Relationship between Permissive Parenting Style and Juvenile Delinquency in Senior High Schools
Innovation in Social Science
DOI: 10.21070/ijins.v21i.804

Relationship between Permissive Parenting Style and Juvenile Delinquency in Senior High Schools


Hubungan antara Pola Asuh Orang Permisif Tua terhadap Kenakalan Remaja di Sekolah Menengah Atas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Permissive Parenting Pattern Juvenile Delinquency

Abstract

This study aims to determine the relationship between permissive parenting and juvenile delinquency at SMA Negeri 1 Mojosari. The variables in this study are permissive parenting as the dependent and juvenile delinquency as the independent. This study uses the Stratifed Sampling population in this study was 1,220 students and the sample used was 275 students. The measuring instrument of this study used the permissive parenting style scale and the juvenile delinquency scale. The reliability of the delinquency scale of permissive parenting is 0.817 and the juvenile delinquency scale is 0.865. Data analysis was carried out using descriptive analysis with a quantitative approach with the assistance of JASP. The results in this study indicate a correlation coefficient of Pearson's r= 0.69 with a significance value of < 0.001. It can be concluded that there is a positive relationship between permissive parenting and juvenile delinquency in SMA Negeri 1 Mojosari. This means that the higher the permissive parenting pattern, the higher the juvenile delinquency and vice versa, the lower the permissive parenting pattern, the lower the juvenile delinquency.

Pendahuluan

Menurut beberapa literatur yang menjelaskan masalah yang muncul pada remaja, telah ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja adalah orang tua tidak berfungsi sebagai teladan yang baik bagi anak-anak. Badan Narkotika Nasional (BNN) melaporkan bahwa 7% pelaku penyalahgunaan narkotika psikotropika dan dari tahun 2001 hingga 2008 di Indonesia berusia 19 tahun. Rata-rata peningkatan jumlah kasus penyalahgunaan narkoba sekitar 2% dari tahun ke tahun [1].

Dari data yang di rangkum dari pengadilan agama (PA) Blitar, bahwa pernikahan dini di Blitar mulai naik pada bulan juni lalu ada 26 permohonan dispensasi kawin di ajukan oleh pasangan di bawah umur. Sementara pada bulan maret ada 53 permohonan, bulan april ada 29 permohonanan, dan bulan mei 14 permohonan. Naiknya angka perkawinan anak terjadi karena dua faktor. Pertama karena berlakunya UU Perkawinan No 1/1974 pada Oktober 2019. UU Perkawinan telah menyepakati usia minimum nikah bagi laki-laki dan perempuan jadi 19 tahun. Kedua karena pandemi COVID-19. Menurut hasil data survey awal yang dilakukan oleh peneliti melalui google form pada 125 siswa di beberapa sekolah di kabupaten Mojokerto menunjukkan bahwa kenakalan remaja yang terjadi pada remaja, suka menonton film 18+ sebanyak 30%, ngobrol saat jam pelajaran sebanyak 18%, menyontek saat 47%, loncat pagar sebanyak 9%, pernah merokok sebanyak 77%, mencoret fasilitas sekolah sebanyak 71%, membolos sebanyak 21%, bermain game sebanyak 30%, berbohong pada orang tua sebanyak 15% , pernah minum-minum keras 5%, berkata kasar 61%, mengikuti balap liar sebanyak 5% dan pernah mencuri 3%.

Salah satu faktor remaja melakukan kenakalan adalah pola asuh orang tua, yaitu pola asuh permisif. Menurut Sanjiwani pola asuh permisif akan menumbuh kembangkan kasih sayang antara orang tua dan anak, tetapi menjadikan anak semakin agresif dan lebih suka melakukan apa yang diinginkannya [2]. Pola asuh permisif merupakan akar penyebab kenakalan remaja. Anak-anak yang dibesarkan dengan baik menghasilkan kepribadian yang hangat, peduli, dan mudah bergaul yang memahami apa yang baik dan apa yang buruk. Di sisi lain, orang tua yang tidak memiliki pola asuh yang baik mengarahkan anaknya pada perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang sebenarnya ada di masyarakat, menunjukkan bahwa pola asuh permisif mempengaruhi kenakalan remaja [3]. Kenakalan remaja adalah tindak perbuatan sebagian para remaja yang bertentangan dengan hukum, agama dan norma masyarakat, sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentraman umum dan juga merusak dirinya sendiri [4].

