Login

Education and Training Drive Quality Growth of Generation Z

Pendidikan dan Pelatihan Mendorong Pertumbuhan Generasi Z yang Berkualitas Section Innovation in Education
Vol. 26 No. 3 (2025): July:

Naila Nazwa (1), M. Chaerul Rizky (2), Nabilah Azzahra (3), Dita Safitri (4), M. Romzal Fallah (5)

(1) Universitas Pembangunan Panca Budi, Indonesia
(2) Universitas Pembangunan Panca Budi, Indonesia
(3) Universitas Pembangunan Panca Budi, Indonesia
(4) Universitas Pembangunan Panca Budi, Indonesia
(5) Universitas Pembangunan Panca Budi, Indonesia

Abstract:

General Background: The rapid advancement of digital technologies presents both opportunities and challenges for rural youth, particularly those classified as Generation Z. Specific Background: In Desa Kurandak, Kecamatan Belawan, this cohort holds significant potential to contribute to local development, yet often lacks structured support. Knowledge Gap: Despite growing interest in youth empowerment, limited empirical evidence exists regarding the measurable impact of educational and training interventions on rural Gen Z populations. Aim: This study aims to analyze the role of education and training in enhancing the quality and capacity of Generation Z in Desa Kurandak. Results: Using a mixed-method approach with 44 respondents and linear regression analysis, findings reveal that education and training jointly have a significant effect (F = 100.657, p < 0.001) on youth development. Individually, education (t = 11.046, p < 0.001) and training (t = 3.060, p = 0.004) also show significant impacts. Diagnostic tests confirm no multicollinearity, normality of residuals, and homoscedasticity, with R² = 0.831. Novelty: This research uniquely integrates qualitative and quantitative evidence to validate the simultaneous and partial effects of educational variables on Gen Z development in a rural context. Implications: These findings advocate for integrated, collaborative programs involving governmental, educational, and private stakeholders to optimize Gen Z's role in village advancement.


Highlights:




  • Education and training significantly boost Gen Z potential in rural areas.




  • Statistical analysis confirms strong predictive validity (R² = 0.831).




  • Integrated efforts are essential for impactful youth empowerment programs.




Keywords: Education, Training, Generation Z, Rural Development, Linear Regression

Downloads

Download data is not yet available.

Pendahuluan

Sumber daya manusia adalah elemen yang sangat vital bagi suatu perusahaan. Keberhasilan setiap perusahaan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia di dalamnya, serta setiap perusahaan memiliki visi, misi, dan tujuan yang ingin tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, penting untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.

Generasi Z adalah kelompok yang lahir antara tahun 1995 hingga 2012, yang muncul setelah generasi X dan Y. Mereka tumbuh di tengah kemajuan teknologi, sehingga mereka akrab dengan berbagai alat dan perangkat teknologi yang membantu memudahkan hidup mereka. Dengan latar belakang ini, mereka sangat mahir dalam memanfaatkan teknologi dan cepat beradaptasi dengan inovasi baru, yang memberikan keuntungan dalam dunia kerja.

Generasi Z dikenal sebagai kelompok yang penuh kreativitas dan inovasi. Menurut sebuah survei oleh Harris Poll pada tahun 2020, 63 persen dari mereka tertarik untuk melakukan berbagai aktivitas kreatif setiap hari. Kreativitas ini berkembang karena keterlibatan aktif mereka di komunitas dan media sosial. Temuan ini sejalan dengan sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa generasi Z memiliki hubungan yang kuat dengan teknologi, mengingat mereka lahir dalam era smartphone, tumbuh dengan kemajuan perangkat komputer, dan memiliki akses internet yang lebih baik dibanding generasi sebelumnya. [1]

Sumber daya manusia merupakan elemen penting di dalam perusahaan. Segala proses yang ada di perusahaan atau organisasi tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila organisasi tersebut tidak mempunyai ataupun kekurangan sumber daya manusia dalam menjalankan suatu proses yang ada di dalam organisasi tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus mempunyai strategi terkait untuk mendapatkan maupun mempertahankan ketersediaan sumber daya manusia di dalam organisasi.

Peran pendidikan dan pelatihan sangat krusial dalam meningkatkan kualitas generasi Z di Desa Kurandak, Kecamatan Belawan. Pendidikan formal memberikan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk menghadapi tantangan yang ada di tingkat global dan l perkembangan teknologi yang pesat. Melalui pendidikan, generasi Z dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan inovasi yang sangat dibutuhkan di era digital saat ini. Selain itu, pelatihan yang diselenggarakan secara khusus, baik oleh pemerintah maupun lembaga swasta, dapat meningkatkan keterampilan praktis dan soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama tim yang sangat penting untuk pengembangan diri dan kesiapan kerja.

Di Desa Kurandak, pendidikan dan pelatihan dapat menjadi sarana pemberdayaan ekonomi dan sosial, membantu generasi muda untuk lebih mandiri dan produktif. Dengan adanya pelatihan kewirausahaan, misalnya, generasi Z dapat belajar bagaimana mengelola usaha kecil dan menengah yang dapat meningkatkan perekonomian lokal. Selain itu, pelatihan teknologi informasi dapat membuka peluang kerja baru dan memperluas akses informasi yang lebih luas. Pendidikan dan pelatihan juga berperan dalam membentuk karakter dan nilai-nilai positif, seperti disiplin, tanggung jawab, dan etika kerja yang akan membentuk generasi yang berkualitas dan berdaya saing.

