Abstract
This study investigates the influence of store atmosphere and brand loyalty on repurchase intentions at a retail outlet. Utilizing a descriptive approach and quantitative methods, data was gathered from 96 respondents through purposive sampling and Google Forms questionnaires. The analysis, conducted using SPSS Statistics 22, revealed that store atmosphere and brand loyalty significantly affect repurchase intentions. These findings underscore the importance of creating a conducive store atmosphere and fostering brand loyalty to enhance customer repurchase intentions, offering valuable insights for marketers and retailers aiming to optimize customer retention strategies
Highlights:
- The study employs quantitative methods to assess the impact of store atmosphere and brand loyalty on repurchase intentions.
- Findings confirm a significant influence of both store atmosphere and brand loyalty on customer repurchase intentions.
- This research provides valuable insights for marketers and retailers seeking to enhance customer retention strategies.
Keywords: Store Atmosphere, Brand Loyalty, Repurchase Intentions, Quantitative Study, Customer Retention
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan dalam dunia bisnis seiring berkembangnya zaman menjadi semakin kompetitif. Semuanya berkembang begitu cepat sehingga menuntut para pelaku usaha untuk terus mengembangkan ide kreatif dan inovatif. Tujuannya tidak lain yaitu agar menjadi lebih unggul dibanding kompetitor. Sejalan dengan hal tersebut konsep pemasaran juga turut berkembang dari waktu ke waktu. Strategi pemasaran yang berorientasi kepada konsumen menjadi salah satu cara yang dipilih oleh pelaku usaha untuk memenangkan persaingan. Arah pemasaran yang menyasar konsumen dapat diaplikasikan oleh pengusaha dengan menciptakan inovasi yang dianggap mampu mempengaruhi dan meyakinkan konsumen agar dikemudian hari melakukan pembelian ulang [1].
Sebagai sebuah perusahaan, Persebaya Store memiliki tujuan utama yaitu meraup keuntungan yang konsisten karena hal tersebut diyakini dapat menjamin sustainability atau keberlanjutan dalam sebuah bisnis. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan memaksimalkan repurchase intention atau pembelian ulang melalui store atmosphere dan brand loyalty. Store atmosphere/in store stimulti adalah keadaan yang ada di dalam toko yang difungsikan untuk menarik konsumen dalam berbelanja. Konsumen dalam melakukan pembelian tidak hanya dipengaruhi oleh harga semata, namun juga oleh banyak faktor lainnya, faktor lain juga sangat berperan adalah bagaimana toko mampu menciptakan in store stimulti yang menunjang seperti penataan, display, service, dan lain sebagainya [2].
Penelitian terkait store atmosphere dan brand loyalty terhadap repurchase intention pernah dilakukan peneliti terdahulu. Salah satunya penelitian yang berjudul Pengaruh Variasi Produk Dan Store Atmosphere Terhadap Repurchase Intention [3] menyatakan bahwa store atmosphere memiliki pengaruh positif terhadap repurchase intentiondengan menunjukkan nilai t-hitung sebesar 6.703 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.658. Penelitian lain yang berjudul Pengaruh Marketing Mix Dan Store Atmosphere Terhadap Repurchase Intention Pada Ritel Pakaian Toko Tristar Di Kabupaten Talaud [4] menyatakan bahwa store atmosphere berpengaruh positif signifikan terhadap repurchase intentiondengan t-hitung sebesar 3.114 lebih besar dari t-tabel 1.64. Penelitian terdahulu juga dilakukan dengan judul Pengaruh Brand Loyalty, Word Of Mouth, Dan Celebrity Endorsement Terhadap Repurchase Intention [5] menyatakan bahwa brand loyalty berpengaruh positif signifikan terhadap repurchase intention dengan t-hitung sebesar 5.598 lebih besar dari t-tabel sebesar 0.157. Penelitian yang berjudul Model Niat Pembelian Kembali: Analisis Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Dan Loyalitas Merek (Studi Kasus Produk Private Label Pada Toko Alfamidi Di Kota Tangerang) [6] menyatakan bahwa brand loyalty berpengaruh positif signifikan terhadap repurchase intention dengan t-hitung sebesar 6.161 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.98.
