The Relationship Between Peer Attachment and Self Regulated Learning in Working Students
Innovation in Social Science
DOI: 10.21070/ijins.v21i.796

The Relationship Between Peer Attachment and Self Regulated Learning in Working Students


Hubungan Antara Peer Attachment dengan Self Regulated Learning pada Mahasiswa Pekerja

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Peer Attachment Self Regulated Learning Student Worker

Abstract

This research is motivated by the phenomenon of the gap between students and working students, where working students have low Self-Regulated Learning. This study aims to determine the relationship between Peer Attachment and Self Regulated Learning of student workers. Using a quantitative method conducted at University X with a sample of 323 working students with a sampling technique of Probability Simple Random Sampling. Data collection uses 2 psychological scales, namely, the Peer Attachment scale with 18 valid reliability items of 0.901 and the Self Regulated Learning scale with 43 valid reliability items of 0.930. The results of the analysis obtained a correlation coefficient (rxy) of 0.987 with a significance value of 0.000 <0.05. There is a positive relationship between Peer Attachment and Self Regulated Learning in working students, the higher Peer Attachment the higher Self Regulated Learning in working students at University X. On the other hand, the lower Peer Attachment, the lower Self Regulated Learning in working students at University X. Variable X gives a contribution of 97.5% to the Y variable.

Pendahuluan

Pengembangan terhadap kualitas sumber daya manusia di era teknologi globalisasi sangatlah penting untuk dikembangkan pada zaman modern ini. Salah satu cara untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia yaitu dengan cara meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang perguruan tinggi merupakan bentuk dari penerapan upaya dalam peningkatan sumber daya manusia, individu yang berada di jenjang perguruan tinggi disebut mahasiswa. Mahasiswa di era modern ini rata-rata tidak hanya fokus berkuliah saja, namun ada juga mahasiswa pekerja. Mahasiswa pekerja adalah seorang individu yang berperan ganda dalam satu waktu. Mereka memainkan peran tergantung kondisi dimana mereka berada. Mahasiswa pekerja dituntut untuk mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik. Banyak tantangan yang terjadi dalam melaksanakan tanggung jawab ini seperti mulai dari mahasiswa yang lalai dalam mengerjakan tugas kuliah dikarenakan pekerjaan yang menumpuk, serta kelelahan fisik yang disebabkan karena bekerja di pagi hari, kemudian dari sore hingga malam melanjutkan kuliah [1].

Mahasiswa yang bekerja mempunyai persoalan mengenai waktu kerja terkadang bertabrakan dengan jadwal kuliah. Permasalahan lain yang dialami mahasiswa pekerja seperti berkurangnya waktu belajar, waktu istirahat, sehingga berdampak pada aktivitas belajar mahasiswa pekerja dan prestasi akademiknya. Hal tersebut ternyata dapat mengganggu aktivitas belajarnya. Adapun beberapa dampaknya antara lain seperti, lalai dalam menyelesaikan tugas, berkurangnya tingkat konsentrasi, dan lain sebagainya. Ini semua dapat berakibat pada penurunan hasil belajar, berkurangnya motivasi untuk menyelesaikan studi bahkan hingga munculnya keinginan drop-out[2].

Lusi dalam penelitiannya menyatakan bahwa mahasiswa pekerja memiliki berbagai kesulitan dalam pengaturan waktu, penyelesaian tugas kerja dan kuliah secara bersamaan, serta dalam mengatur konsentrasi atau fokus pada kerja dan kuliah, kesulitan lain yang dihadapi adalah kelelahan fisik dikarenakan jeda waktu yang kecil antara kuliah dan bekerja [3]. Sehingga hal ini berdampak pada perilaku menunda-nunda tugas dan turunnya motivasi dalam belajar, apabila hal ini terus terjadi maka proses pembelajaran yang dilakukan tidak membuahkan hasil yang maksimal atau bahkan tidak ada kemajuan. Hal ini terjadi karena memiliki regulasi diri dalam belajar atau self regulated learning yang kurang baik [4]. Penelitian yang dilakukan oleh Amalia menyatakan apabila mahasiswa memiliki selfregulatedlearning, ia memiliki tanggung jawab penuh dalam menjalani studinya. Memiliki tujuan, mampu bekerja mandiri, memiliki motivasi, mampu menyusun langkah-langkah keberhasilan akademik sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dan mampu memecahkan masalah khususnya di bidang akademik [5].