Program-program pendidikan dan pelatihan yang terintegrasi dengan kebutuhan lokal dan perkembangan zaman akan sangat efektif dalam meningkatkan kualitas hidup generasi Z di Desa Kurandak. Pendekatan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta, akan memperkuat dampak positifnya. Dengan demikian, generasi Z di Desa Kurandak dapat menjadi agen perubahan yang mampu membawa kemajuan bagi desa mereka dan berkontribusi pada pembangunan nasional.[2]

A. Pengertian Peran Pelatihan

Peran pelatihan merupakan proses belajar atau pengembangan keterampilan yang memungkinkan para pegawai untuk menjalankan tugas mereka sesuai dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan. Widodo menyebutkan bahwa pelatihan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan individu untuk meningkatkan keahlian serta pengetahuan secara terarah, sehingga mereka dapat berperforman secara profesional di bidang yang mereka geluti. Rivai menjelaskan bahwa pelatihan adalah sebuah proses sistematis yang mengubah perilaku pegawai demi mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan para pegawai dalam menjalankan pekerjaan mereka saat ini. [3]

Pelatihan kerja yang didasarkan pada kebutuhan lokal terbukti ampuh untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi angka pengangguran. Mathis (2002) menjelaskan bahwa pelatihan adalah suatu proses di mana individu mencapai kemampuan tertentu untuk membantu organisasi memperoleh tujuannya. Proses ini terkait dengan berbagai tujuan organisasi, dan pelatihan dapat dilihat dari berbagai sudut baik lingkup sempit maupun luas. Dalam pengertian sempit, pelatihan memberikan pegawai pengetahuan dan keterampilan spesifik yang dibutuhkan dalam pekerjaan mereka saat ini. Kadang-kadang ada perbedaan yang ditentukan antara pelatihan dan pengembangan yang lebih luas, yang fokus pada individu untuk mendapatkan keterampilan baru yang berguna untuk pekerjaan sekarang maupun di masa depan.

Menurut Widodo , pelatihan meliputi serangkaian aktivitas yang dilaksanakan individu untuk secara sistematis meningkatkan keahlian dan pengetahuan, sehingga dapat menunjang kinerja profesional di bidangnya. Sinambela [4] mendefinisikan pelatihan sebagai serangkaian aktivitas terencana yang bertujuan meningkatkan keterampilan, pengetahuan, pengalaman, serta perubahan sikap seseorang.

Payaman Simanjuntak selanjutnya merumuskan bahwa pelatihan merupakan bagian dari investasi sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, sehingga dapat memperbaiki kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat untuk memberikan keterampilan kerja yang diperlukan.

Vancevich mendefinisikan pelatihan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam tugas mereka sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan mereka jalani segera. Mengacu pada definisi ini, Ivancevich mengemukakan poin penting yang dijelaskan di bawah ini: Pelatihan adalah proses sistematis yang bertujuan untuk mengubah perilaku kerja individu atau kelompok pegawai demi meningkatkan kinerja organisasi.

Menurut Gary Dessler , pelatihan adalah proses yang mengajarkan keterampilan dasar kepada karyawan baru atau yang saat ini ada, yang mereka perlukan dalam menjalankan tugas mereka. Pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dunia kerja. Pelatihan ini bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik tertentu yang diperlukan secara detail dan konsisten [5]

B. Faktor- Faktor Peran Pelatihan

Pelatihan memiliki peran yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) di organisasi, karena berkontribusi langsung terhadap peningkatan motivasi, keterampilan, dan kinerja karyawan. Faktor-faktor yang memengaruhi peran pelatihan meliputi kualitas materi pelatihan yang harus relevan dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, serta metode pelatihan yang efektif dan menarik agar peserta dapat memahami dan mengaplikasikan ilmu yang didapat. Selain itu, peran instruktur atau pelatih yang kompeten sangat menentukan keberhasilan pelatihan karena mereka bertugas menyampaikan materi dengan cara yang mudah dipahami dan memotivasi peserta. Dukungan manajemen juga menjadi faktor penting, karena tanpa komitmen dari pimpinan, pelatihan sulit diimplementasikan secara optimal dan hasilnya kurang berkelanjutan. Motivasi dan keterlibatan peserta dalam proses pelatihan juga memengaruhi efektivitas pelatihan; karyawan yang termotivasi cenderung lebih aktif dan cepat menginternalisasi materi. Faktor budaya organisasi dan gaya kepemimpinan turut mempengaruhi keberhasilan pelatihan, di mana budaya yang mendukung pembelajaran akan memperkuat dampak pelatihan terhadap kinerja. Proses pelatihan yang sistematis mulai dari analisis kebutuhan, perancangan program, pelaksanaan, hingga evaluasi juga menjadi kunci agar pelatihan dapat memberikan hasil yang maksimal. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, pelatihan tidak hanya meningkatkan kemampuan teknis karyawan, tetapi juga meningkatkan motivasi kerja, loyalitas, dan produktivitas yang pada akhirnya berdampak positif pada pencapaian tujuan organisasi [6]

Faktor faktor yang mempengaruhi pelatihan menurut [7]

1. Para peserta pelatihan, perusahaan perlu melakukan seleksi yang ketat terhadap calon karyawan yang akan mendapatkan pelatihan.

