The Relationship Between Optimism and Anxiety Before the TNI-Polri Test
Innovation in Social Science
DOI: 10.21070/ijins.v21i.798

The Relationship Between Optimism and Anxiety Before the TNI-Polri Test


Hubungan Antara Optimisme dengan Kecemasan Menjelang Tes TNI-Polri

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Optimism Anxiety ahead of the TNI-Polri test Guidance Students

Abstract

This research was motivated by the phenomenon of students experiencing anxiety before the TNI-Polri test. Characterized by fear or individual appearance, the feeling that something bad is about to happen. This study aims to determine the relationship between Optimism and Anxiety before the TNI-Polri test on the TNI-Polri tutoring students. This research is a type of correlational quantitative research. The variables in this study were optimism as the independent variable and anxiety as the dependent variable. This research was conducted at the TNI-Polri tutoring center with a sample of 60 students from the entire population, which were taken using the saturated sampling technique. The data collection technique used two Likert model psychological scales, namely the optimism scale and the scale before the TNI-Polri test. Analysis of the data used is Pearson Product Moment correlation with the help of SPSS 18 for windows. The result of the correlation coefficient is -0.396 with a significance of 0.002. Which implies a negative relationship between optimism and anxiety ahead of the TNI-Polri. The effective contribution of optimism with anxiety ahead of the TNI-Polri test is 15.7%.

Pendahuluan

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak – anak menuju masa dewasa, pada masa ini remaja akan memasuki fase penting dalam hidupnya yaitu remaja akan mengalami perubahan kognitif, psikologis dan terjadinya perubahan pada fisiknya yang berdampak langsung maupun tidak langsung pada kehidupan sehari-harinya. Remaja akan mengalami masa pubertas, dimana proses yang mengarah kepada kematangan seksual atau fertilitas (kemampuan untuk berproduksi). Menurut Santrock [1], Masa remaja merupakan masa transisi, dimana pada masa tersebut remaja mengalami perubahan fisik, psikis, maupun perilaku sosial. Usia remaja berada pada usia 11-20 tahun. Sehingga usia remaja dapat dibagi menjadi dua yaitu pada usia 12-18 tahun adalah masa remaja awal, 18-23 tahun adalah masa remaja akhir, menurut Asrori[2].

Masa remaja adalah masa yang cukup penting dalam menentukan perjalanan hidup seseorang. Tugas pokok seorang remaja adalah pembentukan identitas diri yang mantap. Untuk meningkatkan kualitas hidup remaja masa depan termasuk dalam perencanaan hidupnya. Mereka sudah mulai mampu membuat rancangan-rancangan bagi masa depannya. Untuk mewujudkan impian-impian idealnya. Salah satu perencanaan yang diinginkan seorang remaja adalah menyusun masa depan serta merencanakan mengenai karir dan dan pekerjaan yang akan mereka jalani nantinya, menurut Hurlock[3].

Profesi sebagai TNI-Polri yang banyak diminati para remaja yang telah lulus SMA untuk bisa diterima menjadi anggota tersebut yaitu mengikuti tahapan-tahapan seleksi tes TNI-Polri diantaranya terdapat tahapan-tahapan dalam mengikuti seleksi tes TNI-POLRI yakni melalui tahap pemeriksaan administrasi, pemeriksaan kesehatan tahap 1, pemeriksaan psikologi, serta tes kesehatan jasmani yaitu a. tes kesamaptaan jasmani, b. tes renang, dan pemeriksaan antropometri. Pada pemeriksaan kesehatan tahap II yaitu pemeriksaan kesehatan jiwa, pemeriksaaan administrasi tahap akhir, dan kemudian siding kelulusan.

Kecemasan yang dihadapi oleh individu menjelang tes TNI-Polri, Hal ini sejalan dengan pendapat sebelumnya yang menjelaskan terjadinya kecemasan dilandasi oleh rasa takut atau kekhawatiran individu mengenai perasaan sesuatu yang buruk akan terjadi. Hal ini dapat ditandai dengan adanya perasaan tegang yang kurang menyenangkan, keterangsangan fisiologis, serta perasaan aprehensif. Kecemasan juga terjadi dalam suasana atau perasaan dengan adanya gejala jasmani seperti ketegangan fisik, serta rasa takut mengenai masa depan. Ujian karir serta kondisi lingkungan sering menjadi rasa takut tersendiri bagi beberapa orang.

