Miko Fitri Ana (1), Iin Zaitun (2), Ach. Barizi (3), Erna Yayuk (4)
General Background: Teaching Natural Sciences (IPA) in elementary school often encounters challenges due to the abstract nature of certain concepts, such as electrical energy. Specific Background: Traditional instructional approaches may fail to engage students or provide concrete experiences needed for deep understanding. Knowledge Gap: There is limited research on the effectiveness of hands-on, contextual media in enhancing conceptual comprehension in electricity among elementary students. Aims: This study investigates the effectiveness of a miniature lamp house as an instructional medium to improve students’ understanding of electric circuits and energy flow. Results: Using a descriptive qualitative method with 16 fifth-grade students at SD Muhammadiyah 29 Surabaya, data collected through observation, interviews, and documentation—analyzed via the Miles and Huberman model—showed increased student engagement, enhanced conceptual understanding of electricity, and improved learning outcomes. Novelty: The miniature lamp house not only made abstract content tangible but also fostered collaboration and exploration, offering an innovative, low-cost learning tool aligned with the Merdeka Curriculum. Implications: The findings support the integration of concrete, student-centered media to strengthen basic science literacy and contribute toward achieving SDG 4: Quality Education, especially in promoting inclusive and equitable learning at the elementary level.
Highlights:
Supports SDG 4 through inclusive, contextual education.
Keywords: Miniature Lamp House, Instructional Media, Elementary Science, Conceptual Understanding, Merdeka Curriculum
Inovasi Media Miniatur Rumah Lampu Solusi Pemahaman Siswa SD [ Miniature Lamp House Media Innovation Solutions for Elementary School Students' Understanding ]
Miko Fitri Ana1), Iin Zaitun 2), Ach Barizi 3), Erna Yayuk 4)
1,2,3,4)Program Studi Mgister Pedagogi, Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
*Email Penulis Korespondensi : mikomiko074@gmail.com
Abstract Learning Natural Sciences (IPA) in elementary school presents challenges in conveying abstract concepts such as electrical energy. This study aims to examine the effectiveness of a miniature lamp house media to improve students’ understanding. A descriptive qualitative method was employed with 16 fifth-grade students at SD Muhammadiyah 29 Surabaya. Data collection involved observation, interviews, and documentation, analyzed using the Miles and Huberman model. Results showed improved student activity, understanding of electric flow and sources, and learning outcomes. The media also encouraged collaboration and exploration. This research contributes to the development of basic science literacy through concrete and contextual learning experiences, supporting the implementation of the Merdeka Curriculum. In addition, the findings are relevant to improving instructional practices at the elementary level and align with SDG 4 (Quality Education), particularly in promoting inclusive and equitable quality education.
Keywords - miniature lamp house, media, science, innovation
Miniatur rumah lampu merupakan sebuah alat peraga sederhana yang menampilkan rangkaian listrik dan penggunaannya dalam konteks rumah tangga. Media seperti ini terbukti mampu membantu siswa memahami konsep arus listrik, sumber energi, dan hubungan sebab-akibat dalam sebuah rangkaian [10]. Penggunaan alat peraga ini juga sejalan dengan pendekatan pembelajaran berbasis STEM yang mendorong keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah [11]. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga seperti miniatur rumah atau kit listrik dapat meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa SD pada materi energi listrik [12][13]. Media yang memungkinkan siswa melihat langsung hasil dari penyusunan rangkaian listrik dapat memberikan pengalaman belajar bermakna dan membangun pemahaman konseptual yang lebih kuat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas penggunaan miniatur rumah lampu dalam meningkatkan pemahaman siswa sekolah dasar terhadap sumber dan penggunaan energi listrik. Kebaruan penelitian ini terletak pada pengembangan dan penerapan media miniatur rumah lampu sebagai alat bantu pembelajaran yang tidak hanya mengonversi konsep abstrak menjadi konkret, tetapi juga mendukung literasi sains dasar dan Kurikulum Merdeka secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas media miniatur rumah lampu dalam meningkatkan pemahaman siswa sekolah dasar terhadap sumber dan penggunaan energi listrik. Miniatur rumah lampu sebagai media pembelajaran memungkinkan siswa untuk melihat bagaimana energi listrik bekerja dalam kehidupan nyata, seperti menyalakan lampu dan peralatan rumah tangga lainnya. Media ini juga mendukung pembelajaran berbasis proyek yang menekankan proses eksploratif dan kolaboratif.