2. Instruktur atau pelatih, mereka adalah orang-orang yang memberikan materi dan mengarahkan perilaku karyawan.

3. Materi pelatihan, ini mengacu pada bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta.

4. Lokasi pelatihan, tempat di mana pelatihan dilaksanakan, baik di dalam atau di luar perusahaan.

5. Lingkungan pelatihan, kenyamanan lokasi pelatihan yang ditunjang dengan fasilitas dan suasana yang baik akan meningkatkan hasil yang diperoleh.

6. Waktu pelatihan, ini berarti durasi pelatihan dari awal hingga akhir.

7. Faktor tambahan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang telah disebutkan, seharusnya sebelum pelatihan dimulai, sudah bisa diprediksi kelemahan atau kekurangan yang ada.

C. Indikator Peran Pelatihan

Indikator Peran Pelatihan Generasi Z di Desa Kurandak [8]

1. Peningkatan Kualitas Layanan Publik

Menurut Lestari [9], pelatihan yang menyeluruh dan berkelanjutan memiliki dampak besar terhadap peningkatan kualitas layanan publik. Salah satu ukuran utama keberhasilan program pelatihan dan pengembangan adalah peningkatan dalam layanan yang diberikan oleh aparatur desa. Usai mengikuti pelatihan, aparatur desa menunjukkan kemajuan di berbagai bidang pelayanan, seperti kecepatan, ketepatan, dan keramahan.

2. Peran Pelati han dalam Meningkatkan Efisiensi

Pelatihan dan pengembangan juga berperan krusial dalam mendongkrak efisiensi para aparatur desa dalam melaksanakan tugas mereka. Dengan keterampilan baru yang diperoleh, mereka dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan tepat. Gulo et al. [10] menyebutkan bahwa pemanfaatan tenaga kerja dalam pengelolaan dan pengembangan BUMDes dapat memberikan sumbangan berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

3. Kepuasan Ma syarakat sebagai Tolok Ukur Keberhasilan

Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur desa adalah ukuran utama dari suksesnya program pelatihan dan pengembangan. Berdasarkan survei yang dilakukan, ada peningkatan signifikan dalam kepuasan masyarakat setelah aparatur desa mengikuti pelatihan. Masyarakat merasakan bahwa pelayanan yang diterima kini lebih cepat, tepat, dan bersahabat.

4. Pengaruh pada Efektivitas Pengelolaan BUMDes

Pelatihan dan pengembangan yang diperoleh oleh aparatur desa juga menguntungkan pengelolaan BUMDes. Dengan keterampilan dan pengetahuan baru, mereka dapat mengelola BUMDes dengan lebih efisien dan efektif. Gulo et al. [11] menegaskan bahwa pengelolaan sumber daya manusia dalam BUMDes dapat berkontribusi signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat desa

D. Pendidikan

1. Pengertian P endidikan

Menurut Ummah [12], pendidikan merupakan segala usaha dan ikhtiar untuk membangun komunitas agar mampu mengembangkan kemampuan manusia demi mencapai kekuatan spiritual, kendali diri, karakter yang baik, kecerdasan, moralitas, dan kemahiran yang diperlukan sebagai bagian dari komunitas dan negara. Selain itu, pendidikan adalah usaha untuk menciptakan individu yang utuh, baik dari segi jasmani maupun rohani, cerdas, sehat, dan berakhlak luhur. Dalam konteks pendidikan, Sumber Daya Manusia (SDM) meliputi pengajar dan staf pendidikan, dan pengelolaan SDM ini harus dilakukan dengan strategi yang bijak untuk mendukung tujuan pendidikan [13]. Susanto [14] menyatakan bahwa pengajaran di desa sering kali terhambat oleh minimnya fasilitas dan tenaga pendidik, sehingga diperlukan pendekatan inovatif yang berbasis pada komunitas.

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan dan mengembangkan SDM yang kompetitif, namun juga menjunjung tinggi rasa kebersamaan di antara manusia. Ilmu pengajaran termasuk dalam kategori ilmu yang praktis karena digunakan untuk mempengaruhi perilaku siswa [15]. pendidikan dapat membentuk karakter melalui lingkungan yang bisa dipelajari secara sengaja maupun tidak. Ia juga dapat menciptakan individu yang disiplin, pantang menyerah, rendah hati, menghormati sesama, beriman, kreatif, dan mandiri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan, baik yang disengaja maupun tidak, mampu membentuk karakter yang matang dan berwibawa, baik secara lahiriah maupun batiniah, mencakup keimanan, ketakwaan, moralitas, kesehatan, pengetahuan, keterampilan, kreativitas, kemandirian, dan tanggung jawab.

