Loading [MathJax]/jax/output/HTML-CSS/config.js
Login
Section Innovation in Economics, Finance and Sustainable Development

Audit Quality and Technology Factors in Auditing in the Digital Age

Faktor Kualitas Audit dan Teknologi dalam Audit di Era Digital
Vol. 26 No. 3 (2025): July:

Ichlasul Amal Akuba (1), Amiruddinn (2)

(1) Program Studi Akuntansi, Universitas Hasanuddin, Indonesia
(2) Program Studi Akuntansi, Universitas Hasanuddin, Indonesia

Abstract:

General Background: Audit quality plays a critical role in ensuring the reliability of financial reporting and the integrity of corporate governance, especially in the digital era where data complexity is increasing. Specific Background: Previous studies have explored various factors influencing audit quality, including auditor competence, independence, workload, and firm characteristics. However, research integrating these with the impact of digital technology remains limited. Knowledge Gap: There is a lack of comprehensive understanding of how technological advancement, combined with internal and external audit factors, influences audit quality in the modern audit landscape. Aims: This study conducts a Systematic Literature Review (SLR) of Scopus-indexed articles (2014–2024) to identify key internal and external factors that affect audit quality and examine the role of technology in supporting high-quality audits. Results: The review finds that factors such as auditor competence, stress, workload balance, and audit team dynamics significantly affect audit quality. Technological tools like AI and data analytics enhance efficiency, risk detection, and audit documentation. Novelty: This study uniquely combines audit quality determinants with the role of digital technology, offering a multidimensional synthesis rarely addressed in prior literature. Implications: The findings offer practical insights for public accounting firms, regulators, and educators to enhance audit standards through technology integration, workload management, and auditor independence.
Highlight :




  • Audit quality is influenced by both internal (e.g., workload, team competence) and external (e.g., social ties, rotation timing) factors.




  • Digital tools like AI and data analytics enhance audit effectiveness, reduce error, and support remote auditing.




  • Systematic literature review reveals a gap in studies integrating digital readiness with audit quality improvement.




Keywords : Audit Quality, Digital Technology, Auditor Competence, Systematic Review, Audit Independence

Downloads

Download data is not yet available.

PENDAHULUAN

Tingkat keyakinan bahwa laporan keuangan secara wajar menggambarkan kinerja keuangan suatu perusahaan dan umumnya bebas dari kesalahan yang signifikan dikenal sebagai kualitas audit [44]. Seorang akuntan publik harus menjaga kepercayaan dan reputasi yang diperoleh dari masyarakat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, isu mengenai kualitas audit telah mendapatkan perhatian publik yang semakin besar. Sebagai contoh, Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan, sebuah firma yang berafiliasi dengan Crowe Horwath International, melakukan audit atas kasus yang melibatkan PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha (Wanaartha Life), yang diketahui telah memalsukan data keuangannya. Karena dugaan keterlibatan dalam kasus Wanaartha Life, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencabut izin Kantor Akuntan Publik (KAP) Crowe Indonesia (Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan, anggota Crowe Horwath International). Selain sanksi dari OJK, pada tanggal 31 Januari 2023, Kementerian Keuangan mengeluarkan Keputusan Nomor 61/KM.1/2023 tentang Penangguhan Izin Akuntan Publik atas nama Nunu Nurdiyaman, yang menetapkan penangguhan izin tersebut dari 28 Februari 2023 hingga 30 Mei 2024. Akibatnya, KAP Nunu Nurdiyaman dilarang memberikan jasa asurans maupun non-asurans sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Jasa asurans tersebut mencakup jasa asurans tambahan, jasa review, dan jasa audit laporan keuangan. Sementara itu, jasa non-asurans mengacu pada layanan yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen, sebagaimana diatur dalam ketentuan hukum yang berlaku. Seperti diketahui, Wanaartha menggunakan jasa KAP Crowe Indonesia untuk tahun buku 2014 hingga 2019. Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit, OJK menemukan bahwa terdapat polis asuransi senilai Rp12,1 triliun yang tidak dicatat dalam laporan kewajiban [29].

Definisi kualitas audit yang paling sering digunakan adalah peluang kumulatif bahwa kesalahan akan ditemukan dan dilaporkan [17]. Sementara kemungkinan penemuan kesalahan berkorelasi dengan keahlian auditor, peluang terjadinya kesalahan pelaporan bergantung pada independensi auditor dan skeptisisme profesionalnya. Dengan kata lain, menjadi tanggung jawab auditor untuk mengidentifikasi dan mengungkap setiap kesalahan signifikan yang mungkin dilakukan oleh perusahaan klien dalam proses penyusunan laporan keuangan. [9] menambahkan proses audit itu sendiri ke dalam definisi kualitas audit yang baik menurut [17]. Mereka mengusulkan bahwa tingkat audit yang tinggi menilai seberapa efektif laporan keuangan perusahaan mencerminkan kondisi keuangannya, bukan sekadar apakah laporan tersebut secara formal mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).

Namun, karena mengabaikan kondisi perusahaan klien, konsep dari DeAngelo [17] memiliki keterbatasan. Sejumlah penelitian dalam beberapa tahun terakhir telah mendefinisikan ulang kualitas audit dengan menekankan lebih pada metode audit dan elemen input. [18] mendeskripsikan kualitas audit yang lebih tinggi sebagai penyediaan tingkat keyakinan yang tinggi bahwa laporan keuangan mencerminkan secara tepat kondisi keuangan dan karakteristik intrinsik perusahaan. Definisi ini kemudian diperluas untuk mencakup peran auditor. Meskipun demikian, input dan prosedur audit tidak termasuk dalam definisi ini. Selain itu, audit dengan kualitas yang lebih tinggi adalah audit yang memberikan tingkat keyakinan yang lebih besar, di mana auditor mengumpulkan bukti yang memadai dan relevan bahwa laporan keuangan secara tepat menggambarkan kondisi keuangan mendasar perusahaan [23].

Menurut [35], sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi jasa profesional yang menyusun operasionalnya dalam bentuk tim. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pekerjaan audit melibatkan aktivitas yang kompleks dan membutuhkan berbagai sudut pandang serta keterampilan yang tidak mungkin disediakan oleh satu individu saja [20]. Oleh karena itu, individu digabungkan ke dalam tim, dan tingkat kinerja yang dapat dicapai oleh tim dipengaruhi oleh bagaimana mereka diorganisasikan ke dalam berbagai sub-tim. Penilaian auditor mengenai apakah laporan keuangan suatu perusahaan telah mematuhi standar akuntansi dan bebas dari kesalahan penyajian yang material tercantum dalam laporan audit.

Perkembangan teknologi digital telah membawa transformasi signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam praktik audit. Di era digital saat ini, perusahaan menghadapi tantangan yang semakin kompleks seperti data dalam jumlah besar (big data), otomatisasi sistem keuangan, serta ancaman keamanan siber. Dalam konteks tersebut, kebutuhan akan audit yang berkualitas tinggi menjadi semakin penting, tidak hanya untuk memastikan keandalan laporan keuangan, tetapi juga untuk mendukung tata kelola perusahaan yang baik. Dengan dukungan alat analitik data dan kecerdasan buatan, auditor dapat mengidentifikasi risiko dan anomali yang sulit ditemukan secara manual, meningkatkan keandalan temuan audit. Selain itu, teknologi digital memfasilitasi dokumentasi dan pelacakan audit secara real-time, yang memperkuat transparansi dan akuntabilitas. Penggunaan sistem digital juga mengurangi kesalahan manusia dan mempercepat pengumpulan bukti audit, sehingga hasil audit lebih tepat waktu dan dapat dipercaya. Lebih jauh, teknologi ini memungkinkan pelaksanaan audit jarak jauh, yang sangat relevan dengan kebutuhan mobilitas tinggi dan situasi pandemi saat ini.

Audit berkualitas tinggi memainkan peran sentral dalam menciptakan kepercayaan pasar, meningkatkan akuntabilitas, serta mendukung stabilitas ekonomi. Di samping itu, adopsi teknologi seperti artificial intelligence (AI), data analytics, dan blockchain telah mengubah pendekatan audit tradisional menjadi lebih berbasis data dan real-time. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memungkinkan auditor untuk mendeteksi anomali dan risiko lebih awal. Seperti dijelaskan oleh [28], audit digital dapat memfasilitasi pengawasan yang lebih adaptif dan proaktif, sehingga mendukung keberhasilan transformasi digital tanpa mengorbankan prinsip tata kelola dan kepatuhan.

Artikel ini sangat relevan dengan perkembangan praktik audit di Indonesia yang semakin terdigitalisasi. Dengan melakukan telaah sistematis terhadap berbagai faktor yang memengaruhi kualitas audit, artikel ini membantu para praktisi memahami kompleksitas dan tantangan baru yang muncul di era digital. Indonesia, sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan peningkatan adopsi teknologi, membutuhkan pendekatan audit yang tidak hanya mengandalkan metode tradisional, tetapi juga mampu memanfaatkan teknologi informasi secara optimal untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi audit.

Selain itu, artikel ini menyoroti pentingnya faktor internal seperti kompetensi auditor dan manajemen beban kerja, serta faktor eksternal seperti regulasi dan hubungan sosial, yang semuanya sangat relevan dengan kondisi nyata di Indonesia. Ini mendorong auditor, regulator, dan lembaga pendidikan untuk beradaptasi dan memperkuat aspek-aspek tersebut guna meningkatkan kualitas audit secara menyeluruh. Secara praktis, artikel ini menjadi panduan yang baik untuk memperbaiki standar audit di Indonesia, khususnya dalam mengintegrasikan teknologi digital tanpa mengabaikan prinsip independensi dan profesionalisme auditor.

Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti terkait faktor yang memengaruhi kualitas audit seperti peneltian dari [48] yang menyatakan kompetensi auditor, independensi, dan penerapan teknologi digital secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas audit, dengan metode yang digunakan kuantitatif dengan kuesioner yang disebarkan kepada 80 auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Sumatera Utara. Sementara itu penelitian lainnya dari [49] menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kualitas audit adalah independensi auditor, kompetensi teknis, pengalaman auditor, dan dukungan sistem informasi, dengan menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR) terhadap 15 artikel internasional dan nasional yang dipublikasikan antara 2017-2021.

Namun belum ada kajian yang meneliti faktor apa saja yang dapat memengaruhi kualitas audit dan bagaimana teknologi dapat mendukung audit yang berkualitas. Melalui pendekatan Systematic Literature Review (SLR) terhadap artikel internasional terindex scopus yang dipublikasikan antara 2014-2024 dengan menganalisis sejauh mana teknologi dapat mendukung audit yang bekualitas, artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor kunci yang berkontribusi terhadap kualitas audit, khususnya dalam konteks era digital yang penuh dinamika dan tantangan baru.

METODE

Metode untuk melakukan tinjauan pustaka yang melibatkan pencarian, penilaian, dan analisis setiap temuan terkait dengan topik penelitian tertentu guna menjawab pertanyaan penelitian tertentu disebut Tinjauan Pustaka Sistematis (Systematic Literature Review/SLR) [36]. Teknik yang ketat ini menghindari bias dan interpretasi subjektif dalam proses tinjauan pustaka dengan mematuhi protokol dan aturan yang telah ditetapkan. SLR digunakan untuk mengidentifikasi area baru untuk penelitian lebih lanjut serta mengisi kekosongan dalam literatur [43].

