Enhancing Samhong Cultivation: Boosting Plant Growth with Fermented Cow Urine and EM4-Molasses Blend
Innovation in Agricultural Science
DOI: 10.21070/ijins.v22i.887

Enhancing Samhong Cultivation: Boosting Plant Growth with Fermented Cow Urine and EM4-Molasses Blend


Peningkatan Budidaya Samhong: Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman dengan Pemanfaatan Urin Sapi Fermentasi dan Campuran EM4-Molase

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Bovine Urine Fertilization EM4 Fermented Cow Urine Molasses Plant Growth

Abstract

This study investigates the utilization of fermented cow urine with EM4 and molasses to enhance plant growth in Samhong cultivation. The main objective is to explore the interaction between concentration and interval of bovine urine fertilization. The research was conducted in the Janjing field, Trawas district, Mojokerto Regency, from October to December 2022, using a randomized block design with two factors. The first factor consisted of three levels: 20 ml/l, 40 ml/l, and 60 ml/l of bovine urine concentration, while the second factor comprised three intervals of fertilization: every 2 days, every 4 days, and every 6 days. Results indicate that the concentration of bovine biourine did not significantly affect all variables. Notably, the best fertilization interval of every 4 days (I2) demonstrated improved plant height (20.50 cm), leaf count (10.74), fresh weight (77.67 grams), and dry weight (9.74 grams). Additionally, a significant interaction was observed between concentration and bovine urine fertilization interval, with the highest number of leaves found in the 60 ml/l concentration treatment at an interval of 4 days (12.42 strands), and the widest leaf area recorded in the 20 ml/l concentration treatment at an interval of 2 days (118.76 cm²).

Highlights:

  • Utilization of fermented cow urine with EM4 and molasses can increase plant growth: The study suggests that adding fermented cow urine with EM4 and molasses can have a positive effect on plant growth. This finding could be of interest to farmers and researchers looking for alternative fertilizers that can promote plant growth.
  • The best fertilization interval is every 4 days: The study found that the interval of fertilization has an impact on plant growth, with the best result observed with fertilization every 4 days. This information could be useful for farmers and researchers looking to optimize their fertilization schedule.
  • Significant interaction between concentration and biourine fertilization interval of cattle: The study found a significant interaction between the concentration and the biourine fertilization interval of cattle, indicating that the optimal concentration of biourine and fertilization interval are dependent on each other. This information could be relevant for farmers and researchers who are interested in developing a customized fertilization plan for their crops.

Pendahuluan

Tanaman samhong (Brassica juncea L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang sedikit melengkung, lebar, bentuknya seperti daun hijau muda, rasanya renyah dan baik dikonsumsi kesehatan karena didalamnya mengadung nutrisi [1]. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang menyadari pentingnya mengkonsumsi sawi untuk kesehatan serta dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memudahkan mencari informasi tentang manfaat sawi. Salah satunnya tingkat konsumsi sawi samhong berkembang pesat di daerah perkotaan, akan tetapi berbanding terbalik dengan tingkat produksinya. Dimana masih belum banyak ditanam oleh masyarakat sehingga mengakibatkan tingkat produksi sawi samhong masih kurang, oleh karena itu sawi samhong king dapat dijadikan sebagai peluang usaha. Sawi varietas samhong king ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya kaya akan nutrisi, vitamin C, kaya akan serat serta mempunyai banyak manfaat bagi tubuh, sehingga sawi varietas samhong king dapat dijadikan salah satu solusi dalam budidaya dan juga sebagai sayuran yang berpotensi memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Bagian tanaman sawi yang bernilai ekonomis adalah daun, oleh karena itu upaya peningkatan produksi diusahakan pada peningkatan produk vegetative dengan cara pemberian unsur hara yang cukup melalui pemupukan [2].Kebutuhan nutrisi pada tanaman merupakan hal yang penting dalam budidaya sayuran guna untuk meningkatkan hasil tanaman. Namun faktanya untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman masih banyak menggunakan pupuk kimia, yang dimana penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti tanah mengeras, kehilangan porositasnya, ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah, struktur tanah menjadi rusak dan sebagainya.Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut pupuk organik menjadi salah satu alternatif dalam memperbaiki bahan organik tanah seperti biourine sapi.