Berdasarkan hasil wawancara pada survey awal ditemukan bahwa ada permasalahan pada selfreglatedlearning mahasiswa pekerja dikarenakan kebingungan dalam mengatur waktu kuliah dan bekerja. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Zimmerman yaitu pada aspek self regulated learning mengenai perilaku regulasi [6]. Adicondro & Purnamasari mengungkapkan salah satu faktor yang dapat membantu meningkatkan self regulatedlearning mahasiswa pekerja dalam lingkungan di Universitas ialah kelekatan teman sebaya (peer attachment) [7]. Hal ini diperkuat dengan penelitian Mahmudi, dkk menyatakan ada hubungan positif peer attachment dengan self regulatedlearning[8].

Oktariani kelekatan teman sebaya merupakan sumber emosi, simpati, pengertian, dan bimbingan moral, tempat untuk bereksperimen, serta tempat untuk memperoleh otonomi dan kemandirian dari orangtua [9]. Noviana menyatakan bahwa peer attachment mampu meningkatkan mahasiswa dalam mengembangkan lingkungan belajar kearah yang positif [10].

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan dalam hal ini kelekatan antara teman sebaya (peerattachment) berpengaruh pada selfregulatedlearning.Melalui proses pemahaman tentang kondisi lingkungan yang baik serta mendukung, hal ini dapat meningkatkan self regulated learning.Saat kemampuan ini meningkat maka individu tersebut dapat mengoptimalkan potensi belajarnya. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adaya hubungan antara peer attachment dengan self regulated learning pada mahasiswa pekerja di Universitas X. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu, adanya hubungan positif antara peer attachmentdengan self regulated learning pada mahasiswa pekerja, yaitu semakin tinggi peer attachment pada mahasiswa pekerja, maka semakin tinggi pula self regulated learning pada mahasiswa pekerja. Di sisi lain, semakin rendah peer attachmentpada mahasiswa pekerja maka semakin rendah self regulated learning pada mahasiswa pekerja.

Metode Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan variabel peer attachment sebagai variabel independen dan self regulated learning sebagai variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa pekerja Universitas X sebanyak 4.435 dengan jumlah sampel sebanyak 323 mahasiswa pekerja yang

ditentukan menggunakan teknik Probability Simple Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan 2 (dua) skala psikologi yaitu pertama menggunakan skala peer attachment yang diadopsi oleh peneliti dari Wadhani, E. P. [11]. Kemudian skala kedua yaitu skala self regulated learning yang diadopsi oleh peneliti dari Putri, M. [12] dalam bentuk skala Likert.

Validitas aitem menggunakan program SPSS 26 for windows dengan teknik corrected item total correlationyang memiliki standar untuk mengukur serta menentukan daya diskriminasi aitem, yang memiliki batasan rix ≥ 0,30 . Hasil uji coba validitas aitem terhadap skala peer attachment dengan total awal 30 aitem maka diperoleh hasil 26 aitem valid dan 4 aitem gugur. Adapun hasil uji coba validitas aitem terhadap skala self-regulated learning dengan total awal 76 aitem maka diperoleh hasil 50 aitem valid dan 26 aitem gugur. Kemudian, dilakukan uji koefisien reliabilitas aitem pada skala peer attachment dengan menggunakan 323 responden memperoleh nilai koefisien reliabilitas Crobach'sAlphasebesar 0,919. Adapun hasil uji koefisien reliabilitas aitem pada skala selfregulatedlearningdengan menggunakan 323 responden diperoleh nilai koefisien reliabilitas Crobach'sAlphasebesar 0,951. Maka dapat disimpulkan bahwa skala peerattachmentdan skala self-regulatedlearningyang digunakan pada penelitian ini dinyatakan reliabel. Selanjutkan akan digunakan teknik analisis data korelasi Pearson (Product Moment) untuk melihat hubungan antara kedua variabel.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hasil uji normalitas pada tabel 1 dilihat dari output uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk variabel peer attachment dan variabel self regulated learningpada Monte Carlo Sig. (2-tailed)sebesar 0,011 < 0,05 maka nilai residual dinyatakan tidak berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 323
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 15,47262518
Most Extreme Differences Absolute ,088
Positive ,082
Negative -,088
Test Statistic ,088
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. 0,11d
99% Confidence Interval Lower Bound ,008
Upper Bound ,013
Table 1.Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji linearitas pada tabel 2, diketahui hasil uji linearitas pada linearitysebesar 0,000 < 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan yang linear antara variabel peer attachment dan self regulated learning.

