The Effect of Cyberbullying Face Treatening Acts and Face Management on the Development of Relationships Between Perpetrators and Victims of Cyberbullying Class I Students
Innovation in Social Science
DOI: 10.21070/ijins.v21i.835

The Effect of Cyberbullying Face Treatening Acts and Face Management on the Development of Relationships Between Perpetrators and Victims of Cyberbullying Class I Students


Pengaruh Cyberbullyng Face Treatening Acts dan Face Manajemen terhadap Pengembangan Hubungan antara Pelaku dan Korban Cyberbullying Siswa Kelas IX

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Cyberbullying Developing Relationships Between Perpetrators and Victims

Abstract

The development of information technology and social media has an impact on changes in human behavior in communicating. Unsupervised communication in a social environment can have a variety of deviant effects, for example, what we often hear lately with the term cyberbullying. Many students or young generations currently use social media to communicate with each other with their friends. Not a few cases that have happened to the younger generations about cyber bullying. The purpose of this study is to analyze and explain the face treatment act and face management as well as the development of inter-group and cyberbullying victims on social media. The method used is descriptive method, using a quantitative approach. The types and sources of data obtained are primary and secondary data sources. While the data collection technique used is a questionnaire to test the validity of the data using validity, reliability, and hypotheses. The results of this study indicate that there is a positive and significant relationship between the behavior of cyberbullying perpetrators and the behavior of victims of cyber bullying with a significant value which is the more reactive the behavior of cyberbullying perpetrators is, the more reactive the behavior of cyberbullying victims will be. Therefore, the government needs to hold seminar programs for parents and so that they know how to deal with cyberbullying problems faced by their children.

Pendahuluan

Kemajuan pesat teknologi informasi dapat mengubah contoh kehidupan individu dalam penggunaannya. Semua jenis informasi dapat menyebar dengan cepat dan yang mengejutkan yakni sulit untuk dikendalikan. Tidak dapat disangkal pula bahwa akhir-akhir ini seseorang semakin dimanjakan dengan berbagai kecanggihan teknologi, mulai dari munculnya perangkat khusus portabel hingga ponsel yang dilengkapi dengan berbagai fitur dan inovasi internet. Internet dapat mempermudah penggunanya untuk bertukar informasi tanpa bertemu satu sama lain.[1]

Media sosial merupakan salah satu bentuk kemajuan TIK. Melalui media sosial yang berkembang dengan pesat maka mengakibatkan informasi dapat menyebar dengan mudah di lingkungan masyarakat. Salah satu hasil dari media sosial baru-baru ini yakni majunya salah satu aplikasi yang populer yakni antara lain Instagram Facebook WhatsApp maupun media sosial lainnya yang mana penggunanya dapat mengunggah foto maupun video atau informasi lainnya.

Setiap kemajuan akan selalu disertai dengan adanya dampak negative dan positif. Salah satu ahli perbaikan mekanis yang mengkhawatirkan bahwa yang akan terkena dampaknya adalah remaja. Hal tersebut terjadi karena remaja merupakan periode transisi dalam kehidupan batiniah anak yang dapat membuat anak memiliki sifat labil terhadap kejiwaannya dan mudah dipengaruhi oleh orang lain. Sehingga usia remaja ini rentan terhadap kekerasan baik pada dunia nyata maupun di dunia maya. Salah satu bentuk kekerasan yang sering dialami oleh remaja dalam dunia maya adalah cyberbullying. Cyberbullying merupakan perilaku seseorang ataupun kelompok secara sengaja melakukan tindkan yang dapat menyakiti orang lain. Pesatnya perkembangan jejaring sosial sebagai alat komunikasi yang mudah digunakan oleh siapa saja dan dapat diakses dimana saja membuat fenomena besar terhadap arus informasi, tidak hanya itu pertumbuhan jejaring sosial membawa trend baru dalam masyarakat sebagai ajang untuk melakukan tindakan penindasan secara online atau yang lebih dikenal dengan sebutan cyberbullying. Cyberbullying yang merupakan bentuk hal-hal negatif yang menyertai penggunaan teknologi informasi. Cyberbullying atau kekerasan dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. Korban cyberbullying sering kali depresi, merasa terisolasi, dan tidak berdaya ketika diserang.