Berdasarkan studi dari penelitian sebelumnya ditemukan adanya evidence gap yang berkaitan dengan penelitian terdahulu mengenai variabel store atmosphere dan brand loyalty terhadap repurchase intention. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diteliti kembali untuk mengetahui variabel-variabel yang diteliti berpengaruh atau tidak.
B. Landasan Teori
1. Store atmosphere
Store atmosphere mengunggulkan premis bahwa lingkungan toko (seperti desain ruangan, warna, pencahayaan, dan dekorasi) dapat menumbuhkan reaksi persepsi dan perasaan konsumen, sehingga pada akhirnya dapat berpengaruh pada perilaku pembelian [7]. Teori lain menyatakan store atmosphere merujuk pada desain suatu lingkungan dengan stimulasi panca indra [8]. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa store atmosphere merupakan usaha untuk menciptakan suasana sesuai dengan karakter dan identitas toko sehingga menciptakan citra yang dapat dirasakan oleh panca indra konsumen seperti layout, pencahayaan, warna, musik, aroma, dan suhu ruangan.
2. Brand loyalty
Loyalitas merek dideskripsikan sebagai keterikatan antara konsumen dengan produk/layanan untuk membeli ulang atau memasyarakatkan produk/layanan yang disukai tersebut di masa depan, sehingga mengakibatkan pembelian kembali merek yang sama, walaupun terdapat pengaruh situasional dan pemasaran yang mampu mengakibatkan perubahan perilaku [9]. Teori lain menyatakan brand loyalty timbul karena adanya kepuasan pelanggan, dan kesetiaan terhadap sebuah merek memungkinkan pelanggan akan memilih merek bersangkutan dimasa yang akan datang [5]. Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa brand loyalty adalah kemampuan sebuah merek yang mampu membuat konsumennya berkomitmen pada sebuah merek tersebut sehingga terdapat kecenderungan untuk terus membeli merek yang sama dikemudian hari.
3. Repurchase intention
Pembelian ulang dideskripsikan sebagai penilaian personal mengenai membeli ulang produk atau layanan dari perusahaan yang sama, dengan memikirkan situasi atau keadaannya. Dari sudut pandang perilaku, mendeskripsikan niat pembelian ulang sebagai probabilitas pelanggan mengisyaratkan akan terlibat dalam pembelian ulang diwaktu yang akan datang [10]. Teori lain menyatakan repurchase intention merupakan perilaku konsumen menanggapi secara positif terhadap sesuatu yang perusahaan telah berikan dan berencana untuk melakukan lawatan lagi atau menggunakan ulang produk dari perusahaan bersangkutan [11]. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa repurchase intention adalah ambisi konsumen untuk membeli ulang sebuah produk atau jasa dari perusahaan yang sama dari masa ke masa yang didasari oleh pengalaman positif yang telah dialami sebelumnya.
C . Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan antara store atmosphere dengan repurchase intention
Store atmosphere mengunggulkan premis bahwa lingkungan toko (seperti desain ruangan, warna, pencahayaan, dan dekorasi) dapat menumbuhkan reaksi persepsi dan perasaan konsumen, sehingga pada akhirnya dapat berpengaruh pada perilaku pembelian [7].
Teori tersebut didukung oleh hasil penelitian Saraswati, dkk. yang membuktikan bahwa store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap repurchase intention. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suicy dan Harjanti pada ritel pakaian toko tristar di Kabupaten Talaud membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara store atmosphere terhadap repurchase intention.
2. Hubungan antara brand loyalty dengan repurchase intention
Loyalitas merek dideskripsikan sebagai keterikatan antara konsumen dengan produk/layanan untuk membeli ulang atau memasyarakatkan produk/layanan yang disukai tersebut di masa depan, sehingga mengakibatkan pembelian kembali merek yang sama, walaupun terdapat pengaruh situasional dan pemasaran yang mampu mengakibatkan perubahan perilaku [9].
