Login

Participatory Leadership and Motivation Boost Rural Community Productivity

Kepemimpinan Partisipatif dan Motivasi Mendorong Produktivitas Masyarakat Pedesaan Section Innovation in Social Science
Vol. 26 No. 3 (2025): July:

Dora Iccabella Sitanggang (1), Muhammad Chaerul Rizky (2), Tri Nofita Gulo (3), Yunita Simanjuntak (4), Aprilia Zendrato (5)

(1) Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi, Indonesia
(2) Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi, Indonesia
(3) Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi, Indonesia
(4) Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi, Indonesia
(5) Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi, Indonesia

Abstract:

Background: Productivity in rural communities, especially those reliant on agriculture and small businesses, is often influenced by leadership dynamics and community motivation. Specific Background: In Desa Ronggurnihuta, Kabupaten Samosir, a rural area characterized by traditional livelihoods, the role of local leaders and motivational factors remains underexplored, presenting a critical gap in rural development studies. Knowledge Gap: While previous research has focused on macroeconomic and policy interventions, limited studies have addressed the micro-level interactions between leadership style, motivation, and community productivity in rural Indonesian settings. Aims: This study aims to examine how participative leadership and motivational strategies contribute to enhancing community productivity in Desa Ronggurnihuta. Results: The study, employing a qualitative descriptive approach through interviews, observations, and document analysis, finds that participative leadership—characterized by active community involvement—and motivation via socio-economic incentives significantly boost productivity in farming and small-scale enterprises. Novelty: The findings highlight the nuanced interplay between participative leadership and culturally embedded motivation, offering a micro-perspective often overlooked in rural development research. Implications: The study suggests that empowering local leadership and implementing context-specific motivational frameworks are essential for sustainable community development in rural Indonesian settings.


Highlights:




  • Participative leadership fosters engagement in rural communities.




  • Motivation through social and economic rewards boosts productivity.




  • Local leadership is essential for sustainable rural development.




Keywords: Leadership, Motivation, Productivity, Village Community

Downloads

Download data is not yet available.

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pembangunan masyarakat di tingkat desa merupakan fondasi utama dalam mendorong kemajuan ekonomi dan kesejahteraan sosial di suatu negara. Desa sebagai unit terkecil dalam struktur pemerintahan memiliki peran strategis dalam memajukan sektor ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Produktivitas masyarakat desa menjadi salah satu indikator penting dalam mengukur kemajuan tersebut. Meningkatnya produktivitas masyarakat desa dapat mendorong terciptanya lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Desa Ronggurnihuta merupakan salah satu desa yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian, kerajinan, dan pariwisata. Namun demikian, potensi tersebut belum sepenuhnya dioptimalkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Salah satu faktor yang memengaruhi hal ini adalah rendahnya produktivitas masyarakat dalam mengelola sumber daya yang ada. Kurangnya motivasi dan lemahnya peran kepemimpinan menjadi kendala utama dalam proses pengembangan potensi desa tersebut.

Kepemimpinan merupakan elemen kunci dalam mendorong partisipasi masyarakat dan mengarahkan mereka menuju tujuan bersama. Pemimpin yang efektif mampu menginspirasi, memotivasi, dan menggerakkan masyarakat untuk bekerja sama dalam mencapai hasil yang maksimal. Menurut Yukl, kepemimpinan yang efektif tidak hanya sekadar memberikan arahan, tetapi juga menciptakan iklim kerja yang positif, memberdayakan masyarakat, dan memfasilitasi pengembangan potensi individu maupun kelompok [1].

Di sisi lain, motivasi menjadi faktor internal yang mendorong seseorang untuk bertindak dan berkontribusi secara optimal. Motivasi yang tinggi akan memicu semangat kerja, kreativitas, dan inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan. Teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg [2] menjelaskan bahwa ada dua faktor utama yang memengaruhi motivasi seseorang, yaitu faktor pemenuh (motivators) dan faktor pemeliharaan (hygiene factors). Kedua faktor ini jika dioptimalkan dapat meningkatkan kinerja individu dan kelompok secara signifikan.

Dalam konteks masyarakat Desa Ronggurnihuta, kombinasi antara kepemimpinan yang efektif dan motivasi yang kuat diharapkan mampu meningkatkan produktivitas masyarakat. Pemimpin desa diharapkan mampu menggerakkan masyarakat, menginspirasi perubahan, dan membangun semangat kerja kolektif. Sementara itu, masyarakat yang termotivasi akan lebih berdaya saing, inovatif, dan produktif dalam mengelola potensi yang ada.

Selain itu, dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga terkait juga diperlukan dalam memberikan pelatihan, pendampingan, serta akses terhadap teknologi dan informasi. Kolaborasi antara pemimpin lokal, masyarakat, dan pemerintah diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang kondusif untuk produktivitas yang berkelanjutan [3].

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran kepemimpinan dan motivasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat di Desa Ronggurnihuta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan model kepemimpinan dan strategi peningkatan motivasi masyarakat desa, sehingga potensi yang dimiliki dapat dioptimalkan untuk kesejahteraan bersama.

