Pendahuluan
Pendidikan kejuruan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), memiliki misi strategis dalam menyiapkan lulusan yang siap kerja, produktif, dan berdaya saing tinggi di tengah pesatnya perkembangan industri dan teknologi. SMK dirancang untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya memahami teori, tetapi juga menguasai praktik kerja sesuai bidang keahlian tertentu [1]. Dalam konteks ekonomi digital dan revolusi industri 4.0, dunia usaha dan dunia industri (DUDI) menuntut tenaga kerja yang adaptif, inovatif, dan memiliki keterampilan kerja yang relevan [2]. Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua lulusan SMK mampu terserap ke dunia kerja secara optimal. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia masih relatif tinggi apabila dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya [3]. Hingga bulan Februari 2024, tercatat sebanyak 7,2 juta individu menganggur dari total tenaga kerja yang berjumlah sekitar 149,38 juta orang, dengan sekitar 142,18 juta orang telah terserap dalam angkatan kerja. Sedangkan sisanya, mencapai 7,2 juta orang, masih belum memperoleh pekerjaan. Berdasarkan distribusi tingkat pengangguran berdasarkan jenjang pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menempati posisi tertinggi dengan tingkat pengangguran sebesar 8,62%. Disusul oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 6,73%, dan diploma akademik seperti Diploma IV maupun Sarjana (S1, S2, S3) sebesar 5,63%. Sebaliknya, tingkat pengangguran paling rendah terjadi pada lulusan pendidikan dasar (SD ke bawah) sebesar 2,38%, diikuti lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 4,28%, serta lulusan diploma tingkat I, II, dan III sebesar 4,87%. Keadaan ini menegaskan adanya kesenjangan antara jenjang pendidikan dan kesiapan tenaga kerja, khususnya tingkat pengangguran lulusan SMK yang menunjukkan perlunya peningkatan kualitas dan relevansi kompetensi sesuai kebutuhan pasar kerja [4]. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang seberapa efektif proses pendidikan di SMK dalam menyiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang nyata.
Kesenjangan (mismatch) antara dunia pendidikan dan dunia kerja menjadi salah satu penyebab utama rendahnya serapan tenaga kerja lulusan SMK. Banyak peserta didik SMK mengalami kesulitan dalam memasuki dunia kerja karena kurangnya informasi karir, lemahnya jaringan industri, serta minimnya pengalaman kerja praktis dan pelatihan soft skills [5]. Selain itu kesiapan mental, motivasi dan kepercayaan diri peserta didik juga menjadi faktor penting yang sering diabaikan. Pemerintah mengambil langkah strategis dalam mengatasi ketimpangan antara kompetensi lulusan dan kebutuhan dunia industri melalui penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka meningkatkan kualitas dan daya saing bangsa. Instruksi ini menetapkan berbagai langkah revitalisasi, meliputi: (1) peningkatan sumber daya manusia; (2) pengembangan Sistem Administrasi Sekolah (SAS) berbasis Sistem Informasi Manajemen (SIM); (3) implementasi konsep link and match antara SMK dan industri; (4) revisi kurikulum berbasis kebutuhan industri; (5) penerapan teaching factory sebagai model pendidikan praktik industri; (6) pemanfaatan media video tutorial dan portofolio berbasis video; (7) penyelenggaraan uji sertifikasi profesi; (8) pemenuhan sarana dan prasarana pendukung; (9) pengembangan kearifan lokal sebagai bagian dari identitas pendidikan; serta (10) peran aktif SMK sebagai motor penggerak ekonomi local [6]. Selain itu, kebijakan ini didukung oleh Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan SMK berbasis kompetensi yang juga menerapkan konsep link and match dengan industri. Secara filosofis, hubungan tersebut mencerminkan pandangan pengembangan sumber daya manusia yang berorientasi masa depan, berlandaskan pada keunggulan, profesionalisme, nilai tambah, dan efisiensi, dengan tujuan utama menghasilkan lulusan yang relevan dan kompeten sesuai kebutuhan dunia kerja. Secara teoretis, proses link and match mengandung makna keterkaitan (link) dan kesesuaian (match) antara kompetensi pendidikan dan industri, sehingga lulusan SMK mampu diterima secara optimal dan memiliki daya saing di pasar tenaga kerja. Oleh karena itu, kolaborasi yang erat antara dunia pendidikan dan dunia industri, termasuk kalangan industri sendiri, menjadi hal yang sangat penting agar implementasi konsep link and match dapat berjalan secara efektif, sehingga transformasi pendidikan vokasi dapat berlangsung sesuai harapan [7].