Tinjauan Pustaka Sistematis (Systematic Literature Review/SLR) bertujuan untuk memberikan berbagai sudut pandang mengenai topik yang diteliti serta memastikan bahwa metodologi yang digunakan dapat mengatasi masalah yang telah ditetapkan. Tujuan lain dari SLR adalah menemukan hipotesis yang relevan dengan fenomena yang sedang diteliti. Menurut [43], proses Tinjauan Pustaka Sistematis terdiri dari lima langkah:

Tahap pertama dalam proses penelitian adalah merumuskan masalah, yang meliputi penentuan isu yang ingin dipecahkan oleh penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis masalah melalui publikasi ilmiah berdasarkan temuan dari penelitian sebelumnya. Topik yang dibahas dalam kajian ini berkaitan dengan kualitas audit. Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Langkah kedua, yaitu "pencarian literatur" atau "identifikasi," membahas penggunaan basis data akademik Scopus untuk menemukan jurnal dan makalah yang relevan. Hal ini dilakukan berdasarkan judul penelitian, yaitu "Tinjauan Pustaka Sistematis: faktor-faktor yang memengaruhi kualitas audit."

Dengan menggunakan pendekatan analisis dan sintesis data, rancangan penelitian ini berfokus pada temuan dari studi-studi sebelumnya, merangkum informasi, dan menarik kesimpulan dari proyek penelitian terdahulu yang akan menjadi inspirasi bagi program penelitian di masa depan. Tinjauan pustaka yang menjadi dasar pembahasan ini mencakup penjelasan tentang teori-teori, artikel, dan publikasi penelitian yang bersumber dari berbagai referensi.

Langkah ketiga melibatkan pencarian literatur yang relevan dan berfokus pada identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kualitas audit. Studi ini mengkaji variabel-variabel yang dapat memengaruhi kualitas audit. Sehubungan dengan topik ini, data jurnal yang diproses selama penelitian ditinjau berdasarkan kriteria berikut: studi yang dipublikasikan antara tahun 2014 hingga 2024; jenis jurnal (artikel review, karya ilmiah); dan jurnal yang dapat diakses secara penuh.

Langkah keempat membahas kualifikasi audit dan aktivitas yang menjaga kualitas audit. Para peneliti mengevaluasi sumber data jurnal yang sahih berdasarkan standar berikut: SCImago Journal Rating (SJR), Journal Impact Factors (JIF), Source Normalized Impact per Paper (SNIP) untuk Elsevier Scopus, terindeks oleh CiteScore, dan telah melalui proses peer-review. Standar-standar ini mungkin melampaui informasi atau publikasi yang dipilih untuk pemeriksaan lebih lanjut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis

Pendekatan PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) digunakan dalam penelitian dan pembahasan ini untuk melakukan tinjauan pustaka sistematis. Teknik PRISMA dibagi menjadi empat tahap: identifikasi, penyaringan, kelayakan, dan hasil. Para peneliti memulai pencarian dengan menggunakan kriteria inklusi dalam basis data akademik, berfokus pada publikasi dan jurnal yang mengkaji variabel-variabel yang memengaruhi kualitas audit. Selanjutnya, dengan menggunakan periode publikasi dari tahun 2014 hingga 2024 sebagai pedoman, diterapkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Figure 1. Flow-chart Prisma

Figure 2. Metode Prisma

Search String Boolean Operator Keterangan
"audit quality" OR "quality of audit" OR Mencari artikel dengan istilah kualitas audit
"audit quality" NOT "consulting services" NOT Mencari artikel tentang kualitas audit tanpa membahas jasa konsultasi
"audit quality" AND "digital era" AND Mencari dokumen yang mengandung kedua kata kunci
Table 1. Ringkasan Search String dan Boolean Operator

Pemilihan Database: Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari jurnal dan artikel yang diperoleh dari portal basis data akademik online, Scopus. Pemilihan Kata Kunci: Berdasarkan pencarian literatur menggunakan metode SLR, awalnya ditemukan 50 jurnal dan artikel dengan kata kunci "faktor-faktor yang memengaruhi kualitas audit." Dari jumlah tersebut, 3 jurnal dan artikel dikeluarkan karena tidak termasuk dalam rentang publikasi 2014–2024, 3 lainnya dihapus karena peringkat jurnalnya berada di luar rentang Q1–Q4, dan 1 artikel dikeluarkan karena abstraknya tidak dapat direview. Dengan demikian, tersisa 43 jurnal dan artikel untuk proses penyaringan. Penyaringan bertujuan untuk memfilter artikel yang relevan berdasarkan tiga kriteria: judul, abstrak, dan kata kunci. Hasil penyaringan menunjukkan 14 jurnal dinilai tidak relevan dengan topik penelitian. Sehingga tersisa 29 jurnal dan artikel yang relevan, namun hanya 22 di antaranya yang berhasil diunduh. Tidak semua artikel dapat diakses.

Penentuan Kriteria Inklusi dan Eksklusi: Berdasarkan topik kualitas audit yang dibahas, terdapat dua kriteria utama, yaitu inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi: Menurut [36], kriteria inklusi adalah karakteristik yang harus dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dipilih untuk penelitian. Dalam pembahasan ini, kriteria inklusi mencakup jurnal internasional yang berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi kualitas audit. Kriteria Eksklusi: Menurut [36], kriteria eksklusi adalah proses mengeluarkan subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dari pembahasan karena berbagai alasan.

No Judul Penulis Negara Studi Kasus Peringkat Jurnal Publisher
1 Does Engagement Partners’ Effort Affect Audit Quality? With a Focus on the Effects of Internal Control System (Kim, 2021) Korea Q2 Risks
2 Do Social Ties between External Auditors and Audit Committee Members Affect Audit Quality? (He et al., 2017) Toingkok Q1 Accounting and Business Research
3 Does Availability of Audit Partners Affect Audit Quality? Evidence From China (Lo et al., 2022) Hongkong Q1 Journal of Accounting, Auditing and Finance
4 Does the Timing of Auditor Changes Affect Audit Quality? Evidence From the Initial Year of the Audit Engagement (Cassell et al., 2020) AS Q1 Journal of Accounting, Auditing and Finance
5 Do Audit Teams Affect Audit Production and Quality? Evidence from Audit Teams’ Industry Knowledge (Cahan et al., 2022) Swedia Q1 Contemporary Accounting
6 Do Alma Mater Ties between the Auditor and Audit Committee Affect Audit Quality? (Sharma et al., 2022) Selandia Baru Q1 Contemporary Accounting Research
7 Do Accounting Firm Consulting Revenues Affect Audit Quality? Evidence from the Pre- and Post-SOX Eras (Lisic et al., 2019) AS Q1 Contemporary Accounting Research
8 Do Clients’ Enterprise Systems Affect Audit Quality and Efficiency? (Pincus et al., 2017) AS Q1 Contemporary Accounting Research
9 Joint Audits: Does the Allocation of Audit Work Affect Audit Quality and Audit Fees? (Haak et al., 2018) Francis Q2 Accounting in Europe
10 Do different cooling-off modes affect audit quality? A study based on the audit rotation system in China (Yan et al., 2024) Toingkok Q3 Asia-Pacific Journal of Accounting and Economics
11 Does Audit Partner Workload Compression Affect Audit Quality? (J. Chen et al., 2020) Toingkok Q1 European Accounting Review
12 Audit Team Attributes Matter: How Diversity Affects Audit Quality (Cameran et al., 2018) Italia Q1 European Accounting Review
13 Do social ties between two signatory auditors affect audit quality and firm value? (X. Chen et al., 2024) Toingkok Q1 Accounting and Business Research
14 Does joining global accounting firm networks and associations affect audit quality and audit pricing? Evidence from China (Li et al., 2021) Toingkok Q1 Accounting and Business Research
15 How does establishing a branch office affect audit quality? Evidence from China (Gong et al., 2023) Toingkok Q1 Journal of Accounting and Public Policy
16 Using machine learning to predict auditor switches: How the likelihood of switching affects audit quality among non-switching clients (Hunt et al., 2021) AS Q1 Journal of Accounting and Public Policy
17 Does the severity of a client’s negative environmental, social and governance reputation affect audit effort and audit quality? (Asante-Appiah, 2020) AS Q1 Journal of Accounting and Public Policy
18 Does sharing the same network auditor in group affiliated firms affect audit quality? (Sun et al., 2020) Toingkok Q1 Journal of Accounting and Public Policy
19 Did the SEC administrative proceedings against Chinese auditors affect audit quality? (Liu & Sun, 2019) AS Q2 Journal of International Accounting, Auditing and Taxation
20 How audit effort affects audit quality: An audit process and audit output perspective (Xiao et al., 2020) Toingkok Q2 China Journal of Accounting Research
21 How does auditors’ work stress affect audit quality? Empirical evidence from the Chinese stock market (Yan & Xie, 2016) Toingkok Q2 China Journal of Accounting Research
22 Who affects whom? Impact of the national culture of international audit firms and their affiliates on the financial reporting quality of audit clients (Acar, 2023) AS Q2 Borsa Istanbul Review
Table 2. Target Jurnal

Figure 3. Tren Publikasi Artikel

Figure 4. Asal Negara Studi

B. Pembahasan Pengaruh Faktor Internal Terhadap Kualitas Audit

2.1 Does Engagement Partners Effort Affect Audit Quality ? With a Focus on the Effects of Internal Control System, [30]

Investor, regulator, dan auditor sangat tertarik pada peran mitra audit karena mereka memahami betapa pentingnya peran tersebut. Upaya yang dilakukan oleh mitra audit merupakan salah satu karakteristik terpenting mereka. Penelitian ini mengkaji upaya audit mitra di seluruh perusahaan yang terdaftar dengan menggunakan data khusus dari Korea Selatan dan mengeksplorasi apakah upaya tersebut berhubungan dengan kualitas audit. Studi ini menemukan bahwa upaya mitra audit meningkatkan kualitas audit. Penelitian ini juga mempertimbangkan bagaimana karakteristik sumber daya manusia dalam sistem pengendalian internal organisasi memengaruhi hubungan antara kualitas audit dan upaya mitra. Hasilnya menunjukkan bahwa ketika sebuah perusahaan memiliki staf pengendalian internal yang memadai di departemen akuntansi dan TI, upaya mitra dapat meningkatkan kualitas audit. Selain itu, kolaborasi antar mitra meningkatkan kualitas audit di perusahaan yang memiliki personel dengan pengalaman lebih di departemen TI dan akuntansi.

2.2 Does Availability of Audit Partners Affect Audit Quality ? Evidence From China, [34]

Dalam penelitian ini, kami mengkaji apakah keterlibatan mitra audit memiliki efek mediasi terhadap kualitas audit (diukur dari kemungkinan terjadinya restatement di masa depan) dan apakah ketersediaan mitra audit memengaruhi kualitas audit di antara kantor akuntan publik. Kami berpendapat bahwa kualitas audit meningkat ketika terdapat lebih banyak mitra yang tersedia di tingkat kantor (yaitu, rasio staf terhadap mitra yang rendah); efek ini menjadi kurang terlihat ketika beberapa mitra audit memiliki beban kerja yang terlalu tinggi. Pernyataan ini didukung oleh hasil empiris kami, yang menunjukkan bahwa selain ukuran kantor akuntan, reputasi, dan spesialisasi auditor, berbagai karakteristik unik perusahaan, seperti jumlah sumber daya manusia yang memadai dan penggunaan staf yang efektif, juga memengaruhi kualitas audit.