Penelitian ini juga akan mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses peningkatan produktivitas, serta merumuskan langkah-langkah strategis yang dapat diimplementasikan oleh pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan organisasi lokal dalam memperkuat kapasitas masyarakat [4]. Dengan demikian, diharapkan produktivitas masyarakat di Desa Ronggurnihuta dapat terus ditingkatkan secara berkelanjutan dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian desa.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada analisis peran kepemimpinan dan motivasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat di Desa Ronggurnihuta, Kabupaten Samosir. Ruang lingkup penelitian ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Objek Penelitian

Objek utama penelitian ini adalah masyarakat Desa Ronggurnihuta yang menjadi bagian dalam aktivitas pemerintahan desa, baik sebagai pelaku maupun penerima dampak dari gaya kepemimpinan dan strategi motivasi yang diterapkan oleh aparatur desa.

2. Variabel Penelitian

a. Variabel Independen

- Kepemimpinan meliputi gaya, kemampuan, strategi, dan interaksi pemimpin dengan masyarakat.

- Motivasi meliputi dorongan internal dan eksternal yang mempengaruhi semangat masyarakat dalam bekerja dan berpartisipasi.

b. Variabel Dependen

Produktivitas masyarakat diukur melalui kualitas, kuantitas kerja, efisiensi waktu, penggunaan sumber daya, serta sikap kerja masyarakat desa.

3. Wilayah Geografis

Penelitian ini dibatasi pada wilayah administratif Desa Ronggurnihuta, yang secara geografis terletak di wilayah timur Kota Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

4. Aspek Sosial yang Diteliti

Penelitian ini menelaah aspek sosial yang mencakup hubungan antara pemimpin desa dan masyarakat, partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan desa, serta faktor-faktor sosial yang mempengaruhi produktivitas, seperti kebiasaan kerja, keterlibatan dalam organisasi desa, dan motivasi kolektif.

5. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang ditetapkan oleh peneliti, dengan pendekatan kualitatif dan/atau kuantitatif berdasarkan kebutuhan analisis.

6. Batasan Penelitian

Penelitian ini tidak membahas faktor-faktor lain di luar kepemimpinan dan motivasi, seperti kebijakan pemerintah pusat, kondisi ekonomi nasional, atau faktor eksternal lainnya yang mungkin turut memengaruhi produktivitas masyarakat. Penelitian juga tidak mencakup desa-desa lain di luar Desa Ronggurnihuta.

Tinjauan Pustaka

A. Uraian Teori

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan elemen penting dalam mendorong perubahan dan mencapai tujuan bersama dalam suatu organisasi atau komunitas. Yukl [5] mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses memengaruhi orang lain untuk memahami dan menyetujui tentang apa yang perlu dilakukan serta bagaimana melakukannya, dan memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks masyarakat desa, kepemimpinan tidak hanya terbatas pada otoritas formal yang dimiliki oleh kepala desa, tetapi juga mencakup peran tokoh masyarakat, pemuda, dan elemen lainnya yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat.

a. Teori Kepemimpinan

Konsep kepemimpinan telah berkembang melalui berbagai teori yang menjelaskan bagaimana seorang pemimpin dapat memengaruhi dan menggerakkan kelompok. Beberapa teori kepemimpinan yang relevan meliputi:

Menurut Peter Northouse [6] menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses di mana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama. Northouse menekankan bahwa kepemimpinan melibatkan pengaruh, tujuan bersama, dan proses interaksi. Sedangkan menurut Brené Brown [7] menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberdayakan orang lain dengan keberanian dan kerentanan. Brown menekankan bahwa kepemimpinan yang efektif memerlukan keberanian untuk menghadapi ketidakpastian dan mengambil risiko.

Menurut Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan [8], kepemimpinan adalah kemampuan atau seni mempengaruhi orang lain dengan melihat situasi agar mau bekerja sama, yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan yang diinginkan kelompok.

Suradinata [9] berpendapat bahwa pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Thoha [10], kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Disini dapat ditangkap suatu pengertian bahwa jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk mempengaruhi orang lain, maka kepemimpinan itu telah dimulai.

b . Peran Kepemimpinan dalam Masyarakat Desa

Gaya kepemimpinan merupakan pendekatan atau cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mengarahkan, memotivasi, dan memengaruhi anggota kelompoknya. Robbins dan Judge [11] mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan memiliki dampak besar terhadap kinerja, partisipasi, dan produktivitas dalam suatu kelompok atau organisasi. Beberapa gaya kepemimpinan yang relevan antara lain:

1.Kepemimpinan Transformasional: Pemimpin transformasional menginspirasi dan memotivasi pengikutnya untuk melampaui kepentingan pribadi demi tujuan bersama. Mereka menekankan visi jangka panjang, inovasi, dan perubahan positif. Di tingkat masyarakat desa, pemimpin transformasional mampu mengajak masyarakat untuk berinovasi dalam bidang pertanian, pariwisata, dan usaha mikro.

2.Kepemimpinan Transaksional: Gaya ini berfokus pada pertukaran (transaksi) antara pemimpin dan pengikutnya, di mana pemimpin memberikan penghargaan atas pencapaian tugas dan sanksi atas kegagalan. Di desa, gaya ini dapat diterapkan dalam pengelolaan proyek pembangunan berbasis target.

3.Kepemimpinan Partisipatif: Pemimpin partisipatif melibatkan anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan. Musyawarah desa merupakan contoh nyata penerapan gaya ini, di mana seluruh elemen masyarakat dilibatkan dalam perencanaan program pembangunan.

4.Kepemimpinan Visioner: Pemimpin visioner memiliki pandangan jauh ke depan dan mampu memotivasi pengikutnya untuk mewujudkan visi jangka panjang. Dalam konteks desa, seorang kepala desa yang visioner dapat mendorong program pembangunan berkelanjutan dan mengarahkan masyarakat untuk memanfaatkan potensi lokal secara maksimal.