Miniatur rumah lampu sebagai media pembelajaran memungkinkan siswa untuk melihat bagaimana energi listrik bekerja dalam kehidupan nyata, seperti menyalakan lampu dan peralatan rumah tangga lainnya. Media ini juga mendukung pembelajaran berbasis proyek yang menekankan proses eksploratif dan kolaboratif. Berdasarkan hasil penelitian [14] siswa yang belajar menggunakan alat peraga berbasis proyek menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan memahami proses ilmiah serta dalam keterampilan berpikir kritis. Dengan kata lain, media konkret tidak hanya membantu pemahaman kognitif, tetapi juga membangun rasa ingin tahu dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, penggunaan alat peraga seperti miniatur rumah lampu dapat menjadi solusi atas keterbatasan sumber listrik yang bisa diamati secara langsung di kelas. Guru dapat mengarahkan siswa untuk merancang dan menyusun rangkaian listrik sederhana yang mencerminkan sistem kelistrikan dalam rumah. Kegiatan semacam ini mendorong siswa untuk aktif mencoba, memperbaiki kesalahan, dan berdiskusi secara kolaboratif, sesuai dengan prinsip pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning). Hasil studi oleh [15] juga menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga listrik sederhana mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa SD pada tema energi dan perubahannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan ini dipilih untuk memahami secara mendalam proses pembelajaran energi listrik menggunakan media miniatur rumah lampu di sekolah dasar, serta untuk mendeskripsikan peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep sumber dan penggunaan energi. Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 29 Surabaya tepatnya di kelas 5. Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas dan peserta didik kelas 5 sebanyak 16 siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan topik energi listrik. Teknik pengumpulan data peneliti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang mencatat indikator seperti keterlibatan, kerja sama kelompok, dan ketepatan dalam merakit rangkaian listrik. Wawancara dilakukan secara semi-terstruktur kepada guru dan siswa, dengan contoh pertanyaan seperti: "Apa yang paling kamu pahami dari kegiatan merakit rumah lampu?" atau "Bagaimana perasaanmu saat mengikuti pembelajaran ini?". Dokumentasi berupa foto kegiatan, hasil kerja siswa, dan catatan refleksi.. Dokumentasi, berupa foto kegiatan, hasil kerja siswa, dan perangkat pembelajaran yang digunakan selama kegiatan berlangsung. Kredibilitas data dijaga melalui triangulasi teknik (observasi, wawancara, dokumentasi) dan triangulasi sumber (guru dan siswa), serta member-check kepada guru untuk memastikan kesesuaian interpretasi data. Data dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Gambar 1. Model Analisis Data Milles and Hubberman
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumen. Reduksi data dilakukan dengan cara memilih dan menyederhanakan data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penyajian data dilakukan dengan menyajikan dalam bentuk narasi deskriptif, tabel, atau gambar untuk mempermudah peneliti dalam memahami gambaran umum hasil penelitian dan menarik kesimpulan sementara. Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan sementara yang kemudian diverifikasi dengan membandingkan berbagai sumber data.
(a) (b) (c)
Gambar 2. Modul Ajar (a) Worksheet Lamp House (b) Miniatur Rumah Lampu (c)
Modul ajar dirancang mengacu pada CP (Capaian Pembelajaran) IPA Fase B (kelas V) dalam Kurikulum Merdeka. Modul ini memuat komponen esensial seperti tujuan pembelajaran, pemetaan aktivitas, alur kegiatan, dan asesmen. Dalam modul ini, kegiatan eksploratif dirancang agar siswa melakukan percobaan langsung menggunakan media miniatur rumah lampu untuk memahami konsep aliran energi listrik, sumber energi, dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan worksheet ini terbukti memfasilitasi siswa untuk mencatat, merefleksi, dan menyusun pemahamannya dalam bentuk tertulis. Selain itu, worksheet juga membantu guru dalam melakukan asesmen formatif terhadap penguasaan materi siswa. Hal ini selaras dengan prinsip pembelajaran aktif dan partisipatif dalam Kurikulum Merdeka, yang menekankan pentingnya siswa sebagai subjek utama dalam proses belajar. Integrasi antara media konkret, modul ajar, dan worksheet menjadikan pembelajaran tidak hanya berjalan terstruktur tetapi juga menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran menjadi lebih terarah, guru memiliki panduan yang jelas, dan siswa memperoleh pengalaman langsung yang dikaitkan dengan materi sains yang mereka pelajari.