Biourine sapi merupakan hasil fermentasi urine sapi yang melibatkan peran mikroogrnisme, fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang mampu mengubah atau mentransformasikan senyawa kimia ke subtrat organik [3]. Adapun Kandungan unsur hara pada biourine sapi yaitu Nitrogen (1,67%), Fosfor (0,07%), kalium (1,03%) . Urine sapi berpotensi sebagai pupuk organik cair yang berfungsi sebagai ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) bagi tanaman dan dengan unsur N yang tinggi pada urine sapi dapat digunakan sebagai pemupukan lanjutan untuk tanaman sawi[4].

Pemupukan dalam menggunakan pupuk cair yang harus diperhatikan yaitu konsentrasi dan frekuensi yang tepat dalam pemberiannya. Konsentrasi pada setiap tanaman memiliki tingkat yang berbeda-beda, dari segi kandungan dan juga pelarutannya, sehingga pemberian unsur hara bagi tanaman harus dalam takaran dan konsentrasi yang tepat untuk meningkatkan produksi tanaman sawi. Penggunaan konsentrasi pupuk organik cair yang tepat dapat memperbaiki pertumbuhan, mempercepat panen, memperpanjang masa atau umur produksi dan dapat meningkatkan hasil tanaman [5].

Pemupukan dengan memanfaatkan biourine memiliki pengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih [6]. Setiap tanaman memiliki fase pertumbuhan dan penyerapan unsur hara yang berbeda-beda dengan interval waktu yang berbeda pula. Interval waktu pemupukan pada tanaman yang terlalu sering akan terjadi pemborosan pupuk, begitu juga sebaliknya apabila interval waktu pemupukan yang jarang dalam pengaplikasiannya juga dapat menghambat pertumbuhan. Oleh karena itu, interval waktu pemupukan menjadi salah satu komponen yang penting untuk menghindari kelebihan atau kekurangan nutrisi pada tanaman.

Berdasarkan data statistik produksi tanaman sawi di Mojokerto pada tahun 2019 sebesar 128,27 kw/ha dan mengalami penurunan pada tahun 2020 sebesar 119,27 kw/ha [7]. Dari data tersebut produktivitas tanaman sawi menurun, agar dari tahun ke tahun hasil produktivitas tanaman sawi dapat meningkat diperlukan teknologi budidaya dan termasuk diantara pemberian pupuk makro dan mikro yang tepat pada dosis serta waktu memupuk. Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada kondisi daerah yang bersuhu sejuk atau dingin. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor pertumbuhan tanaman sawi apabila ditanam pada daerah yang lembab. Tanaman sawi ini memerlukan banyak air, akan tetapi tidak membutuhkan genangan air[8].

Hasil penelitian [9] menunjukkan bahwa interaksi terbaik diperoleh pada konsentrasi 40 ml/l air dan interval pemberian 2 hari sekali. Interaksi antara konsentrasi dan interval pemberian POC urin kelinci berbeda sangat nyata terhadap semua variabel pengamatan kecuali jumlah akar, panjang akar, dan intensitas serangan hama/penyakit berbeda tidak nyata. Sedangkan Hasil penelitian [10] menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yaitu pada Konsentrasi POC 20 ml/l dan interval waktu 6 hari sekali dengan rerata berat segar tajuk 190,67 g/tanaman terhadap tanaman pakcoy.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas Samhong King.

Metode

Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Dsn. Janjing Seloliman, Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto dengan ketinggian tempat 700 m dpl dan rata-rata suhu 18-20 derajat celcius. Pengamatan lanjutan dilaksanakan di Laboratorium media dan tanah Program Studi Agroteknologi. penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2022.

