Pendahuluan
Pembangunan desa merupakan fondasi penting dalam menciptakan kesejahteraan yang merata dan berkelanjutan di Indonesia. Desa, sebagai unit pemerintahan terkecil, memiliki peran strategis dalam menggerakkan roda pembangunan dari bawah, dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada. Dalam era desentralisasi dan otonomi daerah, penguatan kapasitas desa menjadi semakin penting agar mampu mandiri dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang berbasis pada kebutuhan masyarakat. Salah satu aktor kunci yang tidak dapat diabaikan dalam proses ini adalah generasi muda. Generasi muda tidak hanya merepresentasikan masa depan desa, tetapi juga merupakan kekuatan produktif yang memiliki potensi besar sebagai agen perubahan sosial, ekonomi, dan budaya.
Namun, realitas di banyak desa di Indonesia, termasuk Desa Belawan yang terletak di kawasan pesisir Kota Medan, menunjukkan bahwa peran strategis generasi muda belum tergarap secara optimal. Banyak dari mereka menghadapi tantangan struktural seperti keterbatasan akses pendidikan, pelatihan keterampilan kerja, minimnya peluang wirausaha dan kerja layak, serta rendahnya pelibatan dalam pengambilan keputusan di tingkat desa. Akibatnya, tidak sedikit generasi muda yang memilih untuk merantau ke kota besar, bekerja di sektor informal, atau bahkan menganggur. Ketimpangan antara potensi besar yang dimiliki oleh pemuda dengan kontribusi nyata terhadap pembangunan desa menciptakan kondisi stagnan yang menghambat upaya menciptakan masyarakat desa yang mandiri dan sejahtera.
Dalam konteks ini, keberadaan dan efektivitas strategi pembangunan desa menjadi sangat penting. Strategi desa yang dirancang dengan baik, partisipatif, dan responsif terhadap kebutuhan pemuda dapat menjadi sarana utama dalam menciptakan ruang inklusif yang mendorong generasi muda untuk terlibat aktif dalam berbagai aspek pembangunan. Strategi ini perlu menyentuh aspek pendidikan nonformal, peningkatan keterampilan kerja, penciptaan ekosistem kewirausahaan, dan penyediaan akses terhadap pasar kerja serta sumber daya produktif lainnya. Lebih jauh, pelatihan dan pengembangan karir menjadi instrumen fundamental untuk membentuk kapasitas, karakter, serta kesiapan generasi muda menghadapi tantangan globalisasi dan dinamika ekonomi yang terus berubah.
Pelatihan yang bersifat praktis dan berorientasi pada kebutuhan lokal, seperti pelatihan teknologi perikanan, kewirausahaan digital, atau manajemen logistik pelabuhan, dapat menjadi pintu masuk bagi pemuda Belawan untuk lebih kompeten dan kompetitif. Begitu pula dengan program pengembangan karir berbasis potensi daerah, yang dapat menghubungkan pemuda dengan peluang kerja formal maupun informal, akan sangat membantu mereka membangun masa depan yang lebih cerah tanpa harus meninggalkan desa. Ketiga komponen utama strategi desa, pelatihan, dan pengembangan karir jika dirancang secara integratif dan berkelanjutan, akan saling memperkuat dan menciptakan dampak yang signifikan terhadap pemberdayaan generasi muda.
Desa Belawan memiliki karakteristik geografis dan demografis yang unik, termasuk potensi besar di sektor kelautan, perikanan, dan pelabuhan. Namun, potensi tersebut belum sepenuhnya mampu dikonversi menjadi peluang ekonomi nyata, terutama bagi kalangan muda. Dalam hal ini, program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan lembaga terkait perlu ditinjau kembali efektivitasnya dalam menjangkau kelompok pemuda dan memberdayakan mereka secara nyata. Perlu adanya pendekatan yang lebih terarah, terukur, dan partisipatif untuk memastikan bahwa intervensi yang dilakukan benar-benar menjawab kebutuhan pemuda desa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran strategi desa, pelatihan, dan pengembangan karir terhadap pemberdayaan generasi muda di Desa Belawan. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi teoritis dan praktis, terutama dalam merumuskan rekomendasi kebijakan yang aplikatif bagi pemerintah desa, lembaga pelatihan, dan aktor pembangunan lainnya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan memperkaya literatur tentang pembangunan berbasis komunitas, dengan menekankan pentingnya inklusi dan peran aktif generasi muda sebagai motor penggerak transformasi sosial dan ekonomi di tingkat desa.
Pembahasan
1. Strategi Pembangunan Desa
Istilah strategi memiliki akar historis yang berasal dari bahasa Yunani, strategos, yang secara harfiah merujuk pada seni dan keterampilan seorang jenderal dalam menyusun serta mengarahkan kekuatan militer untuk meraih kemenangan [1]. Seiring waktu, makna strategi mengalami perluasan dan tidak lagi terbatas pada konteks militer. Kini, strategi dipahami sebagai pendekatan sistematis dalam merancang dan mengarahkan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu di berbagai bidang, seperti organisasi, pendidikan, dan riset.Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai seperangkat metode atau pendekatan yang dirancang untuk memanfaatkan sumber daya secara maksimal demi meraih tujuan yang dianggap prioritas. Dalam konteks ini, strategi memiliki peran sebagai panduan dalam membuat keputusan yang tepat dan efisien.