Tahap pelaksanaan ini dimulai dari guru melakukan kegiatan observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi, siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi yang sejalan dengan teori Piaget mengenai tahap operasional konkret saat diperkenalkan dengan media miniatur rumah lampu. Mereka tampak penasaran dan termotivasi untuk mengetahui bagaimana lampu-lampu dalam miniatur rumah bisa menyala. Saat kegiatan praktikum dimulai, siswa tampak aktif dan bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menyusun komponen seperti baterai, kabel, saklar, dan lampu. Beberapa kelompok berhasil membuat lampu menyala pada percobaan pertama, sementara kelompok lain melakukan beberapa percobaan ulang karena kesalahan sambungan. Dalam proses ini, siswa belajar dari kesalahan dan saling memberi saran, menunjukkan adanya kolaborasi yang positif dan pembelajaran bermakna.
Tabel 1. Aktivitas Pembelajaran Siswa
Aktivitas dimulai dengan mengamati struktur miniatur rumah, dilanjutkan dengan merakit rangkaian listrik. Semua kelompok mampu menyusun kabel dan sumber daya sehingga lampu menyala. Aktivitas ini membuktikan bahwa media konkret seperti miniatur rumah lampu dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep aliran listrik. Keaktifan siswa juga tercermin dari keberanian mereka bertanya, menjelaskan fungsi alat, serta berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan teknis pada rangkaian. Untuk mendukung temuan observasi ini, peneliti melakukan pula pengukuran hasil belajar melalui pretest dan posttest.
Wawancara dilakukan kepada guru kelas V dan beberapa siswa setelah proses pembelajaran selesai. Dari hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa penggunaan media miniatur rumah lampu memberikan dampak positif terhadap keterlibatan dan pemahaman siswa. Guru menyampaikan bahwa sebelumnya siswa cenderung pasif ketika belajar tentang energi listrik karena materi terasa abstrak dan sulit dibayangkan. Namun, saat media miniatur digunakan, suasana kelas menjadi lebih hidup, siswa lebih mudah memahami konsep, dan lebih berani bertanya. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dibawah ini:
“Biasanya mereka bingung waktu ditanya kenapa lampu bisa nyala. Tapi setelah pakai miniatur rumah lampu, mereka bisa menjelaskan kalau harus ada kabel, baterai, dan jalur arus tertutup.”
Pernyataan ini menunjukkan bahwa media konkret dapat memfasilitasi keterhubungan antara teori dan praktik, yang penting dalam proses belajar IPA di jenjang sekolah dasar. Sementara itu, wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka merasa senang dan tertarik saat belajar menggunakan miniatur rumah lampu. Salah satu siswa menyatakan:
“Seru, soalnya kita bisa nyalain lampunya sendiri. Jadi ngerti listrik itu harus sambung semuanya.”
Hasil wawancara ini menggambarkan bahwa pengalaman langsung (learning by doing) meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep aliran listrik, yang sebelumnya hanya mereka hafal tanpa makna. Beberapa siswa juga menyebutkan bahwa belajar seperti ini terasa seperti bermain sambil belajar. Mereka merasa tertantang untuk menyusun kabel agar lampu menyala, dan merasa bangga saat berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media inovatif tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep, tetapi juga membangun motivasi belajar dan kepercayaan diri siswa. Secara keseluruhan, hasil wawancara memperkuat data observasi bahwa penggunaan media miniatur rumah lampu dalam pembelajaran IPA tidak hanya meningkatkan aktivitas belajar, tetapi juga menumbuhkan pemahaman yang lebih bermakna bagi siswa sekolah dasar. Implikasi praktisnya, media ini dapat diterapkan di sekolah dengan keterbatasan akses listrik sebagai simulasi pengganti. Guru dapat membuat alat ini dari bahan sederhana dan memfasilitasi eksplorasi mandiri siswa.