5.Kepemimpinan Karismatik: Pemimpin karismatik memengaruhi pengikutnya melalui daya tarik pribadi, keyakinan, dan komunikasi yang kuat. Mereka mampu menggerakkan masyarakat dengan motivasi emosional yang tinggi, sehingga tercipta semangat gotong royong dan solidaritas yang kuat.

6.Kepemimpinan Delegatif (Laissez-faire): Gaya ini ditandai dengan pendelegasian penuh kepada anggota kelompok, di mana pemimpin memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk mengambil keputusan sendiri. Meskipun minim intervensi, gaya ini cocok jika masyarakat sudah memiliki kapasitas dan kematangan yang baik.

7.Kepemimpinan Situasional: Berdasarkan teori Hersey dan Blanchard, gaya kepemimpinan ini menekankan pada fleksibilitas pemimpin dalam menyesuaikan pendekatannya berdasarkan tingkat kematangan dan kesiapan masyarakat. Di Desa Ronggurnihuta, penerapan gaya ini memungkinkan pemimpin untuk lebih adaptif terhadap perubahan situasi sosial dan ekonomi.

8.Kepemimpinan Kolaboratif: Gaya ini menekankan pentingnya kerja sama antara pemimpin, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam konteks desa, kolaborasi antara pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan organisasi lokal sangat penting dalam memajukan pembangunan desa secara bersama-sama.

9.Kepemimpinan Inovatif: Pemimpin inovatif mendorong kreativitas dan perubahan positif di masyarakat. Mereka mampu menemukan cara baru dalam mengatasi permasalahan lokal seperti peningkatan hasil pertanian melalui teknologi modern atau pengembangan sektor ekonomi kreatif.

10.Kepemimpinan Adaptif: Gaya ini ditandai dengan kemampuan pemimpin untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Di masa krisis atau perubahan sosial, pemimpin adaptif dapat menyesuaikan strategi dengan cepat tanpa kehilangan arah tujuan.

11.Kepemimpinan Servant (Pelayan): Gaya ini berfokus pada melayani kebutuhan masyarakat terlebih dahulu sebelum mencapai tujuan organisasi. Pemimpin dengan gaya ini mengutamakan kesejahteraan, pengembangan, dan pemberdayaan masyarakat di atas kepentingan pribadi.

12.Kepemimpinan Etis: Pemimpin etis mengutamakan nilai-nilai moral, kejujuran, dan integritas dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan. Dalam masyarakat desa, pemimpin etis dipercaya untuk mengelola dana desa secara transparan dan akuntabel, sehingga menciptakan kepercayaan di antara warga.

Dari berbagai gaya kepemimpinan di atas, pendekatan transformasional, partisipatif, kolaboratif, dan etis dianggap paling relevan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat di Desa Ronggurnihuta karena mampu mendorong keterlibatan aktif, inovasi, dan sinergi antarwarga.

c. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin dapat memengaruhi kinerja dan produktivitas kelompok yang dipimpinnya. Robbins dan Judge [12] mengemukakan beberapa gaya kepemimpinan utama, yaitu:

1.Kepemimpinan Transformasional: Pemimpin yang menginspirasi dan memotivasi pengikutnya untuk mencapai lebih dari yang diharapkan dengan menekankan nilai-nilai bersama dan visi yang jelas.

2.Kepemimpinan Transaksional: Pemimpin yang berfokus pada pertukaran hubungan kerja antara pemimpin dan pengikutnya melalui sistem reward dan punishment.

3.Kepemimpinan Partisipatif: Pemimpin yang melibatkan anggota kelompok dalam pengambilan keputusan dan memberikan ruang untuk kontribusi ide serta saran.

Dalam konteks Desa Ronggurnihuta, gaya kepemimpinan yang partisipatif dan transformasional diprediksi akan lebih efektif dalam mendorong produktivitas masyarakat karena dapat memupuk rasa memiliki dan keterlibatan dalam setiap proses pembangunan.

2. Motivasi

Motivasi merupakan proses psikologis yang mengarahkan, menggerakkan, dan mempertahankan perilaku seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Robbins dan Judge [13], motivasi melibatkan tiga elemen utama, yaitu intensitas, arah, dan ketekunan dalam usaha mencapai tujuan. Intensitas berkaitan dengan seberapa keras seseorang berusaha, arah berkaitan dengan kejelasan tujuan yang ingin dicapai, dan ketekunan menunjukkan seberapa konsisten individu tersebut dalam upayanya

Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan [14].

Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan

Dalam konteks produktivitas masyarakat di Desa Ronggurnihuta, motivasi menjadi faktor penting dalam mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan ekonomi, sosial, dan pembangunan desa. Individu yang termotivasi dengan baik akan memiliki semangat kerja tinggi, inisiatif untuk berinovasi, serta kesadaran untuk bekerja sama dalam mencapai kemajuan desa.

Motivasi merupakan faktor internal dan eksternal yang mendorong seseorang untuk bertindak dan berusaha mencapai tujuan tertentu. Menurut Herzberg [15], motivasi terbagi menjadi dua faktor, yaitu:

- Faktor Pemenuh (Motivators): Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri, seperti pencapaian, pengakuan, tanggung jawab, dan kemajuan karier.

- Faktor Pemeliharaan (Hygiene Factors): Faktor yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja seperti gaji, hubungan kerja, dan kondisi fisik.