Pada penelitian ini terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan untuk menunjang dalam kegiatan penelitian, sebagai berikut cangkul, penggaris, alat tulis, timbangan digital, pH meter, kamera, sprayer, tong, alat semai, gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya benih tanaman sawi Samhong King, biourine sapi, air bersih, pestisida, pupuk kandang,tetes tebu, EM4.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAK) faktorial, dengan 2 faktor perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama yaitu konsentrasi biourine sapi yang terdiri dari 3 taraf K1: konsentrasi biourine sapi 20 ml/l, K2: konsentrasi biourine sapi 40 ml/l, dan K3: konsentrasi sapi 60 ml/l. Sedangkan faktor kedua adalah interval pemupukan biourine sapi yang terdiri dari 3 taraf, diantaranya I1: 2 hari sekali, I2: 4 hari sekali dan I3: 6 hari sekali.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahapan pembuatan pupuk urine sapi, pengolahan lahan, penyemaian, penanaman, pemeliharaan dan panen. Pembuatan biourine sapi dengan cara pengambilan urine sapi yang diperoleh dari sekitar rumah di Desa Curahmojo, Ngepung, Pungging, Mojokerto sebanyak 5 liter. Menurut [4] mengemukakan bahwa bahan untuk pembuatan biourine sapi terdiri dari urine sapi, molase/tetes tebu, EM4, tong/wadah. Pertama untuk membuatnya yaitu campur urine sapi 5 Liter, EM4 250 ml, dan molase/tetes tebu 300 ml. kemudian tutup rapat tong/wadah dengan menggunakan plastik dan diamkan kurang lebih 2 minggu untuk difermentasi. Setiap satu hari sekali buka dan aduk urine sapi.

Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan cara mencangkul, tujuan dilakukan pengolahan lahan juga untuk membersihkan dari sisa tanaman dan hama yang ada di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur. Setelah dilakukan pengolahan lahan tahap selanjutnya yaitu membuat petakan sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu dengan ukuran 1 m x 1 m per petakan. Penyemaian sawi samhong dilakukan sampai umur 15 HSS (Hari Setelah semai). Media untuk semai yang digunakan yaitu tanah dan pupuk kandang dengan menggunakan alat persemaian.

Sawi Samhong pindah tanam pada umur 15 hari atau memiliki kriteria muncul daun sejati dan dipindahkan ke lahan percobaan yang sebelumnya sudah dilakukan pengolahan lahan. Jarak tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 cm x 20 cm. Pemeliharaan pada tanaman samhong king meliputi pemupukan, penyiangan serta pengendaalian hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan pada minggu ke-1 atau umur 2 HST dilanjutkan sesuai dengan interval pemupukan sampai minggu ke-4. Penyiangan dilakukan seminggu sekali atau menyesuaikan kondisi di lapangan. Sedangkan Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida nabati dari daun paitan yang berfungsi untuk . Pemanenan sawi varietas samhong king dilakukan pada umur 35 HST dengan cara mencabut seluruh tanaman beserta akarnya. Kriteria pemananen sawi varietas samhong yaitu daun tumbuh subur dan hijau, pangkal sehat, tegak dan tumbuh serentak.

Variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari pengamatan pertumbuhan dan pengamatan hasil tanaman sawi Samhong King. Adapun pengamatan yang dilakukan sebagai berikut: Tinggi tanaman (cm), Jumlah daun (helai), Luas daun (cm2), Panjang akar (cm), Berat basah (gr), Berat kering (gr) dan Indeks panen (%).

Rumus luas daun[11]

Luas daun = P x L x K

P : Panjang

L : lebar

K : Konstanta

Rumus indeks panen [12]

Figure 1.Rumus Indeks PanenIP : indeks panenBE : berat EkonomisBK : berat keseluruhan

Dari data diatas dapat dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan percobaan. Apabila pengaruh dari perlakuan nyata atau sangat nyata maka akan di uji lanjut dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

Hasil dan Pembahasan

Hasil Pengamatan

Tinggi Tanaman (cm)

Hasil analisis sidik ragam pada taraf 5% menunjukkan bahwa konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi tidak terjadi interaksi yang nyata terhadap semua umur pengamatan seperti yang ditunjukkan pada table 1. Perlakuan konsentrasi biourine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan perlakuan interval pemupukan biourine sapi berpengaruh nyata pada tinggi tanaman pada umur pengamatan ( 14 HST, 21 HST, 28 HST dan 35 HST).