2.3 Do Audit Teams Affect Audit Production and Quality ? Evidence from Audit Teams ’ Industry Knowledge , [7]

Meskipun tim audit sangat penting dalam proses audit, masih sedikit yang diketahui mengenai apakah dan bagaimana kualitas mereka memengaruhi produktivitas dan kualitas audit [39]. Kami mempertimbangkan dampak kedalaman dan keluasan pengetahuan industri dari tim audit terhadap hasil audit. Kami menemukan bahwa tim audit dari Big Four dengan kompetensi sektor rata-rata yang lebih tinggi terkait dengan peningkatan upaya audit. Namun, untuk sampel kantor akuntan tingkat menengah mereka, [15] tidak menemukan hubungan antara upaya audit dan pengalaman industri dalam tim audit. Meski demikian, masih terdapat temuan yang bertentangan mengenai hubungan antara tarif internal per jam rata-rata dan keahlian tim. Selain itu, kami menemukan bahwa meskipun kualitas audit dari tim yang tidak seimbang secara statistik sama dengan tim non-spesialis, tim yang seimbang menghasilkan audit dengan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan tim non-spesialis. Secara keseluruhan, temuan kami menambah dan memvalidasi beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengetahuan bisnis, kantor, dan mitra terkait dengan dimensi tim. Temuan ini juga memberikan data baru mengenai pengaruh keahlian yang seimbang dalam tim terhadap upaya dan kualitas audit.

2.4 Do Accounting Firm Consulting Revenues Affect Audit Quality ? Evidence from the Pre - and Post -SOX Eras , [32]

Dalam sepuluh tahun terakhir, perusahaan akuntansi telah meningkatkan persentase pendapatan mereka yang berasal dari layanan konsultasi, terutama dengan menawarkan layanan tersebut kepada pelanggan yang bukan klien audit. Pertumbuhan layanan konsultasi ini dapat mengubah karakter perusahaan audit dan menggeser standar sosial dari memberikan layanan profesional menjadi hanya memuaskan pelanggan, menurut beberapa akademisi dan regulator yang khawatir bagaimana tren ini dapat memengaruhi kualitas audit. Selain itu, fokus yang lebih besar pada profitabilitas dapat menyebabkan sumber daya dialihkan dari prosedur assurance. Namun demikian, perusahaan akuntansi berpendapat bahwa pemberian layanan konsultasi justru dapat meningkatkan kualitas audit karena, sebagai ahli dalam penugasan audit, staf konsultasi sering memberikan informasi yang berharga kepada staf audit.

Kami menyajikan data historis mengenai korelasi antara restatement dan opini tentang kualitas hasil audit serta persentase pendapatan perusahaan akuntansi yang berasal dari jasa konsultasi. Penelitian kami menunjukkan bahwa sebelum diberlakukannya Sarbanes-Oxley Act (SOX), sebuah undang-undang federal di Amerika Serikat yang mengatur praktik pencatatan dan pelaporan keuangan bagi perusahaan publik, tingginya pendapatan konsultasi tahun sebelumnya di perusahaan audit meningkatkan risiko terjadinya kesalahan pelaporan dan berdampak negatif pada koefisien respons laba tahunan (ERC) klien. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan konsultasi yang tinggi pada perusahaan audit memiliki dampak negatif terhadap kualitas audit serta persepsi investor terhadap kualitas audit. Namun, kami tidak menemukan bukti bahwa hubungan ini bertahan setelah SOX diberlakukan, dan bahkan jika ada, dampak ekonominya kemungkinan tidak signifikan.

2.5 Do Clients ’ Enterprise Systems Affect Audit Quality and Efficiency ?, [37]

Untuk memahami kinerja auditor dalam konteks informasi TI klien yang semakin kompleks, kami menelaah bagaimana Sistem Korporat memengaruhi kualitas dan efisiensi audit. Kami menunjukkan bahwa Sistem Korporat sering dikaitkan dengan kualitas audit yang lebih baik menggunakan data publik untuk berbagai proksi kualitas audit serta data rahasia tentang adopsi Sistem Korporat. Secara khusus, kami menunjukkan bahwa Sistem Korporat berhubungan dengan proksi kualitas audit berbasis akrual yang lebih baik, lebih banyak opini going-concern (GC) yang dikeluarkan untuk perusahaan yang akhirnya mengajukan kebangkrutan, dan lebih sedikit restatement setelah penyesuaian terhadap bias seleksi diri. Selain itu, kami menunjukkan bahwa Sistem Korporat terkait dengan peningkatan efisiensi auditor, yang terlihat dari penurunan biaya audit secara umum dan waktu penyelesaian pengajuan Form 10-K yang lebih cepat. Sistem korporat dengan sistem akuntansi dan keuangan menjadi penggerak utama interaksi ini, dan seiring kompleksitas sistem korporat meningkat (selain biaya audit), sistem tersebut sering berkembang dalam lingkupnya. Kesimpulannya, terdapat bukti kuat yang mendukung asumsi kami bahwa sistem korporat meningkatkan kualitas dan efisiensi audit. Namun demikian, meskipun ada beberapa bukti univariat bahwa Sistem Korporat terkait dengan lebih banyak sinyal kelemahan material sebelum pengumuman restatement, kami menemukan bahwa meskipun dengan adanya Sistem Korporat, kurang dari separuh restatement didahului oleh pengungkapan kelemahan material [38]. Kami juga mendokumentasikan bahwa meskipun telah menerapkan sistem korporat, auditor masih memberikan opini going-concern (GC) kepada klien yang tetap bertahan [18;11].

2.6 Joint Audits : Does the Allocation of Audit Work Affect Audit Quality and Audit Fees ?, [25]

Studi ini meneliti audit kolaboratif dan dampak pembagian tugas audit di antara kantor akuntan publik yang berpartisipasi terhadap kualitas audit dan total biaya audit. Dengan menggunakan data dari pasar audit Perancis untuk perusahaan terbuka selama tahun fiskal 2009–2012, analisis empiris kami menunjukkan bahwa audit bersama yang seimbang di mana pekerjaan audit dibagi secara lebih adil menghasilkan biaya audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit bersama yang tidak seimbang, di mana satu auditor utama menguasai pekerjaan audit. Selain itu, kami menemukan bahwa premi Big Four untuk audit bersama yang hanya melibatkan satu firma Big Four sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan audit bersama yang melibatkan dua firma Big Four.

Aspek kedua dari studi ini mengkaji bagaimana alokasi tugas audit mempengaruhi kualitas audit. Secara khusus, kami menilai apakah akrual modal kerja abnormal (AWAC) berbeda pada perusahaan yang kantor akuntan publiknya membagi pekerjaan secara lebih adil. Kami mengestimasi akrual modal kerja (WA) menggunakan model linear yang dikembangkan oleh [18]. Hasil kami menunjukkan bahwa audit bersama yang tidak seimbang berkorelasi dengan akrual modal kerja abnormal yang lebih rendah dibandingkan dengan audit bersama yang seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam situasi audit bersama, pembagian tugas audit yang kurang merata meningkatkan kualitas audit. Temuan ini dapat dijelaskan oleh tantangan koordinasi dan komunikasi yang lebih besar pada audit bersama yang seimbang. Selain itu, efek free rider dapat menyebabkan penurunan kualitas audit apabila tugas audit dibagi secara sama rata.

2.7 Do different cooling-off modes affect audit quality ? A study based on the audit rotation system in China, [46]

Penelitian tentang dampak rotasi auditor semakin penting di kalangan akademisi audit seiring dengan diberlakukannya program rotasi auditor yang diwajibkan. Namun, masih sedikit pembahasan mengenai frekuensi terjadinya rotasi ulang auditor, dan kemungkinan dampak dari persyaratan rotasi—seperti masa jeda (cooling-off period)—belum banyak diperhatikan. Kami membedakan tujuan pelaksanaan aturan masa jeda dan mengkaji efek berbagai bentuk masa jeda terhadap kualitas audit dengan menggunakan sampel khusus kasus rotasi ulang dari rezim di Tiongkok.

Kesimpulan kami secara singkat adalah sebagai berikut: (1) Dalam jangka panjang, mode masa jeda (cooling-off) menentukan seberapa sukses auditor menangani klien lama mereka setelah rotasi ulang. Rotasi ulang meningkatkan kualitas audit pada mode masa jeda substantif dengan memanfaatkan pengalaman yang terkumpul tanpa mengorbankan independensi auditor. Setelah rotasi ulang, kualitas audit terganggu karena auditor dalam mode masa jeda non-substantif cenderung memperlakukan klien lama secara menguntungkan. (2) Pada tahun pertama rotasi ulang auditor, durasi masa jeda secara horizontal meningkatkan kualitas audit. (3) Berdasarkan sistem pengendalian mutu perusahaan audit, mode masa jeda memiliki efek yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian signifikan, hubungan positif antara auditor dan klien mengurangi risiko komersial yang dihadapi klien, sumber daya audit auditor menjadi lebih sedikit, dan auditor lebih cenderung merekomendasikan klien lama. Bukti menunjukkan bahwa saat auditor melakukan rotasi ulang, auditor dalam mode masa jeda substantif mendapatkan kontrak yang lebih panjang dan kompensasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor dalam mode masa jeda non-substantif. Penelitian ini merupakan salah satu dari sedikit studi yang mengkaji prasyarat rotasi ulang auditor. Temuan kami memiliki implikasi penting bagi praktisi dan regulator di Tiongkok maupun negara lain terkait pelaksanaan persyaratan rotasi auditor yang diwajibkan.

2.8 Does Audit Partner Workload Compression Affect Audit Quality ?, [13]

Kami menyelidiki apakah perilaku auditor dipengaruhi oleh penurunan beban kerja. Penelitian ini menghadirkan inovasi dalam dua cara dengan memanfaatkan fitur institusional unik dari pasar modal Tiongkok: kewajiban tanda tangan auditor memungkinkan kami menghitung beban kerja pada tingkat mitra audit, dan penutupan tahun fiskal seragam pada tanggal 31 Desember memberikan lingkungan yang lebih ketat untuk menganalisis tekanan beban kerja mitra audit. Kami menemukan bahwa kualitas audit dan pengurangan upaya mitra audit memiliki hubungan terbalik. Dampak negatif dari tekanan beban kerja terhadap kualitas audit dapat dikurangi oleh infrastruktur Big 4, sumber daya firma audit besar, dan masa kerja mitra audit yang spesifik pada klien.