Dalam masyarakat desa, motivasi untuk meningkatkan produktivitas dapat didorong melalui pelatihan keterampilan, akses terhadap teknologi, dan dukungan pemerintah dalam peningkatan kapasitas masyarakat.

a. Teori-Teori Motivasi

Motivasi adalah faktor kunci yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu maupun kelompok dalam berbagai konteks, termasuk dalam pembangunan masyarakat desa. Sejumlah teori motivasi telah dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana motivasi bekerja dan faktor apa saja yang memengaruhi tingkat motivasi seseorang. Berikut adalah teori-teori motivasi yang relevan dan sering digunakan dalam kajian produktivitas masyarakat:

Menurut Dr M charul ridky Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan.

b. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Abraham Maslow mengembangkan teori hierarki kebutuhan yang membagi kebutuhan manusia ke dalam lima tingkatan yang harus dipenuhi secara bertahap, mulai dari kebutuhan dasar hingga kebutuhan yang lebih tinggi. Urutannya adalah:

1.Kebutuhan Fisiologis – kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan tempat tinggal.

2.Kebutuhan Keamanan – perlindungan dari bahaya dan stabilitas hidup.

3.Kebutuhan Sosial – kebutuhan akan hubungan sosial, diterima dalam kelompok, dan kasih sayang.

4.Kebutuhan Penghargaan – kebutuhan akan pengakuan, status, dan rasa percaya diri.

5.Kebutuhan Aktualisasi Diri – kebutuhan untuk mencapai potensi penuh, kreativitas, dan pengembangan diri.

Dalam konteks masyarakat desa, motivasi dapat muncul apabila kebutuhan dasar dan keamanan sudah terpenuhi, sehingga masyarakat terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan pengembangan ekonomi desa demi mencapai aktualisasi diri dan kesejahteraan bersama.

c. Teori Dua Faktor Herzberg

Frederick Herzberg membedakan faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan dan ketidakpuasan kerja menjadi dua kategori:

•Faktor Higienis (seperti kondisi kerja, gaji, hubungan dengan atasan) yang jika tidak terpenuhi akan menyebabkan ketidakpuasan.

•Faktor Motivator (seperti prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri) yang dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan.

Teori ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan motivasi masyarakat dalam kegiatan produktif, tidak cukup hanya menghilangkan ketidakpuasan, tetapi perlu ada faktor-faktor yang mendorong semangat dan rasa bangga terhadap hasil kerja.

d. Teori Keadilan Adams

Teori keadilan dari John Stacey Adams menekankan pentingnya persepsi keadilan dalam memotivasi seseorang. Motivasi dipengaruhi oleh perbandingan antara input (usaha, waktu, keterampilan) yang diberikan individu dengan output (imbalan, penghargaan) yang diterimanya, dibandingkan dengan orang lain.

Jika masyarakat merasa bahwa kontribusi mereka dihargai secara adil, mereka akan lebih termotivasi untuk meningkatkan produktivitas. Sebaliknya, ketidakadilan dapat menimbulkan demotivasi dan konflik sosial.

e. Teori Harapan Vroom

Victor Vroom mengemukakan bahwa motivasi tergantung pada tiga komponen utama:

1.Ekspektasi (Expectancy): keyakinan bahwa usaha akan menghasilkan kinerja yang baik.

2.Instrumentalitas (Instrumentality): keyakinan bahwa kinerja akan menghasilkan imbalan.

3.Valensi (Valence): nilai atau daya tarik imbalan tersebut bagi individu.

Dalam konteks masyarakat desa, apabila warga percaya bahwa kerja keras dan partisipasi mereka akan membawa hasil nyata seperti peningkatan pendapatan atau fasilitas desa, maka mereka akan lebih termotivasi untuk berkontribusi.

f . Teori Penetapan Tujuan Locke

Edwin Locke menegaskan bahwa tujuan yang spesifik dan menantang dapat meningkatkan motivasi dan kinerja lebih baik daripada tujuan yang umum atau tidak jelas. Keterlibatan individu dalam penetapan tujuan juga meningkatkan komitmen dan rasa tanggung jawab.

Penerapan teori ini di masyarakat desa bisa dilakukan dengan menetapkan target-target pembangunan yang jelas dan realistis, serta melibatkan warga dalam perencanaan sehingga mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap pencapaian tersebut.

3 . Produktivitas Masyarakat

a ) Definisi Produktivitas Masyarakat Desa

Produktivitas masyarakat desa dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu atau kelompok masyarakat desa untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat secara efektif dan efisien, dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan aspek kuantitatif, seperti jumlah hasil pertanian atau produksi kerajinan, tetapi juga aspek kualitas hasil serta keberlanjutan proses produksinya.

International Labour Organization (ILO) yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi berlangsung.

b ) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Masyarakat Desa

Produktivitas masyarakat desa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi, antara lain:

1.Sumber Daya Manusia (SDM): Kualitas pendidikan, keterampilan, dan pengalaman kerja masyarakat merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan produktif. SDM yang terampil dan terdidik cenderung mampu mengoptimalkan sumber daya dan teknologi untuk meningkatkan hasil produksi.

2.Sumber Daya Alam: Ketersediaan dan kondisi sumber daya alam, seperti tanah, air, dan bahan baku, sangat menentukan potensi produktivitas. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan juga menjadi kunci agar produktivitas tidak menurun seiring waktu.

