The Relationship Between Subjective Well Being and Grit in High School Athlete Students
Innovation in Education
DOI: 10.21070/ijins.v21i.812

The Relationship Between Subjective Well Being and Grit in High School Athlete Students


Hubungan Antara Kesejahteraan Subjektif dengan Grit pada Siswa Atlet di Sekolah Menengah Atas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Subjective Well Being Grit High School Students

Abstract

This study aims to determine the relationship between the subjective well being variable and the grit variable in athletes at SMA Negeri Sport East Java. This study uses a quantitative method with a correlational approach, which involves 210 students in grades X, XI, XII as many as 210 students. This data collection technique uses a psychological scale, namely the subjective well being scale (r = 0.842 ) with a grit scale (r = 0.706 ). The data analysis technique in this study uses product moment analysis with the acquisition of a correlation coefficient of 0.009 with a significance value of 0.901 > 0/05, meaning that there is no relationship between the subjective well being variable and the grit variable in athletes at SMA Negeri Sport East Java. A total of 37% of respondents are in the categorization of moderate subjective well being, and as many as 43% of respondents are in the medium categorization.

Pendahuluan

SMA Negeri Olah Raga Jawa Timur merupakan satu-satunya sekolah yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sesuai kurikulum SMA reguler dan mendidik serta melatih atlet siswa yang berlaga di tingkat nasional dan internasiona [1]. Siswa sekolah menengah atas (SMA) biasanya berusia antara 16 dan 19 tahun dan dalam fase perkembangan remaja. Periode ini merupakan tahap perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang melibatkan perubahan besar dalam kondisi fisik, kognitif dan psikososial. Piaget berpendapat bahwa siswa sekolah menengah berada dalam tahap perkembangan kognitif fungsional formal[2]. Akibat dari pandemi (Covid-19) ini, para atlet pelajar menghadapi berbagai tantangan atau masalah dengan tujuan menyelesaikan pendidikannya. tentu saja mereka menghadapi berbagai masalah tetapi mereka masih bisa bertahan dan berusaha untuk melanjutkan pendidikan mereka. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam membentuk kepribadian seseorang karena mengajarkan hal baik dan buruk yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang. Pendidikan merupakan upaya membimbing manusia menuju kedewasaan. Pendidikan merupakan upaya membantu anak menyelesaikan tugas-tugas hidupnya agar dapat mandiri dan bertanggung jawab, prestasi tersebut tidak lepas dari tingkat pendidikan yang telah ditempuh seseorang.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jumi Oktaviasar, Duckworth menemukan bahwa sebutir pasir adalah kecenderungan untuk mempertahankan keuletan dan keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Grit didefinisikan sebagai keinginan dan ketekunan yang kuat untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam jangka waktu yang lama [3]. menciptakan tenaga kerja yang kuat yang menghadapi tantangan dan mempertahankan usaha dan minat dari tahun ke tahun, terlepas dari kegagalan, kemunduran dan hambatan dalam prosesnya. Grit memungkinkan siswa-atlet untuk lebih fokus pada tujuan positif yang ingin mereka capai, sehingga mereka selektif

terhadap perilaku atau kegiatan yang tidak mendukung pencapaian tersebut, salah satunya adalah mengelola kesejahteraan subjektif. Grit memiliki dua aspek utama yaitu konsistensi minat dan ketekunan dalam mencoba. Kesulitan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: tingkat pendidikan, usia, pola pikir, perubahan karir dan prestasi.. [4] adalah kombinasi dari perasaan baik tentang diri sendiri dan rasa makna dalam hidup, prestasi dan hubungan baik dengan orang lain. Kesejahteraan subjektif bukan hanya sesuatu yang ada dalam pikiran individu, tetapi juga memanifestasikan dirinya dalam bentuk perilaku. Saligman juga mengungkapkan bahwa individu termotivasi untuk mencari kesejahteraan subjektif melalui keterlibatan, makna, atau kebahagiaan. Orang mencapai kesejahteraan subjektif yang tinggi ketika mereka mengendalikan lingkungan mereka.. [5] Penjelasan latar belakang di atas menunjukkan fenomena bahwa siswa atlet SMA Negeri Olah Raga Sidoarjo memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi dan salah satu pengaruhnya adalah ketangguhan. Hal ini terlihat dari aksi mereka saat tampil. Berbagai masalah dan aktivitas membuat mereka tinggal di asrama. Sehingga menarik untuk dipelajari karena rasa kesejahteraan subjektif mereka dalam belajar cukup baik. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara kesejahteraan subjektif SMA olahraga di negara bagian Jawa Timur dengan atlet serius?”

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional, yang mencari informasi mengenai permasalah yang ada terkait variabel yang akan diteliti [6]. Grit yang merupakan variabel terikat, dan subjective wellbeing yang merupakan varabel bebas, adalah variabel yang digunakan dalam penelitian ini[7]. Pada penelitian ini populasi keseluruhan yang di analisis adalah 210 SISWA atlet Negeri Olahraga Jawa Timur, dikarenakan Teknik sampling jenuh yang digunakan maka seluruh populasi menjadi sampel dalam penelitian ini[8].