Pihak yang diaudit biasanya melaporkan pendapatan yang lebih rendah ketika mitra audit sibuk. Selain itu, mitra audit cenderung menunda publikasi laporan audit dan lebih kecil kemungkinannya memberikan opini audit yang dimodifikasi ketika terjadi pengurangan beban kerja. Namun, tidak ada sanksi yang dikenakan pada mereka. Menurut penelitian kami, karena auditor lebih cenderung fokus pada perusahaan berisiko tinggi, tekanan beban kerja mitra audit kadang-kadang menyebabkan kualitas akrual yang lebih buruk, tetapi tidak selalu menimbulkan efek merugikan seperti kecurangan akuntansi. Hasil gabungan kami yang menunjukkan bahwa pengurangan beban kerja mitra audit berdampak negatif pada kualitas audit mendukung rekomendasi Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) agar beban kerja auditor individu dikendalikan. Sejak aturan baru yang mewajibkan pengungkapan identitas mitra penugasan berlaku untuk laporan audit yang diterbitkan di AS mulai 31 Januari 2017, penelitian kami penting untuk studi masa depan pada tingkat auditor individu di Tiongkok dan AS (SEC, 2016).

2.9 Audit Team Attributes Matter : How Diversity Affects Audit Quality , [8]

Karena keterbatasan data, penelitian empiris mengenai hal ini masih sedikit, meskipun komposisi dan operasional tim audit sangat memengaruhi kualitas jasa audit yang diberikan [21]. Artikel ini bertujuan menutup kekosongan tersebut dengan menggunakan data rahasia dari dua firma audit Big 4 yang beroperasi di Italia untuk penugasan pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar antara tahun 2006 dan 2009.

Kami mengeksplorasi bagaimana keberagaman tim audit memengaruhi kualitas audit dengan mengintegrasikan pandangan teoretis dari literatur auditing, psikologi, dan sosiologi. Kami menunjukkan bahwa keberagaman tim audit berpengaruh pada kualitas audit dan berubah selama pelaksanaan penugasan. Hal ini mencakup rentang tugas yang diberikan kepada staf, manajer, mitra, dan tenaga senior. Selain itu, kami menunjukkan bahwa proporsi auditor utama dengan latar belakang pendidikan serupa memengaruhi kualitas audit. Akhirnya, kami membuktikan bahwa kualitas pekerjaan audit juga dipengaruhi oleh proporsi auditor utama perempuan. Kami juga meneliti bagaimana keberagaman tim audit berdampak pada efektivitas proses audit. Secara umum, efisiensi audit yaitu efektivitas proses audit dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama yang memengaruhi kualitas audit.

Meskipun sudah mempertimbangkan “gaya auditor,” hasil kami menunjukkan bahwa karakteristik tim audit seperti pengaruh mitra, variasi tingkat kantor, dan identitas firma audit tetap berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit [22]. Temuan ini mengisyaratkan bahwa fokus pada komposisi dan organisasi sub-tim dalam tim audit dapat meningkatkan kualitas audit.

2.9 How does establishing a branch office affect audit quality ? Evidence from China, [24]

Karena kantor audit yang baru biasanya menangani sebagian besar keputusan audit untuk klien, kualitasnya semakin menjadi perhatian di kalangan akademisi. Sebagian besar penelitian selama ini fokus pada faktor-faktor tingkat firma yang memengaruhi kualitas audit. Studi ini menelaah kualitas kantor audit dari sudut pandang yang lebih mendasar, namun seringkali kurang diperhatikan. Khususnya, untuk klien firma audit yang sudah ada dan berdomisili dekat dengan kantor cabang baru (klien lokal), kami secara eksplisit mengkaji bagaimana pembukaan kantor cabang baru memengaruhi kualitas audit.

Kualitas audit untuk klien lokal berpotensi terpengaruh oleh pembukaan kantor cabang baru melalui beberapa cara yang bertentangan. Pertama, pembukaan kantor cabang lokal dapat meningkatkan kualitas audit bagi klien lokal dengan mengurangi waktu dan biaya perjalanan ke klien serta membebaskan waktu dan sumber daya untuk pelaksanaan audit itu sendiri (saluran input). Kedua, hal ini dapat menaikkan standar audit untuk klien lokal dengan memberi auditor akses yang lebih besar terhadap data spesifik klien dibanding auditor dari kantor cabang non-lokal (saluran informasi). Ketiga, berlawanan dengan dua argumen sebelumnya, pembukaan kantor cabang lokal baru dapat menurunkan kualitas audit bagi klien lokal akibat melemahnya independensi audit karena hubungan antara auditor dan eksekutif klien lokal (saluran independensi), masalah agensi di kantor cabang kecil yang baru berdiri, serta campur tangan pemerintah daerah.

Penelitian utama kami menunjukkan bahwa pembukaan kantor cabang meningkatkan kualitas audit yang dilakukan untuk klien di sekitar lokasi tersebut. Secara khusus, kami menemukan bahwa kualitas audit untuk klien lokal meningkat secara signifikan pada periode setelah pembukaan kantor cabang (ditunjukkan oleh jumlah absolut akrual diskresioner) dibandingkan dengan periode sebelum pembukaan. Selain itu, kami menemukan bahwa ketika keterbukaan informasi klien dan kedekatan fisik klien dengan kantor cabang yang melakukan audit sebelum pembukaan meningkat, manfaat pembukaan kantor cabang terhadap kualitas audit untuk klien lokal justru menurun. Temuan ini menolak anggapan bahwa pembukaan kantor cabang mengurangi independensi audit sehingga menurunkan kualitas audit bagi klien lokal.

Untuk mengetahui apakah saluran informasi atau saluran input yang lebih berperan dalam dampak positif pembukaan kantor cabang terhadap kualitas audit, kami juga melakukan beberapa pengujian. Kami menemukan bahwa efek positif ini lebih kentara saat masa kerja audit lebih pendek, auditor memiliki pengalaman lebih sedikit, dan perbedaan budaya antara lokasi klien dengan kantor cabang non-lokal yang melakukan audit pada periode sebelum pembukaan lebih besar. Sebaliknya, efek ini berkurang ketika masa kerja audit lebih lama, auditor lebih berpengalaman, dan perbedaan budaya lebih kecil. Temuan ini, yang berlawanan dengan asumsi saluran input, menunjukkan bahwa saluran informasi sangat memengaruhi kualitas audit. Efek moderasi perbedaan budaya ini menunjukkan bahwa perbedaan antara klien dan auditor menghambat komunikasi dan mencegah auditor menjadi akrab dengan klien tertentu.

Data kami juga mendukung gagasan bahwa informasi yang berasal dari kantor cabang lokal diteruskan ke kantor pusat non-lokal. Secara khusus, kami menemukan bahwa meskipun kantor cabang yang baru dibuka tidak secara langsung mengaudit klien lokal, keberadaannya tetap meningkatkan kualitas audit bagi klien tersebut. Terakhir, pengujian tambahan menunjukkan bahwa pembukaan kantor cabang dapat mengurangi jam kerja audit dan meningkatkan ketepatan waktu pelaporan audit tanpa menambah biaya audit.

2.10 Using machine learning to predict auditor switches : How the likelihood of switching affects audit quality among non- switching clients , [27]

Elemen kunci dari kualitas audit adalah independensi auditor, yang menjamin bahwa laporan keuangan menggambarkan secara adil kondisi keuangan perusahaan. Menurut penelitian sebelumnya mengenai opinion shopping, ketika klien mungkin memindahkan auditor untuk mendapatkan opini audit yang lebih menguntungkan atau praktik akuntansi yang kurang konservatif, independensi auditor menjadi terancam. Untuk mengatasi hal ini, pembuat kebijakan dan regulator telah mengalihkan tanggung jawab penunjukan auditor dari manajemen ke komite audit dan mewajibkan perusahaan yang berganti auditor untuk mengungkapkan secara publik setiap ketidaksepakatan dengan auditor sebelumnya, guna mengurangi kemungkinan opinion shopping.

Namun, masalah yang lebih besar bisa muncul ketika auditor menyerah pada tekanan klien demi mempertahankan klien yang ada. Dalam beberapa kasus, independensi auditor bisa terganggu tanpa adanya pergantian auditor yang nyata. Berdasarkan asumsi bahwa perusahaan-perusahaan seperti ini mungkin memiliki kualitas audit yang lebih rendah, kami meneliti kualitas audit pada perusahaan yang cenderung mengganti auditor tetapi memilih untuk tidak melakukannya, untuk mengeksplorasi implikasi dari kemungkinan tersebut. Dalam konteks kami, penurunan kualitas audit dipandang sebagai indikasi terkomprominya independensi auditor, serupa dengan literatur tentang opinion shopping.

Untuk memprediksi pergantian auditor, kami menggunakan metode pembelajaran mesin (machine learning). Dalam penilaian awal terhadap akurasi prediksi out-of-sample dari beberapa metode pembelajaran mesin nonparametrik, gradient boosting umumnya menunjukkan performa terbaik dibanding model lain. Dalam studi utama kami, model prediksi gradient boosting digunakan untuk memperkirakan probabilitas pergantian auditor dan kami melakukan regresi sejumlah metrik kualitas audit terhadap probabilitas tersebut. Kami menunjukkan bahwa pada perusahaan yang mempertahankan auditor lama mereka, probabilitas prediksi pergantian auditor berhubungan negatif dengan kualitas audit, menggunakan akrual anomali dan kesalahan pelaporan (misstatements) sebagai proxy kualitas audit. Kami juga menemukan bukti bahwa dampak negatif pada kualitas audit lebih besar secara proporsional pada perusahaan dalam desil teratas distribusi probabilitas pergantian auditor yang diprediksi. Selain itu, temuan kami tetap konsisten ketika menggunakan berbagai strategi pengambilan sampel (upsampling, downsampling, dan SMOTE), yang mengurangi kemungkinan masalah dalam menerapkan algoritma pembelajaran mesin untuk memprediksi kejadian langka.

Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa temuan utama kami mengenai kesalahan pelaporan (misstatements) lebih terfokus pada kantor audit yang lebih kecil, di mana kehilangan klien cenderung berdampak lebih besar, dan perusahaan yang lebih kecil, yang mengeluarkan biaya lebih sedikit untuk pergantian auditor. Kesimpulan utama kami terkait akrual anomali, yang merupakan masalah kualitas audit yang kurang serius, serupa baik untuk kantor audit maupun perusahaan kecil dan besar. Hasil ini memperkuat teori kami bahwa melemahnya independensi auditor setidaknya sebagian bertanggung jawab atas temuan utama kami. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara auditor dan klien adalah sumber masalah kualitas audit yang lebih signifikan (seperti kesalahan pelaporan), karena auditor cenderung merasa tertekan untuk memenuhi keinginan klien. Namun, kami mengingatkan bahwa kami tidak bisa sepenuhnya menutup kemungkinan penyebab lain dari temuan ini, karena ukuran kantor audit dan klien sering dipakai sebagai proxy untuk variabel lain, seperti kompleksitas dan kemampuan auditor.

Bagian terakhir studi kami membandingkan perusahaan dalam sampel kami dengan perusahaan yang benar-benar mengganti auditor. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit untuk perusahaan yang memiliki probabilitas tinggi untuk mengganti auditor tetapi mempertahankan auditor lama mereka sama buruknya, setidaknya, dengan perusahaan yang benar-benar mengganti auditor — di mana sinyal pergantian auditor ini jelas bagi publik.