3.Teknologi dan Inovasi: Penggunaan teknologi tepat guna dan inovasi dalam proses produksi dapat meningkatkan efisiensi dan hasil kerja. Misalnya, pemanfaatan alat pertanian modern atau teknik pengolahan kerajinan yang lebih efisien.

4.Sarana dan Prasarana: Ketersediaan sarana pendukung seperti akses jalan, pasar, listrik, dan fasilitas penyimpanan dapat memengaruhi kemampuan masyarakat dalam memproduksi dan memasarkan produk mereka.

5.Kepemimpinan dan Organisasi Sosial: Kepemimpinan yang baik dan struktur organisasi masyarakat yang kuat dapat mengkoordinasi kegiatan produktif secara efektif serta mendorong kerja sama antarwarga.

6.Motivasi dan Semangat Kerja: Tingkat motivasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk bekerja lebih giat dan kreatif dalam meningkatkan produktivitas.

7.Lingkungan Sosial dan Budaya: Norma, nilai, dan tradisi yang mendukung kerja keras, gotong royong, dan inovasi akan memperkuat produktivitas masyarakat.

c ) Bentuk-bentuk Produktivitas di Masyarakat Desa

Produktivitas masyarakat desa dapat terlihat dalam berbagai bentuk aktivitas, seperti:

1.Produktivitas Pertanian: Sebagian besar masyarakat desa masih bergantung pada sektor pertanian. Produktivitas pertanian meliputi peningkatan hasil panen, efisiensi penggunaan lahan, dan diversifikasi produk pertanian.

2.Produktivitas Usaha Mikro dan Kerajinan: Selain pertanian, usaha mikro seperti kerajinan tangan, pengolahan makanan, dan usaha jasa menjadi sumber penghasilan penting. Peningkatan produktivitas dalam sektor ini berarti peningkatan kualitas produk dan peningkatan volume produksi.

3.Produktivitas Kerja Sosial: Produktivitas tidak selalu bersifat ekonomi, tetapi juga mencakup kerja sosial seperti gotong royong, kegiatan sosial kemasyarakatan, dan pelestarian budaya yang memperkuat kohesi sosial dan kesejahteraan masyarakat.

d ) Tantangan dalam Meningkatkan Produktivitas Masyarakat Desa

Beberapa tantangan yang kerap dihadapi dalam upaya meningkatkan produktivitas masyarakat desa antara lain:

1.Keterbatasan Modal dan Akses Pembiayaan: Banyak warga desa yang kesulitan mendapatkan modal untuk mengembangkan usaha produktif mereka.

2.Keterbatasan Akses Teknologi dan Informasi: Kurangnya pengetahuan dan akses terhadap teknologi terbaru menghambat peningkatan efisiensi produksi.

3.Infrastruktur yang Kurang Memadai: Jalan rusak, kurangnya fasilitas penyimpanan, dan akses pasar yang terbatas menjadi hambatan distribusi dan pemasaran produk.

4.Perubahan Iklim dan Lingkungan: Variabilitas cuaca yang tinggi dan degradasi lingkungan mengancam stabilitas produksi pertanian.

5.Perubahan Sosial dan Demografi: Migrasi penduduk muda ke kota dan perubahan struktur keluarga dapat mengurangi tenaga kerja produktif di desa.

e ) Upaya Peningkatan Produktivitas Masyarakat Desa

Untuk mengatasi tantangan tersebut, berbagai upaya dapat dilakukan, antara lain:

1.Peningkatan Kapasitas SDM: Pelatihan keterampilan, pendidikan, dan penyuluhan pertanian modern sangat penting untuk meningkatkan produktivitas.

2.Pengembangan Teknologi Tepat Guna: Pemanfaatan teknologi sederhana namun efektif dapat membantu meningkatkan hasil produksi.

3.Penguatan Kepemimpinan dan Organisasi Masyarakat: Kepemimpinan yang inklusif dan partisipatif dapat memfasilitasi kerja sama dan kolaborasi dalam program produktif.

4.Peningkatan Akses Modal dan Infrastruktur: Program kredit mikro dan pembangunan infrastruktur dasar akan memperkuat kapasitas ekonomi masyarakat.

5.Pengembangan Produk Unggulan dan Diversifikasi Usaha: Identifikasi dan pengembangan potensi lokal sebagai produk unggulan akan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk desa.

f ) Produktivitas dan Kesejahteraan Masyarakat Desa

Produktivitas yang meningkat secara langsung berkontribusi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa. Dengan hasil kerja yang lebih optimal, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi kemiskinan. Selain itu, produktivitas yang tinggi juga menciptakan peluang lapangan kerja dan mendorong pembangunan sosial yang lebih inklusif.

4. Hubungan Kepemimpinan, Motivasi, dan Produktivitas

Kepemimpinan yang efektif mampu memotivasi masyarakat untuk berkontribusi secara optimal dalam berbagai aktivitas produktif. Bass menyatakan bahwa pemimpin transformasional dapat meningkatkan motivasi pengikut melalui pemberian inspirasi, visi, dan dorongan untuk berkembang. Hal ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat di Desa Ronggurnihuta yang membutuhkan arahan dan motivasi untuk memaksimalkan potensi yang ada.