Pendidikan adalah salah satu sektor esensial dalam pembangunan suatu negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha terencana dan sadar untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan kemampuan diri dalam aspek spiritual, kendali diri, kepribadian, kecerdasan, moral, dan kemahiran yang diperlukan untuk dirinya sendiri dan komunitas Dalam Pasal 4 dijelaskan bahwa peserta didik adalah individu yang berusaha untuk mengembangkan kemampuan diri melalui proses belajar yang tersedia dalam jalur, jenjang, dan tipe pendidikan tertentu. Menurut Syah dalam Chandra [16], pendidikan berasal dari kata 'didik' yang berarti memelihara dan melatih. Keduanya memerlukan ajaran, bimbingan, dan pengarahan mengenai kecerdasan pikiran. Pendidikan diartikan sebagai proses mengubah sikap dan perilaku individu atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Mengacu pada definisi ini, sebagian orang memandang pengajaran sebatas pengajaran, karena umumnya pendidikan memerlukan pengajaran dan setiap individu memiliki kewajiban untuk mendidik. Secara sempit, mengajar diartikan sebagai kegiatan formal dalam menyampaikan materi pelajaran agar siswa memahami isi pelajaran. Dalam tradisi Jawa, teori pendidikan diungkapkan melalui syair tembang Pocung, yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah kunci.

Saranane kanthi laku

Lekase lawan kas

Tegese kas nyantosani

Setya bodya penekese dur angkara

(Ilmu itu Mencarinya dengan berusaha secara tulus niatan dalam pencarian paham harus dilandasi dengan keteguhan yang teguh dan mantap). Kata ‘kas’ mencerminkan potensi iman serta keteguhan hati dalam mengejar paham Kegiatan ini tentunya berfungsi untuk menahan dorongan hawa nafsu. pembinaan menjadi esensial dalam napas manusia, memainkan peran penting dalam pendewasaan secara fisik maupun mental, serta membentuk sikap dan perilaku menuju cita-cita manusia yang ideal. Dalam salah satu syair tembang Sinom, terungkap betapa pentingnya pendidikan:

Nuladha laku utama,

Tumraping wong tanah Jawi

Wong agung ing Ngeksiganda

Panembahan Senapati

Kepati amarsudi

Sudanen hawa lan nepsu

Pinesu tapa brata

Tanapi ing siang ratri

Amemangun karyanak tyas ing sasama

(Mencontoh perilaku yang utama, Untuk orang di tanah Jawa, Wong Agung di Ngeksiganda, Panembahan Senopati, Sampai mati mencari, Kurangilah keinginan dan nafsu, Sesungguhnya semedi, Tiap siang dan malam hari, Membuat harmonis napas hati semua orang).

Dua tembang tersebut dengan jelas menggambarkan bahwa pembinaan sangat penting dan dibutuhkan oleh manusia. pembinaan itu beraneka ragam; bisa berupa paham pengetahuan, interaksi sosial, maupun perbuatan baik yang membuat orang lain senang. Keteguhan dalam mencari paham mencerminkan bahwa paham memiliki nilai yang sangat tinggi dalam napas manusia. Terlebih lagi, di era globalisasi ini, napas menghadirkan berbagai kebutuhan yang beraneka ragam.

Dengan demikian, pembinaan dapat didefinisikan sangat luas, baik secara formal melalui lembaga dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, maupun lewat lingkungan seperti keluarga inti dan masyarakat.

2 . Faktor-Faktor Pendidikan

Menurut teori Jarome [17], beberapa hal mempengaruhi peningkatan mutu pembinaan Prestasi yang diraih seseorang sering kali dipengaruhi oleh faktor yang ada di luar diri individu, seperti pengalaman, keadaan keluarga, dan lingkungan.

a. Faktor Internal

Faktor internal berasal dari dalam diri individu itu sendiri, meliputi kecerdasan atau intelegensi, bakat, minat, dan gairah

1 ) Kecerdasan atau Intelegensi

Kecerdasan adalah kapasitas untuk belajar dan adaptasi terhadap situasi yang dihadapi.

2 ) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah diturunkan sebagai keahlian bawaan.

3 ) Minat

Minat adalah ketertarikan permanen untuk memperhatikan dan terlibat dalam aktivitas tertentu, disertai rasa kasih.

4 ) Motivasi

gairah dalam belajar adalah elemen penting yang mendorong individu untuk belajar. gairah mencerminkan keadaan mental dan sikap seseorang yang memberikan energi, memotivasi aktivitas, serta mengarahkan perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang penting.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal dapat memengaruhi prestasi belajar siswa yang berasal dari luar diri mereka, seperti beragam pengalaman, keadaan keluarga, dan lingkungan di sekitarnya.

1 ) Keadaan Keluarga

edukasi dimulai dalam keluarga, sedangkan sekolah adalah kelanjutan dari edukasi tersebut. Peralihan dari edukasi informal ke formal memerlukan kerjasama antara orang tua dan guru untuk meningkatan hasil belajar anak. Kerja sama ini penting, di mana orang tua perlu memperhatikan cara belajar anak di rumah, karena perhatian tersebut dapat memberikan dorongan dan alasan untuk belajar dengan giat. Anaknya memerlukan waktu, tempat, dan kondisi yang ideal untuk belajar.

2 ) Keadaan Sekolah

Lingkungan sekolah yang positif dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih keras. Aspek ini mencakup cara penyampaian materi, interaksi antara guru dan siswa, alat bantu belajar, serta kurikulum.