David (2011) menyatakan bahwa perencanaan strategis merupakan proses sistematis yang mencakup identifikasi tujuan, penetapan skala prioritas, serta pengalokasian sumber daya secara optimal. Proses ini memungkinkan individu maupun organisasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci seperti “Apa yang ingin dicapai?”, “Mengapa hal itu penting?”, dan “Siapa yang akan bertanggung jawab atas pelaksanaannya?”. Dengan demikian, perencanaan strategis tidak hanya bertindak sebagai respons atas permasalahan, tetapi juga sebagai upaya proaktif dalam menetapkan langkah-langkah menuju keberhasilan. Sebagai ilustrasi, proses ini dapat dianalogikan dengan sekelompok anak yang merencanakan kegiatan memasak. Mereka memilih menu yang akan dibuat (menentukan tujuan), mendiskusikan alasan memilih menu tersebut (alasan strategis), serta membagi peran dalam proses seperti menyiapkan bahan, memasak, dan membersihkan peralatan (pembagian tugas dan tanggung jawab). Walaupun sederhana, pendekatan ini menggambarkan prinsip-prinsip strategi yang terstruktur dan terencana.[2]
Strategi pembangunan adalah langkah-langkah yang akan ditempuh oleh seluruh perangkat organisasi yang berisi program indikasi untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Pembangunan pedesaan dilihat sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana serta upaya mempercepat pembangunan perekonomian daerah yang efektif dan kokoh. Strategi pembangunan daerah dapat bersifat menyeluruh dan parsial. Strategi yang menyeluruh berkaitan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan tabungan dan investasi. Strategi parsial berkaitan dengan alokasi dan distribusi anggaran pendapatan dan belanja menurut satuan kerja untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Strategi menyeluruh dalam bentuk rencana jangka menengah dan panjang. Sedangkan strategi parsial dalam bentuk jangka pendek sebagai bagian dari rencana jangka menengah dan panjang.[3]
Pembangunan perdesaan harus dilihat sebagai upaya mempercepat pembangunan perdesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana serta upaya mempercepat pembangunanperekonomian daerah yang efektif dan kokoh [4]. Tujuan pembangunan menurut Siagian (2005) yaitu untuk mempercepat terwujudnya masyarkat adil dan makmur yang menjadi alasan utama diproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sasaran (target) merupakan hasil yang diharapkan atas adanya suatu program atau keluaran yan diharapkan dari suatu kegiatan. [5]
Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan pedesaan adalah bagian dari usaha peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pedesaan dan masyarakat secara keseluruhan yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan pada potensi dan kemampuan desa itu sendiri. Pembangunan desa adalah proses terencana yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan secara menyeluruh. Selain membangun infrastruktur, pembangunan ini mencakup aspek ideologi, politik, sosial, budaya, ekonomi, agama, dan keamanan. Masyarakat didorong untuk memiliki pola pikir kritis, berpartisipasi aktif dalam demokrasi, menjaga solidaritas, melestarikan budaya lokal, mengembangkan ekonomi mandiri, serta menjunjung nilai spiritual dan keamanan komunitas. Dengan pendekatan holistik ini, desa dapat berkembang menjadi wilayah yang maju, sejahtera, dan berdaya saing tinggi.
Strategi pembangunan masyarakat desa melalui program perikanan darat ditinjau berdasarkan orientasi yang berfokus pada kebutuhan masyarakat itu sendiri. Pendekatan pembangunan yang mengutamakan kebutuhan warga desa sangat penting karena latar belakang pekerjaan masyarakat menjadi salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di desa tersebut. Dengan menyesuaikan program pembangunan pada aktivitas dan pekerjaan masyarakat, pelaksanaan program akan lebih mudah dan efektif. Selain itu, keterlibatan aktif masyarakat dalam program ini memungkinkan munculnya berbagai temuan baru yang dapat meningkatkan inovasi dan kualitas pelaksanaan program.
Pembangunan sering diartikan sebagai proses perubahan yang direncanakan dari kondisi nasional saat ini menuju kondisi yang dianggap lebih baik. Dengan demikian, pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan atau perbaikan yang berkelanjutan.
pembangunan pada dasarnya diarahkan kepada perubahan atau perbaikan kondisi kehidupan masyarakat menuju kepada kondisi yang lebih baik atau lebih bernilai. Tujuan pembangunan tidak lain adalah untuk tercapainya kesejahteraan atau mutu hidup masyarakat pada semua aspek kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan lainlain. Pengertian dan Pendekatan Pembangunan Desa. Pembangunan desa yang lazim disebut rural development atau community developmentoleh Perserikatan BangsaBangsa (PBB) didefinisikan sebagai “suatu proses, baik usaha-usaha masyarakat yang bersangkutan yang diambil berdasarkan prakarsa sendiri, maupun kegiatan pemerintah, dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat dan mengintegrasikan kehidupan masyarakat-masyarakat itu ke dalam kehidupan bangsa, dan memampukan mereka untuk memberi sumbangan sepenuhnya demi kemajuan nasional”.
Menurut Marzuki (2004) bahwa tahapan proses pembangunan desa terdiri dari : perencanaan, implementasi/pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program. Sedangkan menurut UU. Desa No.6 Tahun 2014 (Pasal 78), tahapan pembangunan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Menurut Adisasmita (2006), strategi pembangunan desa yang efektif harus bersifat partisipatif, berkelanjutan, dan berbasis pada potensi lokal. Pembangunan desa tidak hanya menitikberatkan pada pembangunan fisik, tetapi juga pada peningkatan kapasitas masyarakat.
Berfokus pada penelitian ini, strategi yang dilakukan pemerintah dalam membangun desa belawan bahagia lingkungan 14 diantara :
PKH merupakan program bantuan sosial bersyarat yang bertujuan untuk membantu rumah tangga sangat miskin dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti akses pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Meskipun lebih difokuskan di Kelurahan Belawan Bahari, program penataan kawasan oleh Pemerintah Kota Medan dan Kementerian PUPR juga berdampak pada wilayah sekitar, termasuk Belawan Bahagia. Program ini mencakup perbaikan kualitas rumah, pembangunan saluran drainase, penyediaan air bersih, dan pengelolaan sampah melalui TPS3R.
Belawan Bahagia memiliki potensi besar di bidang perikanan, dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan. Pemerintah berupaya meningkatkan pendapatan nelayan tradisional melalui penyediaan modal kerja dan pelatihan keterampilan. Faktor-faktor seperti modal kerja dan penerimaan kotor berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan.