Dalam menghadapi kompleksitas tantangan tersebut, juga diperlukan pendekatan strategis yang komprehensif dari pihak sekolah. Salah satu bentuk upaya yang telah dikembangkan di lingkungan SMK adalah pembentukan unit Bursa Kerja Khusus (BKK), yang bertugas menjembatani lulusan dengan dunia usaha dan industri melalui kegiatan seperti job matching, pelatihan kerja dan penyebaran informasi lowongan kerja [8]. Namun keberadaan Bursa Kerja Khusus ini masih belum sepenuhnya optimal di banyak sekolah, terutama dalam hal integrasi program dengan layanan lainnya. Di sisi lain keberadaan layanan Bimbingan Konseling juga sangat penting dalam mendukung kesiapan kerja peserta didik. Fungsi guru Bimbingan Konseling tidak hanya berkutat pada aspek akademik dan personal, tetapi juga memiliki tanggung jawab dalam memberikan bimbingan karir, penguatan mental dan pengembangan soft skill peserta didik. Dalam konteks pendidikan vokasional, peran guru Bimbingan Konseling menjadi semakin krusial karena peserta didik SMK perlu memiliki kejelasan arah karir, pemahaman tentang dunia kerja dan kesiapan menghadapi proses seleksi kerja [9]. Namun dalam praktik yang ada di lapangan, layanan Bimbingan Konseling di SMK masih sering diposisikan secara terbatas hanya pada penyelesaian masalah pribadi peserta didik. Kolaborasi antara guru Bimbingan Konseling dengan unit Bursa Kerja Khusus pun belum terbangun secara sistematis dan berkelanjutan. Akibatnya potensi kontribusi dua layanan ini dalam mendukung kesiapan kerja peserta didik belum termanfaatkan secara optimal.
Beberapa penelitian relevan telah dilakukan, antara lain oleh [10] yang meneliti peran Bursa Kerja Khusus dalam penempatan kerja alumni; oleh [10] yang membahas efektivitas layanan Bimbingan Konseling dalam pembentukan karakter kerja; dan oleh [11] yang menyoroti peran sinergis antara manajemen sekolah dan BK dalam kesiapan lulusan SMK. Namun, belum banyak penelitian yang secara spesifik mengkaji hubungan langsung antara layanan Bursa Kerja Khusus dan Bimbingan Konseling dalam satu kerangka kesiapan kerja secara kualitatif dan kontekstual. Inilah celah penelitian yang ingin diisi dalam studi ini. Salah satu sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah SMKN 1 Nguling, Pasuruan, yang merupakan sekolah menengah kejuruan negeri di daerah semi-perkotaan Jawa Timur. Sekolah ini memiliki program keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan telah memiliki unit Bursa Kerja Khusus aktif serta layanan Bimbingan Konseling yang cukup terstruktur. Namun, masih diperlukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana kedua layanan tersebut berkontribusi terhadap kesiapan kerja peserta didik, serta bagaimana kolaborasi di antara keduanya dibangun dan dijalankan. Penelitian ini berupaya menggali praktik-praktik baik, tantangan operasional, dan pola kolaborasi yang terbentuk antara Bursa Kerja Khusus dan Bimbingan Konseling di sekolah ini. Dengan pendekatan kualitatif, diharapkan penelitian ini mampu menghadirkan pemahaman yang lebih dalam dan komprehensif tentang dinamika layanan kesiapan kerja di SMK dari perspektif guru, pengelola sekolah, dan peserta didik itu sendiri.
Kesenjangan penelitian (research gap) juga ditemukan dalam berbagai kajian terdahulu. Sebagian besar penelitian masih memandang peran Bursa Kerja Khusus dan Bimbingan Konseling secara terpisah, tanpa memperhatikan potensi integrasi dan kolaborasi antar keduanya dalam meningkatkan kesiapan kerja peserta didik. Kajian mengenai sinergi layanan internal sekolah dalam konteks transisi peserta didik dari dunia sekolah ke dunia kerja masih sangat terbatas baik dalam konteks teoritis maupun empiris. Selain itu sebagian besar penelitian dilakukan di sekolah-sekolah unggulan atau yang berada di wilayah perkotaan, sehingga belum banyak menggambarkan kondisi sekolah di daerah semi-rural atau dengan keterbatasan fasilitas. Padahal dinamika dan tantangan di sekolah-sekolah semacam itu sering kali berbeda dan membutuhkan pendekatan yang lebih kontekstual. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mengisi kesenjangan tersebut dengan melakukan eksplorasi mendalam terhadap peran Bursa Kerja Khusus dan BK secara simultan dalam mendukung kesiapan kerja peserta didik SMK [12].
