Representation of Inner Family Communication Film, Semiotic Analysis John Fiske
Innovation in Social Science
DOI: 10.21070/ijins.v21i.829

Representation of Inner Family Communication Film, Semiotic Analysis John Fiske


Reperesentasi Komunikasi Keluarga dalam Film, Analisis Semiotika John Fiske

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Family communication Semiotic Film

Abstract

This study aims to determine the representation of family communication in the film "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" through John Fiske's semiotic analysis. This research is based on the development of film in Indonesia, which is a form of mass media that has a function to convey information or messages. Effective family communication is essential to maintaining intimate family relationships. Therefore, communication between husband and wife, communication between children and their parents needs to be built effectively in building good harmony in the family. Likewise, the family communication that occurred in the film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”. The researcher uses this type of research using qualitative descriptive, then using John Fiske's semiotic analysis into three levels, namely the level of reality, the level of representation, and the level of ideology. The research results obtained are from 30 scenes there is 1 scene that contains and represents family communication in the NKCTHI film. From the 12 scenes, there are 5 general categories of family communication in this film, namely openness, empathy, support, positive attitude and equality or similarity.

Pendahuluan

Film merupakan bentuk dari media massa yang memiliki fungsi sebagaimana fungsi komunikasi massa yaitu menyampaikan informasi atau pesan melalui peranannya sebagai hiburan. Film termasuk media yang efektif dalam menyalurkan pesan sosial ataupun moral kepada publik, dengan tujuan memberikan informasi, hiburan dan wawasan. Kemampuan dalam menjangkau segmen sosial, membuat film dapat mempengaruhi penontonnya. Isi pesan sebuah film dapat membentuk dan mempengaruhi penontonnya dikarenakan alur cerita film tersebut.

Isi pesan suatu film dapat tersampaikan dengan baik pada penontonnya karena film mempunyai nilai seni tersendiri dalam memilih suatu peristiwa untuk dijadikan menjadi sebuah cerita, hal tersebut yang membuat film berbeda dengan media massa lainya. Fungsi film tidak hanya sebagai media hiburan, akan tetapi dapat dijadikan sebagai media edukasi, kritik sosial, dan membuka obrolan bagi para penikmat dan pembuat film.

Film merupakan sebuah pesan visual yang bergerak. Kehadiran film di tengah tengah masyrakat sejak dahulu hingga sekarang menimbulkan bermacam-macam tanggapan. Ada yang pro dan juga kontra, dengan alasan bahwa film dapat menjadi penyebaran nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi, tetapi pihak kontra menilainya bahwa film menjadi sumber kejahatan. Pada umumnya semua tergantung penilaiannya masing-masing serta film juga mengandung unsur positif dan negatif.

Salah satu film pada awal tahun 2020 yang menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta film yaitu film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”. Film yang berdurasi 02:01:00 ini merupakan salah satu film produksi Visinema Pictures. Film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” (NKCTHI) yang mendapatkan prestasi gemilang bahwa film ini sudah berhasil ditonton oleh 2 juta penonton lebih dalam satu bulan selama penayangan yang di lansir dari tweet akun twitter @film_nkcthi pada 21 Januari 2020. Tidak hanya itu film ini juga mendapat respon positif lainnya dari masyarakat Indonesia terkait pesan-pesan yang terdapat dalam film, salah satunya pentingnya komunikasi keluarga. Film ini menceritakan tentang seorang ayah yang tidak ingin kehilangan anak lagi seperti dimasa lalu nya, sehingga ayah menyembunyikan rahasia ini dari anak-anaknya. Dari kejadian itulah membuat ayah perhatian dan sayang kepada mereka, terkecuali pada anak bungsu nya yaitu Awan.