3 ) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan individu anak, sebab dalam setiap harinya anak berinteraksi dengan lingkungan tempat dia berada.[18]

3. Indikator Pendidikan

Indikator pendidikan di Desa Kurandak, kecamatan Belawan dapat dikembangkan dengan melihat beberapa aspek utama yang mencerminkan kualitas dan perkembangan pendidikan diwilayah tersebut. Indikator ini meliputi ;

a) Kualitas pendidikan : Meliputi kompetensi guru, kurikulum yang diterapkan, serta sarana dan prasarana pendukung pelajar yang memadai. Kualitas ini juga dapat diukur dari hasil ujian nasional dan prestasi siswa di tingkat lokal maupun nasional.

b) Partisipasi Masyarakat ; Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat sekitar dalam mendukung proses pendidikan, seperti melalui komite sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan program pemberdayaan pendidikan.

c) Angka Partisipasi Sekolah (APS) : Jumlah siswa yang berhenti sekolah sebelum menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Angka ini harus ditekan seminimal mungkin untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

d) Kesejateraan Siswa : Kondisi sosial ekonomi keluarga siswa yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengakses pendidikan, termasuk beasiswa dan bantuan pendidikan yang tersedia

e) Infrastruktur Pendidikan : Ketersediaan fasilitas seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan teknologi informasi yang mendukung proses belajar mengajar.

E. Meningkatkan Generasi Z

1. Pengertian Meningkatkan Generasi Z

Meningkatkan Generasi Z di Desa Kuranda, Kecamatan Belawan, berarti mengupayakan penguatan potensi dan kualitas sumber daya manusia dari kalangan anak-anak dan remaja yang tergolong dalam Generasi Z, yakni generasi muda yang lahir dan tumbuh pada era digital, dan memiliki keterikatan kuat dengan teknologi serta media sosial. Upaya peningkatan ini mencakup aspek pendidikan, keterampilan, karakter, serta kesadaran sosial dan lingkungan. Di tengah tantangan globalisasi dan ketimpangan sosial yang terjadi di wilayah pesisir seperti Belawan, peningkatan kualitas Generasi Z menjadi sangat penting agar mereka dapat berkontribusi terhadap pembangunan desa secara berkelanjutan. Langkah-langkah strategis seperti pelatihan berbasis teknologi, pengembangan wirausaha muda, program literasi digital, serta pembinaan karakter melalui kegiatan sosial dan keagamaan, merupakan bentuk nyata dalam mendorong tumbuhnya generasi yang cerdas, berakhlak, dan berdaya saing tinggi. Selain itu, dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, dan organisasi non-pemerintah sangat dibutuhkan agar program peningkatan ini berjalan optimal. Dalam konteks ini, membangun kolaborasi antar stakeholder menjadi salah satu kunci dalam menciptakan perubahan nyata bagi masa depan generasi muda di Desa Kuranda.

2. Faktor- Faktor Meningkatkan Generasi Z

a. Pendapatan Usaha Tani Orang Tua

Pendapatan orang tua yang bekerja di sektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap minat Generasi Z untuk berprofesi sebagai petani. Semakin tinggi pendapatan usahatani orang tua, semakin besar peluang Generasi Z tertarik melanjutkan profesi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan ekonomi orang tua di bidang pertanian dapat menjadi motivasi bagi Generasi Z untuk bertahan dan berkembang di desa.

b) Jarak Rumah dari Pusat Perkotaan

Lokasi desa yang dekat dengan pusat perkotaan dapat meningkatkan minat Generasi Z karena akses ke peluang kerja dan fasilitas yang lebih baik. Sebaliknya, desa yang jauh dari kota cenderung membuat Generasi Z mencari pekerjaan di luar desa.

c) Jumlah Kepemilikan Media Sosial

Kepemilikan dan penggunaan berbagai platform media sosial (seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, YouTube) berpengaruh positif terhadap minat Generasi Z dalam berbagai aktivitas di desa, termasuk pertanian. Media sosial menjadi sarana informasi, komunikasi, dan motivasi bagi Generasi Z di desa.

d) Jenis Kelamin

Faktor gender juga berpengaruh signifikan terhadap minat Generasi Z dalam memilih profesi di desa, meskipun detail pengaruhnya perlu kajian lebih lanjut.

e) Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan formal dan pelatihan yang diikuti oleh Generasi Z meningkatkan keterampilan mereka dan partisipasi dalam pekerjaan formal, yang dapat meningkatkan kontribusi mereka di desa.

f) Peran Media Sosial dalam Partisipasi Politik dan Sosial

Media sosial juga berperan dalam meningkatkan partisipasi politik dan sosial Generasi Z di desa, seperti yang ditemukan di Desa Sungai Ana, Sintang. Media sosial membantu meningkatkan kesadaran politik dan partisipasi aktif Generasi Z dalam kegiatan desa. [19]

3. Indikator Meningkatkan Generasi Z

a) Literasi Digital : Literasi digital telah memberikan berbagai manfaat yang signifikan bagi kehidupan masyarakat. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh meliputi peningkatan kemampuan individu dalam mencari dan memahami informasi, yang pada gilirannya dapat memperluas wawasan mereka terutama peserta pengabdian. [20]

b) Pengembangan Keterampilan Praktis dan Kepemimpinan : Kegiatan pramuka, dengan berbagai pelatihannya seperti pertolongan pertama, survival, dan kepemimpinan kelompok, menawarkan fondasi penting dalam hal ini.

