Loading [MathJax]/jax/output/HTML-CSS/config.js
Login
Section Innovation in Education

The Contribution of Digital Literacy to Students' Social Character in PAI Learning

Kontribusi Literasi Digital terhadap Karakter Sosial Siswa dalam Pembelajaran PAI
Vol. 26 No. 3 (2025): July:

Yasirwan Agis Sabri (1), Junaidi Junaidi (2), Muhammad Aso Samsudin (3)

(1) Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Ibrahimy Sukorejo, Indonesia
(2) Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Ibrahimy Sukorejo, Indonesia
(3) Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Ibrahimy Sukorejo, Indonesia

Abstract:

General Background: In the digital era of Society 5.0, information technology profoundly influences education, demanding digital literacy as a foundational competence. Specific Background: Despite this shift, its role in shaping students’ social character—especially within Islamic Religious Education (PAI)—remains underexplored. Knowledge Gap: Previous studies seldom quantify the relationship between digital literacy and specific social character traits such as empathy, cooperation, and tolerance in a religious education context. Aims: This study investigates the influence of digital literacy on the formation of students' social character in PAI learning. Results: Using a quantitative correlational approach involving 80 randomly selected 11th-grade students from SMAN 1 Jonggat, simple linear regression revealed a significant effect (p = 0.001) of digital literacy on social character, with a 24.3% contribution. Novelty: This study offers a rare empirical measurement of digital literacy’s impact on social character in Islamic education, combining pedagogical, technological, and moral dimensions. Implications: The findings support the integration of digital literacy in PAI through TPACK-based teacher training, positioning digital tools not only for content delivery but as instruments for instilling pro-social values. This model may inform national policy and school programs aimed at holistic character education in digital contexts.
Highlight :




  • The study found a significant relationship between digital literacy and students’ social character (24.3% contribution).




  • Digital tools in PAI learning foster prosocial values like empathy, collaboration, and responsibility.




  • Teachers need TPACK-based training to integrate digital literacy effectively into character education.




Keywords : Digital Literacy, Social Character, PAI Learning, High School Students, Character Education

Downloads

Download data is not yet available.

Pendahuluan

Dalam era revolusi industri 5.0 berlangsung, hampir selurh aspek kehidupan manusia bergantung pada pemanfaatan teknoIogi informasi. Daya saing global, khususnya di bidang pendidikan, menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiIiki kompetensi tinggi di bidang teknologi informasi, minimnya pengetahuan tentang dunia digital dapat mendorong terjadinya penyalahgunaan media digital dalam perangkat pribadi. [1] Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan literasi digital menajadi aspek penting dalam menghindari penggunaan teknologi informasi yang tidak tepat.[2] Keterlibatan dari sektor pendidikan diharapkan mampu memperkuat daya saing nasional dalam merespon tantangan perkembangan teknologi. Banyak bentuk penyalahgunaan media digital terjadi pada tingkat pribadi, sosial dan nasional akibat salah tafsir manusia terhadap lingkungan digital.[3]

Selain itu, literasi digitaI juga meIibatkan kemampuan untuk menciptakan karya yang relevan, berintraksi dengan orang lain, serta berkontribusi dalam bermasyarakat[4] Perkembangan teknologi memudahkan siapa saja untuk mendapatkan berita secara cepat. Membagikan berita dengan orang lain menjadi lebih mudah bagi pengguna media digital.[5] Sebagai bagian dari tuntutan era informasi, literasi digital seharusnya membuka ruang partisipasi bagi seluruh pemangku kepentingan, baik individu maupun lembaga. Di lingkungan sekolah, keluarga, maupun komunitas, literasi digital perlu dipahami sebagai tanggung jawab bersama yang diterapkan secara menyenangkan.[6]