Puskesmas Belawan menyediakan berbagai layanan kesehatan primer, termasuk pelayanan promotif dan preventif. Fasilitas yang tersedia meliputi ruang periksa, laboratorium, dan ruang rawat inap dan juga bpjs gratis . yang bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.
a. Program keluarga harapan ( PKH )
b. Peningkatan infrasturuktur dan penataan kawasan
c. Pengembangan sektor perikanan
d. Peningkatan layanan kesehatan
e. Asuransi ketenaga kerjaan
Seperti keselamat kerja yang diberikan untuk para nelayan dan petani yang bekerja di daaerah desa belawan bahagia lingkungan 14 tersebut.
2. Pelatihan Desa
Pelatihan adalah suatu proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktekdari pada teori yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja atau suatu kelompok unitkerja dengan menggunakan pendekatan belajar orang dewasa (andragogi) yang bertujuanuntuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja. Dengan kata lain, pelatihansebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh danmeningkatkan keterampilan di luar sistempendidikan yang berlaku dalam waktu yangrelatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek dari pada teori.
Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan berperan penting dalam membentuk individu yang mandiri, kreatif, dan siap menghadapi tantangan bisnis. Selain memberikan pengetahuan teknis, pelatihan ini mengembangkan kemampuan berpikir inovatif, mengambil risiko, dan mengelola sumber daya. Dengan demikian, peserta dapat menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja baru, membantu mengurangi pengangguran, serta mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan. Jiwa kewirausahaan dapat dibentuk melalui pengalaman dan pembelajaran, menjadikan pelatihan ini investasi penting untuk mencetak generasi muda yang produktif dan berdaya saing.
Menurut Rowley (2012) Istilah “pelatihan” biasanya merujuk pada metode untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu sebagai hasil dari proses pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan kejuruan atau kemampuan praktis yang relevan dengan kompetensi spesifik yang dibutuhkan. Pelatihan merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia yang fokus pada kegiatan pemberian instruksi khusus yang telah direncanakan sebelumnya, seperti pelatihan prosedur operasional tertentu atau pelatihan keterampilan yang terkait dengan tugas dan pengenalan program kerja.
Menurut Marzuki (2004) pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktik daripada teori, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku seseorang agar mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Pelatihan ini biasanya dilakukan dalam waktu singkat dan bersifat terstruktur untuk menguasai keterampilan tertentu yang dibutuhkan dalam kehidupan atau pekerjaan.
Pelatihan dapat dianggap sebagai bentuk pendidikan informal yang mirip dengan “sekolah kecil”. Dalam pelatihan, terjadi interaksi dua arah antara fasilitator dan peserta. Awalnya, banyak peserta mungkin belum memiliki pengetahuan atau keterampilan yang cukup, tetapi melalui proses belajar yang berkelanjutan, kemampuan mereka meningkat secara signifikan. Pelatihan bersifat praktis dan menyenangkan, menggabungkan unsur bermain, praktik langsung, dan motivasi internal. Tujuannya tidak hanya mengembangkan kecerdasan dan keterampilan, tetapi juga membangun semangat dan rasa percaya diri peserta.
Dengan metode yang tepat, pelatihan dapat membawa perubahan besar. Peserta yang awalnya pasif dan kurang percaya diri bisa menjadi lebih aktif, terampil, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pelatihan tidak hanya meningkatkan kemampuan teknis, tetapi juga membantu pembentukan karakter dan pemberdayaan individu. Proses ini berlangsung dalam waktu relatif singkat dengan penekanan pada praktik dibandingkan teori, dan berlangsung di luar sistem pendidikan formal.
Tujuan pelatihan dan pengembangan yaitu untuk meningkatkan kemampuan generasi muda di desa belawan bahagia baik secara afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan psikomotoriknya (perilaku) serta mempersiapkan karyawan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat mengatasi hambatan-hambatan yang sekiranya muncul dalam pekerja.
Sudjana menjelaskan bahwa pelatihan masyarakat desa harus berbasis kebutuhan lokal, menggunakan pendekatan partisipatif dan kontekstual. Pelatihan di desa yang berhasil adalah yang mengembangkan potensi ekonomi produktif, seperti pelatihan keterampilan kerja, kewirausahaan, dan pengolahan hasil pertanian. Sudjana juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan andragogi dalam pelatihan orang dewasa di desa.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam, serta membekali mereka dengan keterampilan baru dan metode terbaik yang relevan dengan kondisi lokal. Pelatihan ditujukan untuk melengkapi keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan, serta mampu menggunakan peralatan kerja dengan benar. Namun, meskipun upaya pelatihan telah dilakukan, belum banyak penelitian yang secara menyeluruh menganalisis dampak pelatihan dan pengembangan terhadap peningkatan kapasitas masyarakat desa dalam mengelola sumber daya alam. Peningkatan kapasitas masyarakat merupakan salah satu faktor kunci dalam mencapai pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Pelatihan dan pengembangan dapat menjadi sarana efektif untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Manusia merupakan komponen penting dalam suatu organisasi yang akan bergerak dan melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia di dalamnya, sehingga pengembangan diri diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya. Menurut Jonah dalam, bahwa pengembangan kapasitas adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas sumber daya manusia dalam suatu organisasi.
Berdasarkan pendapat para ahli seperti Rowley (2012) dan Marzuki (2004), pelatihan merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada praktik lebih dari teori, dilakukan secara terstruktur dalam waktu singkat, serta bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang relevan dengan tugas atau pekerjaan. Dalam konteks pelatihan desa bagi generasi muda, konsep ini sangat relevan karena pelatihan dirancang menggunakan pendekatan andragogi yang sesuai dengan karakteristik pembelajar dewasa. Pelatihan tersebut membekali generasi muda dengan kompetensi praktis dan keahlian yang spesifik, baik teknis maupun sosial, guna meningkatkan kemandirian dan peran aktif mereka dalam pembangunan desa. Dengan demikian, pelatihan bagi generasi muda di desa tidak hanya meningkatkan kapasitas individu, tetapi juga menjadi sarana strategis untuk mendorong pemberdayaan dan pembangunan berkelanjutan di tingkat komunitas desa. Sehingga dengan adanya pelatihan yang dilakukan bisa membantu para generasi muda pada desa belawan bahagia tidak mudah terjerumus kedalam pergaulan bebas seperti tawuran, narkoba dll.