Selain memberikan kontribusi terhadap literatur ilmiah, penelitian ini juga memiliki implikasi praktis yang kuat. Temuan dari penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan sekolah dalam merancang model layanan kesiapan kerja yang lebih terintegrasi. Model ini dapat dijadikan acuan dalam penguatan sinergi antara unit Bursa Kerja Khusus dan guru Bimbingan Konseling, termasuk dalam hal perencanaan program, evaluasi kegiatan, serta pelibatan dunia industri secara lebih intensif [13]. Dengan demikian, kesiapan kerja peserta didik tidak hanya dibentuk dari aspek teknis keahlian, tetapi juga dari sisi psikis, sosial dan emosional. Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya berperan sebagai tempat belajar tetapi juga sebagai jembatan strategis menuju masa depan karir peserta didik. Dalam jangka panjang hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap perumusan kurikulum transisi kerja atau school-to-work transition program yang lebih relevan dengan kebutuhan peserta didik SMK. Saat ini, kurikulum transisi kerja masih belum terstruktur secara nasional, dan sekolah sering kali harus merancangnya sendiri dengan keterbatasan sumber daya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan empirik yang nyata untuk penyusunan kurikulum atau program transisi yang responsif terhadap tantangan dunia kerja dan karakteristik peserta didik vokasional. Dengan mengidentifikasi kebutuhan peserta didik dan praktik lapangan, sekolah akan lebih mampu membekali lulusannya secara utuh untuk bersaing di dunia kerja [14].
Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini akan menggali data secara mendalam melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Fokus utama adalah pada pemahaman menyeluruh tentang bagaimana kedua layanan Bursa Kerja Khusus dan Bimbingan Konseling bekerja secara mandiri maupun sinergis dalam membentuk kesiapan kerja peserta didik. Dengan mengkaji fenomena ini dalam konteks lokal, penelitian diharapkan tidak hanya mampu memberikan gambaran faktual, tetapi juga menghasilkan rekomendasi yang aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan sekolah [15]. Penelitian ini juga memberi ruang bagi suara peserta didik, guru, dan pengelola sekolah untuk diangkat ke permukaan dan menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pendidikan vokasi yang lebih berpihak pada kesiapan kerja lulusan.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Pendekatan ini dipilih karena peneliti ingin memahami secara mendalam dinamika dan kontribusi layanan Bursa Kerja Khusus dan BK terhadap kesiapan kerja peserta didik dari perspektif informan yang terlibat langsung dalam konteks tersebut. Studi kasus memungkinkan penggalian informasi secara mendalam, kontekstual, dan komprehensif. Penelitian dilaksanakan di SMKN 1 Nguling, Kabupaten Pasuruan. Sekolah ini dipilih secara purposive karena memiliki unit Bursa Kerja Khusus aktif, layanan Bimbingan Konseling berjalan, serta latar geografis yang representatif dari sekolah semi-perkotaan. Subjek penelitian meliputi (1) Tim Bursa Kerja Khusus, (2) Guru Bimbingan Konseling dan (3) Peserta didik kelas XII.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui (1) Wawancara mendalam (in-depth interview) kepada informan kunci. Dalam penelitian ini pemilihan informan dilakukan secara purpose sampling, yaitu memilih informan yang dianggap memiliki pengalaman, pengetahuan dan keterlibatan langsung dengan fenomena yang di teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh data yang kaya (rich information) dan mendalam sehingga mampu menggambarkan konteks dan dinamika fenomena penelitian secara utuh. Dalam hal ini informan tersebut adalah tim Bursa Kerja Khusus, guru Bimbingan Konseling dan peserta didik kelas XII, (2) Observasi partisipatif, terutama terhadap kegiatan layanan Bursa Kerja Khusus dan Bimbingan Konseling dan (3) Studi dokumentasi, dokumen program kerja, laporan kegiatan Bursa Kerja Khusus dan Bimbingan Konseling, dan data penelusuran peserta didik. Analisis data dilakukan secara kualitatif interaktif dengan tahapan (1) Reduksi data, penyaringan informasi penting dari data lapangan yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi diseleksi, disederhanakan dan difokuskan pada aspek-aspek yang relevan dengan tujuan penelitian, (2) Penyajian data, menyusun informasi dalam bentuk narasi, tabel, dan kutipan sehingga memudahkan peneliti dalam membaca pola, hubungan atau temuan penting, dan (3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi, interpretasi makna dan temuan untuk menjawab rumusan masalah. Model analisis yang digunakan mengacu pada model Miles dan Huberman (2014). Untuk menjamin validitas data, digunakan teknik triangulasi sumber dan metode, yaitu membandingkan data dari berbagai narasumber (guru Bimbingan Konseling, Bursa Kerja Khusus, peserta didik) dan dari berbagai metode (wawancara, observasi, dokumentasi).
Hasil dan Pembahasan
A. Bentuk Layanan Bursa Kerja Khusus
Upaya sebagai wujud untuk meningkatkan keterserapan lulusan ke dunia kerja, BKK SMKN 1 Nguling melakukan berbagai strategi yang komprehensif. Langkah utama dilakukan dengan menjalin kemitraan yang erat dengan berbagai industri dan dunia usaha, yang memungkinkan terbukanya peluang kerja bagi lulusan. Selain itu BKK aktif dalam menawarkan lulusan kepada perusahaan disertai dengan pemberian bimbingan secara langsung kepada siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi proses rekrutmen. Selain kegiatan promosi dan penawaran, BKK juga menyelenggarakan berbagai kegiatan rekrutmen dan job fair secara rutin, yang menjadi forum langsung antara lulusan dan perusahaan. Lebih jauh, program penelusuran dan monitoring lulusan pasca mereka keluar dari sekolah dilakukan untuk memastikan keberlanjutan penyerapan tenaga kerja dan mengidentifikasi hambatan yang mungkin muncul.
