Teacher Creativity in Aqidah Akhlak Learning After the Covid-19 Pandemic at Madrasah Ibtidaiyah
Innovation in Pandemic Mitigation
DOI: 10.21070/ijins.v22i.846

Teacher Creativity in Aqidah Akhlak Learning After the Covid-19 Pandemic at Madrasah Ibtidaiyah


Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pasca Pandemi Covid – 19 di Madrasah Ibtidaiyah

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Teacher Creativity Aqidah Akhlak Learning Post Pandemic Covid - 19

Abstract

This study aims to determine the creativity of teachers in learning moral aqidah after the Covid-19 pandemic at MI Ma'arif Pamotan. This research is a descriptive qualitative research. In this study, the informants were mi principal Ma'arif Pamotan, moral aqidah teachers and female students. The location of this study was conducted at MI Ma'arif Pamotan. Data collection techniques in the form of interviews, observations, documentation. Data analysis and interpretation techniques use analysis models from Miles and Huberman, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study show that the teacher's creativity in learning aqidah akhlak consists of a form of teacher creativity which is manifested in the management of kela, learning methods in the form of Problem Based Learning, jigsaw-type cooperative methods and the resulting work, namely props in the form of sholih children's trees and intelligent puppets.

Pendahuluan

Dua tahun sudah status pandemi covid-19 melanda dunia. Wacana penurunan endemi juga sedang menjadi pertimbangan Pemerintah Indonesia. Selama masa transisi menuju endemi covid-19, pelan-pelan pemerintah melakukan kelonggaran pada mobilitas masyarakat. Salah satunya yaitu pada bidang pendidikan, dimana selama pandemi covid-19 pembelajaran dilakukan secara hybird learning yaitu luring dan daring, kemudian setelah pandemi covid-19 atau keadaan sudah kembali normal proses belajar mengajar diadakan secara tatap muka atau luring.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan guru dan pedoman sumber belajar yang berlangsung secara sepadan dalam sebuah sekolah.[1] Pembelajaran pasca pandemi memiliki tantangan tersendiri bagi guru karena akan mengubah kebiasaan siswa yang telah nyaman dengan pembelajaran daring kemudian harus kembali normal yaitu pembelajaran secara tatap muka. Maka kreativitas seorang guru dalam pembelajaran saat ini, sangat di butuhkan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran, kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Kreativitas guru merupakan kemampuan guru menciptakan hal-hal baru dalam mengajar sehingga memiliki variasi didalam mengajar yang akan membuat anak didik lebih aktif dan kreatif.[2]

Dalam transisi tersebut, beberapa guru memiliki tantangan terhadap pembentukan karakter peserta didik.[3] Tantangan yang dihadapi guru aqidah akhlak terhadap pembentukan karakter siswa pasca pandemi covid – 19 adalah peserta didik sudah terbiasa untuk belajar secara daring, dimana dalam pembelajaran daring peserta didik biasanya belajar sambil makan bahkan tidak mendengarkan materi yang disampaikan, kurangnya kedisiplinan dalam mengerjakan tugas maupun mengumpulkan tugas, menurunnya semangat belajar peserta didik dan saat pembelajaran tatap muka atau luring peserta didik mudah mengalami kebosanan. Pembelajaran agama sangat berperan penting karena mencakup peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlakul karimah.

Pembelajaran aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatann peserta didik tentang aqidah dan akhlak islam serta mewujudkan manusia yang memiliki akhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam individu maupun sosial sebagai implementasi ajaran agama islam.[4] Karakteristik Pembelajaran Akidah Akhlak memfokuskan pada kemampuan mendalami serta memperkokoh keyakinan agama Islam sehingga memiliki keyakinan yang kuat dan mengamalkan nilai-nilai akhlak yang baik. Mampu juga dalam menjalankan, mengamalkan akhlak terpuji dan menjauhi dan tidak melakukan akhlak tercela.[5]

Tujuan pembelajaran aqidah akhlak diantaranya adalah :