Pelatihan yang dilakukan pada desa belawan bahagis lingkungan 14 untuk memperdayakan generasi muda disana diantara : menciptakan rehabilitasi gratis untuk para generasi muda yang membutuhkan perhatian khusus terkait masalah narkoba yang disediakan oleh program BNN, melakukan perjumpaan yang dilakukan pada setiap minggunya untuk memberikan penjelasan dan arahan yang dapat mempengaruhi generasi muda kearah yang lebih baik lagi .
3. Pengembangan Karir
Pengembangan Karier yaitu suatu Tindakan manajemen karier dan pengembangan karier atau dapat diartikan sebagai proses indentifikasi potensikarier seorang pegawai, Sinambela . Pembangunan desa yang dilakukan secara partisipatif dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Ketika masyarakat lokal dilibatkan secara aktif dalam proses pembangunan, tidak hanya manfaat ekonomi yang tercipta, tetapi juga kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem desa semakin meningkat. Selain itu, keterlibatan pihak eksternal seperti pemerintah dan investor swasta memiliki peran strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan desa. Namun, dukungan tersebut akan memberikan dampak yang optimal apabila regulasi yang diterapkan bersifat inklusif, tidak membebani masyarakat lokal, serta mampu memberikan manfaat langsung bagi mereka. Dengan adanya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan mitra eksternal, maka pembangunan desa dapat berjalan secara berkelanjutan dan harmonis.
Perencanaan karir membantu individu mengenali tujuan kerja serta langkah untuk mencapainya. Di lingkungan kerja, pengembangan kemampuan dan peluang mencoba peran baru mendorong peningkatan kompetensi. Penghargaan seperti promosi atau insentif menjadi pemicu motivasi. Oleh sebab itu, peran pimpinan dalam mendukung arah karir pegawai menjadi kunci untuk pertumbuhan bersama antara karyawan dan organisasi.[6]
Pengembangan karir merupakan aspek krusial dalam dunia kerja karena melalui upaya yang konsisten, karyawan memiliki peluang untuk mencapai posisi yang sejalan dengan kompetensi serta kualifikasi yang dimilikinya. Proses ini merupakan rangkaian langkah yang dimulai sejak awal seseorang bergabung dengan perusahaan hingga masa akhir jabatannya.[7]
Menurut Handoko [8] pengembangan karir adalah penigkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai karir yang diinginkan. Selain itu, Pengembangan karier pegawai secara umum dapat diartikan sebagai upaya perubahan atau peningkatan karier pegawai dari suatu jabatan lain dalam ruang dan golongan yang berbeda.[9] Perencanaan karir pada prinsipnya adalah tanggung jawab individu karena individu pegawailah yang lebih tahu mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhannya, tetapi disebabkan organisasi mempunyai kepentingan, maka organisasi harus terlibat di dalamnya agar dapat dicapai secara efektif baik dilihat dari sudut pandang pegawai maupun organisasi.[10]
Teori Capacity Building yang dikemukakan oleh Morgan [11] menegaskan bahwa pengembangan kapasitas bukan hanya sekadar meningkatkan kompetensi individu, tetapi juga memperkuat sistem dan lingkungan organisasi secara keseluruhan untuk mencapai keberlanjutan. Dengan kata lain, keberhasilan suatu lembaga tidak hanya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, tetapi juga oleh efektivitas tata kelola dan kemampuannya beradaptasi dengan perubahan lingkungan [12]
Widianita mengembangkan pemahaman bahwa pengembangan karir tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal individu (minat, motivasi, bakat), tetapi juga oleh dukungan lingkungan seperti akses pendidikan, kebijakan karir, dan mentoring. Teori ini menekankan pentingnya kolaborasi antara individu dan sistem pendukung eksternal dalam membentuk jalur karir yang produktif.[13]
Menurut pandangan Faisal Marzuki, pengembangan karier penting karena merupakan proses berkelanjutan yang membantu individu meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap agar dapat mencapai tujuan karier yang diinginkan serta beradaptasi dengan perubahan lingkungan kerja yang dinamis. Pengembangan karier juga berperan dalam meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja, mendukung regenerasi tugas dalam organisasi, serta mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional dan kompeten sesuai dengan tuntutan zaman.
Selain itu, pengembangan karier yang baik didukung oleh perencanaan karier yang matang, peran aktif individu, dan dukungan manajemen atau departemen SDM. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil, kompetitif, dan seimbang, sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Singkatnya, pengembangan karier menurut Marzuki adalah kunci untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan profesional, yang mampu bersaing dan berkontribusi optimal dalam organisasi maupun masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli seperti Sinambela, Handoko, dan Faisal Marzuki, pengembangan karier merupakan proses berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan potensi, keterampilan, dan sikap individu dalam rangka mencapai jenjang karier yang diinginkan. Proses ini tidak hanya membutuhkan perencanaan yang matang dan peran aktif individu, tetapi juga dukungan dari pihak eksternal seperti pemerintah atau lembaga terkait.
Dalam konteks generasi muda di Desa Belawan, pengembangan karier menjadi semakin penting mengingat tantangan sosial dan ekonomi yang mereka hadapi. Dukungan pemerintah seperti Program KIP Kuliah, rehabilitasi gratis oleh BNN, serta bantuan UMKM merupakan bentuk konkret dari fasilitasi yang mendorong pertumbuhan karier dan kemandirian pemuda desa. Bantuan-bantuan ini menciptakan peluang bagi generasi muda untuk mengakses pendidikan, memperbaiki kualitas hidup, dan mengembangkan usaha mandiri.