Pelaksanaan program kerja Bursa Kerja Khusus dalam Upaya meningkatkan keterserapan lulusan di SMKN 1 Nguling dilakukan dengan berbagai tahapan berikut ini:
1. Pendaftaran dan pendataan pencari kerja.
Kegiatan ini merupakan langkah awal yang penting dalam sistem penyaluran lulusan di BKK SMKN 1 Nguling. Proses ini meliputi pendaftaran calon tenaga kerja yang telah menyelesaikan pendidikan atau pelatihan, serta pengumpulan data pencari kerja untuk keperluan pengelolaan data dan pemetaan kebutuhan pasar tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pendaftaran dan pendataan dapat dilakukan secara digital dengan menggunakan google form yang disebarkan melalui grup WhatsApp siswa-siswi. Pendekatan ini memungkinkan kegiatan pendataan menjadi lebih efektif dan efisien, mengingat proses ini dapat dilakukan secara cepat dan tersebar luas dengan mudah. Di samping itu, kegiatan pendataan juga tetap dilakukan secara manual dengan siswa menghubungi petugas BKK secara langsung, guna menjangkau mereka yang mungkin belum aktif menggunakan platform digital. Pendekatan gabungan ini menjamin keberhasilan dalam mengumpulkan data lengkap dan akurat tentang calon tenaga kerja, sehingga memudahkan dalam proses penyaluran dan penempatan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan industri dan pasar kerja.
2. Pendataan lowongan kesempatan kerja.
Dalam tahap ini, BKK melakukan pendaftaran dan pendataan sejumlah lowongan pekerjaan yang tersedia di dunia usaha dan industri untuk memastikan informasi yang akurat dan terkini. Untuk memudahkan proses ini, BKK telah menjalin kerjasama dengan berbagai mitra industri dan usaha. Kemitraan ini memungkinkan BKK mendapatkan informasi terkait lowongan pekerjaan secara langsung dan terpercaya, serta mempercepat proses pencarian dan pendataan kesempatan kerja yang relevan. Kerjasama ini juga memfasilitasi komunikasi yang efektif antara pihak sekolah, BKK, dan dunia usaha dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan kompetensi siswa.
Bursa Kerja Khusus (BKK) SMKN 1 Nguling menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pendataan lowongan pekerjaan, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1. Dalam proses ini, Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) menyampaikan informasi mengenai lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan ketentuan seleksi kepada BKK. Selanjutnya, BKK melakukan proses penyaringan awal (screening) terhadap profil dan kualifikasi perusahaan terkait guna memastikan bahwa informasi yang disebarluaskan memberikan manfaat dan menghindari potensi kerugian bagi para lulusan. Setelah tahap penyaringan, BKK menyusun flyer lowongan kerja sesuai dengan template resmi BKK SMKN 1 Nguling, yang memuat data seperti profil perusahaan, posisi yang ditawarkan, jurusan yang dibutuhkan, link pendaftaran, dan jadwal pelaksanaan rekrutmen. Flyer tersebut kemudian disebarluaskan kepada calon lulusan dari kelas XII maupun alumni melalui papan informasi sekolah, website resmi BKK, serta media sosial, sehingga memungkinkan siswa yang tertarik untuk langsung mendaftar. Selanjutnya, calon pelamar akan mengikuti proses seleksi yang meliputi wawancara, tes fisik, tes tertulis, psikotes, ataupun tes lain sesuai kebijakan perusahaan. Proses seleksi ini biasanya dilaksanakan di lingkungan SMKN 1 Nguling atau di tempat perusahaan. Keputusan kelulusan dari hasil proses seleksi akan ditentukan oleh perusahaan atau DUDI, dan pengumumannya dilakukan oleh BKK.