Dalam konteks pendidikan, literasi digital yang kuat juga memabntu orang belajar lebih banyak tentang subjek tertentu dengan mendorong kreativitas dan ras ingin tahu siswa.[7[ pengembangan keterampilan literasi di lingkungan pendidikan seharusnya tidak dibatasi oleh ruang lingkup internal sekolah semata, melainkan perlu didukung melalui kolaborasi dengan berbagai institus, jaringan, dan komunitas eksternal. Mengingat sekolah tidak dapat mewujudkan visi dan misinya secara mandiri, maka pertisipasi aktif dari masyarakat menjadi aspek yang sangat krusial.[8] Dengan demikian, dalam rangka mengoptimalkan pengembangan karakter anak-anak, diperlukan koordinasi dan sinergi antara bebagai jaringan serta unit pembelajaran di luar jam sekolah. Beragam bentuk kolaborasi terstruktur dapat diimplementasikan untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif dalam menjwab abad ke-21.[9]

Peran guru abad ke-21 kualitas seorang pendidik tidak lagi semata-mata diukur dari kharisma pribadi, melainkan juga dari kemempuannya dalam berkomunikasi secara efektif serta beradaptasi dengan dinamik perkembangan zaman dan teknologi.[10] Di tengah pesatnya perkembangan era digital, pendidik dihadapkan pada dinamika perubahan yang terus berlangsung.[11] Untuk merespons perubahan yang terjadi, perlu disiapkan strategi guna mewujudkan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan sosial yang tangguh dan terus berkembang.[12] Anak-anak pada masa kini menunjukkan penurunan kepeduIian terhadap rasa malu. Mereka cenderung bertindak sesuka hati, bahkan tidak ragu untuk meIanggar aturan yang teIah ditetapkan. Salah satu komponen kunci pertumbuhan suatu negara dalam navifigasi kehidupandi era globalisasi adalah pembentukan karakter sosial melalui kegiatan literasi digital.[13]

Setelah melakukan penelusuran, penulis menemukan bahwa belum ada penelitian kuantitatif yang secara spesifik mengkaji hubungan antara literasi digital dan pengembangan karakter sosial dalam pembelajaran PAI di tingkat SMA. Sebagian besar studi yang ada masih bersifat umum atau belum mendalami aspek-aspek karakter sosial seperti empati, kerja sama, dan toleransi dalam konteks interaksi digital siswa..[14]. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Maulida (2022) mengungkapkan pentingnya literasi digital dalam menanamkan nilai-nilai keislaman, tetapi belum membahas secara kuantitatif hubungan dengan aspek karakter sosial.[15] Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Nurfatimah (2023) serta Ramadhan & Fitriyani (2024) membahas peran teknologi dalam pembelajaran PAI, namun belum mengeksplorasi hubungan antara teknologi dan indikator karakter sosial secara terukur. [16][17].

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara literasi digital dan pengembangan karakter sosial dalam pembelajaran PAI. Diharapkan, penelitian ini dapat memberikan kontribusi baik secara teoretis maupun praktis dalam merancang strategi pembelajaran PAI berbasis digital yang fokus pada penguatan karakter sosial. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi guru, sekolah, dan pemangku kebijakan dalam menghadirkan pendidikan agama yang selaras dengan perkembangan teknologi, sambil tetap berpegang pada nilai-nilai moral dan sosial..

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional, yang bertujuan untuk menguji hubungan serta pengaruh antara dua atau lebih variabel. Variabel independen dalam penelitian ini adalah literasi digital, sementara variabel dependen adalah karakter sosial. Hubungan antara kedua variabel tersebut dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dari responden, bukan melalui eksperimen.

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Jonggat, sebuah sekolah menengah atas yang berada di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Populasi dalam penelitian ini mengacu pada kelompok subjek yang menjadi sasaran utama, dari mana hasil penelitian akan diterapkan dan digeneralisasikan. [18] Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh siswa kelas XI yang berjumlah 412 orang. Adapun sampel, yang digunakan untuk analisis penelitian, merupakan bagian dari populasi tersebut, dengan jumlah 80 siswa. [19]

Validitas instrumen dalam penelitian ini diuji secara statistik menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan software SPSS, untuk mengetahui sejauh mana butir pernyataan tersebut benar-benar mengukur apa yang dimaksud. Setelah semua item dinyatakan valid, dilanjutkan dengan uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha untuk menilai konsistensi dan keandalan hasil pengukuran. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antara variabel melalui persamaan regresi linier sederhana (Y = a + bX). Data angket kemudian disusun dalam tabel, dan nilai koefisien korelasi (r hitung) dibandingkan dengan r tabel. Item dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel.