Dengan demikian, selaras dengan pandangan para ahli, pengembangan karier generasi muda di Desa Belawan membutuhkan sinergi antara motivasi pribadi dan intervensi program-program pembangunan. Upaya ini akan menghasilkan sumber daya manusia desa yang unggul, profesional, serta mampu bersaing dan berkontribusi dalam pembangunan sosial dan ekonomi baik di tingkat lokal maupun nasional.
5. Pemberdayaan Generasi Muda di Desa Belawan
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses pengembangan sumber daya manusia atau masyarakat itu sendiri dengan cara menggali potensi pribadi, kreativitas, kompetensi, serta kemampuan berpikir dan bertindak yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Proses ini memiliki nilai yang sangat penting karena tidak hanya membantu masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup secara mandiri, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan nasional. Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mengembangkan kemandirian, memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan bawah, serta memberdayakan mereka agar mampu menghadapi berbagai tekanan di berbagai bidang dan sektor kehidupan. Menurut Ife dan Tesoriero [14], pemberdayaan masyarakat didefinisikan sebagai pemberian sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan kepada warga agar mereka dapat meningkatkan kemampuan dalam menentukan masa depan mereka sendiri serta berpartisipasi aktif dalam upaya mempengaruhi kehidupan kelompoknya.[15]
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan salah satu element penting yang menjadi ujung tombak dari pemerintah, idealnya dalam melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat harus sesuai dengan kaidah good and clean governance dimana baik semua element termasuk pegawai wajib menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan bersih sehingga pelayanan yang didapatkan oleh masyarakat dapat sesuai dengan kualitas pelayanan yang diharapkan.[16]
Generasi muda merupakan penerus estafet dari generasi sebelumnya dan memikul tanggung jawab moral yang diwariskan oleh generasi terdahulu. Di samping tanggung jawab tersebut, para pemuda juga menghadapi berbagai tantangan, seperti kenakalan remaja, kurangnya ketaatan terhadap orang tua maupun guru, penyalahgunaan narkoba, rasa putus asa, ketidakjelasan masa depan, keterbatasan lapangan pekerjaan, serta persoalan sosial lainnya. Pengalaman hidup sehari-hari yang dilalui oleh pemuda Indonesia, baik dalam lingkungan keluarga, pendidikan, maupun masyarakat, memiliki pengaruh besar dalam membentuk sikap dan kemampuan mereka untuk berinteraksi sosial. Proses pembentukan ini dikenal dengan istilah sosialisasi, yakni suatu tahapan yang berlangsung sejak masa kanak-kanak hingga mencapai kedewasaan secara penuh.[17]
Menurut Faisal Marzuki, pemberdayaan generasi muda adalah upaya meningkatkan kapasitas, keterampilan, dan kemandirian pemuda melalui pendidikan, pelatihan, serta penguatan organisasi kepemudaan agar mereka mampu berperan aktif dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya di lingkungannya. Pemberdayaan ini bertujuan agar pemuda mampu mengidentifikasi potensi diri, berinovasi, serta berkontribusi nyata dalam masyarakat, khususnya di desa atau kelurahan.
Pemberdayaan generasi muda menurut Marzuki dan peneliti lain menekankan pentingnya:
a. Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dan kreativitas pemuda.
b. Penguatan kelembagaan seperti Karang Taruna sebagai wadah pengembangan diri dan tanggung jawab sosial.
c. Partisipasi aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan.
d. Pengembangan jiwa kewirausahaan dan inovasi untuk mendukung kemandirian ekonomi.
Pemerintah Kelurahan Belawan Bahagia, khususnya di Lingkungan 14, melaksanakan program pemberdayaan generasi muda untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial seperti penyalahgunaan narkotika, tawuran, dan pengangguran remaja. Program ini meliputi rehabilitasi sosial, pemberian bantuan pendidikan melalui KIP Kuliah, pelatihan kewirausahaan serta bantuan UMKM, dan pertemuan rutin mingguan sebagai sarana sosialisasi dan pembinaan karakter. Pertemuan tersebut bertujuan membangun relasi sosial yang sehat dan menanamkan nilai-nilai positif. Hasil pelaksanaan menunjukkan dampak yang signifikan, seperti penurunan perilaku menyimpang dan peningkatan partisipasi pemuda dalam kegiatan produktif. Program ini sejalan dengan teori pemberdayaan yang menekankan pada kontrol diri, kesadaran kritis, dan partisipasi aktif. Meskipun memberikan hasil positif, program ini tetap menghadapi tantangan, seperti keterbatasan anggaran dan perlunya kolaborasi lintas sektor untuk keberlanjutan.
Berbagai studi menunjukkan bahwa peluang suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan akan semakin besar apabila didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang memiliki beberapa karakteristik berikut:
a. Pengetahuan dan kemampuan dasar yang memadai untuk beradaptasi dengan tuntutan serta perubahan yang terjadi secara dinamis.
b. Tingkat pendidikan yang semakin meningkat.