Dalam menghadapi tes seleksi TNI-Polri siswa harus mempersiapkan diri dengan matang karena hasil ujian seleksi tes akan menentukan mereka lolos menjadi anggota TNI-Polri. Penawaran program bimbingan belajar di era sekarang ini semakin banyak dilakukan. Tidak hanya bimbingan belajar formal saja, namun bimbingan belajar non formal pun ikut memberikan berbagai macam penawaran kepada siswa. Tahapan seleksi tes yang dapat menentukan lulus maupun tidak lulus siswa dapat mengakibatkan kekhawatiran dan rasa was-was (rasa takut akan sesuatu hal yang belum pasti). Alternatif keikutsertaan bimbingan belajar merupakan salah satu persiapan yang bisa dilakukan oleh siswa dalam mengurangi rasa cemas, menurut Sunarsih [4].

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi [5], mengenai tingkat kecemasan pada siswa kelas III SMA Denpasar dengan jumlah 78 siswa, terdapat 47% masuk pada kategori rendah, 21% masuk pada kategori sedang, 32% masuk pada kategori tinggi . Hasil penelitian yang lain dilakukan Safira [6], mengenai tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. nasional dengan jumlah 78 siswa, terdapat 61,5% masuk pada kategori sedang, 25,6% masukpada kategori tinggi, 12,8% masuk pada kategori rendah. Peneliti telah melakukan wawancara dengan beberapa siswa bimbingan belajar TN-Polri pada saat menjelang tes, siswa sering merasa susah tidur, berfikir negatif, memikirkan sesuatu yang buruk akan terjadi, mudah marah dengan alasan yang tidak jelas, pesaing atau yang daftar banyak, takut mendapat nilai yang jelek dan takut tidak lolos karena banyak yang daftar tes TNI-Polri.

Optimisme merupakan salah satu faktor kecemasan bagi seseorang. Optimisme sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis dan kesehatan mental seseorang. Optimisme dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi stress, menurut Seligman[7].

Optimisme adalah pandangan positif dalam diri seseorang tentang masa depan. Optimisme dapat membuat individu memiliki pemikiran yang positif sehingga membuat individu akan berfikir bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik, menurut Carver[8].

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Adakah Hubungan antara Optimisme dengan Kecemasan menjelang tes TNI-Polri pada siswa Bimingan Belajar?”. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ ada hubungan negatif anatara optimisme dengan kecemasan menjelang tes TNI-Polri, artinya semakin tinggi tingkat optimisme pada siswa maka semakin rendah tingkat kecemasan pada siswa tersebut begitu juga sebaliknya, semakin rendah optimisme pada siswa maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan pada siswa dalam menjalani seleksi tes TNI-Polri tersebut.

Metode Penelitian

Tipe penelitian yang dipergunakan ialah metode kuantitatif korelasional, Variabel Y dari penelitian ini adalah kecemasan menejlang tes TNI-Polri sedangkan Variabel X adalah optimisme. Sample pada penelitian ini yaitu siswa bimbingan belajar TNI-Polri di Pasuruan yang berjumlah 60 siswa yang diambil dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Skala yang dipergunakan yaitu skala optimisme dan skala kecemasan menjelang tes TNI-Polri dengan model skala likert yang dimodifikasi dari peneliti sebelumnya. Analisis datai menggunakan teknik korelasi product moment darii Pearson dengan bantuan SPSS SPSS 17.0 for windows.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

One-Sample Kolmogorov-Sminor Test

Optimism Kecemasan
N 60 60
Normal Parametersa.b Mean 50.4167 53.7167
Std. Deviation 4.53720 6.10666
Most Extreme Differences Absolute .115 .073
Positive .086 .047
Negative -.115 -.073
Kolmogorov-Smirnov Z .894 .563
Asymp. Sig.(2-tailed) .401 .909
Table 1.Hasil Ujian Normalitas

Berdasarkan pada tabel yang telah dipaparkan pada tabel 1, dapat diketahu apabila hasil pada uji normalitas variabel optimisme dengan variabel kecemasan menjelang tes TNI-Polri memiliki nilai yang signifikan. Ditunjukkan pada tabel KolmogorovSmirnov bahwa variabel optimisme memiliki nilai signifikan sebesar 0,401 sedangkan dalam variabel kecemasan menjelang tes TNI-Polri sebesar 0,909 yang berarti kedua variabel memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05 sehingga data distribusi normal.

Anova Table

Sum Of Squares df Mean Square F Sig.
Kecemasan* BetweenGroups (Combined) 905.217 15 60.348 2.050 .033
Linearity 345.807 1 345.807 11.750 .001
DeviationFrom Linierity 559.409 14 39.958 1.358 .215
Within Groups 1294.967 44 29.431
Total 2200.183 59
Table 2.Hasil Uji Linierity

Berdasarkan data tabel 2, maka dapat diketahui apabila nilai signifikansi yang terdapat pada linearity ialah 0.01, dapat diambil kesimpulan apabila antara variabel optimisme dan kecemasan menjelang tes TNI-Polri memiliki hubungan yang linierty di karenakan hasil nilai signifikansi (linierity) < 0,05.

Correlations
Optimis Kecemasan
Optimis Pearson Correlation 1 -.396**
Sig. (2-tailed) .002
N 60 60
Kecemasan Pearson Correlation -.396** 1
Sig. (2-tailed) .002
N 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Table 3.Hasil uji Hipotesis

Berdasarkan pada tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil analisis optimisme dengan kecemasan menjelang tes TNI-Polri adalah (rxy) = -0,396 mendapatkan nilai signifikansi 0,002. Apabila signifikansi < 0,05 sehingga bisa di nyatakan apabila hipotesis diterima, yang artinya terdapat hubungan negatif antara optimisme dengan kecemasan menjelang tes TNI-Polri. Jadi semakin tinggi optimisme maka semakin rendah kecemasan yang dihadapi menjelang tes TNI-Polri.

Tabel 4

Efektif Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .396a .157 .143 5.65438
Table 4.Hasil Sumbangan

Berdasarkan dari hasil sumbangan efektif pada tabel 4 dapat dijabarkan apabila variabel X optimisme terhadap Variabel Y Kecemasan menjelang tes TNI-Polri pada siswa sebesar 15.7%. pada hasil yang telah diperoleh dari R Square adalah; 0.157 X 100% = 15,7%. Jadi dapat dikatakan bahwa optimisme dapat mempengaruhi kecemasan menjelang tes TNI-Polri sebanyak 15,7%/, selanjutnya 84,3% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Kategori Skor Subjek
Optimisme Kecemasan menjelang tes TNI-polri
∑ Subjek % ∑ Subjek %
Sangat Rendah 2 3,3% 5 8,3%
Rendah 16 26,7% 11 18,3%
Sedang 18 30,0% 25 41,7%
Tinggi 20 33,3% 15 25,0%
Sangat Tinggi 4 6,7% 4 6,7%
Jumlah 60 100% 60 100%
Table 5.Kategori Skor Subyek

Berdasarkan pada hasil tabel 5 dapat dipahami apabila kategorisasi pada skala optimisme terdapat 5 siswa yang memiliki tingkat optimisme sangat rendah. 11 siswa memiliki tingkat optimisme rendah, 25 siswa emiliki tingkat optimisme sedang, serta 15 siswa memiliki tingkat optimisme tinggi dan 4 siswa memiliki optimisme sangat tinggi.

Pembahasan

Berdasarkan dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa penelitian menunjukkan nikai yang koefisien korelasinya rxy = -0,396 signifikansi 0,002 (p < 0,05). Sehingga dapat diketahui apabila hipotesis diterima yang artinya ada hubungan negatif antara optimisme terhadap kecemasan menjelang tes TNI-Polri pada siswa. Sehingga menunjukkan bahwa semakin tinggi optimisme maka semakin rendah kecemasan menjelang tes TNI-Polri tersebut. Sedangkan, semakin rendah tingkat optimisme maka akan semakin tinggi tingkat kecemasan menjelang tes TNI-Polri tersebut.

Penelitian ini sejalan yang dilakukan penelitian oleh Yogi[9], yang menunjukkan hasil negatif, terdapat hubungan antara optmisme dengan kecemasan dan depresi terhadap pasien kanker payudara dirumah sakit umum daerah, dengan nilai koefisiennya sebesar -0.531 dengan signifikansi 0.000 (p=0.04) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat optimisme pasien maka akan rendah tingkat kecemasan pasien, begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat optimisme pada pasien maka akan diikuti dengan semakin meningkatnya kecemasan pada pasien. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dessy[10], menunjukkan hasil apabila tidak ada pengaruh signifikansi antara kecerdasan emosi dan optimisme terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun, dimana nilai koefisien korelasinya 0,579 signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan seluruh pengasilan,usia,motivasi diri, pengelolaan emosi, empati, kecerdasan diri, golongan,hubungan interpersonal, dan optimisme terhadap kecemasan ditolak.

Optimisme dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan menjelang tes TNI-Polri. Dalam penelitian ini sumbangan efektif optimisme terhadap kecemasan menjelang tes TNI-Polri yaitu sebesar 15,7% artinya optimisme hanya berpengaruh sebesar 15,7% terhadap prokrastinasii akademik. Sisanya yaitu 84,3% dapat dipengaruhi oleh faktor-faktorilain. Menurut Cox[11], faktor yang menimbulkan kecemasan ketika menjelang tes, yaitu; 1) ketakutan serta kegagalan, 2) ketakutan cedera fisik, 3) ketakutan akan penilaian social, 4) situasi yang ambigu, 5) kekacauan terhadap latihan rutin. Timbulnya kecemasan menciptakan perasaan tidak menyenangkan, namun terdapat beberapa hal yang dapat di lakukan melalui harapan mampu untuk mengatasinya seperti memiliki rasa optimisme.

Faktor lain yang dialami oleh peserta didik terdapat faktor dari dalam diri maupum faktor dari luar siswa. Faktor yang berasal dari diri individu merupakan keyakinan diri atau kepercayaan diri, kemudian faktor yang berasal dari luar diri individu ialah dukungan sosial, modeling serta lingkungan, menurut Djiwandono[12].

Siswa yang memiliki optimisme yang tinggi akan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan mental, meningkatkan kemungkinan pemecahan masalah yang efektif, sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan menjelang tes TNI-Polri pada siswa tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan, Ekasari[13], apabila seseorang mempunyai optimisme tinggi, sehingga melihat peristiwa di lingkungannya secara positif sehingga terjadi kecemasan saat melaksanakan ujian ataupun tes akan berkurang.

Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu hanya menggunakan satu variabel independen, sehingga tidak bisa menganalisis peranan faktor lain selain optimisme.

Simpulan

Berdasarkan pada penelitian dan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara optimisme dengan kecemasan menjelang tes TNI-Polri. Semakin tinggi tingkat optimisme, maka akan semakin rendah kecemasan menjelang tes, begitupun sebaliknya apabila optimisme rendah maka kecemasan menjelang tes akan tinggi. Adapun sumbangan efektif dari variabel yang diteliti yaitu variabel optimisme terhadap variabel kecemasan menjelang tes TNI-Polri yakni sebesar 15,7%, sedangkan 84.3% dipengaruhi oleh faktor lain.

References

  1. Iskandar, B. J., Noupal, M., & Setiawan, K. C. (2018). Sikap Tawakal Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswa Kelas Xii Madrasah Aliyah Di Kota Palembang. Psikis : Jurnal Psikologi Islami, 4(1), 17–26. https://doi.org/10.19109/psikis.v4i1.2158
  2. Mariskhana, K. (2019). Prestasi Belajar Sebagai Dampak Dari Minat Baca Dan Bimbingan Belajar Siswa IPS. Jurnal Humaniora Bina Sarana Informatika, 19(1), 71–78.
  3. Permana, H., Harahap, F., & Astuti, B. (2017). Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Pada Siswa Kelas Ix Di Mts Al Hikmah Brebes. Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling Dan Dakwah Islam, 13(2), 51–68. https://doi.org/10.14421/hisbah.2016.132-04
  4. Yogi, P., Trifianingsih, D., & Agustina, D. M. (2018). Hubungan Optimisme Dengan Tingkat Kecemasan Dan Depresi Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Rumah Sakit Umum Daerah. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 3(2), 1–9.
  5. Arofah, D. S. (2015). Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Optimisme Terhadap Kecemasan Mengahdapi Masa Pensiun.
  6. Sapitri, R. (2016). Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Listrik Negara Area Pekanbaru. Jom Fisip, 3(2), 1–15.
  7. Setiawan, H., & Budiningsih, T. E. (2014). Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Educational Psychology Journal Universitas Negeri Semarang Indonesia, 3(1), 8–14.
  8. Setya Ningrum, S. (2017). Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia, Dan Upah Minimum Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2011-2015. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15(2), 184–192.
  9. Susilarini, T. (2022). Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja Ditinjau Dari Self Efficacy dan Jenis Kelamin Pada Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI. Jurnal IKRAITH-HUMANIORA, 6(1), 88–93.
  10. Tresna, I. G. (2011). Efektivitas Konseling Behavioral dengan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian. Jurnal UPI, 1, 90–104.
  11. Wibowo, H. P., & Zebua, W. R. (2020). Hubungan Peran Dosen Pembimbing Dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Keperawatan Priority, 3(2), 93–101. https://doi.org/10.34012/jukep.v3i2.1120
  12. Wulandari, N. P. (2014). Studi Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Belajar Siswa Full Days SMP Muhammadiyah 01 Medan. Universitas Medan Area, 12–26.
  13. Yemima Natasya, G., & Kadek Pande Ary Susilawati, L. (2020). Pemaafan Pada Remaja Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran. Buletin Ilmiah Psikologi, 1(3), 2720–8958. https://www.kemenpppa.go.id/