Tahap asesmen dalam penelitian ini dilakukan secara terstruktur untuk mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan media miniatur rumah lampu dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep energi listrik,khususnya dalam mengenal sumber energi, penggunaan energi, dan cara kerja rangkaian listrik sederhana. Asesmen dilakukan dalam dua bentuk utama, yaitu asesmen formatif dan asesmen sumatif. Asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru mengamati aktivitas siswa saat bekerja dalam kelompok, saat menyusun rangkaian miniatur rumah lampu, serta saat berdiskusi dan mengisi LKPD. Observasi ini difokuskan pada indikator keterlibatan aktif, kerja sama antar anggota kelompok, ketepatan saat menyusun rangkaian, dan kemampuan menjelaskan fungsi komponen dalam rangkaian. Selain itu, guru juga mencatat respon siswa melalui pertanyaan terbuka dan refleksi singkat di akhir sesi praktikum. Asesmen sumatif digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman siswa secara kuantitatif. Dalam hal ini, dilakukan pretest sebelum penggunaan media dan posttest setelah kegiatan pembelajaran selesai. Soal tes berupa pilihan ganda dan isian singkat yang mencakup materi sumber energi listrik, rangkaian seri, dan penerapan energi dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 2. Hasil Pretest dan Posttest Siswa
Gambar 3. Diagram Hasil Pretest dan Posttest
Pretest diberikan sebelum pembelajaran dimulai untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Hasil pretest menunjukkan bahwa rata-rata siswa masih belum memahami secara utuh konsep energi listrik, dengan nilai rata-rata sebesar 54. Setelah pembelajaran menggunakan media miniatur rumah lampu, dilakukan posttest dengan soal yang sama. Hasilnya, terjadi peningkatan signifikan dengan rata-rata nilai posttest mencapai 84. Hasil pretest menunjukkan rata-rata nilai siswa masih rendah dan berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan nilai posttest mengalami peningkatan signifikan, menunjukkan bahwa penggunaan media memiliki pengaruh positif terhadap pemahaman siswa. Peningkatan skor ini menunjukkan bahwa penggunaan media miniatur rumah lampu berkontribusi positif terhadap peningkatan pemahaman siswa, tidak hanya berdasarkan observasi aktivitas, tetapi juga secara nyata melalui hasil tes. Ini membuktikan bahwa pendekatan pembelajaran yang memadukan eksperimen langsung dan media konkret mampu menciptakan pembelajaran bermakna, sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang cenderung belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing). Selain itu, guru juga melakukan wawancara singkat dengan beberapa siswa sebagai bentuk asesmen kualitatif. Wawancara ini bertujuan menggali pemahaman konseptual siswa dan persepsi mereka terhadap pembelajaran menggunakan media miniatur rumah lampu. Jawaban siswa menunjukkan bahwa mereka lebih mudah memahami konsep listrik ketika dapat melihat langsung proses aliran arus melalui lampu dalam miniatur rumah. Secara keseluruhan, asesmen yang dilakukan bersifat holistik dan memberikan gambaran menyeluruh mengenai ketercapaian tujuan pembelajaran. Hasil asesmen menjadi dasar untuk menyimpulkan bahwa media pembelajaran inovatif ini efektif dalam membantu siswa memahami konsep yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret dan bermakna.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media miniatur rumah lampu dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara signifikan meningkatkan pemahaman konsep energi listrik pada siswa sekolah dasar. Media konkret ini memberikan pengalaman belajar yang bersifat langsung (learning by doing), sehingga membantu siswa dalam menghubungkan konsep abstrak dengan fenomena nyata di kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas eksploratif dan kolaboratif mendorong siswa untuk berpikir kritis, menyelesaikan masalah, serta membangun pemahaman secara mandiri. Peningkatan nilai posttest secara signifikan dibandingkan pretest, serta tingginya antusiasme siswa yang tercermin dalam observasi dan hasil wawancara, memperkuat efektivitas media ini sebagai alternatif inovatif dalam pengajaran konsep-konsep sains di jenjang sekolah dasar. Temuan ini mendukung teori konstruktivisme yang menekankan pentingnya pengalaman langsung dalam proses belajar. Secara praktis, media ini dapat dijadikan panduan bagi guru dalam merancang pembelajaran sains yang kontekstual dan menyenangkan. Disarankan agar guru mengintegrasikan media serupa ke dalam topik-topik sains lainnya serta mengadaptasi pendekatan ini untuk berbagai kondisi sekolah, termasuk yang memiliki keterbatasan sumber daya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan kontribusi dalam penyusunan jurnal ini. Ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada kepala sekolah, guru, dan peserta didik yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. Penulis juga menyampaikan apresiasi kepada dosen pembimbing dan rekan sejawat atas masukan serta saran yang membangun selama proses penulisan. Semoga jurnal ini dapat memberikan manfaat dan menjadi kontribusi positif bagi dunia pendidikan, khususnya dalam pengembangan pembelajaran kontekstual untuk pembentukan karakter siswa.