Berdasarkan penelitian terdahulu menunjukkan kenakalan remaja banyak disebabkan oleh faktor orang tua seperti tidak mendapatkan perhatian dari orang tua, subjek dibiarkan melakukan hal-hal sesuai keinginan mereka sendiri tanpa ada kontrol sedikitpun dari orang tua. Dan juga ada faktor lain seperti, orang tua sibuk bekerja, tingkat pendidikan atau pengetahuan tentang pola pengasuhan terhadap anak dan keadaan dalam keluarga [5]. Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif memberikan kekuasaan penuh pada anak, tanpa dituntut kewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol terhadap perilaku anak dan hanya berperan sebagai pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi dengan anak [6]. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa pola asuh orangtua menjadi penyebab munculnya kenakalan remaja. Ini serupa dengan yang tertulis di dalam teori Hurlock bahwa anak yang di biarkan melakukan hal-hal sesuai keinginan mereka sendiri tanpa ada kontrol dari orangtua akan cenderung menghasilkan anak dengan perilaku kurang bertanggung jawab,agresif,menuruti impuls seksual, egois, dan suka menuntut [5]. Berdasarkan hal tersebut peneliti memfokuskan penelitian pada hubungan pola asuh orang tua permisif dengan kenakalan remaja di SMA Negeri 1 Mojosari.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Dari Penelitian ini dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, bukan mengenai ada-tidaknya efek variabel satu terhadap variabel yang lain [7].

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner dan wawancara, kuisioner dalam penelitian ini menggunakan skala likert, yang terdiri dari skala pola asuh permisif orang tua dan skala kenakalan remaja.Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang terhadap suatu fenomena yang selanjutnya diteliti melalui variabel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA di semua jenjang kelas yakni kelas X, XI, dan XII. Sampel penelitian ini berjumlah 275 siswa dari jumlah populasi 1.220 siswa [8].

a. Skala Pola Asuh Permisif

Skala ini mengadopsi skala pola asuh permisif menggunakan aspek menurut Hurlock yang disusun oleh Andrianti [9] :

NO Aspek Pola Asuh Permisif Indikator Favorable Unfavorable Total
1. Kontrol terhadap anak kurang Tidak memberikan pengarahan perilaku sesuai dengan norma 25,19,32 31,7,20 6
Orang tua tidak menaruh perhatian mengenai pergaulan anak 1,8,26 13,2,14 6
2. Orang tua yang masa bodoh Orang tua tidak memberikan teguran disaat anak berbuat kesalahan 3,9,27 33,4,10 6
3. Pendidikan yang bersifat bebas Kurangnya kepedulian orang tua terhadap anak 5,28,21 34,35,15 6
Orang tua tidak memberikan hukuman 36,29,22 6,16,17 6
4. Anak yang mengabaikan keputusan orang tua Memberikan anak untuk memutuskan segala sesuatu sendiri 23,11,24 30,18,12 6
Jumlah 18 18 36
Table 1.Blue print Pola Asuh Orang Tua Permisif

b. Skala Kenakalan Remaja

Skala ini mengadopsi skala kenakalan remaja yang menggunakan aspek menurut Hurlock yang disususn oleh Sari [10] :

NO Aspek Kenakalan Remaja Indikator Favorable Unfavorable Total
1. Kenakalan yang menimbulkan fisik Perkelahian, pemerkosaan,perampokan, pembunuhan 1,9,17,25 5,13,21 7
2. Kenakalan yang menyebabkan korban materi Perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan 2,10,18,26 6,14,22,29 8
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain Seks bebas,penyalahgunaan obat 3,11,19,27 7,15,23,30 8
4. Kenakalan yang melawan status Mengingkari status sebagai anak (kabur dari rumah), membolos sekolah, membangkang, atau melawan perintah orang tua atau guru 4,12,20,28 8,16,24 7
Total 16 14 30
Table 2.Blue Print Skala Kenakalan Remaja

Hasil dan Pembahasan

Hasil

1. Uji Normalitas

Descriptive Statistics
pola asuh kenakalan remaja
Shapiro-Wilk 0.970 0.965
P-value of Shapiro-Wilk < .001 < .001
Table 3.Uji Normalitas

Data dilihat bahwa distribusi data yang distribusikan pada 275 responden penelitian ini ialah normal. Hasil menunjukkan bahwa nilai koefisien Shapiro Wilk sebesar 0.970 = <.001 untuk Pola asuh dan 0.965 = <.001 untuk Kenakalan remaja.

2. Uji Linearitas

ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F p
H₁ Regression 4706.356 1 4706.356 199.645 < .001
Residual 6435.586 273 23.574
Total 11141.942 274
Note. The intercept model is omitted, as no meaningful information can be shown.
Table 4.Uji Linearitas

Berdasarkan hasil dari uji linearitas diatas dapat diketahui bahwa pola asuh permisif dengan kenakalan remaja mempunyai hubungan yang linier. Hal ini ditunjukkan nilai F sebesar 199.645 dengan signifikansi < .001.