Teori diatas didukung oleh hasil penelitian Ferdinands yang membuktikan bahwa brand loyalty berpengaruh positif terhadap repurchase intention. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ikhsani dan Hudaya pada Alfamidi Kota Tanggerang membuktikan bahwa brand loyalty berpengaruh positif signifikan terhadap repurchase intention.
METODE
A. Kerangka Konseptual
H1 : Store atmosphere berpengaruh positif terhadap repurchase intention.
([3], [4])
H2 : Brand loyalty berpengaruh positif terhadap repurchase intention.
([5], [6])
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan [12].
B. Hipotesis
H1 : Store atmosphere berpengaruh positif terhadap repurchase intention.
([3], [4])
H2 : Brand loyalty berpengaruh positif terhadap repurchase intention.
([5], [6])
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan [12].
D. Definisi Operasional, Identifikasi Variabel dan Indikator Variabel
1. Definisi Operasaional
a. Store Atmosphere (X1)
Store atmosphere merupakan usaha untuk menciptakan suasana sesuai dengan karakter dan identitas toko sehingga menciptakan citra yang dapat dirasakan oleh panca indra konsumen seperti layout, pencahayaan, warna, musik, aroma, dan suhu ruangan.
b. Brand Loyalty (X2)
Brand loyalty adalah kemampuan sebuah merek yang mampu membuat konsumennya berkomitmen pada sebuah merek tersebut sehingga terdapat kecenderungan untuk terus membeli merek yang sama dikemudian hari.
c. Repurchase Intention (Y)
Repurchase intention adalah ambisi konsumen untuk membeli ulang sebuah produk atau jasa dari perusahaan yang sama dari masa ke masa yang didasari oleh pengalaman positif yang telah dialami sebelumnya.
2. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel independen (X) yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.Variabel independen dalam penelitian ini yakni store atmosphere (X1) dan brand loyalty (X2). Variabel dependen (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel dependen dalam penelitian ini yakni repurchase intention (Y).
3. Indikator Variabel
a. Store atmosphere [13]
1. Bagian Luar Toko (Exterior)
2. Bagian Dalam Toko (General Interior)
3. Tata Letak Toko (Store Layout)
4. Dekorasi Pemikat dalam Toko (Interior Point of Interest Display)
b. Brand loyalty [14]
1. Pengukuran perilaku (behavior measure)
2. Kepuasan (satisfaction)
3. Kesukaan terhadap merek (liking the brand)
c. Repurchase intention [15]
1. Minat transaksional
2. Minat referensi
3. Minat preferensial
4. Minat eksploratif
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya [12]. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan yang berbelanja di Persebaya Store Sidoarjo
2. Sampel
nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling yang artinya teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun penentuan kriteria sampel yang digunakan adalah responden yang berusia setidaknya 17 tahun dan menjadi member Persebaya Store. Karena jumlah populasi yang tidak diketahui jumlahnya dan untuk memperkuat teori dari Roscoe mengenai penarikan jumlah sampel dapat dilakukan dengan perhitungan menggunakan rumus dari Supranto dimana hasil perhitungan rumus menunjukkan nilai 96,4 yang kemudian dibulatkan menjadi 96 [16]. Maka, sampel pada penelitian ini mengambil sampel dengan jumlah 96 orang.
