Pendahuluan
Pendidikan adalah hak fundamental setiap individu yang berfungsi sebagai sarana untuk mengubah perilaku, menambah wawasan, serta memperkaya pengalaman hidup, agar siswa dapat berkembang menjadi individu yang lebih matang secara pemikiran dan sikap[1]. Pendidikan juga berperan penting dalam membimbing manusia menuju pencapaian yang lebih baik serta menciptakan generasi yang mampu bersaing seiring dengan perkembangan zaman[2]. Di Indonesia, pendidikan Islam memegang peranan strategis dalam Mencetak generasi yang tidak hanya memiliki penguasaan ilmu pengetahuan keislaman, melainkan juga memiliki kecakapan menghadapi tantangan zaman modern[3].
Kurikulum merupakan bagian krusial dalam sistem pendidikan formal karena berisi rancangan pembelajaran yang menjadi panduan bagi guru dalam proses mengajar, sehingga siswa dapat berkembang secara pribadi dan memperoleh keterampilan yang selaras dengan tuntutan Warga atau komunitas. Dengan cara perencanaan kurikulum, proses pendidikan diharapkan mampu menghasilkan output yang optimal. Di lembaga pendidikan Islam, kurikulum umumnya disusun untuk menjawab kebutuhan masyarakat, dengan penekanan pada mata pelajaran keagamaan. Pelajaran spiritual menjadi fokus utama yang wajib diajarkan. Seiring perkembangan waktu, Madrasah kini mengintegrasikan mata pelajaran umum dengan pembelajaran spiritual dalam kurikulumnya [4].
Kurikulum dan isi dari materi pelajaran merupakan inti dari proses pendidikan dan berperan penting dalam memengaruhi seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat peran strategis keduanya, perancangan kurikulum dan penyusunan bahan ajar tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Pengembangan kurikulum dan materi pengajaran harus didasarkan pada landasan yang kokoh, yang diperoleh melalui pemikiran mendalam dan hasil penelitian yang komprehensif [5].
Oemar Hamalik, seperti yang dikutip Menurut Arifin, kurikulum adalah program pendidikan yang disusun oleh lembaga pendidikan (sekolah) untuk siswa [6]. Sebagai sebuah sistem yang komprehensif, kurikulum terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait, yaitu: 1) tujuan, 2) materi, 3) metode, 4) organisasi, dan 5) evaluasi. [6].
Inovasi dipahami sebagai hal baru yang muncul dalam konteks sosial tertentu dan dimanfaatkan untuk mengatasi atau menyelesaikan suatu masalah [7]. Suryani mengungkapkan bahwa inovasi memiliki makna yang lebih luas, Inovasi tidak hanya terbatas pada produk. Inovasi bisa berupa ide, metode, atau objek yang dianggap baru oleh individu, atau juga bisa merujuk pada perubahan yang dianggap baru oleh masyarakat yang mengalaminya [8].
Inovasi kurikulum merujuk pada upaya pembaruan dalam bidang kurikulum, atau hal-hal baru yang diterapkan untuk mengatasi berbagai persoalan dalam dunia pendidikan. Pemahaman yang mendalam tentang inovasi kurikulum sangat krusial untuk mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip pembelajaran di institusi pendidikan, karena pada dasarnya keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran inovasi dalam kurikulum. Tantangan dalam inovasi kurikulum sangat terkait dengan prinsip-prinsip pengembangannya, seperti relevansi, fleksibilitas, keberlanjutan, kepraktisan, dan efektivitas [9].
Prinsip relevansi mencakup dua aspek, yaitu relevansi internal dan eksternal. Relevansi internal berarti adanya keterkaitan yang harmonis antara elemen-elemen dalam kurikulum, seperti tujuan, isi, metode atau strategi, serta evaluasi. Sementara itu, relevansi eksternal menunjukkan bahwa semua elemen tersebut harus selaras dengan kebutuhan serta harapan masyarakat. Kurikulum dirancang agar peserta didik siap memasuki dunia kerja dan menjalani kehidupan sosial. Prinsip fleksibilitas menunjukkan bahwa kurikulum harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lokal dan kapasitas masing-masing lembaga pendidikan. Prinsip kesinambungan menekankan pentingnya keberlanjutan materi dan pembelajaran dari satu jenjang pendidikan ke jenjang berikutnya. Prinsip kepraktisan menunjukkan bahwa kurikulum harus mudah diterapkan. Sedangkan prinsip efektivitas mengharuskan kurikulum dapat dilaksanakan dalam waktu efisien tanpa mengabaikan mutu pendidikan [10].
