The Need for Affiliation and Assertive Behavior in Students Joining Student Organizations
Innovation in Social Science
DOI: 10.21070/ijins.v21i.789

The Need for Affiliation and Assertive Behavior in Students Joining Student Organizations


Kebutuhan Afiliasi dan Perilaku Asertif pada Mahasiswa yang Mengikuti Organisasi Kemahasiswaan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Affiliation Needs Assertive Behavior Students

Abstract

This study aims to determine the relationship between the need for affiliation with assertive behavior in students who follow student organizations at the University of Muhammadiyah Sidoarjo. The research uses a correlational quantitative approach. The sampling technique in this study is a proportional non random sampling technique with a sample size of 301. Data collection uses a psychological scale with a Likert scale model, namely affiliation needs scale and assertive behavior scale. Data analysis using Pearson Product Moment correlation technique using SPSS 25.0 for windows program. The results of this study indicate rxy = 0.606 and with a significance value of 0.000 where p <0.05, which means the researcher's hypothesis is accepted, namely there is a positive and significant relationship between the need for affiliation and assertive behavior in students who follow student organizations at the University of Muhammadiyah Sidoarjo. The effect of affiliation needs on assertive behavior is 36.7%.

Pendahuluan

Organisasi merupakan wadah untuk mahasiswa agar dapat mengembangkan pola pikir dalam berorganisasi [1]. Organisasi juga dimaknai sebagai sebuah kelompok dengan beberapa anggota yang mempunyai tujuan yang serupa. Beberapa organisasi dibentuk oleh mahasiswa itu sendiri yaitu Himpunan Mahasiswa Program Studi (HIMAPRODI), Ikatan mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Organisasi tersebut merupakan wadah mahasiswa untuk mengembangkan minat, bakat, dan keahlian diluar kelasnya. Organisasi membentuk mahasiswa untuk dapat berinteraksi dengan anggota satu sama lainnya. Interaksi dapat terjadi pada setiap individu dengan secara langsung maupun tidak langsung kepada anggota organisasi yang lainnya. mahasiswa mampu berinteraksi dengan efektif apabila berinteraksi dengan jujur dan dapat mengekspresikan dirinya, tanpa memberi dampak negatif atau merugikan orang lain [2]. Perilaku - perilaku tersebut dapat juga disebut perilaku asertif.

Terdapat beragam pengertian tentang perilaku asertif dari para ahli namun hakekatnya arti dari perilaku asertif memiliki makna yang sama satu sama lain. Kata asertif atau dalam Bahasa Inggris disebut “assert” yang memiliki arti menyatakan dengan tegas, jujur serta bersifat positif [3]. Apabila sifatnya memberi dampak negatif ke orang lain dan menyebabkan kerugian maka tidak bisa disebut asertif [4]. Perilaku asertif juga dapat diartikan sebagai kemampuan mengekspresikan diri secara langsung, yang bersifat jujur dan tidak berdampak negatif ke orang lain [2].

Berdasarkan hasil penelitian satuti dengan judul “Hubungan Antara Harga Diri dengan Perilaku Asertif pada Mahasiswa Aktivis Universitas Surakarta” menunjukan bahwa perilaku asertif pada mahasiswa aktivis mayoritas sedang, karena mayoritas dari subjek merasa sungkan kepada anggota lainnya ketika memberikan pendapat yang berbeda pada saat rapat [2].

Berdasarkan survey awal melalui wawancara kepada tiga mahasiswa anggota organisasi kemahasiswaan terkait permasalahan asertif, menunjukkan adanya rasa ketakutan, merasa tidak nyaman, kurang tegas, cemas serta mengeluh. Hal tersebut berhubungan dengan apa yang sudah dijelaskan bahwa kurangnya berperilaku asertif menyebabkan individu memendam perasaannya, berpura – pura, dan menahan berpendapat [5]. kurangnya berperilaku asertif menyebabkan rasa sakit, gelisah dan kadang -kadang marah sebagai hasil ketidak tegasan diri [6].