Kepemimpinan dan motivasi merupakan dua aspek yang saling terkait dan bersama-sama memengaruhi tingkat produktivitas suatu kelompok atau masyarakat. Dalam konteks masyarakat Desa Ronggurnihuta, pemahaman mengenai hubungan ini sangat penting untuk merancang strategi pembangunan yang efektif dan berkelanjutan.

a ) Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Motivasi

Seorang pemimpin memiliki peran strategis dalam membangun dan mempertahankan motivasi anggota kelompoknya. Gaya kepemimpinan yang diterapkan dapat menentukan bagaimana anggota masyarakat merasa dihargai, didukung, dan terinspirasi untuk berkontribusi secara maksimal. Misalnya, gaya kepemimpinan transformasional yang mengedepankan visi, inspirasi, dan pemberdayaan cenderung meningkatkan motivasi intrinsik anggota masyarakat karena mereka merasa menjadi bagian penting dari perubahan dan perkembangan desa.

Sebaliknya, gaya kepemimpinan otokratis yang terlalu kaku dan mengekang dapat menurunkan motivasi karena masyarakat merasa kurang diberi ruang untuk berpartisipasi dan mengembangkan potensi mereka. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif adalah yang mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat sehingga mampu menciptakan lingkungan yang mendukung motivasi tinggi.

b ) Motivasi sebagai Mediator antara Kepemimpinan dan Produktivitas

Motivasi berfungsi sebagai mediator yang menghubungkan pengaruh kepemimpinan terhadap produktivitas. Dengan kata lain, kepemimpinan yang efektif akan meningkatkan motivasi masyarakat, yang pada gilirannya mendorong peningkatan produktivitas. Motivasi yang kuat akan membuat masyarakat bekerja dengan lebih giat, kreatif, dan bertanggung jawab, sehingga hasil kerja yang dicapai menjadi lebih optimal.

Dalam Desa Ronggurnihuta, pemimpin yang mampu memotivasi warganya dengan memberikan penghargaan, pengakuan, serta kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan akan mendorong rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap pembangunan desa. Ini akan memicu peningkatan produktivitas secara berkelanjutan.

c ) Kepemimpinan dan Produktivitas: Hubungan Langsung

Selain melalui motivasi, kepemimpinan juga dapat langsung memengaruhi produktivitas melalui pengelolaan sumber daya, perencanaan strategis, dan pengambilan keputusan yang tepat. Pemimpin yang visioner dan adaptif mampu mengarahkan masyarakat untuk fokus pada kegiatan produktif yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa, serta mampu mengatasi hambatan yang muncul.

Namun, tanpa dukungan motivasi yang cukup, upaya kepemimpinan saja mungkin tidak cukup untuk mencapai produktivitas optimal. Oleh karena itu, kombinasi antara kepemimpinan yang efektif dan motivasi yang tinggi menjadi kunci keberhasilan peningkatan produktivitas.

d ) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hubungan Ini

Beberapa faktor dapat mempengaruhi hubungan antara kepemimpinan, motivasi, dan produktivitas, antara lain:

1.Komunikasi yang Efektif: Pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik dapat menyampaikan visi dan tujuan secara jelas, sehingga memudahkan masyarakat untuk memahami dan termotivasi.

2.Keadilan dan Transparansi: Persepsi keadilan dalam distribusi hasil dan transparansi pengelolaan program akan meningkatkan kepercayaan dan motivasi masyarakat.

3.Lingkungan Sosial dan Budaya: Nilai-nilai budaya dan norma sosial di desa turut menentukan bagaimana kepemimpinan dan motivasi bekerja dalam meningkatkan produktivitas.

4.Kesiapan dan Kapasitas Masyarakat: Tingkat pendidikan, keterampilan, dan kesiapan masyarakat juga memengaruhi bagaimana mereka merespon gaya kepemimpinan dan motivasi yang diberikan.

e ) Implikasi dalam Konteks Desa Ronggurnihuta

Dalam konteks Desa Ronggurnihuta, penguatan kapasitas kepemimpinan desa yang mengedepankan gaya partisipatif dan transformasional sangat penting untuk meningkatkan motivasi masyarakat. Pemimpin yang mampu melibatkan warga dalam pengambilan keputusan, mengakui kontribusi mereka, serta mengembangkan potensi lokal akan mampu mendorong produktivitas masyarakat secara signifikan.

Sinergi antara kepemimpinan yang inspiratif dan motivasi yang tinggi akan membuka peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan sektor ekonomi unggulan, meningkatkan kesejahteraan, serta memperkuat ikatan sosial yang menjadi modal penting bagi pembangunan berkelanjutan.

Metode

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan eksplanatif. Pendekatan kuantitatif digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengaruh variabel kepemimpinan dan motivasi terhadap produktivitas masyarakat. Jenis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi kepemimpinan dan motivasi masyarakat, sedangkan jenis eksplanatif digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Ronggurnihuta, Kecamatan Ronggurnihuta, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, selama bulan April – Mei 2025.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi: Seluruh warga Desa Ronggurnihuta yang aktif dalam kegiatan sosial dan ekonomi desa, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.531 orang.

2. Sampel: Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 15% (0,15).

3. Teknik Sampling: Menggunakan purposive sampling dengan kriteria: usia 18–60 tahun, berdomisili tetap, dan aktif dalam kegiatan desa.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner: Disusun dalam bentuk skala Likert 1–5, digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap variabel kepemimpinan, motivasi, dan produktivitas.

2. Wawancara Terstruktur: Dilakukan kepada kepala desa, ketua kelompok tani, dan tokoh masyarakat untuk menggali peran kepemimpinan dalam peningkatan produktivitas.

3. Studi Dokumentasi: Menggunakan dokumen resmi desa seperti laporan produktivitas pertanian, kegiatan pembangunan desa, dan data demografis.