c. Keterampilan dan keahlian yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
d. Kemampuan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan kompetitif, baik dari segi mutu maupun harga, sehingga dapat bersaing di pasar global.[18]
Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di Desa Belawan Bahagia yang dilakukan oleh tim Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) adalah melalui ceramah dan sosialisasi yang bertujuan memperkuat pengetahuan, sikap, dan perilaku generasi muda serta kelembagaan yang ada di masyarakat. Kegiatan ini melibatkan tokoh pemuda, karang taruna, tokoh masyarakat, dan aparat desa dengan fokus pada pemahaman pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan kewirausahaan yang berbasis pada potensi lokal. Para lembaga dan tokoh tersebut dipilih karena peranannya yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya manusia secara formal di tingkat pemerintahan desa, yang menjadi unsur pendukung utama dalam pelaksanaan pembangunan di sektor riil.[19]
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei, yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang telah dipilih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur serta menganalisis pengaruh strategi desa, pelatihan, dan pengembangan karir terhadap tingkat pemberdayaan generasi muda di Desa Belawan. Pendekatan kuantitatif dipilih karena dinilai mampu memberikan gambaran yang objektif dan terukur mengenai hubungan antar variabel yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh generasi muda yang berdomisili di Desa Belawan, khususnya mereka yang berusia antara 15 hingga 30 tahun dan memiliki keterlibatan langsung maupun tidak langsung dalam program-program desa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan kriteria tertentu agar data yang diperoleh relevan dengan tujuan penelitian. Instrumen penelitian berupa kuesioner tertutup yang disusun berdasarkan indikator teoritis dari masing-masing variabel independen dan dependen, yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya melalui uji coba instrumen. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara statistik menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan perangkat lunak statistik seperti SPSS, guna menguji sejauh mana pengaruh variabel-variabel bebas (strategi desa, pelatihan, dan pengembangan karir) terhadap variabel terikat (pemberdayaan generasi muda) secara simultan maupun parsial. Dengan pendekatan ini, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran empiris yang akurat serta menjadi dasar dalam perumusan kebijakan desa yang lebih berpihak pada pengembangan potensi generasi muda.
Hasil dan Pembahasan
A. Uji Validitas
Variable | Item Kuisioner | Rhitung | Rtabel | Keterangan |
---|---|---|---|---|
Strategi Pembangunan Desa | X1.1 | 0.645 | <0,001 | Valid |
X1.2 | 0.706 | <0,001 | Valid | |
X1.3 | 0.704 | <0.001 | Valid | |
X1.4 | 0.674 | <0,001 | Valid | |
X1.5 | 0.660 | <0,001 | Valid | |
X1.6 | 0.660 | <0.001 | Valid | |
X1.7 | 0.612 | <0.001 | Valid | |
X1.8 | 0.651 | <0.001 | Valid | |
X1.9 | 0.668 | <0.001 | Valid | |
X1.10 | 0.680 | <0.001 | Valid | |
X1.11 | 0.666 | <0,001 | Valid | |
Pelatihan | X2.1 | 0.687 | <0,001 | Valid |
X2.2 | 0.694 | <0,001 | Valid | |
X2.3 | 0.719 | <0,001 | Valid | |
X2.4 | 0.676 | <0,001 | Valid | |
Pengembangan Karir | X3.1 | 0.596 | <0,001 | Valid |
X3.2 | 0.649 | <0,001 | Valid | |
X3.3 | 0,58 | <0,001 | Valid | |
X3.4 | 0,644 | <0,001 | Valid | |
X3.5 | 0,518 | <0,001 | Valid | |
X3.6 | 0,585 | <0,001 | Valid | |
X3.7 | 0,633 | <0,001 | Valid | |
X3.8 | 0,42 | <0,001 | Valid | |
Pemberdayaan Generasi Muda | Y1 | 0.556 | <0,001 | Valid |
Y2 | 0.632 | <0,001 | Valid | |
Y3 | 0.685 | <0,001 | Valid | |
Y4 | 0.655 | <0,001 | Valid | |
Y5 | 0.644 | <0,001 | Valid | |
Y6 | 0.576 | <0,001 | Valid | |
Y7 | 0.618 | <0,001 | Valid |
Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson, dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator pada masing-masing variabel—yaitu Strategi Pembangunan Desa (X1), Pelatihan (X2), Pengembangan Karir (X3), dan Pemberdayaan Generasi Muda (Y)—memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap konstruk utama masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh indikator yang digunakan valid secara statistik. Strategi pembangunan desa memiliki hubungan yang sangat kuat dengan pelatihan (r = 0.645), pengembangan karir (r = 0.666), dan pemberdayaan generasi muda (r = 0.632), yang mengindikasikan bahwa semakin baik strategi yang diterapkan, maka semakin efektif pula hasil yang dicapai dalam pelatihan, pengembangan karir, serta pemberdayaan generasi muda. Selanjutnya, pelatihan juga menunjukkan korelasi yang sangat kuat terhadap pengembangan karir (r = 0.676) dan pemberdayaan generasi muda (r = 0.632), yang berarti bahwa pelatihan yang diberikan menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas dan kemandirian generasi muda. Sementara itu, pengembangan karir juga berkorelasi sangat kuat dengan pemberdayaan generasi muda (r = 0.685), menandakan bahwa peningkatan kapasitas karir generasi muda berperan penting dalam mendorong mereka untuk lebih aktif dan produktif dalam pembangunan desa. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan generasi muda sangat dipengaruhi oleh sinergi antara strategi pembangunan desa, pelatihan yang terstruktur, dan program pengembangan karir. Oleh karena itu, upaya pemberdayaan generasi muda harus dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan ketiga aspek tersebut sebagai pilar utama dalam strategi pembangunan desa berkelanjutan.
B. Uji Realibilitas
Variabel | Cronbach’s Alpha | Keterangan |
---|---|---|
Strategi Desa (X1) | 0,875 | Reliabel |
Pelatihan (X2) | 0,639 | Reliabel |
Pengembangan Karir (X3) | 0,700 | Reliabel |
Pemberdayaan Generasi Muda (Y) | 0,735 | Reliabel |
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrumen penelitian. Pengujian menggunakan nilai Cronbach’s Alpha, Hasil menunjukkan bahwa variabel Strategi Desa (X1) memiliki nilai sebesar 0,448 sehingga dikategorikan tidak reliabel. Sementara itu, variabel Pelatihan (X2) memperoleh nilai 0,599 (cukup reliabel), Pengembangan Karir (X3) sebesar 0,700, dan Pemberdayaan Generasi Muda (Y) sebesar 0,735, keduanya termasuk dalam kategori reliabel.