2.11 Does the severity of a client’s negative environmental , social and governance reputation affect audit effort and audit quality ?, [3]

Investor sangat khawatir bahwa krisis lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dapat berdampak negatif pada keberlanjutan, profitabilitas, dan nilai perusahaan [4;16;]. Dalam beberapa tahun terakhir, masalah terkait ESG telah merugikan banyak perusahaan Amerika. Seiring kekhawatiran ini menjadi semakin penting dalam memilih investasi, investor menuntut pengungkapan yang lebih transparan terkait masalah ESG. Pada 2016, Securities and Exchange Commission (SEC) mengajukan proposal untuk komentar publik mengenai pencantuman pengungkapan ESG dalam laporan keuangan. Namun, rencana pembaruan SEC tahun 2017 tentang pengungkapan non-keuangan tidak membahas isu ESG. Oleh karena itu, di Amerika Serikat, pengungkapan ESG masih bersifat sukarela.

Menurut [40], metode penilaian risiko audit konvensional tidak memberikan panduan bagaimana risiko-risiko ini diterjemahkan menjadi peningkatan risiko salah saji material, dan masalah ESG di AS belum secara khusus dimasukkan ke dalam pedoman audit oleh lembaga audit. Media berperan sebagai saluran informasi mengenai masalah ESG perusahaan ketika pengungkapan wajib tidak ada, dan luas serta beratnya kritik media dapat memengaruhi penilaian investor terhadap risiko terkait ESG. Persepsi investor terhadap risiko keuangan terkait dapat meningkat sebagai respons terhadap tingkat keparahan kritik media atas masalah ESG perusahaan.

Penelitian ini menjelaskan bagaimana auditor merespons kritik media terhadap kebijakan ESG klien mereka, dengan mempertimbangkan pentingnya isu ESG bagi investor. Data menunjukkan bahwa sebagai reaksi terhadap reputasi ESG yang rusak, auditor umumnya meningkatkan upaya audit dengan mengalokasikan lebih banyak waktu untuk mengaudit laporan keuangan. Selama minimal tiga tahun setelah laporan ESG negatif pertama, auditor meningkatkan upaya mereka untuk klien yang berisiko. Data juga menunjukkan auditor menghabiskan lebih banyak waktu menilai laporan keuangan pada tingkat komponen ketika reputasi ESG yang rusak terkait dengan masalah tata kelola dan lingkungan, dibanding isu sosial. Temuan lainnya menunjukkan bahwa karena auditor bekerja lebih keras, perusahaan yang terkena dampak cenderung lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan restatement laporan keuangan.

Temuan juga mengindikasikan bahwa dalam menilai reaksi auditor terhadap reputasi ESG yang rusak terkait dengan kualitas audit, keterlambatan laporan audit (audit report lag) lebih mencerminkan usaha audit dibandingkan dengan biaya audit. Selain itu, studi ini mengungkap bahwa perusahaan dengan reputasi ESG yang tercemar akibat masalah tata kelola atau lingkungan cenderung memiliki audit yang lebih baik, karena auditor lebih agresif dalam menangani risiko ESG tersebut dibandingkan isu sosial.

2.12 How does auditors work stress affect audit quality ? Empirical evidence from the Chinese stock market , [47]

Dengan menggunakan data empiris dari lingkungan audit di China, makalah ini menyelidiki berbagai aspek kualitas audit dan variabel-variabel yang mempengaruhinya. Studi ini mengkaji bagaimana struktur organisasi, perhatian media, tindakan regulasi, upaya auditor, dan stres memengaruhi hasil audit dengan menggunakan berbagai dataset dan teknik analisis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya audit yang lebih besar secara signifikan meningkatkan kualitas audit, terutama dengan mengurangi praktik manajemen laba dan memperbaiki penyesuaian audit. Namun, kualitas audit cenderung menurun ketika auditor mengalami stres, khususnya saat mereka pertama kali bertemu dengan klien baru. Meski demikian, efek negatif ini berkurang seiring keterlibatan yang lebih lama.

Menariknya, faktor demografis seperti usia dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap respons auditor terhadap stres, sementara karakteristik individu seperti pengalaman industri dan keanggotaan organisasi (misalnya bekerja di perusahaan internasional) memiliki pengaruh. Selain itu, analisis juga mengungkapkan bahwa kualitas audit yang lebih buruk—termasuk akrual abnormal yang lebih besar dan opini audit yang lebih sedikit diperbaiki—terkait dengan penggunaan jaringan auditor yang sama pada perusahaan-perusahaan terkait di China, yang mengindikasikan penurunan independensi auditor.

Lebih jauh, tidak ditemukan peningkatan kualitas audit yang signifikan sebagai dampak dari tindakan SEC terhadap perusahaan audit China, yang menyiratkan bahwa dampak regulasi tersebut minimal. Waktu tunggu laporan audit (audit report lag) merupakan ukuran upaya audit yang lebih dapat diandalkan dibandingkan biaya audit, dan auditor cenderung merespons lebih agresif terhadap isu reputasi terkait masalah lingkungan dan tata kelola dibandingkan isu sosial dalam hal risiko ESG.

Secara keseluruhan, studi ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana kualitas audit dipengaruhi oleh faktor internal (seperti perilaku auditor dan stres) maupun eksternal (seperti pengawasan media atau regulasi), serta menawarkan implikasi yang berharga bagi regulator, perusahaan, dan investor.

C. Pembahasan Pengaruh Eksternal Internal Terhadap Kualitas Audit

3.1 Do Social Ties between External Auditors and Audit Committee Members Affect Audit Quality ?, [26]

Sebagai mediator antara manajemen perusahaan dan auditor eksternal, komite audit memegang peran penting dalam mengawasi proses pelaporan keuangan. Untuk menganalisis pentingnya hubungan sosial, penelitian sebelumnya umumnya menelaah apakah hubungan resmi atau informal antara kantor akuntan publik dengan manajemen perusahaan memengaruhi kualitas pelaporan keuangan. Kami meneliti apakah hubungan sosial antara komite audit dan auditor berdampak pada hasil audit di Tiongkok, di mana aktivitas sosial-ekonomi dipengaruhi oleh budaya guanxi (jaringan) dan informasi biografis yang diperlukan untuk mengevaluasi pertanyaan penelitian kami tersedia secara mudah.

Hubungan sosial antara kantor akuntan publik dan komite audit–auditor dapat memiliki dua pengaruh terhadap kualitas audit. Di satu sisi, ikatan sosial mempermudah berbagi informasi antara kantor akuntan dan komite audit–auditor serta menjaga independensi auditor dari manajemen, yang keduanya meningkatkan kualitas audit. Namun, karena adanya hubungan sosial dengan komite audit, auditor mungkin menjadi kurang berhati-hati atau bahkan tanpa sadar memengaruhi penilaian dan keputusan mereka, sehingga menghasilkan audit dengan kualitas yang lebih rendah.

Penelitian kami menunjukkan bahwa biaya dari hubungan sosial antara komite audit, auditor, dan kantor akuntan publik lebih besar daripada manfaat potensialnya. Secara khusus, kami menemukan bahwa observasi yang memiliki hubungan sosial ini 40% lebih kecil kemungkinannya dibandingkan observasi tanpa hubungan tersebut untuk menghasilkan opini audit yang dimodifikasi. Selain itu, terdapat peningkatan probabilitas sebesar 0,363 atas pelanggaran pelaporan keuangan oleh klien akibat hubungan tersebut. Ikatan sosial juga mengurangi kemungkinan auditor memberikan opini audit yang dimodifikasi (Modified Audit Opinion/MAO) kepada perusahaan yang melakukan pelaporan keuangan yang salah setelahnya (ex post).

Hasil ini mengonfirmasi hipotesis bahwa ketika terdapat hubungan sosial, auditor cenderung lebih sering melakukan kesalahan Tipe II dalam pengambilan keputusan mereka dan memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk memberikan rekomendasi yang berkualifikasi. Penilaian valuasi yang menunjukkan bahwa investor percaya kualitas audit menurun ketika auditor memiliki ikatan sosial dengan anggota komite audit klien mereka juga mendukung hal ini.

Hasil penelitian ini juga memberikan dukungan terhadap teori lain, yang menyatakan bahwa ikatan sosial yang lebih dalam memiliki efek negatif yang lebih besar terhadap kualitas audit. Misalnya, ketua komite audit bisa saja tinggal di wilayah auditor penugasan, memiliki keahlian akuntansi, terhubung dengan kantor akuntan publik, atau dikenal sebagai sosok dengan risiko rendah. Selain itu, kami menunjukkan bahwa pada perusahaan dengan konflik agen yang lebih besar seperti yang memiliki CEO yang kuat atau struktur tata kelola yang relatif lemah ikatan sosial antara anggota komite audit dan auditor penugasan memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap kualitas audit.

Gagasan bahwa jaringan sosial antara anggota komite audit dan auditor penugasan memperburuk kualitas audit didukung oleh variasi lintas-seksi dalam pola ini. Terakhir, kami menunjukkan bahwa auditor penugasan yang memiliki ikatan sosial dengan komite audit menerima sedikit peningkatan biaya audit, yang sejalan dengan norma sosial tentang timbal balik.

3.2 Does the Timing of Auditor Changes Affect Audit Quality ? Evidence From the Initial Year of the Audit Engagement , [12]

Dalam makalah ini, kami meneliti potensi dampak waktu penunjukan auditor pengganti terhadap kualitas audit sepanjang tahun pergantian auditor. Sebagai proxy untuk kualitas audit, kami menggunakan kesalahan pelaporan yang ditemukan melalui restatement laporan keuangan. Kami menemukan bahwa organisasi yang mengganti auditor pada akhir tahun, yaitu selama atau setelah kuartal keempat fiskal, lebih mungkin mengalami kesalahan pelaporan keuangan dibandingkan dengan organisasi yang mengganti auditor lebih awal dalam tahun tersebut atau yang tidak mengganti auditor sama sekali. Kami juga menemukan bahwa perusahaan yang mempekerjakan auditor lebih awal dalam tahun berjalan tidak lebih mungkin membuat klaim menyesatkan dibandingkan perusahaan yang tetap menggunakan auditor yang sama. Penelitian tambahan menunjukkan bahwa dampak pergantian auditor yang terlambat terhadap kemungkinan kesalahan pelaporan ini lebih terasa terutama ketika klien memiliki beberapa divisi operasional. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit menurun selama tahun transisi auditor apabila auditor pengganti direkrut terlambat dalam tahun tersebut, terutama ketika aktivitas klien sangat kompleks.

3.3 Do Alma Mater Ties between the Auditor and Audit Committee Affect Audit Quality ?, [40]

Penelitian ini mengkaji kemungkinan dampak terhadap kualitas audit serta hubungan antara layanan konsultasi non-audit auditor dengan penggunaan mitra kantor akuntan oleh komite audit, baik yang merupakan alumni maupun non-alumni. Hubungan antara auditor dan alumni komite audit dapat memengaruhi integritas audit karena komite audit mengawasi dan menyetujui pembelian serta pembayaran jasa audit dan konsultasi dari auditor. Ada dua alasan yang saling bertentangan mengapa auditor alumni almamater mungkin dapat mempromosikan lebih banyak jasa konsultasi melalui koneksi mereka dengan mitra alumni. Jika mitra alumni memiliki lebih banyak kepercayaan terhadap kemampuan kantor audit almamater untuk memberikan layanan konsultasi yang berkualitas, maka kualitas audit dapat meningkat. Namun, karena pendapatan mitra pasca-pensiun terkait dengan penjualan bisnis sebelumnya dan kompensasi mitra penugasan sebagian besar didasarkan pada pendapatan yang mereka peroleh, hubungan ini dapat memberikan peluang bagi rekan kerja lama dan mitra penugasan untuk meningkatkan kekayaan pribadi mereka. Imbalan finansial ini dapat mendorong adanya timbal balik, yang mungkin menurunkan kualitas audit. Namun, risiko terhadap reputasi dan posisi hukum akan mencegah aktivitas semacam itu, dan biaya konsultasi mungkin tidak cukup untuk mendorong timbal balik atau bias. Meskipun hubungan antara kedua organisasi yang bertanggung jawab memastikan keakuratan pelaporan keuangan ini penting dan kompleks, hanya sedikit studi yang meneliti dampak ekonomi dari interaksi antara keduanya [19;26].