F. Jenis, Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data premier dan sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui penyebaran kuisioner kepada konsumen Persebaya Store. Data yang sekunder pada penelitian ini berupa profil perusahaan Persebaya Store dan jurnal terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data kuantitatif adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah data yang diperlukan dalam penelitian berupa kuesioner dari responden atau data dari sumber lain dikumpulkan menjadi satu, yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan dan bertujuan untuk menghitung data untuk menguji hipotesis yang telah diusulkan [17]. Penelitian ini menggunakan software IBM SPSS Statistics versi 22.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas
Variabel | R-hitung | R-tabel | Sig. | Keterangan | |
---|---|---|---|---|---|
Store Atmosphere | X1.1 | 0.794 | 0.202 | 0.000 | Valid |
X1.2 | 0.754 | 0.202 | 0.000 | Valid | |
X1.3 | 0.773 | 0.202 | 0.000 | Valid | |
X1.4 | 0.731 | 0.202 | 0.000 | Valid | |
Brand Loyalty | X2.1 | 0.774 | 0.202 | 0.000 | Valid |
X2.2 | 0.580 | 0.202 | 0.000 | Valid | |
X2.3 | 0.762 | 0.202 | 0.000 | Valid | |
X2.4 | 0.876 | 0.202 | 0.000 | Valid | |
Repurchase Intention | Y1 | 0.610 | 0.202 | 0.000 | Valid |
Y2 | 0.764 | 0.202 | 0.000 | Valid | |
Y3 | 0.764 | 0.202 | 0.000 | Valid | |
Y4 | 0.642 | 0.202 | 0.000 | Valid |
Pearson correlation merupakan salah satu cara untuk menghitung validitas yang disarankan [17]. Analisis faktor untuk mengkorelasikan jumlah faktor dengan nilai terukur, yang memiliki penentuan apabila nilai koefisien korelasi (r hitung) ≥ 0,202, maka data dapat dikatan data valid, sebaliknya jika nilai koefisien korelasi (r hitung) ≤ 0,202, maka data dapat dikatakan data tidak valid.
Hasil uji validitas diatas menyatakan bahwa seluruh pernyataan kuisioner dari seluruh variabel memiliki koefisien lebih besar dari 0.202 (> 0.202), sehingga data tersebut dapat dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.
B. Uji Reliabilitas
Sebuah instrumen dapat dikatakan konsisten dan reliabel ketika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur sebuah objek atau subjek yang sama dengan orang maupun waktu yang berbeda ataupun sama masih menunjukkan hasil data yang relatif sama [17]. Jika nilai Chronbach Alpha lebih kecil daripada 0,6 maka instrumen dinyatakan tidak mempunyai nilai reliabilitas (tidak reliabel), namun jika nilai Chronbach Alpha menunjukkan nilai lebih dari 0,6 maka nilai dikatakan memiliki nilai reliabilitas (reliabel).
Variabel | Cronbach Alpha | Nilai Kritis | Keterangan |
---|---|---|---|
Store Atmosphere | 0,761 | 0,6 | Reliabel |
Brand Loyalty | 0,742 | 0,6 | Reliabel |
Repurchase Intention | 0,640 | 0,6 | Reliabel |
Hasil uji reliabilitas menyatakan nilai koefisien reliabilitas Cronbach alpha pada tiap variabel diantaranya store atmosphere sebesar 0,761, brand loyalty sebesar 0,742 dan repurchase intention sebesar 0,640. Seluruh variabel memiliki nilai koefisien reliablitias lebih dari 0,6 sehingga dapat dinyatakan reliabel.
C. Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan pengujian secara statistik untuk melakukan sebuah uji normalitas dengan sinifikasi pada metode One Sampel Kolmogorov Smirnov, dengan ketentuan jika nilai signifikansi menunjukkan nilai > 0,05, maka dapat disimpulkan data terdistribusi normal, sebaliknya jika nilai signifikansi menunjukkan nilai < 0,05, maka dapat disimpulkan data yang terdistribusi merupakan data yang tidak normal.
Unstandardized Residual | ||
---|---|---|
N | 96 | |
Normal Parameters a,b | Mean | .0000000 |
Std. Deviation | 1.08506039 | |
Most Extreme Differences | Absolute | .080 |
Positive | .059 | |
Negative | -.080 | |
Test Statistic | .080 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | .142c |
Hasil dari uji normalitas yang telah dilakukan menunjukkan nilai dari uji Kolmogorov Smirnov sebesar 0,142, lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
D. Uji Linieritas
Uji linieritas merupakan syarat untuk melakukan analisis korelasi pearson atau regresi linier. Penelitian ini menggunakan metode deviation from linierity dengan hubungan antar variabel dikatakan signifikan ketika signifikasinya menunjukkan angka 0,05 atau kurang dari 0,05.