  1. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
  2. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian contoh, pemupukan nilai islami dalam dirinya, dan pengembangan pengetahuan akan ajaran islam, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik.
  3. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt serta akhlaq mulia peserta didik semaksimal mungkin, yang sudah ada dalam dirinya berasal dari didikan orang tua maupun keluarga.
  4. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam mengenal akhlak terpuji dan tercela kemudian keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari
  5. Menciptakan manusia yang berakhlakul karimah, sebagai bentuk pengaktualan dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

Dengan beberapa tantangan yang dihadapi guru aqidah akhlak terhadap pembentukan karakter siswa pasca pandemi covid – 19, terdapat strategi atau metode pembelajaran yang digunakan di MI Ma’arif Pamotan adalah metode problem based learning (PBL) dan beberapa metode. Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah itu siswa belajar terampil melalui penyelidikan dan berfikir sehingga dapat memandirikan siswa dalam belajar dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.[6]

Dengan metode yang digunakan tentunya terdapat media pembelajaran sebagai penunjang dalam merealisasikan metode Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan di MI Ma’arif Pamotan. Terdapat beberapa media pembelajaran yang digunakan di MI Ma’arif Pamotan diantaranya alat peraga yang berupa pohon anak sholih dan wayang cerdas, kemudian ada juga video pembelajaran yang menceritakan mengenai akhlak tercela. Guru Aqidah Akhlak membuat sebuah kreativitas tersebut dengan tujuan agar peserta didik tidak mudah bosan dan melatih kecakapan peserta didik.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang jenis datanya bersifat nonangka.[7] Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada sifat kenyataan yang dikonstruk secara sosial, dimana terdapat hubungan yang dekat antara peneliti dan apa yang akan diteliti, dan kendala-kendala di lapangan dengan berbagai situasi yang membentuk inkuiri. Para peneliti yang seperti itu menekankan inkuiri yang bemuatan-nilai (value-laden). Mereka mencari jawaban dari pertanyaan yang menekankan pada bagaimana pengalaman sosial dibentuk dan diberi makna. Penelitian kualitatif lebih memaparkan atau menekankan berupa tulisan atau pendescripsian dari pada berupa angka.[8] Lokasi penelitian berada di MI Ma’arif Pamotan. Pertimbangan dalam memilih lokasi penelitian karena terdapat beberapa tantangan yang dialami guru seperti mengubah karakter siswa saat belajar, setelah pembelajaran mengalami transisi dari daring menjadi tatap muka. Maka dibutuhkannya kreativitas guru terutama pada pembelajaran aqidah akhlak di MI Ma’arif Pamotan. Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini berupa narasi yang membuahkan hasil sangat terperinci. Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis dan interpretasi data menggunakan model analisis dari Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan

1. Bentuk Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pasca Pandemi Covid-19 di MI Ma’arif Pamotan

Dari data yang didapatkan dari hasil penelitian di lapangan, peneliti menemukan kesamaan antara teori dan praktik dalam Kreativitas guru dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pasca pandemi covid 19 memang sangat diperlukan, guna mencapai keberhasilan belajar siswa. Bentuk – bentuk kreativitas guru diantara lain :

a. Kreativitas Dalam Mengelolah Kelas

Menurut Rikhatul bahwa kreativitas memiliki arti sebuah proses psikologi perseorangan yang menciptakan ide, sikap maupun hal baru yang efisien, bersifat imajinatif, integrasi, fleksibel, alternatif, serta pembedaan yang berhasil didalam bermacam bidang dalam penanggulangan sebuah permasalahan.

Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran Aqidah Akhlak dengan baik dan juga siswa bisa memiliki keinginan yang tinggi untuk selalu memperhatikan di setiap materi Aqidah Akhlak yang disampaikan oleh guru, maka guru harus dapat menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental, dengan cara mmebuat suasana kelas yang nyaman, dan suasana hati siswa yang gembira tanpa ada tekanan.

Pada saat guru Aqidah Akhlak mengajar di kelas, peneliti menyaksikan bahwa guru Aqidah Akhlak terlebih dahulu menyampaikan materi yang akan dipelajari, lalu membagi beberapa kelompok di kelas tersebut, kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh setiap kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mendiskusikan jawaban dari soal tersebut kemudian mempresentasikan di depan kelas.