Pada film ini memperlihatkan komunikasi antar ayah dan anak, kemudian rasa kasih sayang yang diberikan ayah juga berbeda terhadap anak-anaknya. Ayah yang lebih perhatian rasa sayangnya dan protect kepada Awan, sehingga membuat kedua kakaknya cemburu. Hal ini yang membuat komunikasi keluarga kurang efektif antar keluarga dalam film ini, dimana seorang ayah yang harusnya memberi kasih sayang yang sama kepada anak-anaknya. Komunikasi keluarga yang efektif sangatlah penting untuk mempertahankan hubungan keluarga yang intim. Tanpa komunikasi, kehidupan keluarga akan terasa hampa dari kegiatan berkomunikasi dan bertukar pikiran. Karena itu komunikasi antara suami -istri, komunikasi orang tua dengan anak perlu dibangun secara efektif dalam membangun keharmonisan yang baik dalam keluarga. Begitu juga komunikasi keluarga dapat diartikan sebagai kesiapan bagaimana kita terbuka dalam membicarakan setiap hal dalam keluarga baik itu tentang hal yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, serta siap mencari cara menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis semiotika John Fiske untuk melihat komunikasi keluarga dalam film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” guna mengetahui komunikasi keluarga yang terjadi pada film ini. Semiotika yaitu studi tentang pertanda dan makna dari sistem tanda, ilmu tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam teks media atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkomunkasikan makna. Adapun penelitian ini di dukung oleh penelitian terdahulu dengan judul “Komunikasi keluarga dalam Channel Youtube“Fadil Jaidi” ” oleh Yunda Widya Rida Arisma, menyatakan bahwa komunikasi keluarga yang terjadi pada channel youtube Fadil Jaidi berjalan lancar hal ini ditunjukkan dengan terjadinya keterbukaan, dukungan, empati, sikap positif, dan kesamaan.

Film adalah sebuah rangkaian gambar statis dimana direpresentasikan di hadapan mata secara berturut-turut dalam kecepatan tinggi. Film sebagai media komunikasi massa yang disebutkan dalam UU nomor 33 tahun 2009 tentang perfilman, diartikan bahwa film adalah karya seni budaya dalam pranata sosial dan media komunikasi masa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi atau tanpa suara yang kemudian dipertunjukkan atay dipertontonkan ke masyarakat melalui media. Menurut Wahyuningsih, jenis-jenis film yaitu film cerita (Story Film), Film Dokumenter (Dokumentary Film), Film Berita (News Reel), Film Kartun (Cartoon Film) dan sebagainya.

Teknik pengambilan gambar merupakan aspek yang penting dalam memproduksi film. Maka terdapat jenis shot dan pemaknaan gambar, diantaranya yaitu:

  1. Long Shot: digunakan untuk pengambilan gambar dengan cara menyeluruh dengan menggambarkan pergerakan sebuah objek, baik manusia, binatang atau benda bergerak lainnya.
  2. Wide Shot: hasil pengambilan gambar seperti Long Shot. Dimana bedanya di bagian tepinya yang berkesan melengkung.
  3. Medium Long Shot: Pengambilan gambar ini dimana jarak dari tubuh manusia yang terlihat yaitu hanya dari kepala sampai lutut.
  4. Medium Shot: Teknik pengambilan gambar dengan jarak tubuh manusia terlihat dari atas kepala sampai pinggang.
  5. Medium Close up: Memperlihatkan tubuh manusia dari atas kepala hingga dada.
  6. Close up: Objek orang hanya memperlihatkan tampak wajahnya, sedangkan objek benda tampak jelas bagian-bagiannya.
  7. Big Close-up: Apabila objeknya orang, maka hanya yang tampak adalah bagian tertentu, seperti mata, bibir dan bagian lainnya yang terlihat jelas.

Teori Semiotika John Fiske

Analisis semiotika merupakan suatu metode atau cara untuk menganalisis serta memberikan makna terhadap lambang-lambang teks atau pesan. semua model-model tentang makna secara luas mempunyai bentuk yang hampir sama, dimana masing-masing berfokus terhadap tiga elemen dengan cara tertentu dalam semua kajian makna.

Dalam kode-kode televisi yang telah diungkapkan dalam teori John Fiske, yaitu bahwa peristiwa yang ditayangkan melalui dunia televisi telah di enkode oleh kode-kode sosial yang dimana dibagi dalam tiga level diantaranya sebagai berikut:

Pada level ini, kode yang termasuk didalamnya yaitu penampilan(appearance),riasan (make-up) dan pakaian atau kostum (dress) yang digunakan oleh pemain, perilaku(behavior), ucapan(speech) ,gerakan(gesture), ekspresi(expression), dialog(dialogue), lingkungan(environment) dan sebagainya.

Pada level ini mecakupi kode teknis mengenai kamera(camera),perevisian (editing), pencahayaan(lighting), musik(music) dan suara(sound). Serta pada level representasi konvensional terdiri dari konflik (conflict), naratif (narative), karakter (character), layar (setting) dan pemilihan pemain (casting).