3.4 Do social ties between two signatory auditors affect audit quality and firm value ?, [14]

Karena keterbatasan data, hubungan sosial jarang diteliti pada tingkat tim audit, meskipun hubungan ini memiliki dampak signifikan terhadap hasil audit. Studi ini mengisi kekosongan literatur dengan mengumpulkan dan menganalisis data demografis unik mengenai auditor penandatangan di Tiongkok.

Dengan memfokuskan pada pengaruh budaya institusional informal terhadap kinerja auditor, kami mengembangkan penelitian sebelumnya dan menunjukkan bahwa hubungan sosial antar auditor penandatangan bersama memengaruhi hasil audit. Dalam menganalisis pengaruh ini, kami mempertimbangkan dua skenario yang berlawanan: hubungan sosial dapat mendorong auditor penandatangan berbagi informasi, bekerja sama, dan saling memberi saran, yang semuanya meningkatkan kualitas audit. Namun, hubungan sosial juga dapat menyebabkan kepatuhan buta dan kolusi antar auditor penandatangan melalui bias, yang akhirnya menurunkan kualitas audit.

Hubungan sosial antara kedua auditor tersebut berdampak negatif pada kualitas audit, yang terlihat dari akrual diskresioner, penerbitan opini yang menguntungkan, anomali kecurangan akuntansi, dan penurunan konservatisme pelaporan, berdasarkan data dari Tiongkok antara 2004 dan 2018. Dampak negatif ini menunjukkan bahwa hubungan sosial lebih cenderung mendorong kemitraan yang mengorbankan independensi dan kualitas audit di Tiongkok.

Selain itu, data kami menunjukkan bahwa hubungan negatif antara hubungan sosial kedua auditor dan hasil audit bervariasi tergantung karakteristik organisasi audit dan auditor. Jika kedua auditor penandatangan memiliki gelar dari universitas bergengsi atau bekerja di salah satu firma audit Big 4, efek negatif ini bisa berkurang. Namun, jika kedua auditor adalah mitra atau jika perusahaan audit mereka pernah melakukan kesalahan pelaporan keuangan dan mendapat sanksi pemerintah, dampak negatif dari hubungan sosial mereka menjadi lebih nyata. Temuan ini memberikan wawasan lebih dalam mengenai bagaimana karakteristik auditor dan perusahaan audit memengaruhi kualitas audit.

3.5 Does joining global accounting firm networks and associations affect audit quality and audit pricing ? Evidence from China, [31]

Menurut beberapa ahli, firma akuntansi kecil dapat bergabung dengan jaringan firma akuntansi global atau jaringan dan asosiasi firma akuntansi (Accounting Firm Networks and Associations – AF N&A) untuk mengatasi keterbatasan sumber daya dan meningkatkan kemampuan audit mereka. Untuk berkembang, memperkuat, dan memperluas jangkauan secara internasional, Institut Akuntan Publik Bersertifikat Tiongkok (CICPA) dan Kementerian Keuangan Republik Rakyat Tiongkok (MFC) mendorong perusahaan akuntansi lokal di Tiongkok untuk bergabung dengan jaringan AF N&A global.

Karena terdapat perdebatan dalam literatur mengenai apakah bergabung dengan AF N&A dapat meningkatkan kualitas audit dan biaya audit, penelitian tentang isu ini sangat penting bagi regulator, firma akuntansi, investor, dan akademisi. Salah satu keterbatasan penelitian yang membandingkan perbedaan kualitas audit dan biaya audit antara firma akuntansi Tiongkok yang menjadi anggota global AF N&A dan yang tidak adalah potensi bias seleksi diri. Selain itu, belum ada penelitian yang menelaah bagaimana keanggotaan dalam jaringan global AF N&A memengaruhi kualitas audit pada tingkat auditor individu. Lebih jauh lagi, sedikit yang diketahui tentang bagaimana klien merespons perbaikan kualitas audit saat sebuah firma akuntansi bergabung dengan jaringan global AF N&A.

Dengan menggunakan pendekatan Difference-in-Differences (DID), kami menganalisis bagaimana keanggotaan firma akuntansi lokal Tiongkok dalam jaringan AF N&A global memengaruhi kualitas audit dan biaya audit. Kami juga mengkaji bagaimana reaksi klien terhadap perubahan kualitas audit yang terkait dengan afiliasi tersebut. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, pendekatan empiris kami lebih akurat dalam menentukan efek kausal terhadap kualitas audit dan biaya audit. Data kami menunjukkan bahwa firma akuntansi lokal Tiongkok meningkatkan kualitas audit mereka setelah bergabung dengan jaringan AF N&A global, meskipun kami tidak menemukan bukti kenaikan signifikan dalam biaya audit setelah afiliasi tersebut.

Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa manfaat bergabung dengan jaringan AF N&A internasional terhadap kualitas audit lebih besar bagi auditor dengan pengalaman audit yang lebih sedikit, klien dengan struktur organisasi yang lebih kompleks, dan auditor dengan masa jabatan yang lebih singkat. Bergabung dengan jaringan AF N&A internasional dapat membantu firma akuntansi memperluas pangsa pasar dan mengurangi kemungkinan klien memutuskan hubungan dengan auditor mereka.

3.6 Does sharing the same network auditor in group affiliated firms affect audit quality ?, [41]

Karena kewajiban yang relatif baru di AS untuk mengidentifikasi auditor utama dan auditor komponen, otoritas AS dapat memperoleh manfaat dari bukti mengenai hubungan antara kualitas audit dan penggunaan jaringan auditor yang sama di antara entitas grup terkait di China. Selain itu, para peneliti belum memiliki kesempatan yang cukup untuk mengumpulkan data longitudinal tentang bagaimana auditor komponen yang tidak berafiliasi memengaruhi kualitas audit. Mengingat pentingnya ekonomi China dan larangannya terhadap inspeksi PCAOB, China menjadi studi kasus yang menarik. Selain itu, terdapat kekurangan data longitudinal mengenai dampak penugasan auditor komponen di AS, yang diisi oleh analisis kami.

Kami menemukan bahwa perusahaan yang menggunakan jaringan auditor yang sama lebih mungkin menghadapi sanksi regulasi atas pelaporan keuangan yang tidak jujur atau menipu. Perusahaan-perusahaan ini juga memiliki akrual abnormal yang lebih besar, deviasi standar akrual abnormal yang lebih tinggi, probabilitas yang lebih rendah untuk melakukan restatement laba, dan kemungkinan yang lebih rendah untuk memperbarui opini audit dibandingkan dengan perusahaan terkait yang memilih auditor tidak berafiliasi.

Kami juga menemukan bahwa tingkat homogenitas grup yang lebih tinggi (yaitu, perusahaan terkait yang beroperasi di industri yang serupa), ukuran perusahaan, tingkat arus kas, kepemilikan negara, dan peringkat auditor dalam Top 10, semuanya terkait dengan kemungkinan penggunaan auditor yang sama. Untuk mengatasi kemungkinan endogenitas dalam keputusan pemilihan auditor, kami juga menggunakan pendekatan dua tahap. Secara keseluruhan, temuan kami secara konsisten mengonfirmasi bahwa klien yang menggunakan jaringan auditor yang sama memiliki kualitas audit yang lebih buruk dibandingkan dengan klien yang tidak.

3.7 Did the SEC administrative proceedings against Chinese auditors affect audit quality ?, [33]

Penelitian ini mengkaji bagaimana proses administratif yang dilakukan oleh Securities and Exchange Commission (SEC) terhadap lima firma audit asal China dapat memengaruhi kualitas audit. Dengan menggunakan sampel perusahaan China yang terdaftar di AS dan klien afiliasi firma akuntansi Big Four di China, kami membandingkan kualitas audit sebelum dan sesudah proses tersebut. Restatemen keuangan, laba positif yang relatif kecil, serta akrual abnormal bertanda dan absolut adalah karakteristik yang digunakan untuk mengukur kualitas audit.

Kami menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara periode sebelum dan sesudah proses dalam hal akrual abnormal bertanda dan absolut serta restatemen keuangan dari klien-klien China yang terdaftar di bursa AS. Setelah mengendalikan faktor waktu yang biasanya dapat memengaruhi perusahaan China yang terdaftar di AS, kami juga tidak menemukan penurunan frekuensi laba positif yang kecil. Selain itu, kami tidak melihat adanya perubahan signifikan dalam pekerjaan auditor. Kesimpulannya, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa auditor China yang menjadi subjek penyelidikan SEC tidak mengalami peningkatan kualitas audit sebagai akibat dari proses tersebut.

3.8 How audit effort affects audit quality : An audit process and audit output perspective , [45]

Audit merupakan salah satu alat tata kelola perusahaan eksternal yang penting, dan kualitas audit secara langsung mencerminkan efektivitas tata kelola melalui audit tersebut. Dengan menggunakan dataset khusus mengenai hari audit di China pada periode 2006 hingga 2011, kami mengkaji secara menyeluruh hubungan antara upaya audit dan kualitas audit dari sudut pandang proses audit dan hasil audit.

Kami menemukan bahwa upaya audit secara signifikan meningkatkan kemungkinan terjadinya revisi audit, terutama perubahan yang menurunkan angka laba. Hal ini menyebabkan pengurangan dalam manajemen laba, yang terutama terlihat dari penurunan manajemen laba positif, serta menghasilkan laporan keuangan yang diaudit dengan tingkat ketepatan yang lebih tinggi. Selain itu, kami menemukan bahwa jumlah keseluruhan opini audit yang diperbarui tidak terlalu terpengaruh oleh upaya audit; namun, kemungkinan terjadinya perubahan opini lebih tinggi ketika tidak ada penyesuaian yang dilakukan. Temuan ini didukung oleh data mengenai kemungkinan lebih besar terjadinya penyesuaian audit dan kualitas laporan keuangan yang diaudit yang lebih baik.

Selanjutnya, kami mendapati bahwa untuk firma audit yang lebih besar dan klien yang lebih kompleks, hubungan antara upaya audit dan kualitas audit menjadi lebih lemah. Secara keseluruhan, data kami menegaskan betapa pentingnya upaya audit dalam meningkatkan kualitas audit.

3.9 Who affects whom ? Impact of the national culture of international audit firms and their affiliates on the financial reporting quality of audit clients , [1]

Studi ini juga mengacu pada literatur manajemen mengenai teori dan budaya organisasi, yang berpendapat bahwa struktur, praktik, dan budaya sebuah organisasi mencerminkan kepribadian kolektif anggotanya, dan anggota dari organisasi yang sama cenderung memiliki kepribadian yang lebih mirip dibandingkan dengan anggota dari organisasi berbeda (model ASA). Mengembangkan ide ini, kami mengajukan bahwa karakteristik budaya negara asal perusahaan induk audit memiliki pengaruh lebih besar terhadap kualitas pelaporan keuangan (FRQ) klien audit dibandingkan budaya negara tempat anak perusahaan beroperasi.