Figure 1. SOP Pendataan Lowongan Kesempatan Kerja BKK SMKN 1 Nguling
3. Pemberian bimbingan karir kepada pencari kerja.
BKK SMKN 1 Nguling memberikan berbagai bentuk bimbingan kepada pencari kerja dan siswa agar mereka dapat menyiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan secara optimal. Bimbingan ini mencakup pengetahui bakat, minat, dan kemampuan siswa sesuai dengan kebutuhan pengguna tenaga kerja maupun untuk berwirausaha mandiri. Menurut Winkel, bimbingan karir adalah proses mempersiapkan diri untuk memilih dan memangku jabatan yang sesuai serta menyesuaikan diri dengan tuntutan lapangan pekerjaan. Selain itu, setiap tahunnya BKK mengadakan pelatihan kerja yang meliputi kegiatan pembelajaran menggunakan modul serta program magang atau On-the-Job Training (OJT) selama siswa di kelas X hingga XII. Guru berperan penting dalam membekali siswa sesuai kurikulum jurusan agar mereka siap memasuki dunia kerja. Lebih jauh, kegiatan bimbingan lainnya meliputi pelatihan kewirausahaan yang bertujuan agar siswa dapat membuka usaha kreatif sesuai potensi mereka. BKK juga menyelenggarakan pelatihan Winning Job Test & Interview untuk memberikan tips dan trik menghadapi proses rekrutmen, sehingga lulusan memiliki wawasan lebih terkait langkah-langkah dalam mendapatkan pekerjaan. Selain aspek teknis, bimbingan terkait lingkungan kerja seperti etika kerja, komunikasi efektif, dan keselamatan kerja (K3) juga diberikan kepada siswa yang sedang prakerja, dengan tujuan meningkatkan kesiapan mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan profesional yang nyata.
4. Penawaran kepada pengguna tenaga kerja (DUDI) mengenai persediaan tenaga kerja di SMKN 1 Nguling
Dalam kegiatan penawaran kepada pengguna tenaga kerja, BKK SMK Negeri 1 Kediri tidak hanya menunggu kedatangan perusahaan ke sekolah, tetapi juga aktif melakukan kunjungan ke mitra kerja terkait dengan adanya lowongan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan ketentuan dari Kementerian Ketenagakerjaan RI yang mengatur bahwa BKK diperbolehkan untuk melakukan pendekatan langsung ke dunia usaha dan industri. Selain itu, BKK dapat menawarkan lulusan kepada perusahaan melalui proses lobi dan menjalin kerjasama. Berdasarkan SOP yang berlaku, BKK menyusun proposal atau surat kerja sama yang disesuaikan dengan kebutuhan dari pihak dunia usaha dan industri. Proposal ini berfungsi sebagai media komunikasi yang memperlihatkan kesiapan dan kualifikasi lulusan, sehingga perusahaan dapat mempertimbangkan untuk melakukan proses rekrutmen melalui BKK. Selain itu, Bursa Kerja Khusus (BKK) juga telah menjalin kemitraan dengan perusahaan dan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk mempromosikan lulusan mereka. Melalui kerjasama ini, pihak DUDI dapat secara langsung menyampaikan informasi terkait lowongan pekerjaan kepada BKK, sehingga memudahkan proses penyaluran tenaga kerja yang relevan dan sesuai kebutuhan industri.
5. Pelaksanaan verifikasi sebagai tindak lanjut dari pengiriman dan penempatan yang telah dilakukan.
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan data mengenai status pekerjaan lulusan, apakah mereka sudah bekerja, belum bekerja, berwirausaha, ataupun melanjutkan pendidikan. Data yang diperoleh dari verifikasi ini memungkinkan BKK untuk terus menjalin hubungan dan komunikasi dengan lulusan, sehingga dapat memberikan bantuan maupun pendampingan kepada mereka yang belum memperoleh pekerjaan. Metode yang digunakan untuk kegiatan verifikasi dilakukan secara online dengan mengisi tracer study melalui formulir Google yang disebarkan via WhatsApp. Selain itu, proses verifikasi juga dilakukan saat lulusan mengambil ijazah, sehingga data mereka tetap akurat dan up-to-date. Hal ini membantu BKK dalam memantau dan mendukung keberhasilan proses penyaluran lulusan serta meningkatkan informasi mengenai tingkat keterserapan lulusan secara umum. Bersadarkan data penlitian, keterserapan lulusan SMKN 1 Nguling tercatat pada tahun ajaran 2023/2024 adalah sebanyak 97%, dengan rincian 77,9% lulusan telah bekerja, 14,8% lulusan melanjutkan pendidikan, 4,5% lulusan berwirausaha, dan 12,84% lulusan belum teridentifikasi.
Figure 2. SOP Penawaran Lulusan melalui BKK SMKN 1 Nguling
6. Pelaksanaan kegiatan pameran bursa kerja (job fair) dan kegiatan sejenisnya.
Kegiatan Job Fair yang diselenggarakan oleh BKK SMK Negeri 1 Nguling memiliki tujuan utama untuk mempercepat proses pertemuan antara pencari kerja dan pengguna tenaga kerja atau perusahaan. Melalui pertemuan langsung ini, diharapkan proses penyerapan tenaga kerja menjadi lebih cepat karena kedua belah pihak dapat berinteraksi secara langsung, serta perusahaan dapat menginformasikan lowongan pekerjaan secara terbaru dan relevan sesuai kebutuhan mereka. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan agar pencari kerja dapat memilih jenis pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan mereka. Pelaksanaan Job Fair ini dilakukan satu kali setiap tahun dan undangan disebarkan kepada perusahaan dari berbagai kategori, termasuk perusahaan lokal, swasta, nasional, bahkan internasional. Dengan mengundang berbagai perusahaan dari berbagai level dan skala, BKK SMK Negeri 1 Nguling berupaya menciptakan peluang sebanyak-banyaknya bagi peserta job fair agar dapat menyalurkan dan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing.