Variabel | Sig. | Keterangan |
---|---|---|
Store atmosphere | Linier | 0.000 |
Brand loyalty | Linier | 0.000 |
Berdasarkan hasil uji linieritas diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 (< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas dan variabel terikat terdapat hubungan yang linier.
E. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan dengan model regresi linier yang bertujuan melihat ada tidaknya autokorelasi (hubungan linier antara kesalahan penghalang pada periode t dan kesalahan pada periode sebelumnya). Model regresi yang baik hendaknya tidak terdapat autokorelasi, jika terdapat autokorelasi maka dipastikan terdapat masalah pada penelitian tersebut. Penelitian ini menggunakan metode uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut:
a) dU < d dan d < dari 4-dU, maka H0 diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi.
b) d < dL atau d > 4-dL, maka H0 ditolak, artinya terjadi autokorelasi.
·c) dL < d dan d < dU, atau 4-dU < d dan dW < 4-dL, maka tidak ada kesimpulan yang pasti.
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson |
---|---|---|---|---|---|
1 | .778a | .605 | .592 | 1.103 | 2.234 |
a. Predictors: (Constant), Brand Loyalty, Store Atmosphere | |||||
b. Dependent Variable: Repurchase Intention |
Jumlah responden pada penelitian ini yaitu 96 responden (n=100) dan jumlah variabel bebas 2 (k=2), sehingga diperoleh dL = 1,625 dan dU = 1,710. Nilai Durbin-Watson diketahui yaitu sebesar 2,234. Dengan ketentuan sebagai berikut : dU < d dan d < dari 4-dU maka diketahui 1,710 < 2,234 dan 2,234 < 2,290. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
F. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menunjukkan bahwa residual variabel tidak sama untuk sebuah penelitian didalam model regresi. Heteroskedastisitas didalam sebuah penelitian dapat diketahui melalui hasil metode grafik regresi. Jika tidak terjadi sebuah pola atau titik-titik didalam grafik tersebut menyebar di bawah maupun di atas angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas di dalam penelitian tersebut.
Berdasarkan hasil dari scatterplot pada gambar 2 diketahui tidak terdapat pola tertentu dan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
G. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Uji multikolinearitas diukur dari nilai toleransi dan nilai VIF (variance inflanction factor) pada model regresi. Apabila nilai VIF menunjukkan angka dibawah atau lebih kecil dari 10, dan nilai toleransi menunjukkan nilai lebih besar dari 0,1 maka dinyatakan tidak adanya multikolinieritas.
Coefficientsa | |||
---|---|---|---|
Model | Collinearity Statistics | ||
1 | (Constant) | Tolerance | VIF |
Store Atmosphere | .720 | 1.389 | |
Brand Loyalty | .632 | 1.583 |
Dari hasil pengujian diatas diperoleh nilai VIF untuk variabel store atmosphere sebesar 1,389 (< 10) dan brand loyalty sebesar 1,583 (< 10). Dari pengujian tersebut juga diperoleh toleransi dari ketiga variabel bebas lebih besar dari 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi pada penelitian ini.
H. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi merupakan sebuah analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini mengukur pengaruh store atmosphere (X1) dan brand loyalty (X2) terhadap repurchase intention (Y) pada Persebaya Store cabang Sidoarjo.
1 | Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | |
---|---|---|---|---|---|---|
B | Std. Error | Beta | ||||
(Constant) | 4.156 | 1.351 | 3.077 | .003 | ||
Store Atmosphere | .121 | .063 | .147 | 1.908 | .060 | |
Brand Loyalty | .571 | .073 | .646 | 7.835 | .000 | |
a. Dependent Variable: Repurchase Intention |
Berdasarkan hasil pada tabel diatas, maka diketahui model persamaan regresinya sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + + εi
Y = 4,156 + 0,121 X1 + 0,571 X2 + εi
Dari persamaan regresi tersebut maka diketahui sebagai berikut:
1. Nilai konstanta variabel repurchase intention (Y) yaitu sebesar 4,156 yang menyatakan bahwa jika variabel store atmosphere (X1) dan brand loyalty (X2) sama dengan nol, maka repurchase intention (Y) adalah sebesar 4,156.
