomar, "Relevansi Teori Scarcity Robert Malthus dalam Perspektif Ekonomi Syariah," Serambi: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Bisnis Islam, vol. 2, no. 1, pp. 1–14, 2020, doi: 10.36407/serambi.v2i1.134.

[18] N. Khafian, "The Role of Collaborative Governance in Indonesian Disaster Management: Peran Tata Kelola Kolaboratif dalam Manajemen Bencana di Indonesia," Journal of Government and Administration Research, vol. 4, no. 2, pp. 158–175, 2023. [Online]. Available: https://e-journal.unair.ac.id/JGAR/index