Hasil dan Pembahasan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaean angket yang dirancang untuk mengukur pengaruh literasi digital terhadap pembentukan karakter sosial siswa dalam pembelajara PAI kelas XI. Instrumen angket tersebut disebarkan kepada 80 responden dan disusun dalam bentuk pernyataan menggunakan skala likert sebagai alat ukur. Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan perangkat lunak SPSS. Pengujian regresi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh etimasi atau persamaan regresi yang menggambarkan pengaruh serta hubungan antara dua variabel yang diteliti.

1. Uji Reliabilitas

NO Variabel Nilai Alpha r tabel Keterangan
1 Literasi Digital (Variabel X) 0,892 0,219 Reliabel
2 Karakter Sosial (Variabel Y) 0,929 0,219 Reliabel
Table 1. Uji Reli bilitas

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, variabel literasi digital (X) memperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,892, sedangkan variabel karakter sosial (Y) mencapai 0,929. Karena kedua nilai tersebut melebihi batas minimal reliabilitas dan r hitung lebih besar dari r tabel (dengan r tabel pada tingkat signifikansi 5% sebesar 0,219), maka seluruh item pada kedua variabel dinyatakan reliabel dan layak digunakan dalam penelitian.

2. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Literasi Digital .802 1.247
a Dependent Variable: Karakter Sosial
Table 2. Uji Multikolinearitas

Berdasarkan tabel di atas, nilai VIF untuk variabel dependen adalah 1,247 (di bawah 10) dan nilai tolerance melebihi 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan.

3. Uji Kolmogorov Smirnov-Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 685.823.878
Most Extreme Differences Absolute .109
Positive .071
Negative -.109
Test Statistic .109
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
c Lilliefors Significance Correction.
d This is a lower bound of true significane
Table 3. Uji Kolmorov Smirnov Test

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikansi (Asymp. Sig.) sebesar 0,200, yang berada di atas batas 0,05. Ini menandakan bahwa data residual terdistribusi normal. Oleh karena itu, asumsi normalitas dalam model regresi telah terpenuhi dan model dinyatakan layak digunakan untuk analisis.

4. Histogram

Figure 1. Histogram

Sebagian besar nilai residual tersebar di sekitar angka 0 dan membentuk pola menyerupai kurva normal (bell shaped), yang memperkuat hasil uji Kolmogorov Smirnov bahwa residual berdistribusi normal.

Asumsi normalitas ini penting dalam analisis regresi linier untuk memastikan bahwa model yang digunakan valid dan dapat diandalkan.

5. P-P Plot

Figure 2. P-P Plot

Grafik Normal P-P Plot menggambarkan keterkaitan antara probabilitas kumulatif yang diharapkan (Expected Cumulative Probability) dengan probabilitas kumulatif aktual (Observed Cumulative Probability) dari residual yang telah distandarisasi.

Sebagian besar titik pada grafik mengikuti garis diagonal, yang merupakan garis normalitas ideal. Ini menunjukkan bahwa residual dalam model regresi terdistribusi normal.

6. Uji Heteroskedasitas

Figure 3. scatterplot

Scatterplot pada grafik menunjukkan bahwa sebaran titik residual bersifat acak tanpa membentuk pola yang sistematis. Titik-titik tersebut terlihat tersebar di kedua sisi garis nol pada sumbu Y, baik di atas maupun di bawahnya.

Penyebaran residual yang acak mengindikasikan tidak adanya gejala heteroskedastisitas dalam model regresi yang digunakan untuk memprediksi variabel dependen (karakter sosial) dari variabel independen (literasi digital). Temuan ini menunjukkan bahwa asumsi homoskedastisitas telah terpenuhi, yang merupakan salah satu syarat penting untuk validitas model regresi.

7. Uji F

Hasil Analisis Regeresi Linier Sederhana

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.195.000 1 1.195.000 25.085 .001b
Residual 3.715.800 78 47.638
Total 4.910.800 79
a Dependent Variable: Karakter Sosial
b Predictors: (Constant), Literasi Digital
Table 4. Uji T

Berdasarkan tabel, nilai F hitung sebesar 25,085 dengan signifikansi 0,001. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, model regresi yang digunakan dianggap valid untuk memprediksi variabel dependen. Artinya, literasi digital berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan karakter sosial.