3. Uji Korelasi

Pearson's Correlations
Variable pola asuh kenakalan remaja
1. pola asuh Pearson's r
p-value
2. kenakalan remaja Pearson's r 0.656***
p-value < .001
* p < .05, ** p < .01, *** p < .001
Table 5.Uji Korelasi

Dari hasil uji Pearson's r di dapatkan nilai signifikan r= 0.659 dan hasil nilai p sebesar <0.001 (p-value >0,05) maka disimpulkan Ho ditolak, dan Ha di terima, artinya terdapat hubungan antara pola asuh permisif orang tua dengan kenakalan remaja.

4. Uji Sumbangan Efektif

Tabel 6. Uji Sumbangan Efektif

Model Summary
Model R Adjusted R² RMSE R² Change F Change df1 df2 p
H₁ 0.650 0.422 0.420 4.855 0.422 199.645 1 273 < .001
Table 6.

Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat di ketahui bahwa nilai R2 yang berada pada output hasil analisa JASP menunjukkan bahwa model regresi yang dibuat berpengaruh sebesar 42% (Adjust R2 0,422 p < .001) terhadap variabel kenakalan. Sisanya yaitu 58% di pengaruhi oleh faktor-faktor eksternal lainnya.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola asuh permisif dengan kenakalan remaja. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunkan analisis kolerasi uji Pearson's r di dapatkan nilai signifikan r = 0.659 dan hasil nilai p sebesar <0.001 (p-value >0,05) maka disimpulkan Ho ditolak, dan Ha di terima, artinya terdapat hubungan antara pola asuh permisif orang tua dengan kenakalan remaja. Hasil penelitian ini sejalan dan sekaligus memperkuat penelitian terdahulu yang menunjukan bahwa nilai kolerasi (rxy) sebesar 0,380 dengan p= 0,00, yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh permisif dengan kenakalan remaja di SMKN 3 Takengon [11].

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa koefisien korelasi Product Moment dari Pearson menghasilkan rxy = 0,572. Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 32,69%. Menunjukkan besarnya kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh pola asuh permisif. Hasil hipotesis penelitian dan uji mengenai hubungan dapat diperoleh bahwa terdapat hubungan yang positif antara pola asuh permisif dengan kenakalan remaja [12].

Hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis menunjukkan nilai korelasi rxy= 0,485 dengan taraf signifikansi 0,000 (p < 0,01) dengan taraf signifikansi p = 0,000 (p < 0,01) yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh permisif dengan kenakalan remaja di SMA 1 Mejobo Kudus. Berarti hipotesis dalam penelitian ini diterima. Pola asuh permisif mempengaruhi kenakalan remaja sebesar 23,5% sedangkan 76,5 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terlibat dalam penelitian ini [13].

Bentuk pola asuh ini menjadi salah satu kunci utama penyebab remaja melakukan kenakalan remaja. Nilai korelasi yang tinggi dalam penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk memberikan gambaran hubungan antara pola asuh permisif dengan kenalan remaja. Pola asuh permisif tidak akan menumbuh kembangkan kasih sayang antara orang tua dan anak, tetapi menjadikan anak semakin agresif dan lebih suka melakukan apa yang diinginkannya [2].

Kenakalan remaja dapat berakar dari pola asuh orang tua yang permisif. Anak yang mendapatkan pola asuh yang baik dari orang tua menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang hangat, perhatian, berjiwa sosial yang memahami mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan orang tua yang tidak mempunyai pola asuh yang baik akan menyebabkan anak justru kebanyakan melakukan tindakan-tindakan yang melanggar nilai-nilai dan norma-norma yang ada di masyarakat. Pola asuh yang tidak baik seperti pola asuh yang permisif pada akhirnya menjadi salah satu penyebab terjadinya kenakalan pada remaja [14].

Dari hasil deskripsi data berdasarkan kategori pola asuh permisif menunjukkan dari 275 responden yang memiliki pola asuh permisif sangat rendah 7% yang memiliki pola asuh permisif rendah 23% yang memiliki pola asuh permisif sedang 44% dan yang memiliki pola asuh permisif yang tinggi 20% serta yang memiliki pola asuh permisif yang sangat tinggi 7%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa Wali siswa SMKN 3 Takengon menerapkan pola asuh permissif pada kategori sedang yaitu sebanyak 81 orang (61%), sedangkan sisanya berada pada kategori tinggi sebanyak 23 orang (21%). Dan kategori rendah sebanyak 19 orang (18%) Artinya bahwa penerapan Pola Asuh Permisif pada Wali siswa di SMKN 3 Takengon berada pada taraf sedang atau cenderung menerapkan pola asuh permisif [15].

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif menghasilkan remaja yang bermasalah. Pola asuh jenis ini memberikan perilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls(dorongan emosi), keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi tanggung jawab rumah tangga, membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak mengontrol, berusaha, mencapai sasaran tertentu dengan memberi alasan, tetapi tanpa menunjukkan kekuasaan [4].

