Obstacles in Responsible Character Education for Grade 4 Elementary School Students during the Covid-19 Pandemic
Innovation in Pandemic Mitigation
DOI: 10.21070/ijins.v22i.847

Obstacles in Responsible Character Education for Grade 4 Elementary School Students during the Covid-19 Pandemic


Hambatan dalam Pendidikan Karakter Tanggung Jawab pada Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar di Masa Pandemi Covid-19

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Barriers Character Education Covid-19 Pandemic Responsibility

Abstract

The purpose of this study was to determine the barriers to learning responsibility for character education in an elementary school located in Sidoarjo Regency. The approach used in this research is qualitative phenomenology with the type of case study research. The subjects in this study were fourth grade students at SDN Kedungcangkring. Based on the results of the study, it was concluded that in planning schools for character education, responsibility had been prepared during the covid-19 pandemic, but had several obstacles that occurred. This can be seen from the results of the study which show that the implementation of character education for students' responsibility in schools is still hampered by factors from the students themselves and the environment around them.

Pendahuluan

Pendidikan karakter dapat dipahami sebagai sistem dari suatu penanaman karakter yang mana meliputi beberapa hal seperti pengetahuan, kemampuan, kesadaran serta tindakan yang mana dalam hal ini meliputi kegiatan yang berlandaskan pada ajaran tuhan yang maha esa, lingkungan sekitar hingga dirinya sendiri [1]. Di Indonesia sendiri, pendidikan karakter bukanlah hal yang baru. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan pendidikan karakter yang tidak disadari oleh masyarakat di zaman pra kemerdekaan yang mana didukung oleh berdirinya lembaga-lembaga pendidikan yang telah ada seperti sekolah maupun pondok pesantren yang mengajarkan pendidikan dalam bentuk keagamaan [2]. Karakter sendiri berarti cetak biru atau format dasar dalam bahasa yunani, di inndonesia sendiri karakter merupakan berbgai sifat baik yang mana meliputi kejiwaan, budi pekerti, atau pun akhlak yang membedakan antara manusia satu dengan lainnya [3]. Tujuan dari adanya pendidikan karakter ialah sebagai upaya dalam membentuk serta meningkatkan karakter serta akhlak yang sesuai pada standart kompetensi dada setiap satuan pendidikan [4]. Selain itu penanaman dalam pendidikan karakter juga harus terus dilakukan serta terstruktur agar dapat diterapkan dimanapun [5]. Pendidikan karakter juga harus disispkan di setiap mata pelajaran yang dilaksanakan ataupun diterapkan dalam berbagai proses pengetahuan dan menjadikan pembiasaan [6]. Salah satu aspek pendidikan karakter yakni tanggung jawab. Tanggung jawab sendiri merupakan suatu kodrat yang dimiliki manusia, selain itu dapat dibedakan menjadi tanggung jawab seseorang terhadap tuhannya, terhadap sesama manusia, hingga terhadap dirinya sendiri [7].

Covid-19 merupakan salah satu permasalahan dunia yang saat ini menjadi fokus utama setiap negara di dunia. Covid-19 merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang ikut terkena dampak dari adanya Covid-19 ini dengan kasus pertama dilaporkan pada 2 Maret 2020 yang menjangkit dua orang [8]. Dengan adanya penyebaran Covid-19 yang meluas maka menjadikan berbagai aspek harus mengalami penyesuaian, salah satunya merupakan aspek Pendidikan. Hal ini terbukti dengan adanya Surat edaran yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (selanjutnya Kemdikbud) dalam SE Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 yang mana membahas mengenai bagaimana menjalankan pendidikan di masa pandemik covid-19, salah satunya ialah adanya pembelajaran dari rumah. Permasalahan yang muncul akan hal ini ialah adanya tugas yang diberikan kepada siswa sudah bukan lagi menjadi tugas yang dianggap wajib dan seperti kurikulum namun lebih kepada penyesuaian akan minat dan kondisi siswa dalam melakukan akses pembelajaran di rumah, pembelajaran dari rumah pun hanya dapat dibuktikan dengan adanya umpan balik yang sifatnya kualitatif yang diberikan oleh guru [9].