Perlakuan 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
K1 5,678 9,232 14,014 18,471 13,306
K2 5,206 8,368 13,382 18,865 13,141
K3 5,453 8,801 13,778 18,094 13,599
BNJ 5% tn tn tn tn tn
Perlakuan 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
I1 5,764 9,202 ab 13,814 ab 17,706 ab 13,013 ab
I2 5,469 9,431 b 14,886 b 20,501 b 14,567 b
I3 5,103 7,767 a 12,474 a 17,224 a 12,466 a
BNJ 5% tn 1,610 2,240 3,134 1,902
Table 1.Rataan tinggi tanaman dengan konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi pada semua umur pengamatanKeterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Hasil uji BNJ pada taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pemupukan tidak berbeda nyata yang artinya pengaplikasian konsentrasi pada tinggi tanaman tidak berpengaruh terhadap semua umur pengamatan, sedangkan perlakuan interval memberikan pengaruh pada umur 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST pada perlakuan I2 (4 hari sekali). Perlakuan interval pemupukan biourine sapi I2 (2 hari sekali) memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan I1 dan I3, namun perlakuan I1 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan I3.

Jumlah Daun (Helai)

Perlakuan 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST
K1 3,33 4,50 6,31 9,82
K2 3,29 4,59 6,11 10,16
K3 3,48 4,47 6,33 9,98
BNJ 5% tn tn tn tn
Perlakuan 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST
I1 3,35 ab 4,58 a 6,38 a 9,38 a
I2 3,56 b 4,74 ab 6,67 ab 10,74 ab
I3 3,19 a 4,24 a 5,71 a 9,84 a
BNJ 5% 0,29 0,46 0,93 1.19
Table 2.Rataan jumlah daun dengan konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi pada semua umur pengamatanKeterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi dan interval pemupukan tidak terjadi interaksi pada umur 7 HST, 14 HST,21 HST dan 28 HST. Konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi terjadi interaksi yang nyata pada umur 35 HST (tabel 3). Pemberian konsentrasi biourine sapi tidak berpengaruh terhadap umur pengamatan 7 HST, 14 HST, 21 HST dan 35 HST. Pemupukan dengan interval memberikan pengaruh pada umur 7 HST, 14 HST, 21 HST serta 28 HST.

Perlakuan I BNJ 5%
I1 I2 I3
K1 10.58 a A 9.42 a A 9.67 a A 1.83
K2 9.92 a A 11.25 b A 10.25 ab A
K3 9.78 a A 12.42 b B 11.50 b AB
BNJ 5% 1.83
Table 3.Interaksi antara konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi pada umur pengamatan 35 HSTKeterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Berdasarkan hasil uji BNJ pada taraf 5% tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap variabel pengamatan jumlah daun umur 35 HST. Perlakuan konsentrasi 60 ml/l memberikan hasil jumlah daun yang banyak pada interval 4 hari sekali.

Luas Daun (cm)

Perlakuan 14 HST 21 HST 28 HST
K1 19.89 63.88 90.34
K2 19.35 40.98 77.79
K3 19.94 41.11 82.43
BNJ 5% tn tn tn
Perlakuan 7 HST 14 HST 21 HST
I1 21.72 60.37 79.75
I2 19.78 46.47 95.02
I3 17.68 38.76 75.78
BNJ 5% tn tn tn
Table 4.Rataan luas daun dengan konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi pada semua umur pengamatanKeterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%
Perlakuan I BNJ 5%
I1 I2 I3
K1 118.76 a B 110.67 ab A 75.94 a A 41.85
K2 93.56 a A 109.37 a A 93.09 a A
K3 82.08 a A 99.61 a B 108.46 a A
BNJ 5% 41.85
Table 5.Interaksi antara konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi pada umur pengamatan 35 HSTKeterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Hasil dari pengamatan dan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi tidak memberikan pengaruh terhadap variabel pengamatan luas daun pada umur pengamatan 14 HST, 21 HST dan 28 HST. Perlakuan interval pemupukan biourine sapi memberikan pengaruh pada umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST pada interval 4 hari sekali (I2).