Dari bentuk kreativitas yang diterapkan guru tersebut, ternyata semua siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran aqidah akhlak. Dan berlomba-lomba untuk dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan baik dan benar.

b. Kreativitas Dalam Menggunakan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah teknik atau cara yang dikuasai oleh pendidik atau guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung. Guru Aqidah Akhlak di MI Ma’arif Pamotan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Metode ini digunakan guru aqidah akhlak untuk melatih siswa dalam belajar memecahkan masalah secara berkelompok.

Dari hasil observasi di kelas, peneliti menjumpai guru aqidah akhlak sedang mengajar di kelas dengan materi “akhlak tercela”. Pada saat itu guru membagikan kertas kepada beberapa kelompok yang berisi gambar orang sedang marah. Disitu guru meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan mengenai gambar tersebut. Contohnya, apa pengertian marah, apa ciri-ciri orang marah, apa tanda-tanda orang marah, dan apa pesan yang dapat diambil.

Setelah itu guru mempersilahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil dari diskusi bersama kelompoknya secara bergiliran di depan kelas. Dan untuk kelompok yang lain, dipersilahkan untuk menanggapi dari hasil presentasi kelompok tersebut.

c. Kreativitas Dalam Menggunakan Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat peserta didik dalam belajar.[9] Media pembelajaran digunakan sebagai sarana pembelajaran di sekolah bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penggunaan media dalam pembelajaran aqidah akhlak di MI Ma’arif Pamotan berupa alat peraga, video pembelajaran, dan bahan ajar.

Dari hasil observasi, dapat diketahui bahwa alat peraga yang digunakan oleh guru yaitu berupa “Pohon anak sholih” dan “wayang cerdas” serta menggunakan video pembelajaran mampu membuat peserta didik mudah dalam memahami sebuah materi, membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran dan suasana kelas menjadi komunikatif.[10]

2. Hasil Karya Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pasca Pandemi Covid-19 di MI Ma’arif Pamotan

Sistem pembelajaran tatap muka di MI Ma’arif Pamotan berbeda dengan sistem pembelajaran daring dahulu. Pada sistem pembelajaran daring dahulu termasuk pembelajaran Aqidah Akhlaq siswa diberikan pembelajaran secara daring dimana peserta didik bisa belajar dengan santai dirumah bahkan tidak memperhatikan materi yang diberikan guru. Pada sistem pembelajaran yang kembali lagi normal yaitu dengan pembelajaran secara tatap muka maka siswa memiliki kebosanan saat harus belajar disekolah lagi. Maka kreativitas guru dalam hal ini sangat diperlukan. [11]

Dari hasil observasi di lapangan serta dari hasil wawancara dengan beberapa guru dan peserta didik. Hasil kreativitas guru dalam pembelajaran aqidah akhlak pasca pandemi covid di MI Ma’arif Pamotan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dengan tujuan melatih kecakapan siswa dalam memecahkan sebuah masalah, dan menjadikan siswa di kelas menjadi aktif untuk mengikuti pembelajaran. [12]

Berdasarkan dari hasil observasi di lapangan dan wawancara, peneliti menemukan bahwa media pembelajaran yang diguanakan oleh guru aqidah akhlak di MI Ma’arif Pamotan yaitu alat peraga, video pembelajaran, dan bahan ajar. [14] Penggunaan media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan materi dengan lebih mudah untuk dimengerti oleh peserta didik, proses pembelajaran berlangsung komunikatif dan menjadikan peserta didik atif serta mampu berpikir kritis. [15]

Alat peraga yang digunakan oleh guru yaitu berupa “pohon anak solih”. Alat peraga pohon menjadi salah satu terobosan dari guru aqidah akhlak. Penggunaan alat peraga ini bertujuan untuk melatih daya ingat siswa, serta ketangkasan siswa dalam menjawab pertanyaan.

Terdapat juga alat peraga berupa wayang cerdas. Penggunaan alat peraga ini bertujuan untuk melatih kepercayaan diri dan keberanian peserta didik. Sehingga kedepannya akan berani dalam membela kebenaran sesuai dengan ajaran agama islam.

Untuk video pembelajaran, guru menggunakan video yang sudah dibuat kemudian ditampilkan kepada siswa lalu siswa menganalisisnya dapat juga digunakan sebagai media audio visual yang konkrit. Penggunaan video pembelajaran tersebut bertujuan untuk melatih fokus siswa dalam menanggapi pertanyaan yang diajukan.