Dengan kata lain, penelitian ini mengkaji sejauh mana jaringan akuntansi global berhasil menciptakan budaya perusahaan yang kohesif dan memperkuat identitas bersama mereka. Sampel kami terdiri dari perusahaan dari 51 negara selama periode 2009–2019.

Hasil kami memberikan bukti kuat bahwa budaya nasional perusahaan induk global lebih berpengaruh secara langsung terhadap kualitas pelaporan keuangan klien audit dibandingkan budaya nasional negara asal anak perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan akuntansi internasional memiliki budaya organisasi yang homogen.

Penelitian juga menunjukkan bahwa pengaruh perbedaan budaya terhadap FRQ berbeda tergantung apakah firma audit internasional beroperasi di negara asalnya atau di negara tuan rumah. Temuan utama adalah FRQ klien audit paling dipengaruhi oleh budaya negara asal perusahaan induk audit.

Penelitian sebelumnya [5;6;11;42] menyoroti tantangan dalam menerapkan praktik akuntansi global yang konsisten di seluruh afiliasi akibat perbedaan hukum, insentif, infrastruktur institusional, dan isu jaringan. Namun, studi ini memberikan bukti bahwa hipotesis homogenitas dan model ASA berlaku untuk perusahaan audit multinasional dalam konteks perbedaan budaya. Temuan ini dapat dilihat sebagai indikasi sistem efektif yang memastikan jaringan akuntansi internasional menerapkan metode yang seragam dan menjaga merek tunggal di seluruh afiliasinya.

KESIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Simpulan: Studi ini berhasil menjawab tujuan yaitu mengidentifikasi faktor kunci kualitas audit di era digital; temuan utama, Pertama, faktor-faktor internal berikut dapat memengaruhi kualitas audit: upaya mitra audit memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit, sebagaimana ditunjukkan dalam studi [30]; ketersediaan mitra audit tambahan juga berdampak positif pada kualitas audit [34]; pengetahuan tim audit memberikan dampak positif pada kualitas audit [7]; perusahaan audit yang meningkatkan persentase pendapatan dari jasa konsultasi non-audit berdampak negatif pada kualitas audit [32]; sistem perusahaan memberikan pengaruh positif terhadap kualitas audit [37]; alokasi beban kerja auditor yang tidak seimbang memiliki dampak negatif pada kualitas audit [25]; menurut [46], rotasi perusahaan audit yang melibatkan kembali auditor sebelumnya berdampak positif pada kualitas audit; kompresi beban kerja mitra audit berdampak negatif pada kualitas audit [13]; atribut tim audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit [8]; pendirian kantor cabang berdampak positif pada kualitas audit [24]; Perkiraan kemungkinan pergantian auditor mempengaruhi kualitas audit secara negatif berdasarkan penelitian dari [21]; Perusahaan yang memiliki reputasi lingkungan, sosial, dan tata kelola yang buruk mempengaruhi kualitas audit secara positif berdasarkan penelitian dari [3]; upaya audit berdampak positif pada kualitas audit [45]; dan stres terkait pekerjaan berdampak negatif pada kualitas audit [47].

Sementara itu, kualitas audit dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal berikut: kualitas audit terpengaruh negatif oleh hubungan sosial antara perusahaan audit dan komite audit [26]; terpengaruh negatif oleh penunjukan auditor pada akhir tahun [12]; terpengaruh negatif oleh afiliasi antara auditor dan anggota komite audit yang sebelumnya merupakan karyawan perusahaan audit [40]; terpengaruh positif oleh hubungan sosial antar auditor dalam perusahaan yang sama [14]; terpengaruh positif oleh keanggotaan dalam asosiasi perusahaan akuntansi global [31]; kualitas audit terpengaruh negatif oleh auditor yang melayani perusahaan afiliasi dalam satu kelompok [41]; proses dari Securities and Exchange Commission tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit [33]; dan perbedaan lintas budaya berpengaruh positif terhadap kualitas audit [1].

Pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci utama dalam meningkatkan efektivitas dan integritas audit di era modern, karena teknologi memungkinkan pengolahan data yang lebih akurat, deteksi risiko yang lebih cepat, serta transparansi proses audit yang lebih baik. Penelitian oleh [7] menunjukkan bahwa pengetahuan tim audit memiliki dampak positif terhadap kualitas audit. Pengetahuan ini mencakup pemahaman mendalam tentang standar audit, industri, dan risiko yang dihadapi klien. Namun, dalam era digital saat ini, pengetahuan tersebut harus didukung oleh pemanfaatan teknologi untuk memastikan efektivitas dan efisiensi proses audit. Teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI), analitik data, dan otomatisasi proses, telah merevolusi praktik audit. Penggunaan teknologi ini memungkinkan auditor untuk menganalisis data dalam jumlah besar secara cepat dan akurat, mengidentifikasi pola dan anomali yang mungkin terlewatkan dalam audit tradisional.

Selain itu, penelitian oleh [2] menekankan pentingnya kesiapan teknologi (technology readiness) baik dari sisi firma audit maupun klien dalam meningkatkan kualitas audit. Kesiapan teknologi ini mencakup infrastruktur yang memadai, keterampilan teknis auditor, dan kemampuan klien dalam menyediakan data yang diperlukan secara digital. Tanpa kesiapan teknologi yang memadai, potensi risiko dalam audit dapat meningkat, yang pada gilirannya dapat menurunkan kualitas audit.

Penelitian oleh [25] menunjukkan bahwa alokasi beban kerja auditor yang tidak seimbang dapat berdampak negatif terhadap kualitas audit. Beban kerja yang berlebihan, terutama selama musim sibuk audit, dapat menyebabkan auditor mengalami kelelahan dan stres, yang pada gilirannya dapat mengurangi ketelitian dan objektivitas dalam proses audit. Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh alokasi beban kerja yang tidak seimbang, teknologi dapat memainkan peran penting dalam mendukung kualitas audit. Misalnya, penggunaan alat bantu audit berbasis komputer (CAATs) memungkinkan auditor untuk menganalisis data dalam jumlah besar secara efisien, mengidentifikasi anomali, dan melakukan pengujian kontrol secara lebih efektif.

Penelitian oleh [47] menunjukkan bahwa stres kerja auditor dapat berdampak negatif terhadap kualitas audit, terutama pada audit awal klien baru. Stres kerja ini sering kali disebabkan oleh tekanan waktu, beban kerja yang tinggi, dan kompleksitas tugas yang harus diselesaikan dalam waktu terbatas. Untuk mengatasi dampak negatif stres kerja terhadap kualitas audit, teknologi dapat memainkan peran penting. Pemanfaatan teknologi dalam audit, seperti penggunaan alat bantu audit berbasis komputer (CAATs), kecerdasan buatan (AI), dan analitik data, dapat membantu auditor dalam menganalisis data dalam jumlah besar secara efisien dan akurat. Hal ini memungkinkan auditor untuk mengidentifikasi anomali dan risiko lebih awal, sehingga dapat mengurangi beban kerja manual dan tekanan waktu yang sering menjadi sumber stres.

Temuan artikel ini sangat relevan bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia karena memberikan wawasan penting mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kualitas audit, khususnya dalam menghadapi tantangan digitalisasi, sehingga KAP dapat mengoptimalkan penggunaan teknologi, mengelola beban kerja auditor, serta menjaga independensi untuk meningkatkan mutu layanan audit di pasar lokal yang terus berkembang.

Implikasi Penelitian: Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi praktis penting. Bagi auditor, peningkatan kompetensi, pengelolaan beban kerja, dan penguatan independensi menjadi kunci untuk menjaga kualitas audit. Regulator perlu memperketat aturan terkait jasa non-audit dan rotasi auditor serta mendorong transparansi hubungan sosial dalam proses audit. Sementara itu, lembaga pendidikan harus menyesuaikan kurikulum dengan fokus pada pengembangan teknis, etika, manajemen stres, dan pemahaman teknologi digital agar auditor siap menghadapi tantangan era audit modern.

Keterbatasan Penelitian: Mengingat hasil penelitian ini lebih banyak mengandalkan data kuantitatif dan studi literatur, riset selanjutnya disarankan untuk menggunakan pendekatan mixed-method atau kualitatif guna menggali lebih dalam dinamika faktor-faktor psikologis dan sosial yang mempengaruhi kualitas audit, seperti stres kerja dan ikatan sosial antar auditor. Selain itu, penelitian masa depan dapat memperluas konteks geografis dengan melibatkan berbagai negara untuk menguji pengaruh lintas budaya secara komparatif. Penting juga untuk meneliti dampak implementasi teknologi audit terbaru, seperti kecerdasan buatan dan analitik data besar, terhadap kualitas audit secara empiris. Penelitian lebih lanjut juga dianjurkan untuk mengeksplorasi bagaimana regulasi terkait jasa non-audit dan rotasi auditor dapat dioptimalkan agar tidak mengurangi kualitas audit.

References

[1] X. Chen, J. J. Chen, and J. Z. Xiao, "Do Social Ties Between Two Signatory Auditors Affect Audit Quality and Firm Value," Accounting and Business Research, vol. 54, no. 1, pp. 1–36, 2024, doi: 10.1080/00014788.2024.2306531.

[2] C. Contessotto, W. R. Knechel, and R. Moroney, "How Do Audit Team Industry and Client‐Specific Experience Impact Audit Effort and Audit Fees," International Journal of Auditing, vol. 25, no. 1, pp. 249–268, 2021, doi: 10.1111/ijau.12219.

[3] COSO and WBCSD, Enterprise Risk Management: Applying Enterprise Risk Management to Environmental, Social and Governance-Related Risks, World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), 2018.

[4] L. E. DeAngelo, "Auditor Size and Audit Quality," Journal of Accounting and Economics, vol. 3, no. 3, pp. 183–199, 1981, doi: 10.1016/0165-4101(81)90002-1.

[5] M. DeFond and J. Zhang, "A Review of Archival Auditing Research," Journal of Accounting and Economics, vol. 58, no. 2–3, pp. 275–326, 2014.

[6] A. Ditillo, "Dealing With Uncertainty in Knowledge-Intensive Firms: The Role of Management Control Systems as Knowledge Integration Mechanisms," Accounting, Organizations and Society, vol. 29, no. 3–4, pp. 401–421, 2004, doi: 10.1016/j.aos.2003.12.001.

[7] A. Ditillo, "Designing Management Control Systems to Foster Knowledge Transfer in Knowledge-Intensive Firms: A Network-Based Approach," European Accounting Review, pp. 1–26, 2012, doi: 10.1080/09638180.2012.661939.

[8] J. R. Francis, "A Framework for Understanding and Researching Audit Quality," Auditing: A Journal of Practice & Theory, vol. 30, no. 2, pp. 125–152, 2011, doi: 10.2308/ajpt-50006.

[9] J. R. Francis, M. L. Pinnuck, and O. Watanabe, "Auditor Style and Financial Statement Comparability," The Accounting Review, vol. 89, no. 2, pp. 605–633, 2014, doi: 10.2308/accr-50642.