Berdasarkan hasil uji BNJ pada taraf 5% dapat dilihat antara konsentrasi dan interval pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap variabel pengamatan luas daun umur 35 HST. Tabel 5. Menunjukkan bahwa interaksi terbaik adalah perlakuan konsentrasi 20 ml/l pada interval 2 hari sekali. Pemberian pupuk dengan konsentrasi rendah dapat memberikan hasil yang terbaik dengan interval pemupukan yang berkelanjutan atau continue, daripada pemberian pupuk dengan konsentrasi tinggi dan interval lainnya.

Panjang Akar (cm)

Perlakuan 35 HST
K1 7.69
K2 6.26
K3 7.04
BNJ 5% tn
I1 7.52
I2 7.25
I3 6.21
BNJ 5% tn
Table 6.Rataan panjang akar dengan konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi pada umur 35 HSTKeterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa pemberian biourine sapi tidak tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar tanaman Samhong (tabel 6). Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi biourine sapi dan interval pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar Samhong antara kedua interaksi perlakuan tersebut. Hasil rataan tertinggi pada parameter pengamatan panjang akar konsentrasi 20 ml/L dengan interval pemupukan 2 hari sekali.

Berat Basah (gr)

Perlakuan 35 HST
K1 53.685
K2 60.065
K3 60.861
BNJ 5% tn
I1 47.991 a
I2 77.667 b
I3 48.954 ab
BNJ 5% 29.103
Table 7.Rataan berat basah dengan konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi pada umur 35 HSTKeterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Hasil analisis sidik ragam yang diperoleh bahwa konsentrasi pemupukan biourine sapi tidak berpengaruh nyata, begitu juga dengan interaksi antara konsentrasi dan interval pemupukan. Namun intervalnya berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman samhong (tabel. 7). Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman samhong. Interval pemupukan biourine sapi 4 hari sekali (I2) menunjukkan berat basah tertinggi adalah 77,67 gram/tanaman.

Berat Kering (gr)

Perlakuan 35 HST
K1 7.259
K2 7.130
K3 7.852
BNJ 5% tn
I1 6.296 a
I2 9.741 b
I3 6.204 a
BNJ 5% 3.009
Table 8.Rataan berat kering dengan konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi pada umur 38 HSTKeterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Hasil pengamatan dan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering, tetapi memberikan pengaruh yang nyata pada perlakuan interval pemupukan (tabel 8). Perlakuan interval I2 berbeda nyata dengan I1 dan I3, namun I1 dan I3 tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil uji lanjut menggunakan BNJ pada taraf 5% menunjukkan bahwa interval 4 hari sekali memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter pengamatan berat kering dengan rataan tertinggi 9,741 gram/tanaman.

Indeks Panen

Perlakuan Rataan
K1 0.9502
K2 0.9553
K3 0.9519
BNJ 5% tn
I1 0.9513
I2 0.9557
I3 0.9503
BNJ 5% tn
Table 9.Rataan indeks panen dengan konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi pada umur 35 HSTKeterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa antara konsentrasi dan interval pemupukan dengan menggunakan biourine sapi tidak memberikan pengaruh terhadap variabel pengamatan indeks panen (tabel 9). Tabel 9. menunjukkan bahwa rerata tertinggi indeks panen adalah konsentrasi 40 ml/L pada interval pemupukan 4 hari sekali.

Pembahasan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi biourine sapi tidak bepengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman samhong pada semua variabel pengamatan. Hal ini karena dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pH tanah, jenis pupuk, waktu serta frekuensi pemberian pada saat pemupukan. Ernanda [13] mengatakan bahwa pemberian poc urine sapi tidak berpengaruh karena tanaman tidak dapat memanfaatkan dengan baik unsur hara yang diberikan, pemupukan pada tanaman yang penting harus diperhatikan salah satunya yaitu efektifitas dan efisiensi dalam pemupukan. sedangkan menurut Bela et al.,[14] pemberian Pupuk Organik Cair pada media tanam dengan konsentrasi larutan yang berbeda dapat memberikan respon pertumbuhan yang berbeda pada tanaman sawi. Akan tetapi, Setiap tanaman memiliki kebutuhan unsur hara yang berbeda-beda, salah satunya tanaman samhong memerlukan unsur hara dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari penelitian yang telah dilakukan. Ariyani et.al [15] mengatakan bahwa pertumbuhan pada tanaman dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman dibandingkan dengan perlakuan pemupukan.