Hurlock menjelaskan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan trsebut dapat membuat seseorang atau remaja yang melakukannya masuk kedalam penjara. Hasil deskripsi data berdasarkan kategori kenakalan remaja menunjukkan dari 275 responden yang memiliki kenakalan remaja sangat rendah 5% yang memiliki kenakalan remaja rendah 31% yang memiliki kenakalan remaja sedang 33% dan yang memiliki kenakalan remaja yang sangat tinggi 25% serta yang memiliki kenakalan remaja yang tinggi 8% [16].

Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan JASP dengan analisis Pearson’s menghasilkan korelasi signifikan r= 0.659 dengan nilai signifikansi sebesar p-value = <0,001. Maka dari itu hasil dari hipotesis penelitian terdapat hubungan yang positif sehingga ketika pola asuh permisif tinggi maka akan tinggi pula tingkat kenakalan remaja dan ketika pola asuh permisif rendah maka akan rendah pula tingkat kenakalan remaja.

References

  1. P. Hikmawati, “Analisis terhadap sanksi pidana bagi pengguna narkotika,” pp. 329–350.
  2. N. L. P. Y. Sanjiwani and I. G. A. P. W. Budisetyani, “Pola Asuh Permisif Ibu dan Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki di Sma Negeri 1 Semarapura,” J. Psikol. Udayana, vol. 1, no. 2, pp. 344–352, 2014, doi: 10.24843/jpu.2014.v01.i02.p13.
  3. U. Rahman, Mardhiah, and Azmidar, “Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Orangtua Dan Kecerdasan Emosional Siswa Dengan Hasil Belajar Matematika SiswaRahman, U., Fakultas, A., Dan, T., Uin, K., Makassar, A., Sultan, J., 36, A. N., & Gowa, S. (2015). Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Orangtua,” AULADUNA J. Pendidik. Dasar Islam, vol. 2, no. 1, pp. 116–130, 2015, [Online]. Available: http://103.55.216.56/index.php/auladuna/article/view/871.
  4. A. M. Sari, the Correlation Between Parenting Permissive With Juvenile Delinquency. 2014.
  5. N. Rosyidah, “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kenakalan Remaja Pada Remaja SMK Yayasan Cengkareng 2,” Skripsi, 2017, [Online]. Available: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36741/1/Nurlaila Rosyidah-FKIK.pdf.
  6. R. Agustina, “Hubungan Antara Kontrol Diri dan Pola Asuh Permisif Dengan Kenakalan Remaja di SMK Muhammadiyah 1 Gunung Putri,” pp. 1–12.
  7. T. Pravitasari, “Pengaruh Persepsi Pola Asuh Permisif Orang Tua Terhadap Perilaku Membolos,” Educ. Psychol. J., vol. 1, no. 1, pp. 1–8, 2012.
  8. W. Septyani, “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja (Studi Kasus Di Komplek Departemen Kesehatan Ciputat),” p. 177, 2017, [Online]. Available: https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36889/2/WIDYA SEPTYANI-FITK.pdf.
  9. E. V. Adriyanti, “Hubungan antara Pola Asuh Permisif dengan Perilaku Membolos Pada Siswa Kelas XI SMK Trisakti Tulangan,” 2019.
  10. D. P. Sari, “Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja pada SMK X Sidoarjo,” 2020.
  11. A. C. N. Utami and T. R. Santoso, “Pola Asuh Orang Tua Dan Kenakalan Remaja,” Focus J. Pekerj. Sos., vol. 4, no. 1, pp. 1–15, 2021.
  12. D. Kurnia Sari, S. Saparahayuningsih dan Anni Suprapti, S. Saparahayuningsih, and A. Suprapti, “Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Yang Berperilaku Agresif (Studi Deskriptif Kuantitatif Di TK Tunas Harapan Sawah Lebar Kota Bengkulu),” J. Ilm. Potensia, vol. 3, no. 1, pp. 1–6, 2018.
  13. N. A. Pangesti, Dinar; Tianingrum, “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Baru,” Borneo Student Res. Hub., pp. 99–104, 2019, [Online]. Available: https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/416/305.
  14. N. R. Mirantika, “Hubungan Pola Asuh Permisif dan Otoriter dengan Kenakalan Remaja,” E-Journal UNESA, p. 71, 2016, [Online]. Available: http://lib.unnes.ac.id/28283/1/1511411047.pdf.
  15. B. Utari, “Hubungan pola asuh permisif dengan kenakalan remaja pada siswa SMKN 3 takengon,” 2021.
  16. Dian Mulyasri, “Kenakalan Remaja Ditinjau Dari Perepsesi Remaja Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi,” 2010, [Online]. Available: http://eprints.uns.ac.id/4782/1/170391611201112131.pdf.