8. Uji Determinasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .493a .243 .234 6.902
a Predictors: (Constant), Literasi Digital
b Dependent Variable: Karakter Sosial
Table 5. Uji Determinasi

Tabel hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,493, yang mengindikasikan adanya hubungan antara literasi digital dan karakter sosial. Sementara itu, nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,243 berarti bahwa 24,3% variasi dalam karakter sosial dapat dijelaskan oleh literasi digital, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian ini.

Pembahasan

Di SMAN 1 Jonggat, literasi digital telah menjadi bagian penting dalam kegiatan pembelajaran, baik melalui interaksi langsung antara guru dan siswa di kelas maupun lewat pemanfaatan fasilitas perpustakaan digital. Berdasarkan hasil observasi, para guru telah menggunakan teknologi digital secara cukup optimal, misalnya dalam pemberian tugas yang mendorong siswa mencari informasi melalui perangkat pribadi mereka. Meskipun siswa diberikan kebebasan dalam mengakses informasi digital, guru tetap berperan aktif mengawasi agar sumber yang digunakan valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

Pandangan ini sejalan dengan Gilster (1997) yang menyatakan bahwa literasi digital mencakup kemampuan memanfaatkan teknologi dalam berbagai bidang, termasuk dalam dunia pendidikan. Martin (2006) juga menyoroti bahwa literasi digital melibatkan kesadaran, sikap, dan keterampilan untuk menghasilkan konten digital yang memiliki nilai sosial serta bersifat membangun. Dengan demikian, literasi digital tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis, tetapi juga mencakup dimensi etika dan tanggung jawab dalam penggunaannya.

Temuan penelitian mengungkapkan bahwa literasi digital memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan karakter sosial siswa kelas XI SMAN 1 Jonggat, dengan nilai signifikansi 0,001 (lebih kecil dari 0,05) dan koefisien determinasi sebesar 24,3%. Artinya, literasi digital berkontribusi secara nyata terhadap karakter sosial siswa, sekaligus menjawab tujuan utama dari penelitian ini.

Penelitian ini menunjukkan bahwa literasi digital menyumbang sebesar 24,3% terhadap pembentukan karakter sosial siswa kelas XI di SMAN 1 Jonggat. Temuan ini menandakan adanya pengaruh yang signifikan, meskipun sebagian besar variasi karakter sosial siswa masih dipengaruhi oleh faktor lain di luar literasi digital. Hasil ini selaras dengan penelitian Suriani (2023), yang menemukan pengaruh literasi digital terhadap empati sosial sebesar 21%, serta studi Farid (2023) yang mencatat kontribusi 28% dalam konteks pembelajaran daring. Dengan demikian, capaian 24,3% dalam studi ini berada di kisaran yang sejalan dengan hasil penelitian terdahulu, menunjukkan konsistensi secara umum meskipun dilakukan dalam konteks dan pendekatan yang berbeda.

Alasan mengapa kontribusi literasi digital hanya sebesar 24,3% dapat dijelaskan oleh fakta bahwa pembentukan karakter sosial siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Faktor-faktor tersebut meliputi lingkungan keluarga, interaksi dengan teman sebaya, pengaruh media sosial, serta budaya yang berkembang di sekolah. Literasi digital hanyalah salah satu komponen dalam jaringan kompleks yang membentuk nilai-nilai dan perilaku sosial siswa.

Temuan ini memiliki implikasi praktis, terutama bagi guru PAI. Mereka perlu mengikuti pelatihan dengan pendekatan TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge) agar mampu mengintegrasikan literasi digital dalam pembelajaran karakter secara efektif. Dengan strategi ini, lingkungan belajar dapat mendorong penguasaan teknologi sekaligus menanamkan nilai-nilai prososial seperti empati, tanggung jawab, dan kolaborasi, baik di ruang digital maupun kehidupan sehari-hari.