Inovasi dalam kurikulum dan pembelajaran merupakan ide, pemikiran, atau langkah-langkah tertentu yang dianggap sebagai hal baru dalam bidang tersebut, dengan tujuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul dalam dunia pendidikan. Biasanya, inovasi muncul sebagai respons atas kegelisahan atau ketidakpuasan dari berbagai pihak terhadap pelaksanaan sistem pendidikan, yang menunjukkan bahwa keberadaan inovasi didorong oleh permasalahan yang nyata dan dirasakan [11].
Pendidikan Islam di tingkat Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) memiliki peran penting dalam menanamkan dasar-dasar keimanan, pemahaman terhadap syariat, serta kemampuan dalam beribadah sejak usia dini. Tuntutan akan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman telah mendorong munculnya berbagai pembaruan dalam kurikulum keislaman [12]. Inovasi tersebut mencakup tidak hanya isi materi, tetapi juga pendekatan, alat bantu, serta strategi pembelajaran yang lebih relevan dengan konteks, interaktif, dan menyenangkan bagi siswa [13].
Dalam menghadapi era digital dan tantangan global, SDIT berupaya menyesuaikan pembelajaran keislaman agar tetap relevan dan memberikan makna bagi peserta didik. Khususnya pada jenjang kelas atas (kelas 4–6), siswa memerlukan pembelajaran yang bukan hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang ajaran agama, tetapi juga membantu membentuk kepribadian Islami [14]. Sehingga, menjadi penting untuk menelusuri bagaimana penerapan inovasi kurikulum keislaman dilakukan dalam mata pelajaran inti seperti Fiqih, Aqidah, dan Tajwid yang menjadi pilar utama pendidikan agama Islam di SDIT [15].
SDIT Hidayatul Mubtadiin adalah salah satu sekolah dasar yang menerapkan integrasi kurikulum, yaitu dengan menggabungkan kurikulum nasional dan kurikulum milik yayasan. Penggabungan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pengembangan potensi non-akademik siswa yang berlandaskan pada nilai-nilai ajaran Islam, sekaligus mempersiapkan mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, integrasi kurikulum ini juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan akademik peserta didik.
Beberapa penelitian terkait dengan pola integrasi kurikulum telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Di antaranya, Ayuningtyas (2020) yang membahas integrasi kurikulum anti korupsi, R. Utami (2020) yang mengkaji integrasi kurikulum dalam konteks era society 5.0, Habibi (2019) yang meneliti integrasi kurikulum bahasa Arab di pesantren tradisional dan modern, serta Khoiruddin (2019) yang membahas pentingnya integrasi kurikulum antara pesantren dan perguruan tinggi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, meskipun integrasi kurikulum di SDIT telah banyak dibahas dalam berbagai konteks, terutama terkait penggabungan kurikulum nasional dengan kurikulum yayasan, belum ada studi yang secara khusus mengkaji integrasi pembelajaran Fiqih, Aqidah, dan Tajwid di kelas atas SDIT dengan menggunakan kitab-kitab tertentu, seperti Aqidatul Awam, Mabadiul Fiqh Jilid 1, dan Tajwid Kitab NU.
Penelitian yang lebih mendalam mengenai penerapan integrasi kurikulum dalam pembelajaran ketiga mata pelajaran ini sangat diperlukan, mengingat kitab-kitab tersebut memiliki pendekatan yang unik dan terstruktur dalam mengajarkan materi-materi keislaman. Aqidatul Awam, misalnya, adalah kitab dasar untuk mempelajari aqidah yang ditulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak, terutama di SDIT yang menekankan pemahaman dasar agama. Mabadiul Fiqh Jilid 1 juga merupakan kitab yang sangat berguna untuk mengajarkan fiqih dasar, dengan fokus pada pemahaman prinsip-prinsip dasar hukum Islam, yang sangat relevan dengan kurikulum pendidikan agama di SDIT. Sementara itu, Tajwid Kitab NU sangat penting untuk mempelajari kaidah-kaidah tajwid dengan benar, yang juga merupakan bagian integral dari pendidikan agama di SDIT, terutama dalam membantu siswa melafalkan Al-Qur'an dengan baik dan benar.