  1. Level Realitas (Reality )
  2. Level Representasi (Representation)
  3. Level Ideologi (Ideology)

Kode sosial dari level ini merupakan hasil dari level realitas dan level representasi yang dikategorikan pada penerimaan dan hubungan sosial oleh kode-kode ideologi, seperti kapitalisme, individualisme, ras, patriarki dan sebagainya.

Komunikasi Keluarga

Komunikasi keluarga merupakan serangkaian dari penyusunan yang menggunakan kata-kata, gerakan tubuh, intonas suara, tindakan guna mengungkapkan perasaan serta saling mengerti. Komunikasi yang efektif apabila proses komunikasi terdapat ada nya pendukung seperti sikap saling percaya, pertalian, kepuasan, kejelasan, keterbukaan dan dukungan. Oleh karena itu komunikasi sebagai hal penting dalam setiap keluarga dan berperan aktif dalam kehidupan manusia. Menurut Devito, ciri-ciri komunikasi secara umum dibedakan menjadi lima diantaranya yaitu :

Keterbukaan adalah sikap seseorang untuk membuka dirinya agar dapat berinteraksi dengan orang lain untuk memberi informasi maupun mendapatkan informasi tentang orang lain.

Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Berempati tidak hanya dilakukan dalam bentuk memahami perasaan orang lain semata, tetapi harus dinyatakan secara verbal dalam bentuk tingkah laku. Beberap ciri dalam berempati seperti mendengarkan cerita orang lain dengan baik, merangkai kata-kata yang tepat untuk menggambarakan perasaannya, berusaha memahami perasaannya dan situasinya.

Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan suatu hal serta dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut House and khan terdapat empat jenis dukungan yaitu dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan infomasional.

Dimana individu mempunyai perasaan postif terhadap apa yang disampaikan dari orang lain terhadap dirinya. Oleh karena itu, komunikasi memerlukan adanya positive thinking. Sikap positif dapat diperlihatkan secara verbal maupun non verbal.

  1. Keterbukaan
  2. Empati
  3. Dukungan
  4. Sikap positif
  5. Kesamaan atau kesetaraan

Kesamaan terjadi ketika dimana kedua belah pihak memiliki kesamaan untuk saling memahami pesan yang disampaikan. Setiap inidividu memiliki kesamaan dalam hal mendengarkan dan berbicara.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika John Fiske. Teori semiotika John Fiske menyatakan sesuatu yang ditampilkan di media televisi yang biasanya berupa film maupun iklan, dimana hal itu merupakan adanya suatu kenyataan, fakta yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat (realitas sosial) dengan maksud bahwa realitas merupakan suatu produk yang tercipta dari masyarakat atau manusia itu sendiri

Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”. Subyek penelitian ini akan dibagi dengan menjadi beberapa potongan atau scene yang dimana untuk dianalisis oleh penulis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi (mengamati langsung dan menonton film Film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”, pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan scene atau potongan pada film tersebut), tinjauan pustaka dan dokumentasi.

Data primer penelitian ini didapatkan secara langsung dalam penelitian ini dengan cara observasi atau pengamatan pada obyek penelitian. Pada penelitian ini tidak hanya menggunakan dengan observasi langsung saja. Tetapi pengamatan dilakukan melalui cara menonton serta menyimak isi atau cerita film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” dengan cara menonton film di Netflix. Data sekunder didapatkan dari berbagai sumber lain yang diambil melalui beberapa sumber.

Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisis semiotika John Fiske tiga level diantaranya level realitas, level representasi dan level ideologi. Peneliti hanya menggunakan tiga aspek level tersebut untuk meneliti scene-scene atau potongan adegan pada film yang mengacu dalam rumusan masalah yaitu representasi komunikasi keluarga dalam film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Pada level realitas, peneliti akan berusaha menjelaskan realitas yang terdapat dalam film tersebut, mulai dari pakaian, penampilan, riasan yang di dalam film ini. Pada aspek level kedua yaitu representasi, akan menganalisa tentang elemen-elemen teknis tentang kamera, pencahayaan atau lighting, musik dan suara. Di level ideologi meliputi individualisme, kapitalisme, ras, kelas, patriarki dan sebagainya.

Hasil dan Pembahasan

Peneliti merepresentasikan komunikasi keluarga yang terjadi dalam film NKTCHI adanya keterbukaan (openness), Keterbukaan antar keluarga yaitu antar saudara atau anak kepada orang tua terjalin komunikasi yang efektif yaitu dengan selalu mengutarakan apa yang dirasakan, sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman dan kesamaan dalam keluarga. Keterbukaan antar keluarga yang terlihat pada film NKCTHI pada scene 8-10, dimana menampilkan adegan Ayah yang mengumpulkan semua anggota keluarga di ruang tamu untuk menyampaikan rahasia keluarga yang ditutupi oleh ayah selama ini, kemudian di utarakan oleh Angkasa.