SDN Kedungcangkring merupakan salah satu sekolah dasar tingkat negeri yang berlokasi di Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo.SDN Kedungcangkring memiliki suasana yang cukup kondusif, mengingat sekolah ini berada di dalam lingkungan tempat tinggal penduduk. Selain itu, sekolah ini memiliki fasilitas dan ruang yang cukup memenuhi, namun kurang tertata dan terawat. Jumlah ruangan untuk pembelajaran dan ruang pendukung terbilang lengkap, seperti ruang kelas, ruang guru, ruang pertemuan, ruang uks, ruang perpustakaan, kantin, dan mushollah SDN Kedungcangkring merupakan salah satu sekolah yang harus melakukan penyesuaian pembelajaran atas dampak yang diberikan oleh Covid-19 yang mewabah di Indonesia. Penyesuaian yang dilakukan yakni sebagaimana anjuran pemerintah untuk meniadakan pertemuan tatap muka dan menjadikan pertemuan secara daring untuk menggantikan kelas.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa suatu pendidikan mempunyai arti sebagai tindakan sadar dan terencana dalam mewujudkan proses pembimbingan dan pembelajaran untuk para peserta didik yang berguna untuk mengembangkan suatu potensi yang berguna bagi tumbuh kembang peserta didik sehingga mampu menjadi manusia yang berakhlak, kreatif, mandiri, serta bertanggung jawab. Dalam buku Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter karya Suyadi, ia berpendapat bahwa keinginan (niat) adalah langkah awal terbentuknya suatu karakter yang jika diwujudkan dapat membentuk suatu kebiasaan dalam bersikap dan berperilaku [10]

Selain itu menurut Ratna Megawangi, ia mengatakan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha dalam mengajarkan anak-anak dalam membuat serta memilih keputusan yang akan diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan penerapan yang dilakukan akan memberikan berbagai kontribusi yang positif dalam lingkup ruang masyarakat. Namun juga perlu diketahui bahwa karakter dan moral merupakan sesuatu yang berbeda. Hal ini dikarenakan moral dapat dimaknai sebagai pengetahuan yang dimiliki oleh suatu individu mengenai sesuatu yang dianggap baik. Sedangkan karakter dapat dimaknai sebagai watak suatu individu dalam melakukan hal baik [11].

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif fenomenologi dalam melihat bagaimana hambatan yang terjadi pada salah satu sekolah SD mengenai pendidikan karakter tanggung jawab yang sedang dilaksanakan. Berbeda dengan peneliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian serupa, dalam penelitian ini perbedaan mendasar ialah pada objek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menjabarkan mengenai bagaimana hambatan pendidikan karakter tanggung jawab yang terjadi pada pembelajaran siswa kelas IV SDN Kedungcangkringdi masa pandemi ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi baru mengenai hambatan yang terjadi dalam pendidikan karakter tanggung jawab di masa pandemi covid-19.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. Pendekatan kualitatif merupakan penelitian ata kajian yang memahami berbagai fenomen sosial berdasarkan pada perilaku individu serta dijelakan secara deskriptif [12].Dalam pendekatan in imengizinkan peneliti dalam menerapkan serta mengaplikasikan kemampuan subjektif dan interpersonalnya dalam penelitian eksplanatori [13]. Selain itu, dalam penelitian fenomenologi memiliki ciri-ciri seperti mengacu pada kenyataan, memahami peristiwa dengan keterkaitannya, hingga memulainya dengan diam [14]. Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas IV A SDN Kedungcangkring, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan observasi, wawancara, serta dokumentasi [15]. Teknik analisa data dalam penelitian ini terdiri dari penyajian data serta penarikan kesimpulan. Hasil dari wawancara dan dokumentasi akan diaolah menjadi pembahasan dan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hasil observasi yang diambil dari siswa-siswi kelas IV A SDN kedungcangkring dapat dilihat sebagai berikut:

Figure 1.Melakukan persiapan sebelum pembelajaran

Pada diagram 1 terdapat 18 peserta didik yang selalu melakukan persiapan sebelum pembelajaran, 12 peserta didik yang lain kadang kala saja melakukan perisapan pembelajaran.