c) Pendidikan Karakter : pendidikan karakter mencakup lebih dari sekedar pengetahuan akademis, itu juga melibatkan pengembangan etika, empati, kejujuran, dan keterampilan sosial.

d) Pelatihan keterampilan vokasi : pelatihan keterampilan vokasi menawarkan segudang manfaat bagi generasi muda di perdesaan. Pertama, dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan atau memulai usaha sendiri.

e) Edukasi holistic : edukasi holistic, yang menggabungkan ilmu, keterampilan, dan nilai-nilai, menjadi kunci untuk memberdayakan mereka dalam menghadapi tantangan ini.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang mendalam mengenai peran pelatihan dan pendidikan dalam meningkatkan kualitas generasi Z di Desa Kurandak, Kecamatan Belawan. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan aparatur desa, tokoh masyarakat, peserta pelatihan, dan tenaga pendidik, serta observasi langsung terhadap kegiatan pelatihan dan proses pendidikan yang berlangsung di desa. Teknik dokumentasi juga digunakan untuk menelaah data sekunder berupa laporan kegiatan, arsip desa, dan dokumen pelatihan yang tersedia. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, yakni berdasarkan pertimbangan tertentu yang relevan dengan fokus penelitian. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis tematik, yaitu mengidentifikasi, mengelompokkan, dan menafsirkan tema-tema penting yang muncul dalam proses pengumpulan data. Keabsahan data diuji melalui teknik triangulasi sumber dan metode guna memastikan validitas dan reliabilitas informasi. Dengan pendekatan ini, diharapkan penelitian dapat menggambarkan secara komprehensif bagaimana pelatihan dan pendidikan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas dan pemberdayaan generasi muda di wilayah pesisir tersebut.

Hasil Dan Pembahasan

A. Hasil Uji Penelitian Peran Pelatihan dan Pendidikan dalam Meningkatkan Generasi Z di Desa Kurandak Kecamatan Belawan

1. Uji Rehabilitas

a . X1

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X1.1 4.70 .462 44
X1.2 4.70 .462 44
X1.3 4.55 .589 44
X1.4 4.50 .629 44
X1.5 4.30 .668 44
X1.6 4.50 .665 44
X1.7 4.39 .538 44
Table 1. Uji Rehabilitas X1

b . X2

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X2.1 4.64 .487 44
X2.2 4.57 .501 44
X2.3 4.20 .701 44
X2.4 3.75 .866 44
X2.5 4.20 .765 44
X2.6 4.73 .451 44
X2.7 4.73 .451 44
X2.8 4.23 .565 44
Table 2. Uji Rehabilitas X2

c . Y

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Y1.1 4.64 .487 44
Y1.2 4.57 .501 44
Y1.3 4.20 .701 44
Y1.4 3.75 .866 44
Y1.5 4.20 .765 44
Y1.6 4.25 .534 44
Y1.7 4.32 .674 44
Y1.8 4.14 .734 44
Table 3. Uji Rehabilitas Y

d. Realitas X1 X2 Y

- Variabel X1 (misalnya: Pendidikan)

Tabel ini menampilkan statistik deskriptif untuk 7 butir pertanyaan/item pada variabel X1.

Rata-rata (Mean) berkisar antara 4.30 hingga 4.70, yang menunjukkan bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan-pernyataan dalam item X1.

Standard Deviation (Simpangan Baku) antara 0.462 hingga 0.668, menunjukkan bahwa variabilitas jawaban relatif rendah, artinya jawaban responden cenderung konsisten.

Jumlah responden (N) sebanyak 44 orang.

- Variabel X2 (misalnya: Pelatihan)

Statistik untuk 8 item pertanyaan.

Mean berkisar antara 3.75 hingga 4.73. Item dengan mean terendah adalah X2.4 = 3.75, yang menunjukkan bahwa ada ketidaksetujuan relatif lebih tinggi terhadap item tersebut dibanding item lainnya.

Standard Deviation tertinggi adalah pada item X2.4 = 0.866, menunjukkan bahwa jawaban pada item ini lebih bervariasi dibanding item lain.

Jumlah responden tetap 44.

- Variabel Y (misalnya: Meningkatkan Gen Z)

Terdapat 8 item untuk variabel Y.

Mean berkisar antara 3.75 hingga 4.64, dengan item Y1.4 = 3.75 sebagai yang terendah, menunjukkan adanya variasi persepsi atau ketidaksepakatan pada aspek tersebut.

Standard Deviation paling tinggi pada Y1.4 dan Y1.8, masing-masing sebesar 0.866 dan 0.734, yang mengindikasikan adanya keragaman tanggapan dari responden terhadap item tersebut.

Responden tetap sebanyak 44.

Semua variabel memiliki rata-rata di atas 4, yang menandakan kecenderungan positif atau tingkat kesetujuan yang tinggi dari responden.

Beberapa item (seperti X2.4 dan Y1.4) menunjukkan variasi jawaban yang tinggi, yang bisa menjadi perhatian lebih lanjut dalam analisis validitas atau reliabilitas instrumen.

=Ukuran sampel (N = 44) konsisten untuk semua item.

2. Uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 416.060 2 208.030 100.657 .000b
Residual 84.736 41 2.067
Total 500.795 43
a. Dependent Variable: MENINGKATKAN GEN Z
b. Predictors: (Constant), PENDIDIKAN, PELATIHAN
Table 4. Uji F

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji ANOVA atau uji F menghasilkan nilai Fhitung sebesar 100,657 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai Fhitung (100,657) > Ftabel dan nilai signifikansi jauh lebih kecil dari alpha 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak H₀ dan menerima H₁.

Hasil temuan ini menyatakan bahwa secara simultan, variabel Pendidikan dan Pelatihan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan Gen Z.

3. Uji Multi

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 PERAN PELATIHAN .802 1.247
PENDIDIKAN .802 1.247
a. Dependent Variable: MENINGKATKAN GENERASI Z
Table 5. Uji Multi

Dengan melihat nilai VIF (Varian Inflation Factor) diketahui nahwa seluruh variable tidak memiliki nilai VIF > 10, serta nilai tolerance yang < 0.10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas atau asumsi multikolinearitas telah terpenuhi.

4. Uji Kolmogorov Smirnov-Test

Figure 1. Uji Kolmogorov Smirnov-Test

Data di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig.) pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0,200, yang berada di atas angka 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Dengan demikian, asumsi normalitas dalam model regresi telah terpenuhi, dan model regresi ini layak untuk digunakan.

5. Histogram

Figure 2. Histogram

Interpretasi:

Sebagian besar residual berada di sekitar nilai 0, membentuk pola lonceng (normal).Ini mendukung hasil uji Kolmogorov-Smirnov bahwa residual terdistribusi normal.

Normalitas residual adalah salah satu asumsi penting dalam regresi linier, sehingga model regresi bisa dianggap valid.

6. P - P Plot

Figure 3. P - P Plot

Grafik Normal P-P Plot menunjukkan hubungan antara probabilitas kumulatif yang diharapkan (Expected Cum Prob) dan probabilitas kumulatif yang diamati (Observed Cum Prob) dari residual standar.

Titik-titik dalam grafik ini sebagian besar mengikuti garis diagonal (garis ideal normalitas).

Hal ini menunjukkan bahwa residual (kesalahan prediksi) dalam model regresi terdistribusi secara normal.

7. Uji Determinasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .911a .831 .823 1.438
a. Predictors: (Constant), PENDIDIKAN, PELATIHAN
b. Dependent Variable: MENINGKATKAN GEN Z
Table 6. Uji Determinasi

Dari data pada tabel di atas, diperoleh nilai R Square sebesar 0,831 yang berarti bahwa 83,1% variabilitas variabel dependen (MENINGKATKAN GEN Z) dapat dijelaskan oleh variabel independen, yaitu PENDIDIKAN dan PELATIHAN. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dan dependen adalah sangat kuat dan signifikan.

Sedangkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,823 atau 82,3%, yang berarti bahwa sisanya sebesar 17,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar variabel PENDIDIKAN dan PELATIHAN yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

8. Scatterplot

Figure 4. Scatterplot

Grafik scatterplot pada gambar di atas menunjukkan bahwa titik-titik residual tersebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Titik-titik tersebut tersebar baik di atas maupun di bawah garis nol pada sumbu Y.

Pola penyebaran residual yang acak ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi yang digunakan untuk memprediksi variabel dependen (MENINGKATKAN GEN Z) berdasarkan variabel independen (PENDIDIKAN dan PELATIHAN). Hal ini memperkuat bahwa model regresi memenuhi salah satu asumsi klasik, yaitu asumsi homoskedastisitas, yang penting untuk validitas hasil analisis regresi.

9. Uji T

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.566 3.458 3.055 .004
PERAN PELATIHAN .333 .109 .220 2.628 .004
PENDIDIKAN .973 .088 .792 3.839 .000
a. Dependent Variable: MENINGKATKAN GENERASI Z
Table 7. Uji T

Berdasarkan table hasil pengujian hipotesis secara parsial pada peran pelatihan di peroleh nilai-nilai thitung > ttable atau nilai thitung = .220 > .004. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan hasil uji t maka hipotesis Haa, diterima dan Ho, ditolak. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap meningkatkan genrasi z di desa kurandak kecamatan belawan.

Selanjutnya berdasarkan tabel hasil pengujian hipotesis secara parsial pada pendidikan diperoleh nilai t hitung > t tabel atau nilai t hitung = .792 >.000. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan hasil uji t maka hipotesis Ha, diterima dan Ho, ditolak. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap meningkatkan generasi z didesa kurandak kecamatan belawan.

Simpulan

Pelatihan dan pendidikan memiliki peran strategis dalam membentuk dan meningkatkan kualitas Generasi Z di Desa Kurandak, Kecamatan Belawan. Generasi ini tumbuh dalam era digital dan sangat akrab dengan teknologi, sehingga mereka memiliki potensi besar dalam mendukung pembangunan desa. Namun, potensi ini perlu diarahkan melalui pendidikan yang berkualitas dan pelatihan yang relevan.

Pendidikan membentuk karakter, etika, kecerdasan, dan keterampilan generasi muda, sementara pelatihan memberikan keahlian praktis serta meningkatkan efisiensi kerja, pelayanan publik, dan pengelolaan usaha desa seperti BUMDes. Faktor-faktor internal (seperti kecerdasan dan motivasi) dan eksternal (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat) turut memengaruhi keberhasilan pendidikan.