C. Uji Normalitas
Pada penelitian ini menggunakan tiga uji normalitas data : Histogram ,Normal P-Plot, Kolmogorof Smirnov
Figure 1. Histogram
Figure 2. Normal P-Plot
Berdasarkan Gambar 1, histogram residual terstandarisasi menunjukkan pola distribusi yang mendekati bentuk kurva normal (bell-shaped), meskipun terdapat sedikit penyimpangan pada sisi kiri dan kanan kurva. Pola ini masih dapat ditoleransi dan menunjukkan bahwa residual relatif tersebar secara simetris di sekitar nilai nol. Sedangkan pada , Gambar 2 menunjukkan hasil Normal P-P Plot, di mana titik-titik residual terstandarisasi tersebar di sepanjang garis diagonal. Hal ini mengindikasikan bahwa distribusi residual mendekati distribusi normal yang diharapkan. Semakin dekat titik-titik tersebut terhadap garis diagonal, semakin normal distribusi data residual.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | ||
---|---|---|
Unstandardized Residual | ||
N | 99 | |
Normal Parameters a,b | Mean | .000000 |
Std. Deviation | 2.30669531 | |
Most Extreme Differences | Absolute | .058 |
.037 | ||
-.058 | ||
Test Statistic | .058 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | .200 c,d | |
a. Test distribution is Normal. | ||
b. Calculated from data. | ||
c. Lilliefors Significance Correction. | ||
d. This is a lower bound of the true significance. |
Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200, yang berada di atas batas signifikansi 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menolak hipotesis nol (H0), yang menyatakan bahwa data residual mengikuti distribusi normal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data residual tersebut berdistribusi secara normal.
D. Uji Multikolonieritas
Bertujuan Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya korelasi tinggi antar variabel independen dalam model regresi linier berganda. Multikolinearitas yang tinggi dapat mempengaruhi stabilitas koefisien regresi dan menyebabkan hasil estimasi menjadi tidak akurat. Untuk mendeteksi multikolinearitas, digunakan nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) yang diperoleh dari tabel Coefficients.
Coefficientsᵃ | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients (Beta) | t | Sig. | ||
B | Std. Error | |||||
1 | (Constant) | 12.767 | 3.881 | 3.290 | .001 | |
Strategi Desa | .043 | .038 | .103 | 1.114 | .268 | |
Pelatihan | .065 | .095 | .064 | .686 | .494 | |
Pengembangan Karir | .409 | .089 | .425 | 4.621 | <.001 | |
a. Dependent Variable: Pemberdayaan Generasi Muda |
Hasil uji multikolinearitas Menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai Tolerance di atas 0,1 dan VIF di bawah 10, yaitu strategi desa (Tolerance = 0,980; VIF = 1,021), pelatihan (Tolerance = 0,984; VIF = 1,016), dan pengembangan karir (Tolerance = 0,995; VIF = 1,005).
E. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Marzuki [20], heteroskedastisitas adalah kondisi di mana varians dari residual atau kesalahan pengganggu tidak konstan pada setiap nilai observasi. Keberadaan heteroskedastisitas dapat menyebabkan hasil estimasi parameter regresi menjadi tidak efisien, walaupun masih bersifat konsisten. Dampaknya adalah nilai standar error yang tidak akurat, sehingga mengganggu validitas pengujian statistik seperti uji t dan uji F.
Figure 3. Uji Heteroskedastisitas
F. Uji Regresi Linear Berganda
Uji regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap satu variabel dependen secara simultan. Teknik analisis ini sangat relevan ketika peneliti ingin mengukur kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dalam suatu model prediktif. Dalam penelitian ini, uji regresi linear berganda diterapkan untuk menganalisis pengaruh variabel [sebutkan variabel independen, misalnya: Strategi Desa, Pelatihan, dan Pengembangan Karir] terhadap variabel dependen [misalnya: Pemberdayaan Generasi Muda].
Coefficientsᵃ | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients (Beta) | t | Sig. | Collinearity Statistics | |||
B | Std. Error | Tolerance | IF | |||||
1 | (Constant) | 12.767 | 3.881 | 3.290 | .001 | |||
Strategi Desa | .043 | .038 | .103 | 1.114 | .268 | .980 | 1.021 | |
Pelatihan | .065 | .095 | .064 | .686 | .494 | .984 | 1.016 | |
Pengembangan Karir | .409 | .089 | .425 | 4.621 | <.001 | .995 | 1.005 | |
a. Dependent Variable: Pemberdayaan Generasi Muda |
Berdasarkan tabel berikut maka diperoleh regresi sebagai berikut :
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 12,767 + 0,043X₁ + 0,065X₂ + 0,409X₃
Keterangan:
Y = Pemberdayaan Generasi Muda (variabel dependen)
X₁ = Strategi Desa
X₂ = Pelatihan
X₃ = Pengembangan Karir
Dari hasil regresi tersebut, dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Konstanta (Intercept) sebesar 12,767 menunjukkan bahwa jika seluruh variabel independen (Strategi Desa, Pelatihan, dan Pengembangan Karir) bernilai nol, maka nilai dasar Pemberdayaan Generasi Muda adalah 12,767.
2. Koefisien Strategi Desa (X₁) sebesar 0,043 menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu satuan dalam strategi desa akan meningkatkan pemberdayaan generasi muda sebesar 0,043 satuan, dengan asumsi variabel lain tetap. Namun, nilai signifikansi sebesar 0,268 > 0,05, yang berarti bahwa secara statistik, strategi desa tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberdayaan generasi muda.
3. Koefisien Pelatihan (X₂) sebesar 0,065 menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu satuan dalam pelatihan akan meningkatkan pemberdayaan generasi muda sebesar 0,065 satuan. Namun, nilai signifikansi sebesar 0,494 > 0,05, yang menunjukkan bahwa pelatihan juga tidak berpengaruh signifikan secara statistik terhadap pemberdayaan generasi muda.