[1]Kemendikbudristek BSKAP, Salinan Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 008/H/KR/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendid, no. 021. 2022. [Online]. Available: Laman litbang.kemdikbud.go.id
[2]Y. Suryani, “E-LKM Berbasis PJBL Terintegrasi Etno-STEM pada Materi IPA dalam Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan pada Mahasiswa,” Harmon. Media Dan Metod. Dalam Pembelajaran IPA, vol. 99, 2024.
[3]M. Sarumaha et al., “Penggunaan model pembelajaran artikulasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu,” Aksara J. Ilmu Pendidik. Nonform., vol. 8, no. 3, pp. 2045–2052, 2022.
[4]S. A. Khaq, F. N. Rohmah, M. T. Zain, C. Febiana, and F. S. Hilyana, “Analisis Kesulitan Belajar Ipa Pada Materi Energi Alternatif Kelas IV Sekolah Dasar,” Autentik J. Pengemb. Pendidik. Dasar, vol. 8, no. 1, pp. 35–41, 2024.
[5]S. ALFIANA PUTRI, “ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP PERUBAHAN ENERGI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS III SD,” 2024, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
[6]P. Y. A. Dewi et al., Teori dan aplikasi pembelajaran IPA SD/MI. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021.
[7]T. E. Siregar, N. Luali, R. C. Vinalistyosari, F. Hanurawan, and A. E. Anggraini, “Implementation of Vygotsky’s Constructivism Learning Theory through Project-Based Learning (PjBL) in Elementary Science Education,” Al Qalam J. Ilm. Keagamaan dan Kemasyarakatan, vol. 18, no. 4, p. 2586, 2024, doi: 10.35931/aq.v18i4.3620.
[8]J. Sari, F. Feniareny, B. Hermansah, and M. Prasrihamni, “Pengaruh Media Konkret Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar,” J. Inov. Pendidik. Dan Pembelajaran Sekol. Dasar, vol. 7, no. 1, pp. 15–24, 2023.
[9]N. S. Rahayu, P. R. Lestari, W. N. Ady, and A. I. Irvani, “Pengenalan Eksperimen Fisika Sederhana Kepada Siswa Kelas VI di SDN 2 Limbangan Timur,” JPM J. Pengabdi. Masy., vol. 1, no. 2, pp. 76–84, 2022.
[10]R. A. K. Dewi, “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS IV UPTD SD NEGERI 1 KARANGKERTA,” Pendas J. Ilm. Pendidik. Dasar, vol. 8, no. 1, pp. 6477–6492, 2023.
[11]M. Zaid, F. Razak, and A. A. F. Alam, “Keefektifan media pembelajaran augmented reality berbasis STEAM dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah dasar,” J. Pelita J. Pembelajaran IPA Terpadu, vol. 2, no. 2, pp. 59–68, 2022.
[12]S. Ayub and M. Makhrus, “Kit IPA sebagai Media untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar,” J. Pendidikan, Sains, Geol. dan Geofis. (GeoScienceEd Journal), vol. 3, no. 2, pp. 1–5, 2022.
[13]Y. E. Napitupulu, M. J. A. Putra, and G. Witri, “Pengaruh Model Inquiri Terbimbing Berbantuan KIT IPA terhadap Hasil Belajar IPAS SD,” ANTHOR Educ. Learn. J., vol. 3, no. 1, pp. 28–33, 2024.