ANOVA Table
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Self-Regulated Learning *Peer Attachment BetweenGroups (Combined) 3069352,330 222 13825,911 53,426 ,000
Linearity 3018143,511 1 3018143,511 11662,670 ,000
Deviation fromLinearity 51208,819 221 231,714 ,895 ,750
Within Groups 25878,667 100 258,787
Total 3095230,997 322
Table 2.Hasil Uji Linearitas

Pada tabel 3, diperoleh nilai perhitungan koefisien korelasi sebesar (rxy = 0,987) dengan nilai sig. 0,000 < 0,05 maka disimpulkan kedua variabel mempunyai hubungan yang positif antara peer attachment dengan self regulatedlearning.

Peer Attachment Self-Regulated Learning
Spearman's rho Peer Attachment Correlation Coefficient 1,000 ,987**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 323 323
Self-Regulated Learning Correlation Coefficient ,987** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 323 323
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Table 3.Hasil Uji Hipotesis

Pada tabel 4, diperoleh hasil sumbangan dari variabel independen yaitu peer attachment terhadap variabel dependen yaitu self regulated learning adalah sebesar 97,5%. Hasil tersebut didapatkan dari R Square sebesar 0,975 x 100% = 97,5%, yang berarti peer attachment memberikan sumbangan efektif sebesar 97,5% terhadap self regulatedlearning. Sedangkan sisanya, sebesar 2,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,987a ,975 ,975 15,49671
a. Predictors: (Constant), Peer Attachment
Table 4.Sumbangan Efektif

Berdasarkan pada tabel 5 kategori skor subjek pada variabel peer attachment dan variabel self-regulatedlearning dibagi menjadi 5 kategori yaitu, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Sehingga diperoleh nilai norma untuk variabel peer attachment sebagai berikut ≤ 106, 106 – 202, 202 – 298, 298 – 394, dan > 394. Subjek dengan kategori sangat rendah sebanyak 19 , pada kategori rendah sebanyak 96, pada kategori sedang sebanyak 91, pada kategori tinggi sebanyak 100 dan pada kategori sangat tinggi sebanyak 17. Adapun diperoleh nilai norma untuk variabel self regulated learning sebagai berikut ≤ 233, 233 – 331, 331 – 429, 429 –527 dan > 527. Subjek dengan kategori sangat rendah sebanyak 20, pada kategori rendah sebanyak 94, pada kategori sedang sebanyak 87, pada kategori tinggi sebanyak 104 dan pada kategori sangat tinggi sebanyak 18.

SkorSubyek
Kategori Peer Attachment Self Regulated Learning
Σsubjek % Σsubjek %
Sangat Rendah 19 5,88 20 6,19
Rendah 96 29,72 94 29,10
Sedang 91 28,17 87 26,93
Tinggi 100 30,96 104 32,20
Sangat Tinggi 17 5,26 18 5,57
Jumlah 323 100 323 100
Table 5.Kategori Skor Subjek

Pembahasan

Berdasarkan pemaparan di atas, menunjukkan ada hubungan positif antara peer attachmentdengan selfregulated learning pada mahasiswa pekerja. Hal ini terlihat dari hasil koefisien korelasi sebesar (rxy = 0,987) dengan nilai sig. 0,000 < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan adanya nilai korelasi yang kuat dan searah, yang berarti semakin tinggi peer attachment nya maka semakin tinggi juga self regulated learning. Sebaliknya, semakin rendah peer attachment nya maka semakin rendah juga self regulated learning pada mahasiswa pekerja. Dari hasil data tersebut maka hipotesis penelitian dapat diterima.

Hal ini sesuai dengan penelitian Armsden dan Greenberd tentang indikaktor peer attachment. Mahasiswa pekerja yang memiliki peer attachment memiliki komunikasi yang baik dan rasa kepercayaan kepada teman sebaya sehingga terhindar dari rasa keterasingan [13]. Sehingga mahasiswa pekerja mendapatkan dukungan untuk membentuk selfregulatedlearningdengan mengoptimalkan peerattachment Santrock [14].

Menurut Fredricks, Blumenfied, dan Paris mahasiswa perlu proses pembelajaran, termasuk kegiatan akademik dan non akademik, dapat diamati melalui perilaku, emosi dan kognitif yang ditunjukkan oleh mahasiswa di lingkungan kampus [15]. Kehadiran teman sebaya dapat membuat siswa merasa senang dalam kegiatan belajaranya Arifani [16].

Penelitian ini juga selaras dengan riset yang dilakukan oleh Mahmudi., dkk yang menyatakan bahwa peerattachmentmempunya hubungan yang positif dengan selfregulatedlearningkarena meningkatnya peerattachmentyang tinggi maka mahasiswa dapat mengontrol perilaku guna mempertahankan usahanya dalam mengerjakan tugas, berpartisipasi secara aktif didalam kelas maupun diluar kelas, sehingga akan lebih mudah menerapkan selfregulatedlearning[8].

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Royanita menunjukkan hipotesis yang diajukan dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan positif antara peer attachmentdengan self regulated learning pada remaja selama pandemi covid-19 [4]. Hal ini menunjukkan bahwa pihak sekolah dan juga siswa perlu menumbuhkan peerattachmentyang baik untuk meningkatkan selfregulated learningpada siswa. Hasil dari penelitian tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, Berdasarkan hasil penelitian, pada variabel peerattachment diperoleh data, bahwa terdapat 30,96% subjek yang berada dalam kategori tinggi. Begitu pula pada variabel selfregulatedlearningdiperoleh data bahwa terdapat 32,20% subjek yang masuk dalam kategori tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan degan penelitian sebelumnya yang tertulis diatas. Apabila tingkat peer attachmenttinggi juga diikuti tingkat self regulated learning yang tinggi. Mahasiwa pekerja dengan peran ganda tersebut penting adanya pengaturan dalam belajarnya agar dalam menjalankan aktifitas teresebut lebih tertata dan mampu mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, peer attachment dan self regulated learning menjadi hal yang penting untuk ditanamkan dalam diri mahasiswa pekerja. Hal tersebut dapat ditumbuhkan secara beriringan dengan mempertimbangkan hubungan dua variabel tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian ini bahwa peerattachment memberikan sumbangan efektif sebesar 97,5% terhadap self regulated learning. Sedangkan sisanya, sebesar 2,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti metakognisi dan motivasi. Hal ini menunjukkan bahwa peerattachmentmemiliki pengaruh dalam meningkatkan selfregulatedlearningpada mahasiswa pekerja.

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu pada proses dilakukannya penilitian kondisi masih dalam masa pandemi, sehingga dalam pelaksanaan pengambilan data menjadi terhambat, selain itu penelitian ini hanya

menggunakan satu variabel bebas saja yaitu peerattachment, sedangkan masih banyak variabel bebas lain yang mampu menjelaskan kemungkinan memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh nilai dari uji analisis korelasi koefisien sebesar 0,987 dengan nilai sig. 0,000 < 0,05 yang berarti hipotesis diterima, dimana semakin tinggi peer attachment pada mahasiswa pekerja maka semakin tinggi juga self regulated learningpada mahasiswa pekerja. Sebaliknya, semakin rendah peerattachmentpada mahasiswa pekerja maka semakin rendah juga selfregulatedlearning pada mahasiswa pekerja.

Bagi mahasiswa pekerja diharapkan bisa meningkatkan peer attachment dengan cara menjalik komunikasi dengan baik, saling percaya serta menjaga kedekatan antar teman sebaya sehingga mahasiswa pekerja dapat mengatur metode belajarnya karena terbukti peer attachment berkorelasi dengan self regulated learning. Penelitian ini hanya menjelaskan tentang hubungan antara peer attachment dengan self regulated learningsaja, sedangkan masih banyak faktor lain seperti metakognisi dan motivasi yang dapat mempengaruhi selfregulatedlearning.Peneliti juga menyarankan untuk subjek penelitian bisa lebih variatif. serta bagi penelitian selanjutnya disarankan dalam pengambilan data tidak hanya menggunakan google form saja, bisa juga menggunakan teknik lain yang mendukung untuk mendapatkannya data.

References

  1. N. L. Azizah, “Pengaruh kerja part-time terhadap prestasi akademik dan non akademik mahasiswa program studi pendidikan agama islam angkatan 2014 fakultas tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,” Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017.
  2. E. Mardelina and A. Muhson, “Mahasiswa bekerja dan dampaknya pada aktivitas belajar dan prestasi akademik,” J. Econ., vol. 13, no. 2, pp. 201–209, 2017, doi: 10.21831/economia.v13i2.13239.
  3. R. A. Lusi, “Penyesuaian diri mahasiswa yang kuliah sambil bekerja,” Mediapsi, vol. 7, no. 1, pp. 5–16, 2021, doi: 10.21776/ub.mps.2021.007.01.2.
  4. F. Royanita, “Pengaruh peer attachment terhadap self-regulated learning pada remaja di masa pandemi Covid- 19,” Univeristas Muhammadiyah Malang, 2021.
  5. S. A. Amalia, Ratna; Saputro, “Pengaruh model pembelajaran TAI dan STAD terhadap prestasi siswa dengan memperhatikan kemampuan awal dan kemampuan Matematik,” J. Inkuiri, vol. 3, no. 2, pp. 86–96, 2014.
  6. B. J. Zimmerman, “A Social Cognitive View of Self-Regulated Academic Learning,” J. Educ. Psychol., vol. 81, no. 3, pp. 329–339, 1989, doi: 10.1037/0022-0663.81.3.329.
  7. N. Adicondro and A. Purnamasari, “Efikasi diri, dukungan sosial keluarga dan self regulated learning pada siswa kelas VIII,” Humanitas (Monterey. N. L)., vol. 8, no. 1, pp. 17–27, 2011, doi: 10.26555/humanitas.v8i1.448.
  8. F. Mahmudi, M. D. Mayangsari, and D. N. Rachmah, “Hubungan peer attachment dengan self regulated learning pada siswa boarding school,” J. Ecopsy, vol. 2, no. 1, pp. 31–35, 2015, doi: 10.20527/ecopsy.v3i1.1935.
  9. Oktariani, “Hubungan self efficacy dan dukungan sosial teman sebaya dengan self regulated learning pada mahasiswa universitas potensi utama medan,” Kognisi J., vol. 2, no. 1, pp. 98–111, 2018, doi: 10.31289/tabularasa.v2i1.284.
  10. S. Noviana and H. Sakti, “Hubungan antara peer attachment dengan penerimaan diri pada siswa-siswi akselerasi,” J. Empati, vol. 4, no. 2, pp. 114–120, 2015.
  11. E. P. Wardhani, “Hubungan antara peer attachment dengan penyesuaian sosial pada remaja putri di sekolah homogen dan tinggal di asrama,” Universitas Sanata DharmaYogyakarta, 2017.
  12. M. R. E. Putri, “Hubungan antara self-regulated learning dan stres akademik pada mahasiswa,” Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2017.
  13. M. T. Armsden, Gay C; Greenberg, “The inventory of parent and peer attachment: Individual differences and their relationship to psychological well-being in adolescence,” J. Youth Adolesc., vol. 16, no. 5, pp. 427–454, 1987, doi: 10.1007/BF02202939.
  14. J. W. Santrocks, Adolescence : perkembangan remaja. 2003.
  15. A. H. Fredricks, J. A., Blumenfeld, P. C., & Paris, “School Engagement: Potential of the Concept, State of the Evidence,” Rev. Educ. Res., vol. 74, no. 1, pp. 59–109, 2004, doi: 10.3102/00346543074001059.
  16. A. D. Arifani, “Peer attachment dan student engagement pada siswa SMA,” Universitas Islam Indonesia, 2018.