E. Teknik Analisis Data

Data dianalisis menggunakan pendekatan statistik:

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

- Validitas diuji dengan korelasi item-total (Pearson correlation)

- Reliabilitas diuji dengan Cronbach’s Alpha (nilai ≥ 0,6 dinyatakan reliabel)

2. Uji Asumsi Klasik (jika dibutuhkan, bisa ditambahkan uji normalitas dan multikolinearitas)

3. Uji Regresi Linier Berganda:

Persamaan:

Y=a+b1X1+b2X2+eY = a + b_1X_1 + b_2X_2 + eY=a+b1X1+b2X2+e

Di mana:

Y = Produktivitas Masyarakat

X1X_1X1 = Kepemimpinan

X2X_2X2 = Motivasi

a = konstanta, b1 dan b2 = koefisien regresi, e = error

4. Uji T: Menguji signifikansi variabel bebas secara parsial

5. Uji F: Menguji pengaruh semua variabel bebas secara simultan

6. Koefisien Determinasi (R²): Mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hasil Dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

1.Penyajian Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana butir-butir pernyataan dalam kuesioner mampu mengukur konsep yang diteliti. Berdasarkan output SPSS, hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua item pada variabel kepemimpinan (X1), motivasi (X2), dan produktivitas (Y) memiliki nilai korelasi Pearson > 0,3 dan signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, seluruh item dalam instrumen ini dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menggunakan Cronbach's Alpha dengan hasil sebagai berikut:

Variabel Cronbach's Alpha Keterangan
Kepemimpinan (X1) 0.710 Reliabel
Motivasi (X2) 0.803 Reliabel
Produktivitas (Y) 0.732 Reliabel
Table 1. Uji Reliabilitas

Karena seluruh nilai Cronbach’s Alpha > 0,6, maka instrumen penelitian ini memiliki konsistensi internal yang baik dan dinyatakan reliabel.

2. Teknik Analisis Data

a. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)

Statistik Nilai
N 43
Sig. 0,200
Table 2. Uji Normalitas

Karena nilai sig. > 0,05, maka data berdistribusi normal. Hal ini memenuhi salah satu syarat dalam analisis regresi linier.

Figure 1. Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan gambar di atas, memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data residual terstandarisasi menyebar di sekitar garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data residual memiliki pola distribusi yang mendekati distribusi normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data yang disajikan dalam model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.360 4.396 .309 .759
Kepemimpinan .155 .119 .127 1.302 .201 .635 1.574
Motivasi .800 .099 .788 8.062 .000 .635 1.574
a. Dependent Variable: Produktivitas
Table 3. Uji Multikolinearitas

Data di atas menunjukkan bahwa semua nilai tolerance variabel independen (Kepemimpinan dan Motivasi) berada di atas 0,1 yaitu sebesar 0,635, serta nilai VIF dari kedua variabel independen juga berada di bawah angka 5, yaitu sebesar 1,574. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi ini.

c. Uji Heteroskesditas

Figure 2. Uji Heteroskesditas

Grafik scatterplot pada gambar di atas menunjukkan bahwa titik-titik residual tersebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Titik-titik tersebut tersebar baik di atas maupun di bawah garis nol pada sumbu Y. Pola penyebaran ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan dalam memprediksi variabel dependen (Produktivitas) berdasarkan variabel-variabel independennya.

3. Analisis dan Evaluasi (Uji Determinasi)

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .870a .757 .745 1.793
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepemimpinan
b. Dependent Variable: Produktivitas
Table 4. Analisis dan Evaluasi (Uji Determinasi)

Dari data di atas, diperoleh nilai R Square sebesar 0,757 yang berarti bahwa hubungan antara variabel independen (Motivasi dan Kepemimpinan) dengan variabel dependen (Produktivitas) adalah kuat dan signifikan. Sedangkan nilai Adjusted R Square sebesar 74,5%, berarti sisanya 25,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4. Pengujian Hipotesis

a. Uji Pengaruh Serempak ( Simultan )

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 401.684 2 200.842 62.472 .000b
Residual 128.596 40 3.215
Total 530.279 42
a. Dependent Variable: Produktivitas
b. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepemimpinan
Table 5. Hasil uji F

Karena nilai Sig. < 0,05, maka model regresi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas.

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji ANOVA atau uji F menghasilkan nilai Fhitung sebesar 62,472 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai Fhitung (62,472) > Ftabel dan probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari alpha 0,05, maka keputusan yang diambil adalah menolak H₀ dan menerima H₁, hasil temuan ini menyatakan bahwa secara simultan, variabel Motivasi dan Kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap Produktivitas masyarakat di Ronggurnihuta.

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.360 4.396 .309 .759
Kepemimpinan .155 .119 .127 1.302 .201
Motivasi .800 .099 .788 8.062 .000
a. Dependent Variable: Produktivitas
Table 6. Hasil Uji t

Interpretasi:

- Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas masyarakat.

- Kepemimpinan tidak signifikan secara statistik, meskipun arah pengaruhnya positif.

Persamaan Regresi

Y=1,360+0,155X1+0,800X2Y = 1,360 + 0,155X_1 + 0,800X_2Y=1,360+0,155X1+0,800X2

Interpretasi Keseluruhan

1. Motivasi masyarakat merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap produktivitas masyarakat di Desa Ronggurnihuta.