Karena itu, sekolah dan pemangku kebijakan perlu merancang program literasi digital yang terintegrasi dengan pendidikan karakter berbasis nilai, bukan sebagai program yang berdiri sendiri. Pendekatan terpadu semacam ini dinilai lebih efektif dalam membentuk generasi yang tidak hanya mahir secara digital, tetapi juga memiliki karakter sosial yang kuat.

Di SMAN 1 Jonggat, literasi digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran, baik melalui aktivitas di dalam kelas maupun pemanfaatan perpustakaan digital. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengakses informasi menggunakan perangkat pribadi seperti ponsel, namun tetap melakukan kontrol agar sumber yang digunakan tetap valid dan relevan. Praktik ini mencerminkan pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan sesuai dengan karakter generasi digital saat ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa literasi digital menyumbang 24,3% terhadap pembentukan karakter sosial siswa kelas XI. Meskipun pengaruhnya signifikan, masih ada 75,7% variasi karakter sosial yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar literasi digital. Temuan ini konsisten dengan studi Suriani (2023) yang mencatat kontribusi sebesar 21%, serta Farid (2023) yang melaporkan 28%. Persentase dalam penelitian ini berada di antara keduanya, memperkuat kesimpulan bahwa literasi digital berpengaruh, namun bukan faktor tunggal dalam membentuk karakter sosial siswa.

Kontribusi 24,3% tersebut mencerminkan bahwa pembentukan karakter sosial melibatkan proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai aspek. Selain literasi digital, faktor lain seperti lingkungan keluarga, gaya pengasuhan, kualitas interaksi dengan teman sebaya, serta norma sosial di sekolah dan masyarakat turut membentuk karakter siswa. Misalnya, siswa yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang terbuka dan penuh empati cenderung menunjukkan sikap serupa dalam pergaulan sosial, meskipun tingkat literasi digital mereka berbeda-beda.

Temuan ini memiliki implikasi penting, terutama dalam memperkuat peran guru PAI dalam menanamkan karakter sosial melalui literasi digital. Salah satu langkah strategis yang disarankan adalah pelatihan guru berbasis kerangka TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge). Dengan pelatihan ini, guru tidak hanya memahami penggunaan teknologi, tetapi juga mampu mengintegrasikannya secara efektif dengan materi PAI dan pendekatan pengajaran yang tepat. Literasi digital pun dapat dimanfaatkan bukan sekadar sebagai media pembelajaran, melainkan juga sebagai alat untuk membangun nilai-nilai prososial seperti empati, toleransi, dan tanggung jawab dalam proses belajar siswa.

Pengintegrasian literasi digital dalam kurikulum PAI sebaiknya tidak hanya difokuskan pada peningkatan kemampuan teknologi siswa, tetapi juga diarahkan untuk membentuk karakter sosial yang kuat di tengah derasnya arus informasi yang tidak selalu tersaring. Melalui sinergi antara guru, pihak sekolah, dan pemangku kebijakan, pendekatan ini dapat memberikan dampak lebih besar dalam membentuk generasi yang tidak hanya cakap secara digital, tetapi juga memiliki sensitivitas dan kepedulian sosial yang tinggi.

Kesimpulan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa literasi digital memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan karakter sosial siswa kelas XI SMAN 1 Jonggat, dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 dan kontribusi sebesar 24,3%. Ini menunjukkan bahwa literasi digital turut berperan dalam membentuk karakter sosial siswa, meskipun sebagian besar pengaruh tetap berasal dari faktor eksternal lainnya seperti keluarga dan lingkungan pergaulan.

Temuan ini memperkuat bahwa pembelajaran PAI dapat menjadi wadah strategis untuk menanamkan nilai-nilai sosial melalui pemanfaatan teknologi. Untuk itu, guru PAI perlu mendapatkan pelatihan dengan pendekatan TPACK agar mampu mengajarkan nilai karakter secara efektif menggunakan media digital. Selain itu, sekolah bersama para pengambil kebijakan perlu merancang program literasi digital yang menyatu dengan pendidikan karakter guna menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan.

Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada cakupan sampel yang hanya berasal dari satu sekolah serta penggunaan instrumen kuesioner self-report, yang bergantung pada persepsi subjektif responden. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya disarankan menggunakan pendekatan mixed-methods guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh. Temuan ini sekaligus menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya merancang kurikulum PAI yang benar-benar mengintegrasikan literasi digital dengan pembentukan karakter sosial secara konkret.

References

[1] B. Bungawati, "Peluang dan Tantangan Kurikulum Merdeka Belajar Menuju Era Society 5.0," Jurnal Pendidikan, vol. 31, no. 3, pp. 381–388, 2022.

[2] A. Q. Tanjung, O. A. Suciptaningsih, and N. Asikin, "Urgensi Etika Dalam Literasi Digital di Era Globalisasi," WASIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan, vol. 5, no. 1, pp. 32–41, 2024.

[3] T. Ramli et al., "Pemanfaatan Teknologi Bagi Siswa Dalam Menyokong Peningkatan Ekonomi Digital dan Upaya Menghadapi Era Society 5.0," ACTA DIURNAL Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan, vol. 6, no. 1, pp. 81–98, 2022.

[4] R. E. Cynthia and H. Sihotang, "Melangkah Bersama di Era Digital: Pentingnya Literasi Digital untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik," Jurnal Pendidikan Tambusai, vol. 7, no. 3, pp. 31712–31723, 2023.

[5] D. Wiryany, S. Natasha, and R. Kurniawan, "Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap Perubahan Sistem Komunikasi Indonesia," Jurnal Nomosleca, vol. 8, no. 2, pp. 242–252, 2022.

[6] A. I. Suriani, "Kebijakan Literasi Digital Bagi Pengembangan Karakter Peserta Didik," JKPD (Jurnal Kajian Pendidikan Dasar), vol. 7, no. 1, pp. 54–64, 2022.

[7] S. Suryani and H. Chaniago, "Digital Literacy and Its Impact on Entrepreneurial Intentions: Studies on Vocational Students," International Journal Administration, Business & Organization, vol. 4, no. 2, pp. 16–22, 2023.

[8] P. R. Kurniasari, M. Arsanti, and C. Hasanudin, "Urgensi Pendidikan Karakter Dalam Mengembangkan Moral Siswa SMP," in Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian, Pengabdian, dan Diseminasi, vol. 1, no. 1, pp. 353–359, Jan. 2023.

[9] A. Farid, "Literasi Digital Sebagai Jalan Penguatan Pendidikan Karakter di Era Society 5.0," Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 6, no. 3, pp. 580–597, 2023.

[10] H. H. B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2024.

[11] K. Sagala, L. Naibaho, and D. A. Rantung, "Tantangan Pendidikan Karakter di Era Digital," Jurnal Kridatama Sains dan Teknologi, vol. 6, no. 1, pp. 1–8, 2024.

[12] L. Madyawati, M. Marhumah, and A. Rafiq, "Urgensi Nilai Agama pada Moral Anak di Era Society 5.0," Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan, vol. 18, no. 2, pp. 132–143, 2021.

[13] A. I. Suriani, "Kebijakan Literasi Digital Bagi Pengembangan Karakter Peserta Didik," JKPD (Jurnal Kajian Pendidikan Dasar), vol. 7, no. 1, pp. 54–64, 2022.

[14] H. Susanto, W. Irmanita, M. M. Syurbakti, and F. Fathurrahman, "Analisis Penggunaan Media Digital Dalam Pembelajaran Sejarah Daring Masa Pandemi Covid-19," Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, vol. 8, no. 1, pp. 13–24, 2022.

[15] R. Maulida, "Penerapan Literasi Digital dalam Pendidikan Islam," At-Ta’dib, vol. 17, no. 1, pp. 59–70, 2022.

[16] D. Nurfatimah, "Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran PAI di SMA," Jurnal Tarbawi Digital, vol. 4, no. 2, pp. 91–101, 2023.

[17] A. Ramadhan and S. Fitriyani, "Meningkatkan Karakter Sosial Melalui Pembelajaran Berbasis Digital," Jurnal PAI Abad 21, vol. 6, no. 1, pp. 11–24, 2024.

[18] S. Azwar, Metode Penelitian Psikologi, 2nd ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2022, p. 35.

[19] S. Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.