7. Pelaksanaan verifikasi sebagai tindak lanjut dari pengiriman dan penempatan yang telah dilakukan.
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengumpulkan data mengenai status pekerjaan lulusan, apakah mereka sudah bekerja, belum bekerja, berwirausaha, ataupun melanjutkan pendidikan. Data yang diperoleh dari verifikasi ini memungkinkan BKK untuk terus menjalin hubungan dan komunikasi dengan lulusan, sehingga dapat memberikan bantuan maupun pendampingan kepada mereka yang belum memperoleh pekerjaan. Metode yang digunakan untuk kegiatan verifikasi dilakukan secara online dengan mengisi tracer study melalui formulir Google yang disebarkan via WhatsApp. Selain itu, proses verifikasi juga dilakukan saat lulusan mengambil ijazah, sehingga data mereka tetap akurat dan up-to-date. Hal ini membantu BKK dalam memantau dan mendukung keberhasilan proses penyaluran lulusan serta meningkatkan informasi mengenai tingkat keterserapan lulusan secara umum. Bersadarkan data penlitian, keterserapan lulusan SMKN 1 Nguling tercatat pada tahun ajaran 2023/2024 adalah sebagai berikut :
No | Status Lulusan | Jumlah (%) |
---|---|---|
1 | Sudah Bekerja | 77,9 % |
2 | Melanjutkan Pendidikan | 14,8% |
3 | Berwirausaha | 4,5% |
4 | Belum Teridentifikasi | 12,84% |
8. Pelaksanaan kegiatan pameran bursa kerja (job fair) dan kegiatan sejenisnya.
Kegiatan Job Fair yang diselenggarakan oleh BKK SMK Negeri 1 Nguling memiliki tujuan utama untuk mempercepat proses pertemuan antara pencari kerja dan pengguna tenaga kerja atau perusahaan. Melalui pertemuan langsung ini, diharapkan proses penyerapan tenaga kerja menjadi lebih cepat karena kedua belah pihak dapat berinteraksi secara langsung, serta perusahaan dapat menginformasikan lowongan pekerjaan secara terbaru dan relevan sesuai kebutuhan mereka. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan agar pencari kerja dapat memilih jenis pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan mereka. Pelaksanaan Job Fair ini dilakukan satu kali setiap tahun dan undangan disebarkan kepada perusahaan dari berbagai kategori, termasuk perusahaan lokal, swasta, nasional, bahkan internasional. Dengan mengundang berbagai perusahaan dari berbagai level dan skala, BKK SMK Negeri 1 Nguling berupaya menciptakan peluang sebanyak-banyaknya bagi peserta job fair agar dapat menyalurkan dan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian [16] yang menyatakan bahwa layanan BKK yang terstruktur mampu meningkatkan keterserapan lulusan melalui informasi kerja dan kegiatan job fair yang berkelanjutan. Hasil ini juga memperkuat temuan [17] yang menekankan pentingnya kolaborasi antara pelatihan karir dan penguatan soft skills untuk meningkatkan kesiapan kerja siswa.
B. Peran Layanan Bimbingan Konseling (BK)
Dalam pola pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) terkait kesiapan kerja di SMKN 1 Nguling, terdapat bidang layanan yang mencakup pengembangan karir, komponen perencanaan individual, serta peminatan yang berfungsi untuk menyediakan informasi dan pemberian bantuan kepada siswa dalam merencanakan masa depan mereka, khususnya dalam hal pemilihan profesi dan jalur karir. Komponen layanan perencanaan individual dan peminatan tersebut bertujuan untuk membantu seluruh peserta didik dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana pribadi, sosial, akademik, dan karir. Proses perencanaan individual dilaksanakan melalui konsultasi langsung antara siswa dan guru BK, sehingga guru dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk membantu siswa dalam menentukan langkah-langkah strategis dalam mempersiapkan masa depan mereka, seperti pemilihan karir dan pengembangan potensi diri. Hal ini sejalan dengan [18] yang menyatakan bahwa Bimbingan karir merupakan bagian dari program pendidikan sebagai pemenuhan kebutuhan perkembangan anak terkait kemampuan kognitif, afektif ataupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif. Secara langsung bimbingan karir membantu individu mempersiapkan pekerjaan, membantu pada saat bekerja dan setelah bekerja (pensiun). Bimbingan karir termasuk kepada layanan responsif, yaitu layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan .
Proses pemilihan peminatan peserta didik di SMKN 1 Nguling merupakan tahapan pengambilan keputusan mengenai bidang studi keahlian, program studi keahlian, dan kompetensi keahlian yang sesuai dengan pemahaman mereka terhadap potensi diri dan peluang yang tersedia. Dalam proses ini, bimbingan dan konseling memegang peranan penting dalam membantu peserta didik untuk memahami, menerima, dan mengarahkan diri mereka secara tepat, serta mengambil keputusan yang bertanggung jawab terkait pilihan peminatan tersebut. Kegiatan peminatan di SMK difokuskan pada bidang studi, program studi, dan kompetensi keahlian yang dipilih sesuai dengan potensi dan kesempatan yang ada. Terdapat tiga jenis peminatan, yaitu akademik, vokasi, dan lanjutan studi, yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyesuaikan pilihan mereka dengan minat dan potensi yang dimiliki. Berdasarkan Panduan Operasional Penyelenggaraan BK di SMK (2016), kurikulum di SMK dirancang agar peserta didik dapat memilih dan menentukan peminatan dalam kelompok mata pelajaran program keahlian, lintas mata pelajaran, dan pendalaman mata pelajaran sesuai dengan kemampuan dasar, bakat, minat, dan kecenderungan mereka. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMK, lulusan diharapkan dapat langsung bekerja dalam bidang yang relevan dengan keahlian yang telah dipelajari atau melanjutkan studi ke perguruan tinggi dengan memilih program studi yang sesuai dengan kedalaman mata pelajaran yang mereka ambil selama di SMK. Hal ini menunjukkan bahwa profil lulusan SMK dirancang guna mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja dan industri. Peran guru BK sangat vital dalam mendampingi peserta didik dalam menentukan arah karir melalui layanan peminatan dan perencanaan individual, yang bertujuan membantu peserta didik merancang dan melaksanakan rencana karir secara strategis, bertanggung jawab, dan sesuai dengan potensi serta minat mereka.
C. Bentuk kolaborasi atau sinergi antara Bursa Kerja Khusus dan BK dalam mendukung kesiapan kerja peserta didik.
Bentuk kolaborasi yang terjadi di SMKN 1 Nguiling yaitu kegiatan peminatan yang dilakukan oleh guru BK yang terintegrasi dengan kegiatan di Bursa Kerja Khusus (BKK) melalui beberapa langkah strategis. Langkah-langkah tersebut meliputi:
- Pemberian informasi kepada siswa mengenai berbagai bidang keahlian, peluang karir, dan informasi terkait lainnya.
- Pengumpulan data tentang potensi, minat, serta bakat siswa agar dapat dianalisis dan diidentifikasi secara tepat.
- Penentuan arah peminatan berdasarkan hasil pengumpulan data dan asesmen terkait potensi dan minat siswa.
- Pendampingan siswa dalam proses pengambilan keputusan bidang keahlian yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka.
- Pengembangan dan penyaluran potensi siswa melalui kegiatan pengayaan, pelatihan, dan penempatan sesuai bidang peminatan.
- Monitoring dan tindak lanjut untuk memastikan siswa berada di jalur yang tepat sesuai pilihan dan potensi yang dimiliki.
Bentuk sinergi ini bertujuan agar siswa tidak salah dalam menentukan bidang keahlian, sehingga mereka mampu mengembangkan potensi diri dan merencanakan karir secara optimal. Kemampuan guru BK dalam mengidentifikasi potensi siswa memudahkan BKK dalam melakukan seleksi mandiri sebelum mengikuti proses pendaftaran di perusahaan, sehingga hasilnya lebih sesuai dengan minat dan bakat siswa. Selain itu, layanan karir berperan penting dalam membantu peserta didik untuk mengalami pertumbuhan, eksplorasi, aspirasi, dan pengambilan keputusan karir secara rasional dan realistis berdasarkan informasi tentang potensi diri dan peluang di lingkungan sekitar, sehingga membantu mereka mencapai kesuksesan dalam hidup. Peran layanan BK ini sangat dirasakan terutama bagi siswa yang akan memutuskan melanjutkan studi ke perguruan tinggi atau memasuki dunia usaha dan industri setelah lulus.
Bimbingan karir yang efektif memiliki peran dalam menyelaraskan preferensi siswa terhadap pilihan karir mereka dengan kebutuhan pasar tenaga kerja [19]. Namun, sering kali pilihan karir siswa tidak sepenuhnya sejalan dengan tuntutan pasar tenaga kerja tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir siswa. Menurut [20], pilihan karir didasarkan pada minat pribadi dan prasangka individu terhadap suatu pekerjaan tertentu. Layanan bimbingan karir yang diselenggarakan oleh layanan BK memudahkan peserta didik dalam proses pengambilan keputusan tersebut melalui berbagai strategi layanan, baik secara klasikal, kelompok, maupun individual. Berdasarkan [21], terdapat berbagai layanan Bursa Kerja Khusus (BKK) yang dapat meningkatkan tingkat penyerapan lulusan ke dalam dunia kerja, antara lain meliputi: (1) layanan informasi pekerjaan, (2) job fair, (3) rekrutmen, (4) penilaian, (5) pelatihan pengembangan karir dan profesional, serta (6) hubungan dengan alumni. Dalam layanan bimbingan konseling, terdapat strategi yang melibatkan pengumpulan data dan kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh guru BK atau konselor, antara lain meliputi pendalaman terhadap peminatan peserta didik melalui penyelenggaraan kegiatan magang dan membantu terwujudnya Memorandum of Understanding (MoU) antara sekolah dan dunia industri sebagai bentuk kolaborasi mitra. Kegiatan tersebut sejalan dengan hasil wawancara dengan guru BK yang memberikan masukan kepada kepala sekolah agar menjalin kerjasama yang lebih erat dengan perusahaan-perusahaan.