Susilo [10] menambahkan selain pemupukan, hal yang perlu diperhatikan yaitu kadar unsur hara yang dimana apabila kadar unsur hara makin tinggi maka pupuk semakin baik. Pertumbuhan pada masa vegetatif tanaman samhong membutuhkan unsur nitrogen yang tinggi, akan tetapi unsur fosfor (P) juga mempunyai peran dalam masa vegetative tanaman samhong. Unsur fosfor adalah unsur hara esensial yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi [13]. Sedangkan Arum [16] menyatakan bahwa pemupukan pada tanaman yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kecukupan haranya maka dapat mengakibatkan gangguan pada tanaman. Tanaman samhong memiliki kandungan nutrisi yang terdiri dari kalsium, magnesium, kalium, fosfor, sodium, zinc dan tembaga, sedangkan kandungan biorine sapi yaitu nitrogen (1,67%), fosfor (0,07%) dan kalium (1,03%) [17]. Salah satu faktor yang menyebabkan pengaplikasian biourine sapi tidak mengalami pengaruh pada semua parameter adalah rendahnya nutrisi hara fosfor pada kandungan biourine sapi, sehingga tanaman kurang tercukupi kebutuhan unsur hara esensial fosfor.

Interval pemupukan dengan menggunakan biourine sapi memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, dan berat kering, namun tidak berpengaruh ke variabel penelitian lainnya. Hal ini dikarenakan disebabkan oleh waktu pemberian yang dilakukan secara berkala mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil produktivitas pada tanaman samhong. Interval pemupukan menggunakan biourine sapi yang paling efektif pada interval 4 hari sekali terhadap variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering. Rataan tertinggi tinggi tanaman sebesar 20,50 cm, jumlah daun 10,74 helai, berat bsah 77,67 gram dan berat kering 9,74. Yahudi [18] mengatakan interval pemupukan dengan pupuk organic cair pada tanaman yang diberikan semakin lama, maka dapat menyebabkan penurunan pada pertumbuhan tanaman.

Fatma et.al [1] menyatakan bahwa interval pemupukan dengan menggunakan pupuk organic cair memberikan pengaruh yang nyata terhadap lebar daun dan berat kering, serta berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun, berat segar tanaman dan berat konsumsi tanaman pakcoy di polibag. [19] menambahkan bahwa pada perlakaku interval waktu dapat bepengaruh ke tanaman karena disebakan oleh kemampuan bahan organik dari pupuk organic cair dalam memperbaiki struktur tanah sehingga serapan akar dapat berjalan. Dengan memperhatikan interval pemupukan pada tanaman dapat membantu penggunaan pupuk yang berlebihan dan kekurangan, apabila pemupukan dilakukan secara berlebihan dapat menyebabkan kondisi pH tanah menjadi basa dan dapat menghilangkan beberapa unsur hara pada tanaman. Begitu sebaliknya, apabila dalam pemupukan kurang juga akan menghambat pertumbuhan. Sehingga dengan adanya interval pemupukan ini dapat mengontrol dan sebagai penentu kapan pemupukan dilakukan.