Perilaku asertif dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari kurangnya percaya diri (rasa takut, ragu) dan Ingatan (lupa) dan faktor eksternal yang terdiri lingkungan, waktu, situasi dan kondisi [7]. Berdasarkan penelitian yang berjudul hubungan antara kebutuhan afiliasi dengan perilaku asertif pada anak usia 5-6 tahun di yayasan buah hati bunda, tk dan paud bondar desa tambusai barat, menunjukan bahwa Kebutuhan afiliasi juga sangat berpengaruh pada perilaku asertif dan mempunyai hubungan signifikan, pengaruh tersebut bisa kita lihat bahwa anak memiliki kepedulian dan perhatian terhadap temannya, anak bisa bekerja sama dengan temannya, anak sudah mau berbagi makanan dengan temannya tanpa disuruh gurunya [8].

Hasil penelitian terdahulu yang berjudul ”Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi dengan Asertivitas pada Peserta Didik di Madrasah Aliyah Patra Mandiri Palembang” menunjukaan bahwa kebutuhan afiliasi merupakan salah satu sumber dari peserta didik yang bisa mempengaruhi asertivitasnya. Sumber tersebut menunjukkan peserta didik dapat bekerjasama dengan temannya, peserta didik bisa mengungkapkan pendapat dan mempertahankan hak, dan juga bisa menerima pendapat atau ide dari temannya [7].

Kebutuhan afiliasi merupakan Kebutuhan afiliasi merupakan suatu keinginan untuk berhubunngan secara ramah dan menyenangkan dengan individu lain serta menjaga hubungan tersebut dengan baik [9]. Individu dengan tingkat kebutuhan afiliasi tinggi akan berkecenderungan mempunyai rasa bergantung terhadap individu lainnya dengan tujuan agar dapat diterima dan menjadi bagian dari kelompoknya. Pendapat tersebut sesuai dengan Tambunan bahwa individu ingin diakui oleh kelompoknya dan berusaha untuk diterima menjadi bagian dari kelompok itu [10]. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi bagian dari kelompok itu menyebabkan individu berusaha mengikuti perilaku dari kelompok tersebut. Hal tersebut juga sama yang dikatakan oleh Hurlock, bahwa individu akan berperilaku sesuai dan sama dengan apa yang diharapkan oleh kelompoknya agar ia bisa diterima, sehingga didalam kelompok tersebut individu tidak akan bisa mengembangkan perilaku asertifnya yang menyebabkan individu akan berperilaku non asertif [11].

Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas, peneliti hendak menjalankan studi lebih lanjut dengan mengajukan judul “Hubungan antara Kebutuhan Afiliasi dengan Perilaku Asertif pada Mahasiswa yang Mengikuti Organisasi Kemahasiswaan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo”. Tujuan riset ini adalah untuk mengetahui apakah ada Hubungan antara Kebutuhan Afiliasi dengan Perilaku Asertif pada Mahasiswa yang Mengikuti Organisasi Kemahasiswaan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Variabel bebas dalam peneltian ini adalah kebutuhan afiliasi yang diukur dengan skala kebutuhan afiliasi. Sementara variabel terikat dalam penelitian ini yakni perilaku asertif yang diukur dengan skala perilaku asertif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti organisasi kemahasiswaan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo sebanyak 2164 mahasiswa, maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 301 mahasiswa. Pengumpulan data memakai Teknik skala, yaitu skala kebutuhan afiliasi dan perilaku asertif yang memakai skala likert 1 – 4.