Tidak hanya itu, Dukungan yang ditunjukan dalam bentuk memberikan solusi melalui diskusi sehingga terjadi pertukaran pendapat yang dapat menyelesaikan masalah keluarga. Sikap mendukung (supportiveness) juga terlihat dalam keluarga dalam film drama keluarga ini yaitu dalam scene 4 dimana Ayah terlihat sedang memarahi Angkasa dan Aurora pun membela Angkasa, disitulah letak dukungan seorang adik terhadap kakaknya. Pernyataan tersebut selaras dengan Devito (2006) bahwa ungkapan positif dan dukungan termasuk dalam proses komunikasi keluarga yang efektif.

Selain itu sikap empati (empathy) banyak ditampilkan dalam film ini, dikarenakan film ini lebih sedikit berbicara namun sangat terlihat komunikasi verbalnya saat berempati, Empati yang ditunjukan dalam hubungan keluarga pada film ini yaitu antar saudara atau anak kepada orang tua dengan selalu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh anggota lainnya maupun suka dan duka serta turut memberikan solusi. Empati yang ditunjukkan contohnya pada scene 5 dimana ibu akan melahirkan anak ketiga yaitu Awan, dan para anggota keluarga lain seperti Ayah, dan kedua anaknya Angkasa dan Auora terlihat sedang menghibur Ibu agar tidak takut dan tegang, mulai dari mengelus kepala, membuat gerakan hiburan dan bercanda tawa.

Kemudian adanya sikap positif yang ditunjukkan dalam keluarga dalam film NKCTHI ini yaitu apresiasi dan nasehat yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam pencapaian maupun kegiatan dan begitu pun sebaliknya anak kepada orang tua. Sikap positif yang ditunjukkan contohnya pada scene 3 dimana menunjukkan adegan seluruh anggota keluarga yang ingin merayakan hari jadi pernikahan Ayah dan Ibu akan tetapi Awan tidak dapat mengikuti acara tersebut sehingga Awan hanya memberikan ucapan selamat dan pelukan, dan anggota keluarga yang lainpun mengerti dan menghargai kesibukan Awan. Dengan begitu anak merasa lebih dianggap dan merasa diapresiasi.

Terakhir, Kesamaan atau kesetaraan yang terlihat dari segi komunikasi verbal dan non verbal yang antar anggota keluarga, dimana menandakan kesetaraan, diantara anggota keluarga mempunyai kedudukan yang sama sehingga dapat menyampaikan pesan dan menerima pesan dengan terbuka dan tidak ada “gap” atau jarak diantara mereka. Kesamaan komunikasi keluarga yang terjadi pada film NKCTHI yang ditunjukkan dibeberapa scene, salah satunya pada scene 1 dimana ketika ibu sedang dalam keadaan hamil yang akan diantar ayah menuju ke rumah sakit, dimana kesamaan komunikasi keluarga yang terjadi pada scene ini ketika Ayah Angkasa memahami serta ikut merasakan kondisi yang di alami ibu.

Simpulan

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan dan dijabarkan pada bab sebelumnya tentang komunikasi keluarga pada film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”, maka peneliti merepresentasikan dan menarik kesimpulan yaitu Dari 30 scene ada 13 scene yang diambil peneliti untuk dijadikan sebagai unit analisis penelitian. Scene-scene ini yang dipilih karena mengandung dan merepresentasikan komunikasi keluarga.