Interaksi antara konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi pada tanaman samhong memberikan pengaruh yang nyata pada variabel jumlah daun dan berpengaruh sangat nyata terhadap variabel luas daun. Namun tidak berpengaruh pada variabel lainnya. Hasil rataan tertinggi parameter jumlah daun pada perlakuan konsentrasi 60 ml/l dengan interval 4 hari sekali sebesar 12,42 dan luas daun pada perlakuan konsentrasi 20 ml/l dengan interval 2 hari sekali sebesar 118,76 gram pada umur pengamatan 35 HST. Hal ini dikarenakan antara kedua perlakuan saling mendukung dari segi pemupukan dengan memperhatikan konsentrasi dan interval pemupukan, sehingga unsur hara pada tanaman tercukupi dan dapat meningkatkan pertumbuhan serta reproduksi secara optimal. Hasil dari penelitian Wasis dan Badrudin [20] mengatakan bahwa konsentrasi pupuk organik cair berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati, kecuali saat berbunga dan umur saat panen tidak berbeda nyata dan Faisal [21] menyatakan bahwa tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila unsur hara yang diperlukan tercukupi, unsur hara pada tanaman diperlukan untuk membentuk senyawa yang dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang paling utama dalam membetuk pertumbuhan dan perkembangan daun adalah unsur nitrogen. Goodman [22] menambahkan bahwa pupuk organik cair dapat memberikan hara yang cepat, mampu menyediakan nutrisi yang baik untuk tanaman serta mengatasi kekurangan hara di dalam tanah.

Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara konsentrasi dan interval pemupukan biourine sapi terhadap variabel jumlah daun dan luas daun. Penerapan konsentrasi 60 ml/l dengan interval 4 hari sekali menghasilkan jumlah daun tertinggi (12,42 helai), sementara konsentrasi 20 ml/l dengan interval 2 hari sekali menunjukkan luas daun terluas (118,76 cm²). Pentingnya diingat bahwa konsentrasi biourine sapi tidak berpengaruh signifikan pada semua variabel yang diteliti. Namun, interval pemupukan optimal setiap 4 hari sekali (I2) menunjukkan peningkatan yang mencolok dalam tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, dan berat kering. Temuan ini memiliki implikasi penting bagi praktik pertanian yang bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan hasil tanaman dalam budidaya Samhong. Selain itu, interaksi yang diamati menuntut penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi mekanisme yang tepat di balik pengaruh konsentrasi urine sapi dan interval pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman. Penelitian mendatang dapat mengeksplorasi faktor-faktor tambahan dan pendekatan inovatif untuk memanfaatkan urine sapi fermentasi dengan EM4 dan molase dalam pengembangan pertanian yang berkelanjutan, memberikan wawasan berharga bagi komunitas ilmiah global di bidang peningkatan tanaman dan keberlanjutan lingkungan.