Skala kebutuhan afiliasi berjumlah 18 butir aitem terdiri atas 12 aitem favourabledan 6 aitem unfavourable, yang meliputi aspek lebih suka bersama orang lain dari pada sendiri, sering berinteraksi dengan orang lain, rasa ingin disukai dan diterima orang lain, menyenangkan orang lain, menunjukkan dan memelihara sikap setia terhadap teman, mencari persetujuan dan kesepakatan [12]. Dengan nilai reliabilitas cronbach’s alpha 0,872. Sementara skala perilaku asertif mempunyai 15 butir aitem terdiri atas 9 aitem favourabledan 6 aitem unfavourable, yang meliputi aspek bertindak sesua keinginannya, mampu mengekspresika perasaan jujur dan nyaman, mampu mempertahankan diri, mampu menyatakan pendapat, tidak mengabaikan hak – hak orang lain [13]. Dengan nilai reliabilitas cronbach’s alpha 0,864.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk uji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukann uji normalitas dan uji linearitas.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hasil Uji Normalitas pada tabel Kolmogorov Smirnov menunjukkan :

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 178
Normal Parametersa Mean 301
Std.Deviation .0000000
Most Extreme Differences Absolute .050
Postive .046
Negaitve -.050
Kolmogorov-Smirnov Z .050
Asymp. Sig. (2-tailed) .066c
Table 1.Uji Normalitas

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai signifikansi (p)=0,066. Dengan hal ini asumsi normalitas terpenuhi dan dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal yang dimana nilai signifikansi lebih dari 0,05 (0,066 > 0,05).

Hasil uji liniearitas pada tabel dibawah menunjukkan :

ANOVA TABLE
Sum ofSquares df MeanSquare F Sig.
Perilaku Asertif * Kebutuhan Afiliasi Between Groups (Combined) 4625.227 33 140.158 6.662 .000
Linearity 3763.472 1 3763.472 178.880 .000
Deviation from Linearity 861.755 32 26.930 1.280 .151
Within Groups 5617.444 267 21.039
Total 10242.671 300
Table 2.Uji Linieritas

Berdasarkan tabel pada kolom deviation from linearity nilai signifikansi (p) sebesar 0,275 artinya nilai signifikansi (p) > 0,05 (0,275>0,05) maka dapat dikatakan terdapat hubungan yang linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Selain itu juga dapat dilihat pada kolom linearity nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 yang berarti nilai signifikansi (p) < 0,05 (0,000<0,05) maka dapat dikatakan terdapat hubungan yang linier antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Sesudah melakukan uji asumsi, berikutnya peneliti melakukan uji hipotesis :

Correlations
Kebutuhan Afiliasi Perilaku Asertif
Kebutuhan Afiliasi Pearson Correlation 1 .606**
Sig. (2-tailed) .000
N 301 301
Perilaku Asertif Pearson Correlation .606** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 301 301
Table 3.Uji Hipotesis

Berdasarkan tabel uji hipotesis dapat diketahui hasil dari koefisien korelasi rxy= 0,606 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi (p) < 0,05 (0,000<0,05) artinya terdapat hubungan antara kebutuhan afiliasi dengan perilaku asertif pada mahasiswa yang mengikuti organisasi kemahasiswaan. Hasil koefisien korelasi pada tabel di atas menunjukkan hasil yang positif (rxy= 0,606) sehingga menunjukkan adanya hubungan positif antara kedua variabel dalam penelitian ini artinya ketika kebutuhan afiliasi tinggi maka perilaku asertif semakin tinggi juga.

Besar kekuatan hubungan pada variabel kebutuhan afiliasi dengan perilaku asertif bisa dilihat dari tabel berikut ini :

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .606a .367 .365 4.655
Table 4.Sumbangan Efektif

Berdasarkan hasil dari tabel kekuatan hubungan antara kedua variabel dapat diketahui bahwa nilai R Square adalahsebesar 0,367 atau 36,7% (0,367 × 100%). Artinya variabel kebutuhan afiliasi memiliki pengaruh terhadap perilaku asertif sebesar 36,7%. Sedangkan 63,3% perilaku asertif dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.