2. Koefisien store atmosphere (X1) sebesar 0,121 yang berarti bahwa setiap terjadi peningkatan variabel store atmosphere sebesar satu satuan maka repurchase intention (Y) meningkat sebesar 0,121.
3. Koefisien brand loyalty (X2) sebesar 0,571 yang berarti bahwa setiap terjadi peningkatan variabel brand loyalty sebesar satu satuan maka repurchase intention (Y) meningkat sebesar 0,571.
I. Uji Parsial (Uji T)
Uji T memiliki fungsi mengetahui secara parsial variabel store atmosphere dan brand loyalty berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel repurchase intention. Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan hasil dari thitung dengan ttabel sehingga muncul alasan kuat hipotesis diterima atau ditolak.
1 | Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | |
---|---|---|---|---|---|---|
B | Std. Error | Beta | ||||
(Constant) | 4.156 | 1.351 | 3.077 | .003 | ||
Store Atmosphere | .121 | .063 | .147 | 1.908 | .060 | |
Brand Loyalty | .571 | .073 | .646 | 7.835 | .000 | |
a. Dependent Variable: Repurchase Intention |
Uji parsial atau uji t pada penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 5% (0,05), degree of freedom sebesar k = 2 dan df2 = n – k – 1 (96 – 2 – 1 = 92). Dari perhitungan tersebut diperoleh ttabel sebesar 1.661, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh store atmosphere terhadap repurchase intention.
H0 : Variabel store atmosphere secara parsial tidak berpengaruh terhadap repurchase intention.
H1 : Variabel store atmosphere secara parsial berpengaruh terhadap repurchase intention.
Berdasarkan tabel uji t diperoleh thitung sebesar 1,908 lebih besar dari ttabel sebesar 1.661. Berdasarkan perhitungan tersebut H1 diterima dan H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa store atmosphere berpengaruh secara parsial terhadap repurchase intention.
2. Pengaruh brand loyalty terhadap repurchase intention.
H0 : Variabel brand loyalty secara parsial tidak berpengaruh terhadap repurchase intention.
H1 : Variabel brand loyalty secara parsial berpengaruh terhadap repurchase intention.
Berdasarkan tabel uji t diperoleh thitung sebesar 7,835 lebih besar dari ttabel sebesar 1.661. Berdasarkan perhitungan tersebut H1 diterima dan H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan brand loyalty berpengaruh secara parsial terhadap repurchase intention.
J. Koefisien Korelasi Berganda
Koefisien korelasi berganda merupakan sebuah angka yang membuktikan arah dan kuatnya sebuah hubungan antara dua variabel atau lebih dengan satu variabel dependen.
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
---|---|---|---|---|
1 | .778a | .605 | .592 | 1.103 |
a. Predictors: (Constant), Brand Loyalty, Store Atmosphere |
Nilai koefisien korelasi berganda berkisar antara 0 hingga 1 (0 - 1) yang berarti bahwa semakin mendekati 1 maka hubungan variabel independen dan variabel dependen semakin kuat. Pada tabel 9 diketahui nilai R yaitu sebesar 0,778 sehingga dapat disimpulkan hubungan variabel independen dan variabel dependen cukup kuat.
K. Koefisien Determinasi Berganda
Uji R square (R2) digunakan untuk menghitung kemampuan model regresi dalam menjelaskan perubahan variabel terikat akibat variabel bebas.
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
---|---|---|---|---|
1 | .778a | .605 | .592 | 1.103 |
a. Predictors: (Constant), Brand Loyalty, Store Atmosphere |
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi diketahui bahwa besarnya R2 adalah sebesar 0,605 atau 60,5%, sehingga dapat disimpulkan variabel store atmosphere dan brand loyalty memiliki pengaruh terhadap repurchase intention sebesar 60,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
L. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari penelitian diatas dapat diketahui seberapa besar pengaruh store atmosphere dan brand loyalty terhadap repurchase intention diolah menggunakan aplikasi olah data SPSS versi 22.