4. Koefisien Pengembangan Karir (X₃) sebesar 0,409 Menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan dalam pengembangan karir berkontribusi terhadap peningkatan pemberdayaan generasi muda sebesar 0,409 satuan. Nilai signifikansi sebesar < 0,001 < 0,05 menunjukkan bahwa pengembangan karir memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan generasi muda. Ini juga diperkuat oleh nilai Beta sebesar 0,425, yang merupakan yang tertinggi di antara ketiga variabel independen, menandakan bahwa pengembangan karir adalah variabel paling dominan dalam mempengaruhi pemberdayaan generasi muda.
5. Uji Multikolinearitas ditunjukkan oleh nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Semua nilai Tolerance berada di atas 0,1 dan VIF di bawah 10, menandakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.
G. Uji Simultan (F)
Berdasarkan Tabel berikut nilai F sebesar 7,867 dengan tingkat signifikansi sebesar < 0,001. Nilai signifikansi (Sig.) < 0,001 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05, yang berarti model regresi yang dibangun dengan variabel independen berupa pengembangan karir, pelatihan, dan strategi desa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu pemberdayaan generasi muda.
ANOVAᵃ | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Model | Sum of Squares | df | Mean Square | F | Sig. | |
1 | Regression | 129.547 | 3 | 43.182 | 7.867 | < .001ᵇ |
Residual | 521.443 | 95 | 5.489 | |||
Total | 650.990 | 98 | ||||
a. Dependent Variable: Pemberdayaan Generasi Muda | ||||||
b. Predictors: (Constant), Pengembangan Karir, Pelatihan, Strategi Desa |
H. Uji Parsial (t)
Coefficientsᵃ | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients (Beta) | t | Sig. | ||
B | Std. Error | |||||
1 | (Constant) | 12.767 | 3.881 | 3.290 | .001 | |
Strategi Desa | .043 | .038 | .103 | 1.114 | .268 | |
Pelatihan | .065 | .095 | .064 | .686 | .494 | |
Pengembangan Karir | .409 | .089 | .425 | 4.621 | <.001 | |
a. Dependent Variable: Pemberdayaan Generasi Muda |
Menurut Marzuki [21] dalam bukunya Metodologi Riset, uji t bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh satu variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat, dengan mengontrol variabel bebas lainnya tetap konstan.
Berdasarkan hasil tersebut, interpretasi masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Strategi desa tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberdayaan generasi muda karena nilai signifikansi 0,268 > 0,05. Ini mengindikasikan bahwa meskipun strategi pembangunan desa diterapkan, belum tentu memiliki dampak langsung terhadap pemberdayaan generasi muda jika tidak didukung oleh faktor lainnya.
2. Pelatihan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberdayaan generasi muda (Sig. = 0,494). Hal ini mungkin disebabkan oleh kualitas pelatihan yang belum optimal, kurang relevan dengan kebutuhan generasi muda, atau tidak berkelanjutan.
3. Pengembangan karir menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap pemberdayaan generasi muda (B = 0,409; Sig. < 0,001). Artinya, semakin tinggi upaya pengembangan karir yang dilakukan (misalnya melalui mentoring, bimbingan kerja, akses ke peluang karir), maka semakin tinggi pula tingkat pemberdayaan yang dirasakan oleh generasi muda.
I. Koefisien Determinasi (R 2 )
Model Summaryᵇ | ||||
---|---|---|---|---|
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
1 | .413 | .171 | .145 | 2.343 |
a. Predictors: (Constant), PENGEMBANGAN KARIR, PELATIHAN, STRATEGI DESA | ||||
b. Dependent Variable: PEMBERDAYAAN GENERASI MUDA |
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel independen secara simultan dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai R Square (R²) menunjukkan proporsi variansi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam model regresi.
Analisis regresi dalam penelitian ini menghasilkan nilai R Square (R²) Square sebesar 0,171 dan nilai Adjusted R Square sebesar 0,145. Ini berarti bahwa:
1. Sekitar 17,1% variasi dalam variabel pemberdayaan generasi muda dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen, yaitu strategi desa, pelatihan, dan pengembangan karir.
2. Sementara itu, 82,9% sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar model yang digunakan dalam penelitian ini.
Nilai Adjusted R Square yang lebih rendah dari R Square, yakni 0,145, menunjukkan adanya penyesuaian terhadap jumlah prediktor dalam model, yang membuat estimasi menjadi lebih konservatif dan realistis untuk populasi yang lebih luas.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 99 responden dari total populasi sebanyak 13.639 jiwa, dapat disimpulkan bahwa secara simultan dan parsial terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Strategi Desa, Pelatihan, dan Pengembangan Karir terhadap Pemberdayaan Generasi Muda.
Dari hasil uji regresi linear berganda, diperoleh bahwa:
1.Variabel Strategi Desa menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,043 dengan nilai signifikansi 0,268, yang mengindikasikan bahwa strategi desa tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pemberdayaan generasi muda.
2. Variabel Pelatihan memiliki koefisien regresi sebesar 0,065 dan nilai signifikansi 0,494, sehingga pelatihan juga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pemberdayaan generasi muda dalam penelitian ini.
3. Variabel Pengembangan Karir menunjukkan koefisien regresi tertinggi sebesar 0,409 dengan nilai signifikansi < 0,001. Ini menunjukkan bahwa pengembangan karir berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pemberdayaan generasi muda. Variabel ini juga memiliki nilai beta tertinggi (0,425), yang menandakan bahwa pengembangan karir merupakan variabel paling dominan dalam memengaruhi pemberdayaan generasi muda.
4. Berdasarkan nilai Tolerance dan VIF, seluruh variabel independen tidak mengalami masalah multikolinearitas, sehingga model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dinyatakan valid dan layak untuk dianalisis lebih lanjut.
Secara keseluruhan, hanya variabel Pengembangan Karir yang terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Pemberdayaan Generasi Muda, sedangkan Strategi Desa dan Pelatihan tidak memberikan pengaruh yang berarti secara statistik. Oleh karena itu, dalam upaya memberdayakan generasi muda, pengembangan karir perlu menjadi perhatian utama dalam perencanaan dan implementasi program-program pembangunan desa.