References

  1. F. Fatma, I. S. Harahap, I. M. Siahaan, and Y. Berliana, "Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan Samhong (Brassica juncea L.) Hidroponik," Agrinula J. Agroteknologi dan Perkeb., vol. 2, no. 2, pp. 23–27, 2019, doi: 10.36490/agri.v2i2.129.
  2. I. A. Rolanda, A. Z. Arifin, and Sulistyawati, "Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi," J. Agroteknologi Merdeka Pasuruan, vol. 5, no. 2, pp. 1–6, 2021.
  3. P. Suwardike, P. S. Wahyuni, and I. M. Artika, "Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Ayam yang Difermentasi EM-4 dan Konsentrasi Biourine Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bayam Jepang (Spinacia Oleracea L.)," Agro Bali Agric. J., vol. 2, no. 2, pp. 106–114, 2020, doi: 10.37637/ab.v2i2.416.
  4. I. Ilhamiyah, A. J. Kirnadi, A. Yanto, and A. Gazali, "Pemanfaatan Limbah Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair (Biourine)," J. Pengabdi. Al-Ikhlas, vol. 7, no. 1, pp. 114–123, 2021, doi: 10.31602/jpaiuniska.v7i1.5482.
  5. N. Khosiatun, A. Suryawati, and Oktavia S. Padmini, "Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Biourin Sapi 'Plus' terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat Cherry (Solanum lycopersicum Var. cerasiforme)," pp. 85–97, 2020. [Online]. Available: http://eprints.upnyk.ac.id/24300/1/1 Full Paper_Nur Khosiatun.pdf
  6. A. A. Neno, "Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Biourin terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Putih (Brassica chinensis L.)," Agrica, vol. 13, no. 2, pp. 199–211, 2020, doi: 10.37478/agr.v13i2.805.
  7. BPS, "Statistika Hortikultura Kabupaten Mojokerto 2020," 2021.
  8. M. Abror and S. Azizah, "Pengaruh Jenis Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kubis Bunga (Brassica Oleraceae Var. Botrytis L.) Pada Interval Waktu Aplikasi yang Berbeda," Nabatia, vol. 14, no. 1, pp. 39–53, 2017.
  9. A. P. Leksono, "Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian POC Urin Kelinci terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)," J. Ilm. Pertan., vol. 17, no. 2, pp. 57–63, 2021.
  10. I. B. Susilo, "Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) dengan Sistem Hidroponik DFT," Berk. Ilm. Pertan., vol. 2, no. 1, p. 34, 2019, doi: 10.19184/bip.v2i1.16161.
  11. D. Eko Hadi Susilo, "Identifikasi Nilai Konstanta Bentuk Daun untuk Pengukuran Luas Daun Metode Panjang Kali Lebar pada Tanaman Hortikultura di Tanah Gambut," Anterior J., vol. 14, no. 2, pp. 139–146, 2015.
  12. N. S. K. Nasution, "Respon Pertumbuhan dan Beberapa Produksi Jenis Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Pemberian POC
  13. Limbah Kulit Nanas," 2022.
  14. M. Y. Ernanda, A. Indrawati, and S. Mardiana, "Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Kandang Ayam dan Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi," J. Ilm. Pertan. (JIPERTA), vol. 4, no. 1, pp. 10–19, 2022, doi: 10.31289/jiperta.v4i1.1191.
  15. F. A. V. Bela, S. H. J. Putra, and M. S, "Efektivitas Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.)," Spizaetus J. Biol. dan Pendidik. Biol., vol. 2, no. 1, p. 30, 2021, doi: 10.55241/spibio.v2i1.29.
  16. I. Aryani and Musbik, "Pengaruh Takaran Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.) di Polibag," Prospek Agroteknologi, vol. 7, no. 1, pp. 60–68, 2018, [Online]. Available: https://jurnal.unpal.ac.id/index.php/agroteknologi/article/view/35
  17. A. A. Suhastyo and F. T. Raditya, "Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Daun Kelor dan Cangkang Telur terhadap Pertumbuhan Sawi Samhong (Brassica juncea L.)," J. AGROSAINS dan Teknol., vol. 6, no. 1, p. 1, 2021, doi: 10.24853/jat.6.1.1-6.
  18. R. Purba, J. Purba, and A. J. H. Tampubolon, “Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea var achepala) terhadap Konsentrasi Pupuk Organik Cair Dan Media Tanam Pada Pertaman Hidroponik,” MI, vol. 15, no. 1, Apr. 2021, doi: 10.31869/mi.v15i1.2549.
  19. U. Yahudi, W. Mangiring, and F. Khasbullah, "Pengaruh Interval Waktu Pemupukan dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bayam Merah (Amaranthus tricolor L)," vol. 18, no. 2, pp. 86–93, 2022, [Online]. Available: https://jurnal.unpal.ac.id/index.php/agroteknologi/article/view/35
  20. D. Triadiawarman and R. Rudi, "Pengaruh Dosis dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Organik Cair Daun Gamal Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.)," J. Pertan. Terpadu, vol. 7, no. 2, pp. 166–172, 2019, doi: 10.36084/jpt..v7i2.196.
  21. W. Wasis and U. Badrudin, "Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Terung (Solanum melongena L)," Biofarm J. Ilm. Pertan., vol. 14, no. 1, 2019, doi: 10.31941/biofarm.v14i1.786.
  22. F. Opaladu, M. A. Azis, and A. P. Solihin, "Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau (Brasicca juncea L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) dari Urin Sapi," J. Agroteknotropika, vol. 10, no. 2, pp. 11–17, 2021.
  23. G. Goodman, E. Mustamir, and A. Asnawati, "Pengaruh Konsentrasi POC Urine Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Hijau pada Tanah Gambut," Jurnal Sains Pertanian Equator, vol. 10, no. 1, 2021.