Melihat problem yang mengagetkan di atas, sebagai entertainer dan skolastik di bidang Teknologi Informasi, serta para wali dan individu dari daerah setempat, kreator dibuat kesal dengan keanehan cyberbullying yang tidak terkendali. Ini selesai untuk mengetahui keadaan cyberbullying di Indonesia. Sampai saat ini, belum ada penyelidikan semacam ini yang diarahkan di Indonesia, sehingga kami tidak bisa mendapatkan data tentang keadaan sebenarnya yang dialami oleh anak-anak dan remaja kami. Padahal, dengan asumsi bahwa kita memiliki informasi dan data, kita dapat mengasosiasikan ke area lokal yang lebih luas tentang cyberbullying dengan harapan tidak ada hal-hal yang mematikan, misalnya, bunuh diri terjadi pada anak-anak dan remaja

Metode Penelitian

Metode penelitian yakni salah satu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam suatu penelitian. Sedangkan motivasi di balik pengujian adalah untuk mengungkap, menggambarkan, menyelesaikan konsekuensi dari berpikir kritis dalam beberapa cara sesuai dengan teknik eksplorasi. Teknik kuantitatif dapat diuraikan sebagai strategi pemeriksaan dalam pandangan cara berpikir positivisme yang digunakan untuk menganalisis populasi atau tes tertentu, bermacam-macam informasi menggunakan instrumen penelitian penyelidikan informasi kuantitatif atau terukur yang sepenuhnya bertujuan mengkaji spekulasi yang sudah ditentukan sebelumnya . [ 4]

Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui bagaimana terjadinya cyberbullying, face threatening act dan face negotiation yang terjadi pada korban dan pelaku. Sedangkan metode penelitian verifikatif adalah teknik yang mengharapkan untuk memutuskan hubungan antara setiap variabel bebas dan variabel bawahan yang kemudian dicoba dengan menggunakan penyelidikan spekulasi. Pada penelitian kali ini, metode verifikatif dilakukan untuk mengetahui pengaruh besar Face Threatening Act dan Face negotiation pelaku dan korban cyberbullying terhadap perkembangan hubungan kedua belah pihak, baik secara simultan dan parsial.

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian observasi dengan pendekatan kuantitatif. Peneliti ingin menyelidiki cyberbullying berdasarkan respon dari pelaku dan korban. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan ini penelitian.

Pertama, menurut masalah telah diketahui bahwa di SMPN 2 Porong.terjadi beberapa kejadian cyber bullying. Informasi ini didasarkan oleh pengakuan dari pihak BP disekolah tersebut. Kedua, setelah mendapatkan informasi secara umum dari guru BP, peneliti akan melakukan pendekatan melalui wawancara kepada korban dan pelaku cyber bullying. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang FTA, Face Management, dan perkembangan hubungan antara pelaku dan korban cyberbullying.

Penelitian ini akan diadakan di SMPN 2 Porong.

Populasi merupakan wilayah spekulasi yang terdiri dari item/subyek yang memiliki karakteristik khusus yang tidak seluruhnya ditetapkan oleh ahlinya untuk dikonsentrasikan dan kemudian mencapai kesimpulan. Populasi penelitian ini yakni 37 pelajar Kelas IX SMPN 2 Porong yang menjadi korban maupun pelakunya.

Sample ialah jumlah pengamatan yang tidak bias yang diambil dari satu populasi. Dalam tinjauan ini, tidak semua individu dari populasi diambil, namun hanya sebagian dari populasi karena keterbatasan analis dalam mengarahkan pemeriksaan baik dari segi waktu, tenaga, maupun populasi yang sangat besar. Dengan cara ini, contoh yang diambil harus menjadi agen. Sample yang digunakan pada penelitian ini yakni 11 pelajar di Kelas IX SMPN 2 Porong

Sumber data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti dan diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian. Data tersebut dikumpulkan dengan melakukan beberapa pengamatan dan daftar pertanyaan. Peneliti akan melakukan wawancara kepada pihak BP dan peserta didik yang menjadi pelaku dan korban bullying untuk mengetahi FTA, face management, dan perkembangan hubungan diantara kedua peserta didik.

Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti yang bisa berupa dari buku-buku maupun jurnal-jurnal yang sifatnya sebagai penunjang dari sumber data primer. Data sekunder adalah data pendukung diperoleh dari sumber, seperti dokumen yang terkait cyberbullying yang terjadi seperti screenshot chat dari kejadian cyberbullying, video, atau rekaman pesan suara.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket atau quesioner untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan.

  1. Teknik pengumpulan data
  2. Uji keabsahan data
  1. Uji validitas, Informasi yang diperoleh melalui eksplorasi ini merupakan informasi eksperimental (diperhatikan) yang memiliki aturan-aturan tertentu, khususnya yang sah. Legitimasi ialah catatan yang menunjukkan hasil suatu alat ukur penduga benar-benar telah mengukur sesuatu yang telah diestimasi (Menemukan harga legitimasi dalam sesuatu yang kita kaitkan dengan skor hal itu dengan semua dari hal-hal itu. Dalam hal koefisien hubungan sama dengan atau di atas 0,3, hal tersebut dinyatakan substansial, namun dalam hal nilai hubungan di bawah 0,3, hals tersebut dinyatakan tidak sah.
  2. Uji Reliabilitas terkait dengan tingkat konsistensi atau ketepatan informasi dalam waktu ordinal tertentu. Instrumen yang memiliki kualitas tak tergoyahkan dapat digunakan untuk mengukur dalam berbagai kesempatan untuk menghasilkan informasi yang serupa (reliable).

Analisis pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan hasil pengolahan data berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden yang berupa pertanyaan dari setiap angket. Seluruh responden dikumpulkan kemudian peneliti akan mengelompokkan berdasarkan variabel dari seluruh responden kemudian data disajikan dan dilakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.

  1. Teknik analisis
  2. Uji hipotesis

Tujuan dari uji hipotesis ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh face threatening act dan face managemen terhadap perkembangan suatu hubungan pelaku dan korban dari cyberbullying.

Pada penelitian yang berjudul Pengaruh Cyberbullying Face Threatening Acts Dan Face Manajemen Terhadap Pengembangan Hubungan Antara Pelaku Dan Korban Cyberbullying Siswa Kelas IX Di SMPN 2 Porong ini peneliti memperoleh hasil dari ke 11 responden.

Bullying berasal dari bahasa Inggris, yang asal katanya bully jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti menggertak atau mengganggu. Menurut Olweus, bullying merupakan suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan oleh orang lain, baik satu atau beberapa orang secara langsung terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya. Rigby menyatakan, bullying merupakan perilaku agresi yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, terdapat kekuatan yang tidak seimbang antara pelaku dan korbannya, serta bertujuan untuk menyakiti dan menimbulkan rasa tertekan bagi korbannya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa bullying memiliki makna perilaku negatif yang dilaksanakan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat bantu maupun tidak yang memiliki tujuan untuk membuat orang tersebut tertekan baik fisik maupun psikis.

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis dari penelitian ini memberikan penjelasan mengenai pengaruh dari variabel Pengaruh Cyberbullyng Face Treatening Acts Dan Face Manajemen Terhadap Pengembangan Hubungan Antara Pelaku Dan Korban Cyberbullying. Deskriptif statistik pada bab ini akan menyajikan data pada masing-masing variable. Pendeskripsian akan dijelaskan sebagai berikut.

No R Hitung R Tabel Keterangan
1 0,620 > 0,602 Valid
2 0,611 > 0,602 Valid
3 0,641 > 0,602 Valid
4 0,670 > 0,602 Valid
5 0,685 > 0,602 Valid
6 0,758 > 0,602 Valid
7 0,624 > 0,602 Valid
8 0,639 > 0,602 Valid
9 0,688 > 0,602 Valid
10 0,669 > 0,602 Valid
Table 1.Hasil Uji Validitas

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai reliabilitas melebihi 0,670. Sehingga dikatakan bahwa indikator bullying mempunyai keselaraean untuk mengukur pengaruh cyberbullying pada penelitian ini.

Cronbach’s Alpha Numer of Item Status
0.670 > 0,60 10 Reliable
Table 2.Hasil Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas diatas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha yang melebihi 0,60 yakni 0,670. Maka dapat dikatakan bahwa indicator cyberbullying memiliki kesesuaian atau dapat diandalkan untuk mengukur pengaruh cyberbullying yang dimaksudkan pada penelitian ini

Figure 1.Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas, nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,215 yang mana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa nilai tersebut menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan normal.