[10] L. M. Gaynor, A. S. Kelton, M. Mercer, and T. L. Yohn, "Understanding the Relation Between Financial Reporting Quality and Audit Quality," Auditing: A Journal of Practice & Theory, vol. 35, no. 4, pp. 1–22, 2016.

[11] Q. Gong, H. Liu, J. Xie, and L. Zhang, "How Does Establishing a Branch Office Affect Audit Quality? Evidence From China," Journal of Accounting and Public Policy, vol. 42, no. 6, p. 107049, 2023, doi: 10.1016/j.jaccpubpol.2022.107049.

[12] M. Haak, M. Muraz, and R. Zieseniß, "Joint Audits: Does the Allocation of Audit Work Affect Audit Quality and Audit Fees," Accounting in Europe, vol. 15, no. 1, pp. 55–80, 2018, doi: 10.1080/17449480.2018.1440611.

[13] J. V. Carcello, W. B. Stokely, and A. L. Nagy, "Auditor Industry Specialization and Fraudulent Financial Reporting," presented at the Symposium on Auditing Problems, University of Kansas, 2002.

[14] E. Carson et al., "Audit Reporting for Going-Concern Uncertainty: A Research Synthesis," Auditing: A Journal of Practice & Theory, vol. 32, Suppl. 1, pp. 353–384, 2013, doi: 10.2308/ajpt-50324.

[15] E. Carson, R. Simnett, U. Thürheimer, and A. Vanstraelen, "Involvement of Component Auditors in Multinational Group Audits: Determinants, Audit Quality, and Audit Fees," Journal of Accounting Research, vol. 60, no. 4, pp. 1419–1462, 2022, doi: 10.1111/1475-679X.12418.

[16] C. A. Cassell, J. C. Hansen, L. A. Myers, and T. A. Seidel, "Does the Timing of Auditor Changes Affect Audit Quality? Evidence From the Initial Year of the Audit Engagement," Journal of Accounting, Auditing & Finance, vol. 35, no. 2, pp. 263–289, 2020, doi: 10.1177/0148558X17726241.

[17] J. Chen, W. Dong, H. Han, and N. Zhou, "Does Audit Partner Workload Compression Affect Audit Quality," European Accounting Review, vol. 29, no. 5, pp. 1021–1053, 2020, doi: 10.1080/09638180.2020.1726196.

[18] M. Ali, I. A. Elshaer, A. A. Montash, and A. B. M. Metwally, "The Role of Technological Readiness in Enhancing the Quality of Audit Work: Evidence from an Emerging Market," Journal of Risk and Financial Management, vol. 17, no. 11, p. 489, 2024, doi: 10.3390/jrfm17110489.

[19] B. Asante-Appiah, "Does the Severity of a Client’s Negative Environmental, Social and Governance Reputation Affect Audit Effort and Audit Quality," Journal of Accounting and Public Policy, vol. 39, no. 3, p. 106713, 2020, doi: 10.1016/j.jaccpubpol.2019.106713.

[20] S. Bernow, B. K. Smith, and C. M. Nuttall, "From ‘Why’ to ‘Why Not’: Sustainable Investing as the New Normal," McKinsey & Company, 2017. [Online]. Available: [https://www.mckinsey.com]

[21] O. Bik and R. Hooghiemstra, "Cultural Differences in Auditors’ Compliance with Audit Firm Policy on Fraud Risk Assessment Procedures," Auditing: A Journal of Practice & Theory, vol. 37, no. 4, pp. 25–48, 2018, doi: 10.2308/ajpt-51998.

[22] P. Brown, J. Preiato, and A. Tarca, "Measuring Country Differences in Enforcement of Accounting Standards: An Audit and Enforcement Proxy," Journal of Business Finance & Accounting, vol. 41, no. 1–2, pp. 1–52, 2014, doi: 10.1111/jbfa.12066.

[23] S. F. Cahan, L. Che, W. R. Knechel, and T. Svanström, "Do Audit Teams Affect Audit Production and Quality? Evidence from Audit Teams’ Industry Knowledge," Contemporary Accounting Research, vol. 39, no. 4, pp. 2657–2695, 2022, doi: 10.1111/1911-3846.12807.

[24] M. Cameran, A. Ditillo, and A. Pettinicchio, "Audit Team Attributes Matter: How Diversity Affects Audit Quality," European Accounting Review, vol. 27, no. 4, pp. 595–621, 2018, doi: 10.1080/09638180.2017.1307131.

[25] J. V. Carcello, W. B. Stokely, and A. L. Nagy, "Auditor Industry Specialization and Fraudulent Financial Reporting," presented at the Symposium on Auditing Problems, University of Kansas, 2002.

[26] E. Carson, N. L. Fargher, M. A. Geiger, C. S. Lennox, K. Raghunandan, and M. Willekens, "Audit Reporting for Going-Concern Uncertainty: A Research Synthesis," Auditing: A Journal of Practice & Theory, vol. 32, no. Supplement 1, pp. 353–384, 2013, doi: 10.2308/ajpt-50324.

[27] X. Xiao, Z. Wang, and Q. Zhang, "How Audit Effort Affects Audit Quality: An Audit Process and Audit Output Perspective," China Journal of Accounting Research, vol. 13, no. 3, pp. 287–309, 2020, doi: 10.1016/j.cjar.2020.05.001.

[28] C. Hunt, W. V. Jr, and M. Keasey, "Using Machine Learning to Predict Auditor Switches: How the Likelihood of Switching Affects Audit Quality Among Non-Switching Clients," Journal of Accounting and Public Policy, vol. 40, no. 1, p. 106749, 2021, doi: 10.1016/j.jaccpubpol.2020.106749.

[29] Y. Yan and L. Xie, "How Does Auditors’ Work Stress Affect Audit Quality? Empirical Evidence from the Chinese Stock Market," China Journal of Accounting Research, vol. 9, no. 4, pp. 305–325, 2016, doi: 10.1016/j.cjar.2016.10.002.

[30] M. Acar, "Who Affects Whom? Impact of the National Culture of International Audit Firms and Their Affiliates on the Financial Reporting Quality of Audit Clients," Borsa Istanbul Review, vol. 23, no. 1, pp. 113–135, 2023, doi: 10.1016/j.bir.2022.09.011.

[31] J. Li, Y. Qi, and D. Tian, "Does Joining Global Accounting Firm Networks and Associations Affect Audit Quality and Audit Pricing? Evidence from China," Accounting and Business Research, vol. 51, no. 6, pp. 602–639, 2021, doi: 10.1080/00014788.2020.1836180.

[32] R. Lisic, L. Neal, Y. Zhang, and I. Zhang, "Do Accounting Firm Consulting Revenues Affect Audit Quality? Evidence from the Pre- and Post-SOX Eras," Contemporary Accounting Research, vol. 36, no. 3, pp. 1509–1537, 2019, doi: 10.1111/1911-3846.12461.

[33] L. Liu and L. Sun, "Did the SEC Administrative Proceedings Against Chinese Auditors Affect Audit Quality?," Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, vol. 34, pp. 34–52, 2019, doi: 10.1016/j.intaccaudtax.2018.12.002.

[34] W. Lo, Y. Wang, and C. Wong, "Does Availability of Audit Partners Affect Audit Quality? Evidence from China," Journal of Accounting, Auditing and Finance, vol. 37, no. 1, pp. 179–208, 2022, doi: 10.1177/0148558X20958438.

[35] J. Chen, C. Lin, and C. Zhou, "Audit Partner Workload and Audit Quality: Evidence from a Quasi-Experiment in China," European Accounting Review, vol. 29, no. 2, pp. 253–282, 2020, doi: 10.1080/09638180.2019.1673743.

[36] D. Tranfield, D. Denyer, and P. Smart, "Towards a Methodology for Developing Evidence-Informed Management Knowledge by Means of Systematic Review," British Journal of Management, vol. 14, no. 3, pp. 207–222, 2003, doi: 10.1111/1467-8551.00375.

[37] K. Pincus, M. Sun, and J. Xu, "Do Clients’ Enterprise Systems Affect Audit Quality and Efficiency?," Contemporary Accounting Research, vol. 34, no. 2, pp. 772–805, 2017, doi: 10.1111/1911-3846.12269.

[38] Y. Zhang, Z. Zhu, and Y. Huang, "Corporate IT Capability and Audit Quality," Information Systems Research, vol. 30, no. 3, pp. 856–877, 2019, doi: 10.1287/isre.2018.0846.

[39] W. Knechel, K. Vanstraelen, and M. Zerni, "Does the Identity of Engagement Partners Matter? An Analysis of Audit Partner Reporting Decisions," Contemporary Accounting Research, vol. 32, no. 4, pp. 1443–1478, 2015, doi: 10.1111/1911-3846.12120.

[40] V. Sharma, S. Sharma, and P. Ho, "Do Alma Mater Ties Between the Auditor and Audit Committee Affect Audit Quality?," Contemporary Accounting Research, vol. 39, no. 1, pp. 537–573, 2022, doi: 10.1111/1911-3846.12651.

[41] C. Sun, J. Liu, and D. Wang, "Does Sharing the Same Network Auditor in Group Affiliated Firms Affect Audit Quality?," Journal of Accounting and Public Policy, vol. 39, no. 4, p. 106754, 2020, doi: 10.1016/j.jaccpubpol.2020.106754.

[42] M. T. Durnev and A. Kim, "To Steal or Not to Steal: Firm Attributes, Legal Environment, and Valuation," Journal of Finance, vol. 60, no. 3, pp. 1461–1493, 2005, doi: 10.1111/j.1540-6261.2005.00767.x.

[43] J. Webster and R. T. Watson, "Analyzing the Past to Prepare for the Future: Writing a Literature Review," MIS Quarterly, vol. 26, no. 2, pp. xiii–xxiii, 2002.

[44] M. A. Salehi, "Audit Quality and Financial Reporting Quality: Case of Iran," Journal of Accounting and Public Policy, vol. 10, no. 2, pp. 211–228, 2020.

[45] Y. Xiao, C. Huang, and Y. Wang, "How Audit Effort Affects Audit Quality: An Audit Process and Audit Output Perspective," China Journal of Accounting Research, vol. 13, no. 3, pp. 287–309, 2020, doi: 10.1016/j.cjar.2020.05.001.

[46] M. Yan, C. Xie, and J. Zhang, "Do Different Cooling-Off Modes Affect Audit Quality? A Study Based on the Audit Rotation System in China," Asia-Pacific Journal of Accounting and Economics, vol. 31, no. 1, pp. 23–47, 2024, doi: 10.1080/16081625.2022.2059187.

[47] M. Yan and H. Xie, "How Does Auditors’ Work Stress Affect Audit Quality? Empirical Evidence from the Chinese Stock Market," China Journal of Accounting Research, vol. 9, no. 4, pp. 305–325, 2016, doi: 10.1016/j.cjar.2016.10.002.

[48] I. Budiarto and D. Rahmawati, "Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Pemanfaatan Teknologi Digital terhadap Kualitas Audit," Jurnal Akuntansi Multiparadigma, vol. 11, no. 2, pp. 253–269, 2020.

[49] A. Syafruddin, "Systematic Literature Review: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit," Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, vol. 9, no. 1, pp. 15–24, 2021.