2. Peran kepemimpinan meskipun memiliki arah positif, tidak terbukti signifikan secara statistik dalam model ini. Hal ini dapat disebabkan oleh variasi persepsi masyarakat terhadap figur kepemimpinan desa atau pola komunikasi yang belum optimal.

3. Temuan ini menunjukkan pentingnya memperkuat strategi motivasi langsung, seperti penghargaan, pelatihan, dan pemberdayaan ekonomi untuk mendorong produktivitas.

B. Pembahasan

Temuan ini menunjukkan bahwa motivasi merupakan variabel dominan dalam meningkatkan produktivitas masyarakat Desa Ronggurnihuta. Hal ini selaras dengan teori Herzberg dan Maslow yang menekankan pentingnya faktor intrinsik (penghargaan, pengakuan, pencapaian) dalam meningkatkan kinerja. Sementara itu, peran kepemimpinan dinilai belum optimal, mungkin karena keterbatasan komunikasi, partisipasi, atau kepemimpinan belum diterima secara menyeluruh oleh masyarakat.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut:

1.Motivasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas masyarakat di Desa Ronggurnihuta. Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat motivasi yang dimiliki masyarakat, maka semakin tinggi pula tingkat produktivitas yang dapat dicapai. Faktor-faktor seperti semangat kerja, keinginan untuk maju, penghargaan, dan pengakuan sosial terbukti menjadi pendorong utama produktivitas.

2.Kepemimpinan tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap produktivitas masyarakat. Meskipun arah pengaruhnya positif, namun belum cukup kuat dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dapat disebabkan oleh gaya kepemimpinan yang belum sepenuhnya partisipatif atau belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara efektif.

3.Model regresi menunjukkan bahwa kepemimpinan dan motivasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas masyarakat, dengan kontribusi sebesar 75,7%. Artinya, kedua variabel ini bersama-sama memainkan peranan penting dalam membentuk tingkat produktivitas masyarakat desa.

4.Data yang digunakan telah memenuhi uji asumsi klasik seperti normalitas, validitas, dan reliabilitas. Ini menunjukkan bahwa alat ukur dan model penelitian yang digunakan telah sahih dan andal untuk menjelaskan hubungan antarvariabel dalam konteks ini.

Saran

Berdasarkan temuan tersebut, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Desa Ronggurnihuta:

Perlu meningkatkan kapasitas dan kualitas kepemimpinan desa dengan mengedepankan pendekatan partisipatif, transparan, dan komunikatif. Pemimpin desa juga perlu lebih aktif dalam menggali aspirasi masyarakat serta membangun semangat kolektif melalui forum musyawarah dan pemberdayaan.

2. Bagi Masyarakat Desa:

Masyarakat diharapkan terus meningkatkan motivasi kerja melalui pengembangan keterampilan, partisipasi dalam kegiatan desa, dan membangun budaya kerja produktif. Nilai-nilai lokal seperti gotong royong dan kemandirian perlu diperkuat sebagai modal sosial produktivitas.

3. Bagi Pemerintah Daerah dan Lembaga Pendukung:

Disarankan untuk menyediakan program pelatihan, pemberdayaan ekonomi, serta akses pendanaan yang dapat mendukung motivasi dan produktivitas masyarakat desa. Dukungan ini dapat berupa pelatihan kewirausahaan, pertanian modern, serta insentif bagi masyarakat produktif.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya:

Disarankan untuk memperluas ruang lingkup penelitian dengan menambahkan variabel lain seperti pendidikan, akses teknologi, atau partisipasi sosial. Pendekatan kualitatif juga dapat digunakan untuk menggali lebih dalam tentang persepsi masyarakat terhadap kepemimpinan dan motivasi.

References

[1] B. M. Bass, Leadership and Performance Beyond Expectations. New York, NY, USA: Free Press, 1985.

[2] P. F. Drucker, Management Challenges for the 21st Century. New York, NY, USA: HarperBusiness, 1999.

[3] M. S. P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta, Indonesia: Bumi Aksara, 2005.

[4] F. Herzberg, The Motivation to Work. New York, NY, USA: John Wiley & Sons, 1959.

[5] K. Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta, Indonesia: Rajawali Pers, 2013.

[6] A. H. Maslow, "A Theory of Human Motivation," Psychological Review, vol. 50, no. 4, pp. 370–396, 1943, doi: 10.1037/h0054346.

[7] D. C. McClelland, Human Motivation. Cambridge, MA, USA: Cambridge University Press, 1987.

[8] M. B. Miles and A. M. Huberman, Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook, 2nd ed. Thousand Oaks, CA, USA: SAGE Publications, 1994.

[9] S. P. Robbins and T. A. Judge, Organizational Behavior, 17th ed. Boston, MA, USA: Pearson Education, 2017.

[10] Y. Suradinata, Kepemimpinan dalam Organisasi. Bandung, Indonesia: Mandar Maju, 1997.

[11] M. Thoha, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta, Indonesia: RajaGrafindo Persada, 2005.

[12] M. P. Todaro and S. C. Smith, Economic Development, 12th ed. Boston, MA, USA: Pearson Education, 2015.

[13] V. H. Vroom, Work and Motivation. New York, NY, USA: Wiley, 1964.

[14] G. Yukl, Leadership in Organizations, 8th ed. Boston, MA, USA: Pearson Education, 2013.

[15] Z. Kasmawanto, "Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam Mengelola Sumber Daya Manusia (Studi Pada Desa Pucangtelu)," Madani: Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, vol. 16, no. 2, pp. 191-205, 2024.