Penelitian khusus yang mengkaji penerapan inovasi kurikulum dalam integrasi pembelajaran Fiqih, Aqidah, dan Tajwid menggunakan kitab-kitab ini dapat memberikan pemahaman baru tentang cara terbaik untuk mengadaptasi kurikulum dalam mempelajari topik-topik keislaman yang mendalam, sekaligus menghubungkannya dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pendidikan modern. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memastikan bahwa materi yang diajarkan tidak hanya sesuai dengan konteks keagamaan, tetapi juga relevan dengan kurikulum yang menekankan aspek akademik serta pembentukan karakter Islami pada siswa.
Selain itu, penting untuk mengkaji bagaimana penerapan kurikulum ini dapat memperhatikan keunikan siswa di kelas atas SDIT, yang diharapkan tidak hanya memahami ajaran agama Islam secara teoretis, tetapi juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari melalui pendekatan yang lebih kontekstual dan praktis.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, belum ada studi yang secara khusus membahas penerapan inovasi kurikulum keislaman di SDIT, khususnya yang mengkaji integrasi pembelajaran Fiqih, Aqidah, dan Tajwid di kelas atas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola integrasi kurikulum yang diterapkan di SDIT Hidayatul Mubtadiin. Diharapkan, hasil dari kajian ini dapat memberikan inspirasi bagi pengelola lembaga pendidikan, khususnya di tingkat sekolah dasar, dalam mengembangkan pembelajaran Fiqih, Aqidah, dan Tajwid di SDIT melalui pendekatan integrasi kurikulum.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan berbagai teknik pengumpulan data. Penelitian dilaksanakan di salah satu SDIT yang berada di Kabupaten Mojokerto. Informan yang terlibat dalam penelitian ini meliputi tiga guru mata pelajaran (Fiqih, Aqidah, dan Tajwid), kepala sekolah, serta beberapa siswa dari kelas 4, 5, dan 6. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi langsung pada kegiatan pembelajaran, dan studi dokumentasi yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran seperti RPP, modul, dan hasil karya siswa. Proses analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai teknik, yaitu: wawancara mendalam dengan guru, kepala sekolah, dan siswa untuk memperoleh pandangan mereka mengenai penerapan kurikulum; observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas; serta studi dokumentasi dari bahan ajar seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), modul, dan hasil karya siswa. Untuk analisis data, dilakukan tahapan sebagai berikut: reduksi data, yaitu mengidentifikasi dan memilih informasi yang relevan dari data yang terkumpul; penyajian data, yakni menyusun data yang telah dianalisis secara terstruktur untuk mempermudah pemahaman; dan penarikan kesimpulan, yaitu menarik kesimpulan berdasarkan temuan-temuan yang ada dalam penelitian.
Hasil dan Pembahasan
A. Inovasi Desain Kurikulum Keislaman SDIT
1. Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Tema Global dan Lokal
SDIT Hidayatul Mubtadiin menggabungkan nilai-nilai Islam dengan konteks global dan lokal melalui pendekatan tematik yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sebagai contoh, dalam pelajaran Fiqih, siswa diajarkan cara-cara beribadah sesuai dengan ajaran Islam yang dapat diterapkan dalam aktivitas mereka sehari-hari. Demikian juga, dalam pelajaran Aqidah, siswa diberikan penjelasan mengenai prinsip-prinsip dasar keimanan yang penting untuk menghadapi tantangan yang ada baik dalam konteks global maupun lokal. Pendekatan ini memastikan bahwa siswa memperoleh pemahaman yang holistik mengenai hubungan antara ajaran agama dan permasalahan duniawi yang mereka hadapi [16].
2. Pendekatan Tematik-Integratif
Pendekatan tematik-integratif yang diterapkan di SDIT Hidayatul Mubtadiin memungkinkan penggabungan berbagai mata pelajaran dalam satu tema yang saling berhubungan. Dalam kurikulum keislaman, tema-tema seperti etika, akhlak, kehidupan sosial, dan ekonomi dapat dihubungkan Seiring dengan pelajaran lain seperti IPA, matematika, sejarah, dan bahasa. Misalnya, tema "Kehidupan Sehari-hari" dapat menjadi wadah integrasi antara pelajaran Fiqih (praktik ibadah), Aqidah (pokok-pokok keimanan), dan Tajwid (aturan membaca Al-Qur'an) secara terpadu. Pendekatan ini tidak hanya membuat proses belajar lebih relevan, tetapi juga memberikan bantuan kepada siswa mengaitkan pengetahuan keagamaan dengan berbagai aspek kehidupan nyata yang mereka alami [17].
3. Penguatan Kompetensi Spiritual, Sosial, dan Literasi Keagamaan
SDIT Hidayatul Mubtadiin menekankan pengembangan kompetensi spiritual, sosial, serta literasi keagamaan melalui proses pembelajaran yang dilandaskan pada nilai-nilai Islam. Dalam pelajaran Fiqih, siswa dibimbing untuk memahami dan mempraktikkan ibadah dengan benar, yang berkontribusi pada pembentukan karakter spiritual mereka. Sementara itu, pelajaran Aqidah memperkuat pondasi keimanan, dan pelajaran Tajwid membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an dengan tepat. Seluruh kompetensi ini diarahkan untuk membentuk pribadi siswa Yang tidak hanya unggul dalam hal intelektual, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual dalam menjalani kehidupan [18].
4. Implementasi Mata Pelajaran Muatan Lokal: Fiqih, Aqidah, dan Tajwid
a. Fiqih: Pelajaran ini membekali siswa dengan pengetahuan mengenai tata cara ibadah yang sesuai dengan tuntunan Islam, seperti wudhu, shalat, zakat, dan puasa. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan yang praktis dan aplikatif, memungkinkan siswa untuk langsung menerapkan materi yang telah mereka pelajari dalam aktivitas sehari-hari.
b. Aqidah: Mata pelajaran ini bertujuan memberikan pemahaman kepada siswa mengenai prinsip-prinsip dasar keimanan dalam Islam, seperti rukun iman dan rukun Islam. Proses pembelajaran dirancang agar menarik dan mudah dipahami, sehingga siswa mampu menyerap dan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam kehidupan mereka.
c. Tajwid: Pelajaran Tajwid membimbing siswa dalam memahami aturan-aturan membaca Al-Qur’an secara tepat, termasuk pelafalan huruf (makhraj), panjang-pendek bacaan, serta berbagai hukum bacaan. Proses pembelajaran disampaikan secara interaktif dengan dukungan media yang menarik, sehingga membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca Al-Qur’an secara optimal [19].
B. Inovasi dalam Proses Pembelajaran di SDIT Hidayatul Mubtadiin
1. Fiqih: Pembelajaran Berbasis Praktik dan Proyek
Di SDIT Hidayatul Mubtadiin, pembelajaran Fiqih lebih menekankan pada penerapan praktis dan penggunaan proyek sebagai metode utama. Siswa tidak hanya belajar teori fiqih, tetapi juga terlibat langsung dalam praktik, seperti melaksanakan salat dengan benar dan memahami zakat melalui kegiatan sosial. Pendekatan ini bertujuan agar materi yang diajarkan lebih relevan dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa [20].
2. Aqidah: Pendekatan Reflektif dan Dialogis
Pembelajaran Aqidah di SDIT Hidayatul Mubtadiin menerapkan metode reflektif dan dialogis. Pendekatan ini mendorong siswa untuk merenung lebih dalam dan memikirkan ajaran-ajaran Islam. Melalui diskusi yang terorganisir di kelas, siswa diberi kesempatan untuk bertanya, berdialog, dan memperdalam pemahaman mereka mengenai dasar-dasar aqidah dengan cara yang lebih interaktif [21].
3. Tajwid: Pendekatan Digital dan Pembelajaran Teman Sebaya
Pembelajaran Tajwid di SDIT Hidayatul Mubtadiin memanfaatkan teknologi digital untuk mempermudah siswa dalam mempelajari aturan bacaan Al-Qur'an. Dengan dukungan aplikasi atau perangkat lunak khusus, siswa dapat belajar tajwid secara mandiri melalui video edukasi dan kuis interaktif. Selain itu, metode peer teaching atau pengajaran antar siswa juga diterapkan, di mana siswa yang lebih terampil dalam membaca Al-Qur'an dapat membantu teman-teman mereka yang membutuhkan bimbingan. Pendekatan ini mendukung pengembangan keterampilan tajwid siswa secara praktis dan menyenangkan [22].
C. Dampak Implementasi Inovasi di SDIT Hidayatul Mubtadiin
Penerapan inovasi dalam kegiatan pembelajaran di SDIT Hidayatul Mubtadiin memberikan kontribusi positif yang nyata terhadap peningkatan mutu pendidikan. Adapun dampak yang muncul setelah inovasi diterapkan dalam pembelajaran Fiqih, Aqidah, dan Tajwid, beserta tantangan yang ditemui selama proses pelaksanaannya, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Peningkatan Minat Belajar
Salah satu dampak positif yang menonjol dari penerapan inovasi adalah meningkatnya antusiasme siswa dalam belajar. Penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan praktik langsung, proyek, serta integrasi teknologi menjadikan materi pelajaran lebih menarik dan sesuai dengan pengalaman sehari-hari mereka. Pendekatan ini juga mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, sekaligus meningkatkan semangat mereka untuk memahami materi secara lebih mendalam [23].
2. Pendalaman Pemahaman Konseptual
Melalui penerapan metode reflektif, dialogis, serta pemanfaatan teknologi, siswa mampu membangun pemahaman yang lebih kuat terhadap konsep-konsep keagamaan. Pembelajaran yang menekankan pada pemikiran kritis dan penerapan praktis memungkinkan siswa menghubungkan teori dengan praktik nyata, sehingga memperdalam pemahaman mereka terhadap ajaran Islam, khususnya dalam mata pelajaran fiqih, aqidah, dan tajwid. Dengan cara ini, nilai-nilai agama dapat dihayati secara lebih mendalam dan bermakna [24]
3. Penguatan Nilai-Nilai Karakter Islami
Penerapan inovasi dalam pembelajaran turut mendukung terbentuknya karakter Islami pada diri siswa. Melalui pendekatan yang menekankan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti salat, zakat, dan pemahaman aqidah, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan teoritis, tetapi juga belajar bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini berperan penting dalam membentuk individu yang berakhlak baik, memiliki kepribadian yang kuat, serta kedalaman spiritual yang tinggi [25].
4. Kendala dan Tantangan
Walaupun penerapan inovasi dalam pembelajaran memberikan hasil yang positif, terdapat sejumlah hambatan yang perlu diatasi selama proses pelaksanaannya:
a. Keterbatasan Tenaga Pendidik: Salah satu hambatan utama yang muncul adalah terbatasnya jumlah guru yang memiliki keahlian dalam penggunaan teknologi serta metode pembelajaran inovatif. Oleh karena itu, pelatihan yang berkesinambungan sangat diperlukan agar para guru mampu mengikuti perkembangan teknologi pendidikan
b. Keterbatasan Sarana Digital: Walaupun teknologi sudah mulai dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar, masih ada kelas yang mengalami kekurangan dalam hal fasilitas digital, seperti perangkat pembelajaran dan koneksi internet yang memadai. Kondisi ini menjadi penghalang dalam penerapan optimal metode pembelajaran berbasis digital .
c. Kurangnya Koordinasi Antar Guru: Tantangan lain muncul dalam hal kerja sama antar guru dalam menerapkan metode pembelajaran inovatif secara berkelanjutan. Misalnya, model pembelajaran berbasis proyek memerlukan kolaborasi yang erat antar pengajar berbagai mata pelajaran, yang kadang terkendala oleh padatnya jadwal atau keterbatasan waktu [26].
Berikut ini adalah diagram batang yang menggambarkan pengaruh berbagai komponen kurikulum terhadap hasil pendidikan, termasuk keterlibatan siswa, pemahaman agama, dan pengembangan karakter. Komponen-komponen seperti Fiqih, Aqidah, dan Tajwid, serta metode pengajaran (seperti kegiatan praktis dan pengajaran antar teman), diberikan nilai dampak sesuai dengan pengaruhnya dalam proses pembelajaran.
Figure 1. Impact of curriculum components on educational outcomes
Temuan dalam penelitian mengenai penerapan inovasi kurikulum keislaman di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dapat dikaitkan dengan beberapa teori dan pendekatan pendidikan yang relevan [27].
1. Teori Kurikulum dan Inovasi Pendidikan
Penelitian ini berfokus pada inovasi kurikulum keislaman yang sesuai dengan teori-teori pengembangan kurikulum dan inovasi. Sebagaimana dijelaskan oleh para ahli seperti Syamsu Nahar dan Suryani, inovasi dalam kurikulum tidak hanya mencakup pengenalan materi baru, tetapi juga memperbaiki metode pengajaran agar lebih mampu memenuhi kebutuhan pendidikan masa kini. Ini berhubungan dengan konsep relevansi kurikulum, yang mana integrasi Fiqih, Aqidah, dan Tajwid dalam konteks lokal dan global menjamin bahwa kurikulum tetap relevan, baik dalam membentuk religiusitas siswa maupun dalam menyesuaikan dengan lingkungan sosial dan budaya mereka.
2. Teori Pembelajaran Konstruktivis
Metode penelitian yang mengadopsi pendekatan reflektif, dialogis, dan praktis dalam pengajaran Fiqih, Aqidah, dan Tajwid sejalan dengan teori pembelajaran konstruktivis, khususnya yang dikemukakan oleh Piaget dan Vygotsky. Dalam pandangan konstruktivisme, pembelajaran merupakan proses aktif di mana siswa mengembangkan pengetahuan mereka melalui pengalaman langsung, refleksi, dan interaksi sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode interaktif dan praktis, seperti pembelajaran berbasis proyek, pengajaran antar teman, dan diskusi reflektif, sangat mendukung teori ini.
3. Pendekatan Pembelajaran Terpadu
Penerapan pendekatan tematik-integratif, di mana Fiqih, Aqidah, dan Tajwid dihubungkan dengan mata pelajaran lain seperti IPA dan sejarah, sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran interdisipliner. Pendekatan ini menekankan pentingnya mengaitkan berbagai bidang pengetahuan dan memberikan siswa kesempatan untuk melihat keterkaitan antara materi yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata. Seperti yang tercermin dalam penelitian ini, pendekatan ini mendukung pemahaman agama yang lebih menyeluruh dengan mengintegrasikan agama dalam konteks pengetahuan lainnya, yang memperkuat pembelajaran akademik serta pengembangan karakter siswa.
4. Teori Pengetahuan Pedagogis Konten Teknologi (TPACK)
Pemanfaatan media digital dalam pengajaran Tajwid mencerminkan upaya untuk menggabungkan teknologi dalam pendidikan agama tradisional, sesuai dengan kerangka TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge). Penggunaan alat digital dalam pengajaran Tajwid meningkatkan partisipasi siswa dan hasil belajar dengan memanfaatkan sumber daya multimedia yang interaktif. Pendekatan modern ini memberikan solusi atas tantangan integrasi teknologi dalam pendidikan agama.
5. Teori Pendidikan Karakter
Penelitian ini berfokus pada pengembangan karakter Islami melalui penerapan kurikulum inovatif yang mendukung teori pendidikan karakter. Pendekatan ini menekankan pentingnya pengembangan nilai-nilai, moral, dan etika pada siswa. Dengan mengintegrasikan pengetahuan serta praktik keagamaan dalam kehidupan sehari-hari siswa, kurikulum ini tidak hanya mendukung pembelajaran kognitif, tetapi juga perkembangan emosional dan sosial yang penting untuk membentuk kepribadian Islami yang seimbang.
Simpulan
Penelitian ini mengungkapkan bahwa penerapan inovasi kurikulum keislaman di SDIT Hidayatul Mubtadiin dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran Fiqih, Aqidah, dan Tajwid dikemas dengan pendekatan tematik yang menghubungkan materi agama dengan ilmu pengetahuan umum serta kondisi sosial yang ada. Pendekatan ini menghasilkan pembelajaran yang lebih relevan dan dapat diterapkan langsung oleh siswa.Beberapa dampak positif yang muncul dari penerapan inovasi kurikulum ini antara lain:
- Meningkatnya minat siswa dalam belajar, yang dipicu oleh metode pembelajaran berbasis praktik dan pemanfaatan teknologi.
- Pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep dalam pelajaran Fiqih, Aqidah, dan Tajwid.
- Penguatan karakter Islami siswa, yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka sehari-hari. Namun, terdapat beberapa tantangan dalam pelaksanaan kurikulum inovatif ini, seperti:
- Keterbatasan tenaga pengajar, terutama dalam hal pelatihan penggunaan teknologi dan metode pembelajaran inovatif.
- Kekurangan fasilitas digital di beberapa ruang kelas.
- Kurangnya koordinasi antar guru, yang memerlukan kerja sama yang lebih intensif untuk menjaga konsistensi penerapan metode pembelajaran.