Figure 2.Menggunakan waktu secara efektif

Pada diagram 2 terdapat 21 peserta didik yang selalu menggunakan waktu dengan efektif, 7 peserta didik yang kadang-kadang menggunakan waktu secara efektif, dan 2 peserta didik yang tidak pernah menggunakan waktu secara efektif. Waktu yang efektif ini seperti ketepatan waktu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan mengumpulkan tugas.

Figure 3.Melakukan tugas individu yang diterima

Pada diagram 3 terdapat 17 peserta didik yang selalu melakukan tugas individu yang diterima. Sedangkan 13 peserta didik kadang-kadang dalam melakukan tugas individu yang diterima. Melaksanakan tugas individu ini meliputi tanggung jawab dan kemandirian dalam mengerjakan tugas.

Figure 4.Melaksanakan proses diskusi

Pada diagram 4 yang menunjukkan tentang melaksanakan proses diskusi terdapat 26 peserta didik yang selalu ikut serta melibatkan diri dalam proses diskusi. sedangkan 4 peserta didik kadang-kadang dalam melibatkan diri ketika proses diskusi berlangsung. Meskipun tidak selalu melakukan diselenggarakan oleh guru, namun para siswa kelas IV A ini begitu antusias ketika dilakukan diskusi dalam suatu pelajaran.

Figure 5.Mengerjakan permasalahan atau soal dengan teliti

Diagram 5 menunjukkan bahwa 14 peserta didik selalu mengerjakan permasalahan atau soal dengan teliti. 9 peserta didik kadang-kadang dalam mengerjakan soal dengan teliti. Dan 7 peserta didik yang tidak teliti dalam mengerjakan permasalahan atau soal.

Pembahasan

1. Hambatan Dalam Pendidikan Karakter Tanggung Jawab Di Masa Pandemi

Sistem pembelajaran daring dan tatap muka dirasa sangtlah jauh perbedaannya baik bagi guru maupun peserta didik. Pembelajaran dan penyampaian materi bagi peserta didik menjadi kurang efisien dikarenakan beberapa faktor yang terjadi di lapangan. Dalam pembelajaran daring ini, guru merasa kesulitan juga untuk menilai peserta didik karena guru tidak dapat memantau secara langsung kegiatan atas tanggung jawab yang peserta didik lakukan. Guru tidak dapat mengontrol satu persatu peserta didik terlebih lagi tentang bagaimana proses peserta didik dalam mengerjakan tugas serta alasan mengapa terkadang terlambat dalam mengirimkan tugas. Sehingga sulit untuk menilai karakter tanggung jawab peserta didik. Karena terkadang peserta didik di sekolah biasa bersikap tanggung jawab, namun ketika pandemi dan melaksanakan tugas dari rumah mungkin ada beberapa hal sehingga menyebabkan peserta didik tersebut tidak bersikap tanggung jawab.

Sedangkan ketika pembelajaran tatap muka, guru dapat dengan mudah menilai karakter tanggung jawab yang tertanam dalam diri para peserta didik. Guru dapat memantau secara langsung bagaimana peserta didik berproses ketika mengerjakan tugas secara mandiri sebagai rasa tanggung jawab dalam diri mereka. Selain itu pula guru dapat menilai karakter tanggung jawab ketika melalui kegiatan diskusi berkelompok yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam kegiatan diskusi tersebut dapat dilihat karakter tanggung jawab tersebut ketika peserta didik di tunjuk untuk menjadi pemimpin dalam suatu kelompok. Selain itu pula ketika berdiskusi guru dapat mengetahui suatu kemandirian peserta didik ketika diberikan suatu bagian dalam mengerjakan tugas. Sehingga tidak bergantung kepada teman satu kelompok walaupun sebenarnya tujuan berkelompok adalah memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama. Ketika pengumpulan tugas pun langsung terarah, selesai mengerjakan tugas langsung dikumpulkan seketika itu juga. Jadi tidak ada alasan mengapa peserta didik tidak mengerjakan atau terlambat dalam mengirimkan tugas.