Figure 2.Hasil Uji Multikolinieritas

Hasil uji tersebut menunjukkan nilai toleransi sebesar 0,982 yang mana nilai tersebut lebih 0,10. Serta nilai Variance Inflation Factor sebesar 1,018 yang menunjukkan bahwa nilai itu > dari 10. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hasil tersebut tidak adanya multikolinearitas.

Figure 3.Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan pada hasil diatas, menunjukkan bahw nilai konstanta sebesar 1,533. Nilai sig dari FAT 0,119 > 0,05 dan FN 0,708 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala Heteroskedasitas

Figure 4.Hasil Uji Regresi Berganda

Hasil perhitungan regresi berganda menunjukkan perhitungan dengan nilai konstanta sebesar 1,988. Nilai FAT 3.371 dengan probabilitas 0.008 < 0.05. Nilai FN -3.147 dengan probabilitas 0.009 < 0.05. Kesimpulan FAT dan FN memiliki pengaruh terhadap perkembangan hubungan. Berikut hasil analisis regresi berganda:

Situ jejaring sosial mempunyai tujuan sebagai alat komunikasi antar sesama yang terjadi hingga ke mancanegara yang memiliki dampak positif maupun negatif. Apabila media sosial digunakan dengan benar maka dapat memberikan manfaat bagi penggunanya namun jika media sosial digunakan tidak berdasarkan pada etika yang baik maka dampaknya adalah dapat menimbulkan penyalahgunaan media sosial yang menimbulkan pengaruh munculnya perilaku perilaku aku korban komunikasi berjejaring sosial.

Simpulan

Akibat dari penelitian ini dapat dimaklumi bahwa ketidakdewasaan adalah suatu periode di mana terdapat kelemahan yang dekat dengan rumah sehingga perasaan mudah dialihkan kepada orang lain, berkembangnya pertikaian hubungan dengan wali membuat perilaku remaja mengarah pada perbuatan tercela atau penyimpangan. Begitu pula dengan cara berperilaku remaja. Dengan demikian, dapat diduga bahwa pemeriksaan terhadap konsekuensi peninjauan kembali mengungkapkan bahwa ada hubungan positif dan kritis antara cara berperilaku pelaku cyberbullying dan cara berperilaku korban cyberbullying dengan nilai yang sangat besar. yang mana semakin responsif cara berperilaku pelaku cyberbullying, maka semakin reseptif cara berperilaku korban cyberbullying.

Pelayanan yang seharusnya memungkinkan bagi anak muda yang menjadi korban cyberbullying adalah undang-undang tidak resmi untuk memberikan wewenang dan denda yang dapat diberikan kepada pelaku cyberbullying. Kemudian adakan kelas dan distribusi untuk wali sehingga mereka tahu bagaimana menangani masalah pelecehan digital yang dilihat oleh anak-anak mereka.

References

  1. M. Rifauddin, "Fenomena Cyberbullying Pada Remaja (Studi Analisis Media Sosial Facebook)," Khizanah AlHikmah, vol. 4, no. 1, pp. 35-44, 2016, D. Geofani, "Pengaruh Cyberbullying Body Shaming Pada Media Sosial Instagram Terhadap Kepercayaan Diri
  2. Wanita Karir Di Pekanbaru," JOM FISIP , vol. 6, no. 2, pp. 1-15, 2019, M. B. A. Tumon, "Studi Deskriptif Perilaku Bullying pada Remaja," Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
  3. Universitas Surabaya, vol. 3, no. 1, pp. 1-17, 2014, Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2017, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2015, S. d. L. Arsyad, Metodologi Penelitian: untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UPP Akademi Manajemen
  4. Perusahaan YKPN, 1993, M. Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2012, M. d. I. G. A. N. T. J. S. M. I Putu Ade Andre S.Pd., Panduan Penelitian Eksperimen Beserta Analisis Statistik
  5. Dengan SPSS, Yogyakarta: Deepublish (Grup Penerbitan CV. Budi Utama), 2018, P.R. Astuti, Meredam Bullying (3 cara efektif mengatasi kekerasan pada anak), Jakarta: PT. Grasindo, 2008, A. P. Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental isorders, Fourth, Arlington VA: Arlington VA,