Peneliti menggunakan 2 skala psikologi yakni skala Grit dan subjective well being. Pendekatan skala likert(favorable dan unfavorable) dipilih untuk di gunakan mengumpulkan data. Peneliti mengadopsi alat ukur grit dari penelitan yang disusun oleh Jumi Oktaviasri menurut komponen grit [9]. Menurut komponen grit, yaitu aspek konsitensi minat dan kegigihan dalam berusaha. Kemudian skala subjective well being diadopsi dari instrument penelitian Devvy, A.S [10]. Instrument ini berfokus pada aspek kognitif dan aspek afektif(positif) dan afektif (negative).

Selanjutnya JASP 16.1 for windows digunakan oleh peneliti untuk mengelola data statistic hasil penelitian. Hubungan subjective well- being sebagai variabel bebas dan grit sebagai variabel terikat kemuduan ditunjukkan dengan menggunakan uji korelasi sperman rho. Pendekatan korelasi spearman rho adalah salah satu yang digunakan para peneliti untuk menguji hipotesis. Pendekatan ini dipilih karena salah satu data variabel penelitian tidak didistribusikan secara normal. Berikut adalah temuan uji hipotesis yang dilakukan dengan JASP 16.1 for Windows

Hasil dan Pembahasan

Sebagaimana terlihat pada tabel 1 uji spearman terdapat korelasi yang signifikan dimana (p =<.004 > 0.05) antara skor subjective well-being dengan grit. Namun besaran efeknya sedang dengan nilai (r= 0.003). Menurut studi hipotesis, bahwa tidak terdapat hubungan antara subjective well being dengan grit pada SISWA atlet Sma Negeri Olahraga Jawa Timur. Hal ini didukung oleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,003 dan nilai signifikansi sebesar 0.009 = 0.99.

Selanjutnya berdasarkan hasil kategorisasi subyek seperti pada tabel 2, terdapat 0 subjek yang memiliki subjective well-being sangat tinggi pada variabel subjective well-being, 75 subyek masuk dalam kategori tinggi, 78 subyek termasuk dalam golongan sedang, 40 subyek masuk golongan rendah, dan 17 subyek masuk dalam golongan sangat rendah.

Sedangkan pada variabel grit14 subyek termasuk dalam golongan sangat tinggi, 43 subyek masuk dalam kategori tinggi, 89 subyek termasuk dalam golongan sedang, 57 subyek masuk golongan rendah, dan 7 subyek masuk dalam golongan sangat rendah. Pada tabel 2 juga ditunjukkan bahwa presentase terbanyak subjective well-being yaitu sebesar 37% pada kategori subjective sedang, sedangkan pada Grit presentase terbanyak sebesar 43% pada katgori sedang.

Correlation Table
Spearman Kendall
Rho P tau B P
SUBJECTI VE WELL BEING GR IT 0.009 0.901 0.006 0.905
* p < .05, ** p < .01, *** p < .001
Table 1.Hasil Uji Hipotesis [1]

Kategorisasi jumlah subyek pada masing-masing skala
Subjective well being Grit
∑Subyek % ∑Subyek %
Sangat Tinggi 0 0 14 6
Tinggi 75 36 43 21
Sedang 78 37 89 43
Rendah 40 19 57 27
Sangat Rendah 17 8 7 3
210 100 210 100
Table 2.Kategori Subjek [2]

Hal ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nafi‟atul Badi‟ah dalam jurnal tersebut yang menunjukkan terdapat pengaruh positif antara grit dengan subjective well-being[11] sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara Subjective well being dengan Grit, dikarenakan ada penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa variabel grit sebagai variabel yang mempengaruhi atau variabel independent.

Penelitian sebelumnya juga sudah pernah oleh Ivcevic & Brackett dalam penelitian inimmenunjukan bahwasannya fokus penelitian seharusnya memfokuskan dengan satu mata pelajaran atau ekstrakurikuler karena tidak semua siswa memiliki gairah atau semangat dalam semua mata pelajaran atau ekstrakulikuler[12]. Jadi capaian penelitian akan lebih baik dalam pilihan tujuan yang lebih sempit. Beracuan dengan hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini juga tidak terdapat hubungan antara variabel subjective well being dengan grit, dikarenakan peneliti tidak memfokuskan subjek pada satu cabang olahraga saja[13] Gritdipengaruhi oleh bebrapa faktor yang pengaruhnya lebih baik dari pada subjective well being.

Hasil penelitian dari Chrisantiana dan Sembiring menunjukkan grit dipengaruhi oleh Growth dan FixedMindsetDuckworth dan Dweck melakukan studi kolaboratif untuk lebih memahami mengapa beberapa siswa mampu bertahan dari prestasi akademik sementara yang lain tidak. Sebuah studi oleh Duckworth dan Dweck menunjukkan bagaimana keyakinan seseorang bahwa kegagalan adalah permanen dapat menghambat keberhasilan akademis. Duckworth menyimpulkan bahwa mindset berkembang dapat mengembangkan ketajaman. Mamlu'atuzzakiyah juga melakukan penelitian lain yang menunjukkan bahwa pasir dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berdampak di luar kesejahteraan subjektif. Studi ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara harapan dan Gri.[1 ] Kesejahteraan subjektif adalah kombinasi dari perasaan baik tentang diri sendiri dan rasa makna dalam hidup, prestasi dan hubungan baik dengan orang lain [15] Pelajar-atlet dengan subjective weel being. Tinggi Menjadi siswa SMA merasa nyaman berada di lingkungan sekolah, dan berbagai aktivitas tidak menimbulkan stres. Karena atlet mahasiswa dapat beradaptasi dengan lingkungannya

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel subjective well being dengan variabel grit pada siswa atlet SMA Negeri Olahraga Jawa Timur. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil analisis korelasi Spearman rho dengan nilai signifikan (p =0.901 > 0.05). Dengan presentase 37% pada kategorisasi subjectivewellbeingsedang, dan pada variabel grit presentase 43% pada kategorisasi sedang.

References

  1. Oktaviasari, Jumi, and Widyastuti. 2021. “International Journal on Orange Technologies,” no. April: 54–62.
  2. Sukintaka. . (2018). .Perbedaan. .Tingkat. .Stres. .Siswa. .yang. .Mengikut. .Bimbingan. .Belajar. .dengan. . . .yang. . . .Tidak Mengikuti. .Bimbingan. .Belajar, Undergraduate Thesis. . . . . . Universitas Muhammadiyah Gresik, 16–40
  3. Vivekananda, . N. L. A. (2018). Studi Deskriptif mengenai Grit pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas KristenMaranathaBandung.Humanitas(JurnalPsikologi),1(3),183.
  4. Chrisantiana, T. G., & Sembiring., T. (2017). Pengaruh. Growth dan Fixed Mindset. terhadap Grit. pada Mahasiswa Fakultas Psikolog.i Universitas “X” Bandung. Humanitas (Jurnal Psikologi), 1(2), 133.
  5. Badi’ah, N. (2020). Hubungan antara Grit dengan Subjective Well- Being pada Siswa Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Darul Hikmah Tulungagung.
  6. Sugiyono, Metodologi Penelitian.Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2016.
  7. Susanti, . . .H. . .D., . . .. Arfamaini, R., . . . . .Sylvia, M., Vianne, . . . . A., D, Y. H., D, H. L., Muslim.ah, . M. . . . muslimah, Saletti-cuesta, L., Abraham, C.,. Sheeran, P., Adiyoso, W., Wilopo, W., Brossard, D., Wood, W.,.. Cialdini, R., Groves, R. M., Chan, D. K. C., Zhang, C. Q., Josefsson, K. W., … Aryanta, I. R. (2017). Hubungan. . . . . . .Tujuan Hidup Dan Subjective. . . . .Well-Being Pada . Mahasiswa Dewasa Awal Skripsi. Jurnal .Keperawatan. Universitas. . . . ..Muhammadya Malang,4(1),724732.
  8. Y. Kusumaningtyas, “Hubungan Antara Iklim Organisasi Dengan Subjective Well-Being Pada Pegawai Teller Di Bank Mandiri,” Unika Soegijapranata Semarang, 2019.
  9. Oktaviasari.( 2021). “International Journal on Orange Technologies,” no. April: 54–62.
  10. Sari, N. D. (2019). Hubungan Antara Subjective Well-Being Dengan.
  11. Andita, Chika Annasya. 2017. “Hubungan Prestasi Akademik Dan Grit Pada Siswa Atlit PPLP Di SMA ‘X’ Kota Bandung.” Perpustakaan Mararatha 4: 9–15.
  12. Ivcevic, Zorana, and Marc Brackett. 2014. “Predicting School Success: Comparing Conscientiousness, Grit, and Emotion Regulation Ability.” Journal of Research in Personality 52 (October 2014): 29–36.
  13. Marc Brackett. 2014. “Memprediksi Keberhasilan Sekolah: Membandingkan Kesadaran, Ketabahan, dan Kemampuan Regulasi Emosi. Jurnal Penelitian Kepribadian
  14. Mamlu’atuzzakiyah.(2021). Hubungan antara Harapan dengan. Grit (Ketangguhan) Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. yang sedang. Menyelesaikan. Skripsi di Masa Pandemi Covid-19. 3(March), 6
  15. Rosyadi, A. K., &. Laksmiwati, H,.(2018). Hubungan antara grit. .dengan subjective well-being pada mahasiswa. psikologi univesitas negeri surabaya angkatan 2017 hubungan. antara grit dengan subjective. well-being pada mahasiswa psikologi universitas negeri surabaya angkatan 2017 ahmad kholil rosyadi. Character: Jurnal Psikologi, 5(2).