References

  1. Anjelita, F. (2019). Persepsi Masyarakat tentang Body Shaming di Media Sosial. Sumatera Utara: Universitas Muhammadiyah .
  2. Astari, D. (2020, November Selasa). Daftar Lengkap Nominasi Festival Film Indonesia 2020. Dipetik November 20, 2020, dari insertlive: https://www.insertlive.com/film-dan-musik/20201110183739-25-172670/daftar-lengkap-nominasi-festival-film-indonesia-2020
  3. Atika, F. N. (2020). Representasi Bullying dalam Film Joker (Analisis Semiotika Model Roland Barthes). Surabaya: UIN Sunan Ampel.
  4. Devito. (1989). The Interpersonal Communication Book, Fifth Edition. New York: Harper and Row Publisher.
  5. Djamarah. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
  6. Djaya, A. B. (2017, 01 22). Lokadata. Dipetik 01 22, 2017, dari https://lokadata.id/artikel/wajah-perfilman-indonesia-sepanjang-2017
  7. Effendy. (2019). Jenis-jenis Film. Dalam S. Wahyuningsih, Film dan Dakwah "Memahami Representasi Pesan-Pesan Dakwah dalam Film Melalui Analisis Semiotik (hal. 3-5). Surabaya: Media Sahabat Cendekia.
  8. Fiske. (2020). Model-Model Semiotika. Dalam F. D. Mubaraq, Analisis teks Media "Sebuah Pengantar Riset Jurnalistik" (hal. 81). Parepare, Sulawesi Selatan,91132: IAIN Parepare Nusantara Press.
  9. Fitriana, S. A. (2019). Dampak Body Shaming Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah .
  10. Khomsani, K. T. (2020). Representasi Islamphobia Dalam Film Bulan Terbelah di Langit Amerika (Analisis Semiotika John Fiske). Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri.
  11. Kriyantono, R. (2006). Riset Komunikasi "Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana (Divisi dari Prenada Media Group).
  12. Lestari, S. (2019). Bullying or Body Shaming? Young Women in Patient Body Dysmorphic Disorder. Philanthropy Journal of Psychology, 1-74.
  13. Mangunhardjana, M. (1990). Media Pengajaran. Bandung: CV Sinar Baru.
  14. Mubaraq, D. F. (2020). Analisis Teks Media "Sebuah Pengantar Riset Jurnalistik". Parepare,Sulawesi Selatan,91132: IAIN Parepare Nusantara Press.
  15. Mubaraq, D. F. (2020). Analisis Teks Media "Sebuah Pengantar Riset Jurnalistik". Parepare,Sulawesi Selatan: IAIN Parepare Nusantara Press.
  16. Novita, M. (2020, Februari Kamis). Lebih dari Separuh Perempuan Indonesia Alami Body Shaming. Dipetik November 18, 2020, dari tempo.co: https://cantik.tempo.co/read/1304319/lebih-dari-separuh-perempuan-indonesia-alami-body-shaming
  17. Nurdin, I., & Hartati, S. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media Sahabat Cendekia.
  18. Permatasari, D. (2018). Makna Pernikahan dalam Film Surga yang Tak Dirindukan (Analisis Semiotika John Fiske). Makassar: UIN Alauddin.
  19. Rachmah, E. N., & Baharuddin, F. (2019). Faktor Pembentuk Perilaku Body Shaming di Media Sosial. Psikologi Sosial di Era Revolusi Industri 4.0, 66-73.
  20. Rahmawati, P. A. (2019). Upaya Menanggulangi Agresi Verbal terhadap Body Shaming Melalui Konseling Feminis. Tegal: Universitas Pancasakti.
  21. Santoso, A. (2018, November Rabu). Polisi Tangani 966 Kasus Body Shaming Selama 2018. Dipetik November 18, 2020, dari detik.com: https://news.detik.com/berita/d-4321990/polisi-tangani-966-kasus-body-shaming-selama-2018
  22. Setiawan, H., Aziz, A., & Kurniadi, D. (2020). Ideologi Patriarki dalam Film (Semiotika John Fiske Pada Interaksi Ayah dan Anak dalam Film Chef). Andharupa:Jurnal Desain Komunikasi Visual dan Multimedia, Vol. 06 No.2.
  23. Simanullang, E. P. (2018). Representasi Poligami dalam Film Athirah (Studi Analisis Semiotika John Fiske). JOM FISIP, Vol.5 Edisi 1.
  24. Usman, N. H. (2017). Representasi Nilai Toleransi Antarumat Beragama dalam Film "Aisyah Biarkan Kami Bersaudara" (Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce). Makassar: UIN Alauddin.
  25. Wahyuningsih, S. (2019). Film dan Dakwah "Memahami Representasi Pesan-Pesan Dakwah dalam Film melalui Analisis Semiotik. Surabaya: Media Sahabat Cendekia.
  26. Yarni, D. (2019). Analisis Semiotika Body Shaming dalam Film Greatest Showman. Riau: UIN Sultan Syarif Kasim.
  27. Zulvia Trinova, N. (2020). Pemanfaatan Film Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (Ski) Di Mtsn Model Padang. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang.