An Overview of Social Anxiety in Young Girls at Senior High Schools in Sidoarjo
Innovation in Social Science
DOI: 10.21070/ijins.v21i.809

An Overview of Social Anxiety in Young Girls at Senior High Schools in Sidoarjo


Gambaran Social Anxiety pada Remaja Putri di Sekolah Menengah Atas di Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Social Anxiety Young Women

Abstract

This research is motivated by the phenomenon of adolescent girls experiencing social anxiety at SMA Porong Sidoarjo. This study uses a descriptive quantitative research method with data collection in this study using a Likert scale model, namely the social anxiety scale modified from the Adawiyah Robiah scale. The sample in this study were 233 young women from 683 populations. The results showed that young women had high social anxiety, there was a frequency of Social Anxiety Levels with the acquisition of a percentage of 38%, namely young women had high social anxiety and based on the aspect of obtaining 37% in the negative evaluation aspect.

Pendahuluan

Masa remaja adalah antara masa anak-anak dan masa dewasa. 13-17 tahun adalah awal masa remaja, sedangkan 17-18 tahun adalah usia kedewasaan yang sah. Perubahan fisik, sikap, perilaku, dan emosional menjadi ciri saat ini [1]. Remaja bukanlah anak-anak ataupun orang dewasa. Manusia menjadi dewasa sepanjang masa remaja. Remaja berkembang sampai dewasa. Remaja berkembang secara biologis, psikologis, dan sosial [2]. Interaksi sosial adalah tantangan perkembangan remaja yang paling menuntut. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dan di luar konteks rumah atau sekolah. Remaja harus terlibat dengan orang lain dan memiliki keterampilan sosial yang solid [3].

Vriends [4] melalui temuanya menyatakan self-report social anxiety 15,8% orang Indonesia memiliki social anxiety, yang dianggap agak tinggi. Lebig banyak social anxiety pada usia remaja. NationalInstituteofMentalHealthdi Amerika Serikat melakukan studi tentang kesehatan mental remaja dan menemukan bahwa 8% anak 13 hingga 18 tahun mengalami social anxiety. Temuan ini menunjukkan bahwa jumlah individu yang menderita social anxiety meningkat setiap tahun. Menurut Prawoto [5] pada kenyataannya masih ada beberapa remaja, khususnya perempuan, yang mengalami kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran di sekitarnya. Artinya, masih ada beberapa remaja putri yang mengalami kecemasan atau disebut juga social anxiety. Aprianty (2016) juga berpendapat bahwa remaja perempuan lebih banyak mengalami kecemasan social disbanding laki-laki [6].

Menurut Fidhzalidar [7] kecemasan yang ditandai dengan ketidaknyamanan emosional, ketakutan, dan kecemasan dalam kaitannya dengan keadaan sosial disebut sebagai social anxiety. AmericanPsychiatricAssociation[8] Social anxiety adalah ketakutan seseorang terhadap keadaan sosial termasuk kinerja, yang menyebabkan dia lebih berhati-hati di sekitar orang lain karena takut dipermalukan atau dilecehkan.

Anggita mengatakan [4] social anxiety seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pendapat atau penilaian orang lain terhadap penampilannya. Ada beberapa variabel eksternal yang mungkin memengaruhi social anxiety, termasuk pola asuh dan pengaruh teman sebaya. Dan juga elemen internal seperti kepribadian, signifikansi emosional, temperamen, dan gaya berpikir. Sedangkan dampak social anxiety yang ditimbulkan individu seperti pikiran negatif, kepercayaan diri yang rendah, sensitif terhadap kririkan orang lain, dan keterampilan sosial yang buruk. Individu tidak pernah belajar bagaimana berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka merasa nyaman dengan orang lain, atau mereka terus-menerus tidak bertanggung jawab dan tidak kompeten secara sosial, tidak dapat bereaksi dengan tepat dalam situasi sosial, seperti dengan mengungkapkan "terima kasih" pada saat yang tepat. Kadang- kadang individu merasa khawatir tentang reaksi orang lain. Jika melihat dari studi La Greca & Lopez [9] seperti kecemasan penilaian yang tidak menguntungkan orang lain, penghindaran sosial dan ketidaknyamanan dalam konteks sosial yang tidak dikenal. Atau bahkan ketika berinteraksi dengan orang asing, tekanan secara umum atau karib.

Metode Penelitian

Studi dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif. menurut Iskandar [10]. Studi deskriptif adalah studi tentang peristiwa dan fakta dengan melaporkan nilai variabel tanpa membandingkan atau menghubungkannya dengan variable lain. Partisipasi pada studi ini adalah remaja putri SMA di semua kelas yaitu kelas X,XI, dan XII. Jumlah sampel studi berjumlah 233 remaja putri dari jumlah populasi 683 remaja putri. Variabel studi ini adalah social anxiety. social anxiety sebagai evaluasi individu terhadap orang baru dan orang yang dikenal dilakukan melalui pengukuran total skor yang diperoleh dari skala kecemasan soial. skala social anxiety disusun berdasarkan teori La greca & Lopez [11] social anxiety terdiri dari tiga aspek yaitu (a) evalusi negatif, (b) penghindaraan sosial terhadap lingkungan sosial yang baru, (c) tertekan secara umum atau karib. Pengambilan data pada studi ini menggunakan model skala likert,menurut Sugiyono [12] digunakan untuk mengukur pendapat dan persepsi seseorang terhadap suatu fenomena yang selanjutnya untuk diteliti melalui variabel. Menggunakan skala social anxiety yang dimodifikasi dari skala Adawiyah Robiah [13] mempertimbangkan skor reliabilitas 0,923 dari 33 aitem dengan 112 subyek. Peneliti juga melakukan uji reliabilitas, dengan hasil skor reliabilitas 0,928 dengan melibatkan 233 subyek.

Hasil dan Pembahasan

Studi ini dilaksanakan pada remaja putri di SMA Porong Sidoarjo dengan mengambil sampel sejumlah 233 dari jumlah populasi sebesar 682. data studi ini diambil melalui observasi. Hasil studi menunjukkan tingkat social anxiety remaja putri didominisi pada kategori sangat rendah sebanyak 15 remaja putri dengan presentase 6%, kategori rendah 64 remaja putri dengan presentase 27%, kategori sedang 62 remaja putri dengan presentase 27%, kategori tinggi 89 dengan presentase 38%. Dan kategori sangat tinggi 3 remaja putri dengan presentase 1%. Artinya social anxiety remaja putri sebagian besar bergerak dari sangat rendah ke sangat tinggi. Data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

Kategorisasi F Presentase Mean SD
Sangat Rendah 15 6%
Rendah 64 27% 62 12
Sedang 62 27%
Tinggi 89 38%
Sangat Tinggi 3 1%
Total 233 100%
Table 1.Frekuensi Tingkat Social anxiety

Hasil tersebut menunjukkan bahwa presentase paling besar berada pada kategori tinggi dengan hasil 38% sebanyak 89 remaja putri memiliki social anxiety yang tinggi. Studi ini mengkonfirmasi temuan Vriends [14] yang menemukan bahwa proporsi orang yang menderita social anxiety meningkat dari tahun ke tahun. Ia juga mengatakan self-report social anxietymeningkat hingga 15,8 % mengalami social anxiety. Remaja memiliki social anxiety yang paling tinggi. Studi National Institute of Mental Health menemukan 8% dari anak berusia 13-18 tahun memiliki social anxiety. Data ini menunjukkan kenaikan tahunan dalam social anxiety.

No Aspek-Aspek Socialanxiety Skor Presentase
1 Evaluasi Negatif 28 37%
2 Orang Asing 25 33%
3 Orang Yang Dikenal 23 30%
Total 75 100%
Table 2.Frekuensi Tingkat Berdasarkan Aspek Kecemasa Sosial

Berdasarkan hasil perhitungan menurut aspek yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat bahwa hasil aspek evaluasi negatif yang menghasilkan skor rata-rata 28 dengan presentase 37% remaja putri mengalami aspek ini, aspek orang asing menghasilkan skor rata-rata 25 dengan presentase 33% remaja putri mengalami aspek ini, dan sedangkan aspek orang yang dikenal menghasilkan skor rata-rata 23 dengan presentase 30% remaja putri mengalami aspek ini. Aspek yang paling terlihat dan banyak skornya yaitu aspek evaluasi negatif sebanyak 28 skor dengan presentase 37%. Hal ini selaras yang dilakukan oleh Ratnasari [15] menunjukkan banyak remaja perempuan yang merasa cemas terhadap sosialnya, hal ini terkait dengan pandangan individu yang tidak menguntungkan tentang interaksi sosial sebagai pemicu kecemasan.

Simpulan

Menurut perdebatan, social anxiety di kalangan remaja putri di SMA Porong Sidoarjo cukup besar, mempengaruhi 38% atau 89 remaja putri. Vriens menemukan bahwa 15,8% orang Indonesia melaporkan sendiri social anxiety mereka. Meningkatnya social anxiety remaja mencapai 8% dari anak berusia 13 hingga 18 tahun merasakan social anxiety, menurut studi National Institute of Mental Health. Data ini menunjukkan bahwa social anxiety meningkat setiap tahun hingga 37% diperoleh dari aspek evaluasi negatif remaja putri. al ini selaras yang dilakukan oleh Ratnasari [15] menunjukkan banyak remaja perempuan yang merasa cemas terhadap sosialnya, evaluasi negatif menjadi penyebab adanya situasi-situasi sosial yang diterima individu menjadi social anxiety.

References

  1. Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. 2011.
  2. S. Fatimah, A. Sumitro, and A. Erwin, “Hubungan Antara Self-Esteem dengan Body Image pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 12 Bekasi,” Guidance, vol. 17, no. 02, pp. 1–8, 2020, doi: 10.34005/guidance.v17i02.1164.
  3. GRACE VALENTINA WIBOWO, “HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN SOCIAL ANXIETY PADA MAHASISWA RANTAU LUAR PULAU JAWA DI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG,” p. 6, 2021.
  4. D. Pratiwi, R. Mirza, and M. E. l Akmal, “Social Anxiety In Terms Of Self-Esteem In Adolescents With Low Socio-Economic Status,” J. Educ. Couns., vol. 9, no. 1, pp. 21–22, 2019, [Online]. Available: http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/al-irsyad/article/download/6734/2966
  5. Liesabella nahda el huzni, “HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH (BODY IMAGE) DENGAN SOCIAL ANXIETY PADA REMAJA PUTRI DI YOGYAKARTA.”
  6. A. Ramadhani, “Hubungan Konformitas dengan Prokrastinasi dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Tidak Bekerja,” vol. 4, no. 3, pp. 383–390, 2016.
  7. M. G. Fidhzalidar, “Tingkat Social anxiety pada Anak yang Mengalami Cacat Fisik di YPAC,” Psychol. Forum UMM, pp. 978–979, 2015.
  8. Cahyaning Suryaningrum, “Efikasi Diri dan Social anxiety: Studi Meta Analisis,” Rev. CENIC. Ciencias Biológicas, vol. 152, no. 3, p. 28, 2016, [Online]. Available: file:///Users/andreataquez/Downloads/guia-plan-de-mejora-institucional.pdf%0Ahttp://salud.tabasco.gob.mx/content/revista%0Ahttp://www.revistaalad.com/pdfs/Guias_ALAD_11_Nov_2013.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.15446/revfacmed.v66n3.60060.%0Ahttp://www.cenetec.
  9. Andhika Anggawira, Dwike Nur Kholiza, and Herio Rizki Dewinda, “Hubungan antara Self Esteem dengan Social Anxiety pada Remaja Berstatus Sosial Ekonomi Rendah,” Psyche 165 J., vol. 15, no. 2, pp. 68–73, 2022, doi: 10.35134/jpsy165.v15i2.152.
  10. E. Martasari, S. Saparahayuningsih, and D. Delrefi, “Kepercayaan Diri Anak Dalam Pembelajaran Pengembangan Berbahasa Pada Kelompok B1 Paud Assalam Muara Bangkahulu Kota Bengkulu,” J. Ilm. Potensia, vol. 3, no. 1, pp. 11–17, 2019, doi: 10.33369/jip.3.1.11-17.
  11. D. Syahrullah, Ekajaya, and Jufriadi, “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan,” J. PSYCHE 165 Fak. Psikol., vol. 12, no. 1, pp. 93–102, 2019.
  12. Prof. Dr. Sugiyono, Metode Studi Kuantitatif Kualitatif R&D. Alfabeta Bandung, 2016.
  13. Dindha Amelia, “HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN SOCIAL ANXIETY PADA SISWA KELAS X MAN 4 JOMBANG,” vol. 21, no. 1, pp. 1–9, 2020, [Online]. Available: http://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-industry/
  14. R. Amalia, W. Srisayekti, and M. Moeliono, “Gambaran Social anxiety Berdasarkan Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS) Pada Remaja awal di Jatinangor,” 2015, pp. 1–10, 2015, [Online]. Available: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/Gambaran-Kecemasan-Sosial-Berdasarkan-Liebowitz-Social-Anxiety-Scale.pdf
  15. S. E. Ratnasari, “Hubungan antara body image dengan social anxiety pada remaja perempuan,” Skripsi, pp. 1–63, 2017, [Online]. Available: http://eprints.umm.ac.id/43875/1/jiptummpp-gdl-shofianaev-49198-1-skripsi.pdf