1. Hipotesis pertama : Store atmosphere berpengaruh terhadap repurchase intention pada Persebaya Store cabang Sidoarjo .
Berdasarkan hasil analisis membuktikan bahwa store atmosphere berpengaruh terhadap repurchase intention pada Persebaya Store cabang Sidoarjo. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menarik store atmosphere yang ditampilkan maka semakin tinggi repurchase intention. Store atmosphere yang didesain secara tepat dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian karena desain eksterior dan interior yang menarik, kondisi ruangan yang bersih dan tertata rapi, tata letak yang informatif dan tidak membingungkan dapat membuat konsumen merasa nyaman dan terbawa suasana toko sehigga menciptakan pengalaman yang mengesankan bagi konsumen dan dapat menumbuhkan minat membeli kembali.
Berdasarkan reaksi responden, bagian luar Persebaya Store tampak unik dan menarik sehingga mengundang mereka untuk memasuki toko. Interior dari Persebaya Store cukup menarik perhatian responden dan hal tersebut cukup membantu mereka dalam melihat, memeriksa, dan memilih produk hingga melakukan pembelian. Responden juga merasa tata letak dan pengaturan aksesbilitas di Persebaya Store cukup mudah dilalui serta penunjuk informasi yang ada di Persebaya Store sudah cukup membantu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa store atmosphere mengunggulkan premis bahwa lingkungan toko (seperti desain ruangan, warna, pencahayaan, dan dekorasi) dapat menumbuhkan reaksi persepsi dan perasaan konsumen, sehingga pada akhirnya dapat berpengaruh pada perilaku pembelian [7].
Teori tersebut didukung oleh hasil penelitian pada Outlet Pizza Hut cabang Gatot Subroto di Denpasar yang membuktikan bahwa store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan terhadap repurchase intention [3]. Penelitian lain yang dilakukan pada ritel pakaian toko tristar di Kabupaten Talaud membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara store atmosphere terhadap repurchase intention [4].
2. Hipotesis kedua : Brand loyalty berpengaruh terhadap repurchase intention pada Persebaya Store cabang Sidoarjo
Berdasarkan hasil analisis membuktikan bahwa brand loyalty berpengaruh terhadap repurchase intention pada Persebaya Store cabang Sidoarjo. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi loyalitas kosumen maka semakin sering mereka melakukan pembelian ulang. Persebaya Store berhasil membuat konsumen terbiasa berbelanja ditoko mereka dan membuat konsumen tersebut merasa puas terhadap produk-produk dari Persebaya Store. Persebaya Store juga berhasil menjaga kesetiaan konsumennya hingga muncul keterikatan antara keduanya, sehingga meskipun harga produk dari Persebaya Store cukup mahal, konsumen tidak ragu untuk melakukan pembelian ulang.
Berdasarkan reaksi responden, mereka sudah terbiasa dan merasa puas berbelanja di Persebaya Store dan mereka tidak lagi membutuhkan waktu panjang untuk mengambil keputusan pembelian. Selain itu responden juga merasa memiliki ikatan batin dan tertanam komitmen dengan produk dari Persebaya Store hingga muncul kesediaan membayar dengan harga yang mahal untuk memperoleh produk dari Persebaya Store.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa loyalitas merek dideskripsikan sebagai keterikatan antara konsumen dengan produk/layanan untuk membeli ulang atau memasyarakatkan produk/layanan yang disukai tersebut di masa depan, sehingga mengakibatkan pembelian kembali merek yang sama, walaupun terdapat pengaruh situasional dan pemasaran yang mampu mengakibatkan perubahan perilaku [9].
Teori diatas didukung oleh hasil penelitian yang membuktikan bahwa brand loyalty berpengaruh positif terhadap repurchase intention [5]. Penelitian lain yang dilakukan pada Alfamidi Kota Tanggerang membuktikan bahwa brand loyalty berpengaruh positif signifikan terhadap repurchase intention [6].
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil olah data tentang pengaruh store atmosphere dan brand loyalty terhadap repurchase intention pada Persebaya Store cabang Sidoarjo, maka kesimpulan dari peneltian ini yaitu:
1. Store atmosphere memiliki pengaruh positif terhadap repurchase intention pada Persebaya Store cabang Sidoarjo. Hal ini memiliki arti suasana toko mempengaruhi pembelian ulang.
2. Brand loyalty memiliki pengaruh positif terhadap repurchase intention pada Persebaya Store cabang Sidoarjo. Hal ini memiliki arti loyalitas terhadap merek mempengaruhi pembelian ulang.
References
- P. K. Adwitya Sanjaya et al., "Determinants Influencing Customer Loyalty to An Indonesian Online Shop Shopee: A Case Study in Denpasar City, Bali," Solid State Technology, vol. 63, no. 5, pp. 4713-4722, 2020.
- D. K. Sari, "Peran In Store Stimuli Dalam Customer Impulse Buying Serta Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran Pada Minimarket," Eksis: Jurnal Riset Ekonomi Dan Bisnis, vol. 13, no. 2, 2018.
- K. D. Saraswati et al., "Pengaruh Variasi Produk dan Store Atmosphere Terhadap Repurchase Intention," Widya Amrita: Jurnal Manajemen, Kewirausahaan dan Parwisata, vol. 1, no. 2, pp. 431-442, 2021.
- F. M. Suicy and D. Harjanti, "Pengaruh Marketing Mix dan Store Atmosphere Terhadap Repurchase Intention pada Ritel Pakaian Toko Tristar Di Kabupaten Talaud," Jurnal Agora, vol. 9, no. 1, pp. 1-7, 2021.
- L. C. Ferdinands, "Pengaruh Brand Loyalty, Word Of Mouth, Dan Celebrity Endorsement Terhadap Repurchase Intention," Jurnal Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan, vol. 3, no. 3, pp. 74-80, 2019.
- K. Ikhsani and H. Agung, "Model Niat Pembelian Kembali: Analisis Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, dan Loyalitas Merek (Studi Kasus Produk Private Label pada Toko Alfamidi di Kota Tangerang," Jurnal Perspektif Manajerial dan Kewirausahaan, vol. 1, no. 1, pp. 1-14, 2020.
- B. Berman and J. R. Evans, "Retail Management: A Strategic Approach," England: Pearson, 2013.
- M. Levy and B. Weitz, "Retailing Management," Boston: McGraw-Hill/Irwin, 2011.
- A. Alhaddad, "A Structural Model of The Relationships Between Brand Image, Brand Trust and Brand Loyalty," International Journal of Management Research and Reviews, vol. 5, no. 3, pp. 137-144, 2015.
- B. E. Balla et al., "The Impact of Relationship Quality on Repurchase Intention Towards The Customers of Automotive Companies in Sudan," British Journal of Marketing Studies, vol. 3, no. 4, pp. 1-15, 2015.
- Y.-F. Wu et al., "The Relationship Between Package Redesign and Purchase Intention," International Journal of Organizational Innovation, vol. 6, no. 3, pp. 54-68, 2016.
- J. Sugiyono, "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D," Bandung: Alfabeta, 2017.
- N. Sari and E. Solichin, "Pengaruh Store Atmosphere dan Lokasi Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen pada Cwimie Malang Bangko," Ekopendia, vol. 6, no. 2, pp. 128-135, 2021.
- D. M. Alvarez and R. N. Rubiyanti, "Pengaruh Brand Awareness, Perceived Quality, dan Brand Loyalty Terhadap Keputusan Pembelian Berulang (Studi dilakukan pada Konsumen Produk Eiger di Kota Bandung)," eProceedings of Management, vol. 8, no. 3.
- B. Saidani and S. Arifin, "Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen dan Minat Beli pada Ranch Market," Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), vol. 3, no. 1, 2012.
- J. Supranto, "Statistik: Teori dan Aplikasi," Jakarta: Erlangga, 2016.
- J. Sugiyono, "Metode Penelitian & Pengembangan, Research and Development," Bandung: Alfabeta, 2019.