Upaya peningkatan Generasi Z juga dipengaruhi oleh variabel seperti pendapatan orang tua, akses ke media sosial, lokasi geografis desa, dan pelibatan mereka dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Indikator keberhasilan dari peningkatan ini meliputi literasi digital, keterampilan vokasi, kepemimpinan, pendidikan karakter, dan partisipasi sosial.

Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk menciptakan program pendidikan dan pelatihan yang terintegrasi, adaptif terhadap zaman, dan sesuai dengan kebutuhan lokal. Dengan pendekatan yang tepat, Generasi Z di Desa Kurandak berpotensi menjadi agen perubahan yang mendorong kemajuan desa secara berkelanjutan.

References

[1] R. Adolph, “Zaimu,” Zaimu Journal, vol. 6, no. 3, pp. 1–23, 2016.

[2] A. N. Halawa and D. Mulyanti, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kualitas Mutu Instansi Pendidikan dan Pembelajaran,” Inspirasi Dunia: Jurnal Riset Pendidikan dan Bahasa, vol. 2, no. 2, pp. 57–64, 2023.

[3] M. C. Rizky, “Pengaruh Penggunaan Teknologi terhadap Fleksibilitas Kerja dan Peningkatan Kinerja Karyawan di Era New Normal pada PT. Kalfaz Sadhara,” Jurnal Ilmu Manajemen, 2022.

[4] Salma and M. C. Rizky, “Strategi Manajemen Unggul dalam Mengelola Human Capital Management untuk Meningkatkan Kinerja Pendidikan,” Jurnal Manajemen Pendidikan, 2024.

[5] R. Susanto, “Pendidikan di Wilayah 3T: Studi Kasus di Sumatera Utara,” Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 10, no. 2, pp. 89–101, 2020.

[6] M. B. Miles and A. M. Huberman, Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook, 2nd ed. Thousand Oaks, CA: Sage Publications, 1992.

[7] A. D. Putra, “Pendidikan Generasi Z di Era Digital,” Jurnal Pendidikan dan Teknologi, vol. 14, no. 2, pp. 123–134, 2022.

[8] H. Prasetyo, “Tantangan Pendidikan Generasi Z di Indonesia,” Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, vol. 3, no. 1, pp. 45–57, 2021.

[9] M. Sari and S. Widodo, “Dampak Pelatihan Berbasis Kompetensi terhadap Kesiapan Kerja Pemuda Desa,” Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, vol. 6, no. 1, pp. 56–68, 2019.

[10] A. N. Halawa and D. Mulyanti, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kualitas Mutu Instansi Pendidikan dan Pembelajaran,” Inspirasi Dunia: Jurnal Riset Pendidikan dan Bahasa, vol. 2, no. 2, pp. 57–64, 2023.

[11] R. Hardi, P. Harefa, E. Waruwu, and A. Beniah, “Analisis Peran Pelatihan dan Pengembangan dalam Meningkatkan Kinerja Aparatur Desa Fodo Kecamatan Gunungsitoli Selatan Kota Gunungsitoli,” Jurnal Administrasi dan Pemerintahan, vol. 5, no. 4, pp. 1364–1376, 2024.

[12] M. C. Rizky, “Pengaruh Faktor-Faktor Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Mitra Jasa Power Medan,” Jurnal Ilmu Manajemen, 2018.

[13] A. Y. Syaikhudin and A. F. Rozi, “Analisis Peran Pelatihan dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan pada Perusahaan Bataringan Jayabrix Lamongan,” J-MACC: Journal of Management and Accounting, vol. 2, no. 2, pp. 102–111, 2019.

[14] Jurnal Mirai Management, “Jurnal Mirai Management Template,” Mirai Management, 2021.

[15] R. Saputra, E. Lilianti, and H. Heryati, “Pengaruh Pelatihan Kerja, Prestasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada PT. Kereta Api (Persero) Divre III Plaju Palembang,” Jurnal Manajemen dan Investasi (MANIVESTASI), vol. 4, no. 1, pp. 62–72, 2022.

[16] Simbelmawa, “Pengumuman Pendanaan PKM 5 Bidang Tahun 2020,” Simbelmawa.kemdikbud.go.id, no. 021, 2020.

[17] A. Y. Syaikhudin and A. F. Rozi, “Analisis Peran Pelatihan dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan pada Perusahaan Bata Ringan Jayabrix Lamongan,” J-MACC: Journal of Management and Accounting, vol. 2, no. 2, pp. 102–111, 2019.

[18] M. S. Ummah, “A Covariance Structure Analysis of Health-Related Indicators in Home-Based Elderly with Subjective Health Perception,” Sustainability (Switzerland), vol. 11, no. 1, pp. 1–14, 2019.

[19] R. Saputra and E. Lilianti, “Pengaruh Pelatihan Kerja, Prestasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada PT. Kereta Api (Persero) Divre III Plaju Palembang,” Jurnal Manajemen dan Investasi (MANIVESTASI), vol. 4, no. 1, pp. 62–72, 2022.

[20] N. A. Wijaya and K. Arisetyawan, “Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Kerja Gen-Z di Indonesia,” Independent: Journal of Economics, vol. 3, no. 3, pp. 158–170, 2023.