Keberhasilan layanan Bursa Kerja Khusus (BKK) dalam menyediakan informasi dan pendampingan kepada siswa terkait pengambilan keputusan karir sangat dirasakan oleh pihak sekolah saat melakukan tracer study. Dinas Pendidikan Jawa Timur [22] telah merumuskan beberapa aspek penting yang harus diperhatikan agar pengelolaan BKK dapat berjalan sesuai dengan program yang direncanakan, serta berlangsung secara kondusif dan inovatif, meliputi: (1) pengelolaan BKK secara profesional; (2) pengelolaan calon alumni secara optimal; (3) pendekatan terhadap Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) secara intensif; dan (4) pembangunan jejaring kemitraan dengan stakeholder terkait. Selain itu, [19] menyatakan bahwa layanan karir dan penempatan kerja yang berkualitas tinggi harus mampu menyediakan beragam jenis konseling karir dan informasi terkait penempatan kerja. Tujuannya adalah agar saat siswa atau lulusan memasuki dunia kerja, mereka sudah siap untuk membuat keputusan pilihan pekerjaan yang lebih baik, yang pada akhirnya mengarah pada karir yang lebih memuaskan dan produktif. Pola sinergi yang ditemukan dalam penelitian ini memperkuat hasil penelitian [17] yang menyatakan bahwa integrasi perencanaan karir dalam manajemen sekolah berkontribusi signifikan terhadap kesiapan lulusan menghadapi dunia kerja. Namun, pola yang terbangun di SMKN 1 Nguling menunjukkan keunikan pada proses peminatan yang lebih terarah dan terintegrasi sejak awal, berbeda dengan hasil penelitian [23] yang menemukan bahwa beberapa sekolah belum mampu membangun sistem peminatan yang sistematis.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Kontribusi Bursa Kerja Khusus (BKK) dan layanan Bimbingan Konseling (BK) terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK: Studi Kualitatif, maka dapat disimpulkan bahwa Bursa Kerja Khusus SMKN 1 Nguling secara keseluruhan memiliki peran dalam meningkatkan keterserapan lulusan. Peran BKK dalam meningkatkan keterserapan lulusan ke dunia kerja dilakukan dengan cara menjalin kerjasama dengan industri, menawarkan lulusan, memberikan bimbingan pada siswa, mengadakan kegiatan rekrutmen, melakukan kegiatan job fair, dan menelusuri lulusan. Pola layanan Bimbingan dan Konseling (BK) terhadap kesiapan kerja di SMKN 1 Nguling terdapat bidang layanan karir, komponen perencanaan individual serta peminatan yang berfungsi untuk menyediakan informasi dan bantuan kepada siswa dalam merencanakan masa depan mereka, khususnya terkait pemilihan profesi dan jalur karir. Bentuk kolaborasi yang terjadi di SMKN 1 Nguling yaitu kegiatan peminatan yang dilakukan oleh guru BK yang terintegrasi dengan kegiatan di Bursa Kerja Khusus (BKK) melalui beberapa langkah strategis yang bertujuan agar peserta didik tidak salah dalam menentukan bidang keahlian, sehingga mereka mampu mengembangkan potensi diri dan merencanakan karir secara optimal.
Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan agar pihak sekolah semakin memperkuat kolaborasi antara Bursa Kerja Khusus (BKK) dan layanan Bimbingan Konseling (BK) melalui perencanaan program bersama yang terstruktur, penguatan layanan peminatan, serta peningkatan intensitas kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri. Selain itu, hasil penelitian ini juga memberikan implikasi praktis bagi pembuat kebijakan, khususnya Dinas Pendidikan, untuk merumuskan model kebijakan nasional yang mendorong integrasi sistemik antara BKK dan BK dalam menyiapkan lulusan yang kompeten dan siap kerja. Bagi pemangku kepentingan lainnya, seperti perusahaan dan dunia industri, penting untuk membangun jejaring kemitraan yang berkelanjutan dengan sekolah dalam mendukung transisi peserta didik dari dunia pendidikan ke dunia kerja secara efektif dan berkelanjutan.