Berdasarkan dari karya kreativitas guru yang di hasilkan oleh guru aqidah akhlak di MI Ma’arif Pamotan berupa metode yang digunakan antara lain Problem Based Learning, Diskusi, dan jigsaw dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.

Terkait dengan media pembelajaran yang aplikasikan berupa video pembelajaran dan beberapa alat peraga seperti pohon anak sholih dan wayang cerdas yang menjadikan siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

Simpulan

Bentuk kreativitas guru dalam pembelajaran aqidah akhlak pasca pandemi covid-19 diwujudkan dalam pengelolaan kelas, kemudian ada penggunaan metode pembelajaran dan media pembelajaran. Dalam pengelolaan kelas dibuat beberapa kelompok belajar untuk mendiskusikan materi yang akan disampaikan oleh guru. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran aqidah akhlak ada beberapa antara lain metode Problem Based Learning (PBL), metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan metode diskusi serta terdapat media pembelajaran yang digunakan adalah berbentuk audio visual yang diaplikasikan menjadi video pembelajaran, dimana video tersebut akan dijadikan sebagai bahan analisis peserta didik.

Hasil karya guru dari kreativitas pembelajaran aqidah akhlak berupa alat peraga antara lain pohon anak sholeh, wayang cerdas dan video pembelajaran. untuk pohon anak sholeh digunakan dalam materi sifat wajib dan mustahil rasul, sedangkan wayang cerdas digunakan pada beberapa materi dianatarnya akhlak terpuji dan tercela, kisah keteladanan bilal bin rabbah dan sikap amanah. Karya kreativitas guru yang lain yaitu dengan video pembelajaran yang digunakan pada materi adab makan dan minum, Bersyukur dan lain-lain. Problematika

References

  1. Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 6.
  2. W. Wijayanti, “Kreativitas Guru Dalam Mengembangkan Minat Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas 1 Di SDN 02 Tonatan Ponorogo”,skripsi, Institut Agama Negeri Ponorogo (2021).
  3. A. Z. Khusna, “Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Tematik Di Kelas III Mi Ma’arif Nu Ajibarang Kulon”,skripsi, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto (2021).
  4. Y. Maharani, “Penerapan Guru Dalam Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Masa Covid-19,” Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin, 2022.
  5. H. Nurhidayah, “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ONLINE MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI MADRASAH TSANAWIYAH,” 2021.
  6. I. Mu’min, “Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Di MTS Negeri 1 LAMPUNG TIMUR,” Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, 2017.
  7. S. Arikunto, Prosedur Penelitan Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), 145.
  8. M. Sulistiyaningsih, “ANALISIS PROSES TUGAS AKHIR (SKRIPSI) DALAM MERAIH GELAR STRATA-1 PADA MAHASISWA PEDIDIKAN AGAMA ISLAM 2014 DI FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA,” 2020.
  9. D. M. Chariurinnisa, “Bentuk Kreativitas Guru Dalam Mendorong Minat Belajar Siswa Di Masa Pandemi COVID-19 Pada Kelas V SD Inpres Sero Kabupaten Gowa” 3, no. March (2021): 1–119.
  10. Hasil Wawancara dengan Bapak Romi Alifiyanto, S.Pd.I., Selaku guru Aqidah Akhlak.
  11. Elihami, Elihami, and Abdullah Syahid. “Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Pribadi Yang Islami.” Edumaspul - Jurnal Pendidikan 2, no. 1 (2018): 79–96.
  12. Majid, Dhea Abdul. “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Sekolah Berbasis Blended Learning.” Al-Tarbawi Al-Haditsah : Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 (2019): 178–197.
  13. Syamsidah, S, and H Hamidah. “Buku Model Problem Based Learning.” Deepublish 1, no. 1 (2018): 1–102.
  14. Roval Sambora, Tato. “Kebijakan Sekolah Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Siswa Di SMA Negeri 1 Wates Kabupaten Kediri.” universitas negeri Yogyakarta, 2017.
  15. Siska Fitri Yanti. “Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri Kampar Timur.” Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Pekanbaru 4, no. 1 (2017): 1–13.