Selain itu juga diperlukan suatu ketelitian yang amat besar karena peserta didik mengerjakan sendiri suatu permasalahan atau soal yang diberikan oleh guru. Tak jarang kemudian peserta didik mengerjakan asal-asalan karena merasa soal sulit untuk dipahami dan ditemukan jawabannya dalam buku. Walaupun begitu para peserta didik tetap berusaha tanggung jawab atas apa yang sudah mereka kerjakan.

Kendala selanjutnya ialah mengenai sinyal, memori hp penuh, kuota habis, dan beberapa orang tua yang bekerja sehingga tidak mampu mengontrol peserta didik di rumah. Walaupun sebenarnya ada bantuan kuota dari pemerintah, namun masih belum menjangkau semuanya, diakrenakan bantuan dari pemerintah tersebut harus melalui beberapa tahap yang harus di atur oleh guru agar semua rata mendapatkan bantuan kuota tersebut.

Selanjutnya ialah mengenai pemahaman orang tua. Pemahaman orang tua atas materi yang disampaikan oleh guru juga menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran daring. Ketika di sekolah, peserta didik mendapatkan pemahaman dan arahan langsung dari guru, namun ketika pembelajaran daring berlangsung maka orang tualah yang menjadi penentu atas peserta didik. Dari orang tualah peserta didik terbentuk menjadi karakter yang bertanggung jawab atau tidak. Jika di rumah orang tua tidak pernah mengingatkan atas tanggung jawab peserta didik, maka di rasa gagal karakter tanggung jawab selama pembelajaran daring tersebut. Pemahaman orang tua atas penyampaian materi oleh guru haruslah benar-benar diperhatikan. Sehingga ketika peserta didik melakukan pembelajaran daring di rumah, orang tua dapat membantu jika peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerjakan tugas.

Melihat beberapa hambatan di atas, guru sebisa mungkin mngupayakan segala cara agar pemeblajaran daring bisa berjalan dengan baik. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh guru adalah dengan membagi rata kuota yang diberikan oleh pemerintah. Agar tidak ada peserta didik yang tiba-tiba kehabisan kuota di tengah-tengah pembelajaran. Memberikan waktu 24 jam untuk masa pengumpulan tugas agar peserta didik yang orang tuanya bekerja dapat tetap mengumpulkan tugas dan tidak meninggalkan tanggung jawabnya.

2. Kendala Serta Upaya Pada Proses Pendidikan Karakter Tanggung Jawab Pada Pembelajaran Secara Daring

Pada sistem pembelajaran yang dilakukan di sekolah, pembelajaran daring serta pembelajaran tatap muka memiliki perbedaan yang sangat terasa bagi guru. Dalam kedua sistem pembelajaran yang dilakukan maka penyerapan materi yang dilakukan juga memiliki keefisienan yang berbeda. Dalam pembelajaran daring, guru tidak dapat melakukan pembelajaran dengan baik, hal ini terjadi karena pada pembelajaran daring para peserta didik tidak dapat dipantau langsung seperti pembelajaran tatap muka.

Hambatan yang terjadi juga didukung akan hambatan seperti sinyal, memori hp, kuota, keterbatasan hp yang digunakan, hingga kesibukan orang tua yang bekerja. Selain itu juga pemahaman yang dimiliki orang tua terkadang tidak sepaham sehingga mereka kesulitan akan menyampaikan materi kepada anak mereka. Selain itu juga terkadang beberapa siswa tidak melakukan pengumpulan tugas yang telah diberikan.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang yang telah dijabarkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hambatan pendidikan karakter tanggung jawab tidak serta merta berasal dari diri sendiri, namun juga bisa terjadi karena kondisi dan lingkungan yang kurang mendukung. Dalam perencanaan yang dilakukan untuk menjalankan pendidikan karakter tanggung jawab dengan cara dimasukkannya pendidikan karakter tanggung jawab dalam setiap mata pelajaran di sekolah. Dalam pelaksanaan yang dilaksanakan tidak begitu saja berjalan dengan baik karena adanya hambatan-hambatan yang terjadi. Dalam masa pandemi ini sering kali menimbulkan hambatan terhadap beberapa karakter termasuk karakter tanggung jawab itu sendiri. Selain itu penggunaan kelas daring menjadikan guru harus dapat menjalankan berbagai kondisi akan pandemi. Namun meskipun demikian harus diperlukan adanya pemakluman akan berbagai kondisi yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam evaluasi pendidikan karakter tanggung jawab dilakukan dilakukan dengan melakukan penilaian akan sikap yang dimiliki siswa yang kemudian akan dibahas dengan wali pula jika diperlukan.

Dalam perbedaan sistem pembelajaran yang dilakukan memiliki perbedaan antara pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka yang sangat berbeda bagi para guru maupun siswa yang menjalankan. Dalam hambatan yang terjadi pun berbagai kendala seperti pada hp yang digunakan terhambat akan sinyal, memori hp, kuota, dan ketiadaan hp untuk siswa tersebut secara pribadi, tidak adanya buku penunjang, serta orang tua yang sibuk bekerja juga mempengaruhi terjadinya hambatan yang dilakukan.

References

  1. Omeri, N. (2015, Juli). Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan. Manajer Pendidikan, Volume 9, Nomor 3, 464-468.
  2. Lubis, R. R. (2019, Agustus-Januari). Historitas dan Dinamika Penidikan Karakter di Indonesia. An-Nahdhah, Vol. 1, No. 2, .
  3. Arifin, S. (2018, Juli 1). Penanaman Karakter Islami Melalui Program Hafalan Takhasus Di Sd Negeri 3 Gondanglegi Kulon Tahun Ajaran 2017/2018. Rahmatan Lil Alamin Journal Of Peace Education And Islamic Studies.
  4. Mulyasa. (2014 ). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  5. Putri, D. P. (2018). Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital. AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar , vol. 2, no. 1. Retrieved from http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JPD
  6. Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press
  7. Anwar, S. S. (2014, Juni). Tanggung Jawab Pendidikan Dalam prespektif Psikologi Agama. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 1 No.1.
  8. Kompas. (2020, Maret 3). Fakta Lengkap Virus Corona di Indonesia. Retrieved from Komps.com: https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-pertama-virus-corona-di-indonesia?page=all
  9. Kemdikbud. (2020). Menyiapkan Pembelajaran di Masa Pandemi: Tantangan dan Peluang. Retrieved from Kementrian Pendidikaan, Kebudayaan,Riset, dan Teknologi: https://spab.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2020/07/Menyiapkan-Pembelajaran-di-Masa-Pandemi-1.pdf
  10. Suyadi. (2013). Strategi pembelajaran pendidikan karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  11. Hapsudin, M. S. (2019). Manajemen Karakter Membentuk Karakter Baik Pada Diri Anak. Jakarta: Tazkia Press.
  12. Moleong, & J, L. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
  13. Alase, A. (2017). The Interpretative Phenomenological Analysis (IPA): A Guide to a Good Qualitative Research Approach. International Journal of Education & Literacy Studies, 5, No.2.
  14. Wekke, I. S. (2019). Metode Penelitian Ekonomi Syariah . Yogyakarta: Gawe Buku.
  15. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.