[14]H. Idris, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Inpres Lanraki 1 Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Skripsi.,” 2023.
[15]N. Istiqomah, “Pengembangan Media Pembelajaran IPA Melalui Eksperimen Langsung pada Materi Rangkaian Listrik Kelas VI di MIS MI NU Al Ishlah Glanggang Beji Kabupaten Pasuruan,” EduSpirit J. Pendidik. Kolaboratif, vol. 1, no. 1, pp. 439–444, 2024.
[1] Kemendikbudristek BSKAP, Salinan Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Nomor 008/H/KR/2022 Tentang Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Jenjang Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2022. [Online]. Available: https://litbang.kemdikbud.go.id
[2] Y. Suryani, “E-LKM Berbasis PJBL Terintegrasi Etno-STEM pada Materi IPA dalam Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan pada Mahasiswa,” Harmoni: Media dan Metodologi dalam Pembelajaran IPA, vol. 99, 2024.
[3] M. Sarumaha, S. Pasaribu, and I. R. Simanjorang, “Penggunaan Model Pembelajaran Artikulasi terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Terpadu,” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, vol. 8, no. 3, pp. 2045–2052, 2022.
[4] S. A. Khaq, F. N. Rohmah, M. T. Zain, C. Febiana, and F. S. Hilyana, “Analisis Kesulitan Belajar IPA pada Materi Energi Alternatif Kelas IV Sekolah Dasar,” Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, vol. 8, no. 1, pp. 35–41, 2024.
[5] S. Alfiana Putri, “Analisis Kesulitan Siswa dalam Memahami Konsep Perubahan Energi pada Mata Pelajaran IPA Kelas III SD,” S1 Thesis, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 2024.
[6] P. Y. A. Dewi, A. Santoso, and A. Prasetyo, Teori dan Aplikasi Pembelajaran IPA SD/MI. Banjarmasin: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021.
[7] T. E. Siregar, N. Luali, R. C. Vinalistyosari, F. Hanurawan, and A. E. Anggraini, “Implementation of Vygotsky’s Constructivism Learning Theory Through Project-Based Learning (PjBL) in Elementary Science Education,” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, vol. 18, no. 4, p. 2586, 2024, doi: 10.35931/aq.v18i4.3620.
[8] J. Sari, F. Feniareny, B. Hermansah, and M. Prasrihamni, “Pengaruh Media Konkret terhadap Pemahaman Konsep Siswa dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar,” Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, vol. 7, no. 1, pp. 15–24, 2023.
[9] N. S. Rahayu, P. R. Lestari, W. N. Ady, and A. I. Irvani, “Pengenalan Eksperimen Fisika Sederhana kepada Siswa Kelas VI di SDN 2 Limbangan Timur,” JPM: Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol. 1, no. 2, pp. 76–84, 2022.
[10] R. A. K. Dewi, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Aktivitas Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas IV UPTD SD Negeri 1 Karangkerta,” Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, vol. 8, no. 1, pp. 6477–6492, 2023.
[11] M. Zaid, F. Razak, and A. A. F. Alam, “Keefektifan Media Pembelajaran Augmented Reality Berbasis STEAM dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar,” Pelita: Jurnal Pembelajaran IPA Terpadu, vol. 2, no. 2, pp. 59–68, 2022.
[12] S. Ayub and M. Makhrus, “KIT IPA sebagai Media untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar,” GeoScienceEd Journal: Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi dan Geofisika, vol. 3, no. 2, pp. 1–5, 2022.
[13] Y. E. Napitupulu, M. J. A. Putra, and G. Witri, “Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Berbantuan KIT IPA terhadap Hasil Belajar IPAS SD,” Anthor: Education and Learning Journal, vol. 3, no. 1, pp. 28–33, 2024.
[14] H. Idris, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Inpres Lanraki 1 Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar,” Skripsi, Universitas Negeri Makassar, 2023.
[15] N. Istiqomah, “Pengembangan Media Pembelajaran IPA melalui Eksperimen Langsung pada Materi Rangkaian Listrik Kelas VI di MIS MI NU Al Ishlah Glanggang Beji Kabupaten Pasuruan,” EduSpirit: Jurnal Pendidikan Kolaboratif, vol. 1, no. 1, pp. 439–444, 2024.