Berdasarkan hasil tabel kategorisasi skor subjek pada masing – masing variabel menunjukan :

Skor Subjek
Kategori Kebutuhan Afiliasi Perilaku Asertif
F % F %
Rendah 8 2,7% 45 15%
Sedang 145 48,2% 153 50,8%
Tinggi 148 49,2% 103 34,2%
Jumlah 301 100% 301 100%
Table 5.Kategorisasi Data

Berdasarkan hasil tabel kategori skor pada skala kebutuhan afiliasi terdapat 8 mahasiswa berada pada golongan yang rendah dengan prosentase 2,7%, 145 mahasiswa berada pada golongan yang sedang dengan prosentase 48,2%, dan 148 mahasiswa berada pada golongan yang tinggi dengan prosentase 49,2%. Sedangkan hasil kategori skor pada skala perilaku asertif diketahui terdapat 45 mahasiswa berada pada golongan yang rendah dengan prosentase 15%, 153 mahasiswa berada pada golongan yang sedang dengan prosentase 50,8%, serta 103 mahasiswa berada pada golongan yang tinggi dengan prosentase 34,2%. Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi kemahasiswaan di universitas muhammadiyah sidoarjo memiliki tingkat kebutuhan afiliasi yang tinggi dan tingkat perilaku asertif yang cenderung sedang.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui koefisien korelasi rxy = 0.606 dengan nilai signifikansi 0,000 dimana nilai tersebut < 0.05. hasil tersebut memperlihatkan hubungan yang signifikan dan positif antara variabel kebutuhan afiliasi dengan perilaku asertif. sehingga ketika kebutuhan afiliasi tinggi maka perilaku asertif semakin tinggi juga pada mahasiswa yang mengikuti organisasi kemahasiwaan di universitas muhammadiyah sidoarjo.

Hasil tersebut didukung berdasarkan penelitian terdahulu dengan judul “Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi Dengan Perilaku Asertif Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Yayasan Buah Hati Bunda, Tk Dan Paud Bondar Desa Tambusai Barat” menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif sebesar rxy = 0.577 antara kebutuhan afiliasi dengan perilaku asertif. hubungan antara kedua variabel tersebut bisa dilihat bahwa anak memiliki kepedulian dan perhatian terhadap temannya, anak bisa bekerja sama dengan temannya, anak sudah mau berbagi makanan dengan temannya tanpa disuruh gurunya, anak sudah sanggup menatap temannya ketika sedang melakukan komunikasi tanpa merasa malu [8].

Berdasarkan hasil kategori skor, diketahui bahwa perilaku asertif pada penelitian ini tergolong sedang dengan prosentase 50,8%. Artinya 153 mahasiswa ada yang mempu berperilaku asertif dengan cara berani mengutarakan pendapat tanpa merasa menyakiti orang lain dan sebagian dari mahasiswa kurang mampu dalam berperilaku asertif seperti tidak suka memberikan saran karna takut salah. Seperti halnya penelitian dengan judul “Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Asertif Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW” menyatakan bahwa perilaku asertif yang dimiliki subjek tergolong sedang, karena mayoritas dari subjek kurang percaya diri dalam bertanya ketika diadakan sesi tanya jawab, sebagian subjek kurang asertif dan memilih berdiam diri, akan tetapi ada juga beberapa subjek yang lebih ingin tau dengan cara bertanya [14].

Seseorang yang memiliki kebutuhan afiliasi yang baik, memiliki kecendrungan untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan orang lain [9]. Seseorang yang mampu berinteraksi dengan cara mengekspresikan diri secara jujur, senang, tegas dan nyaman tanpa mengabaikan hak – hak orang lain dapat diartikan dengan perilaku asertif [15]. menyatakan bahwa mayoritas subjek pada penelitian memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi. Artinya sebagian besar mahasiswa mampu memenuhi kebutuhan afiliasi dengan cara menjalin hubungan yang baik dengan anggota organisasinya. Adanya suatu hubungan yang baik antar anggota menimbulkan sebuah interaksi yang lebih baik juga, interaksi yang dilakukan yakni dengan cara berinteraksi secara nyaman tanpa merendahkan atau merugikan anggota lainnya interaksi tersebut juga bisa dikatakan perilaku asertif. Seperti halnya penelitian dengan judul “Hubungan Kebutuhan Afiliasi Dengan Pengungkapan Diri Pada Pengguna Media Sosial” hasil penilitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan afiliasi pada subjek tergolong tinggi dan juga menyatakan bahwa individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi tinggi akan selalu berinteraksi dengan individu lain [16].

Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan afiliasi memiliki pengaruh sebesar 36,7% terhadap perilaku asertif pada mahasiswa yang mengikuti organisasi kemahasiswaan di universitas muhammadiyah sidoarjo. Sedangkan 63,3% perilaku asertif dipengaruhi oleh faktor lain. faktor lain yang mempengaruhi perilaku asertif adalah jenis kelamin, self esteem (harga diri), kebudayaan, tingkat pendidikan, tipe kepribadian, situasi tertentu lingkungan disekitarnya [17]. Seperti halnya penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Harga diri Dengan Perilaku Asertif Pada Remaja” menunjukkan terdapat korelasi yang positif dan juga signifikan antara harga diri dengan perilaku asertif sebesar 0,694. Hasil ini memperlihatkan hubungan yang searah sehingga pengaruh harga diri terhadap prilaku asertif sangat kuat. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa siswa mampu mengekspresikan dirinya dan mampu menerima dirinya juga [18].

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kebutuhan afiliasi dengan perilaku asertif pada mahasiswa yang mengikuti organisasi kemahasiswaan di universitas muhammadiyah sidoarjo. Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan maka hasil uji analisis data berdasarkan uji asumsi diatas dapat diperoleh bahwa data kebutuhan afiliasi dan perilaku asertif berdistribusi normal dan memiliki hubungan yang linier. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan korelasi pearson’sdiketahui bahwa hasil nilai r = 0.606 dan nilai signifikansi 0,000 dimana nilai tersebut < 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kebutuhan afiliasi dengan perilaku asertif. Pengaruh kebutuhan afiliasi terhadap perilaku asertif memiliki besaran efek sebesar 36,7% sedangkan 63,3% disebabkan oleh variabel lainnya.

Hasil Penelitian ini disarankan bagi mahasiswa dapat meningkatkan perilaku asertifnya dengan mengikuti kegiatan – kegiatan dalam berorganiasi dikampus maupun diluar kampus. Mahasiswa juga disarankan untuk sering berinteraksi dengan orang lain dan juga disarankan untuk berani mengekspriskan dirinya dengan cara yang positif agar perilaku asertifnya dapat meningkat. Bagi organisasi kemahasiswaan, diharapkan menambahkan kegiatan organisasi secara bersamaan yang akan mempererat interaksi sesama anggota organisasi lainnya, serta memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan pendapatnya saat sesi diskusi atau evaluasi karena hal tersebut berkontribusi untuk meningkatkan perilaku. Bagi peneliti selanjutnya, Diharapkan dapat mengembangkan penelitian lebih dalam lagi terkait dengan faktor - faktor dari variabel lain yang memperngaruhi perilaku asertif seperti Self-Esteem, pola asuh orang tua, konsep diri, tipe kepribadian, regulasi emosi dan kepercayaan diri. Juga dapat menggunakan metode penelitian yang lain. Sehingga penelitian perilaku asertif selanjutnya dapat menghasilkan penelitian yang lebih variatif.

References

  1. Ulfatunnajah, I. (2017). Hubungan antara dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa yang mengikuti organisasi skripsi. 13320269.
  2. Satuti, N. B. (2014). Hubungan antara harga diri dengan perilaku asertif pada mahasiswa aktivis universitas muhammadiyah surakarta. 8(33), 1–10. http://eprints.ums.ac.id/31825/14/02._Naskah_Publikasi.pdf
  3. Jati, S. N., & Diana. (2016). Studi Komparasi Tingkat Asertifitas Pada Mahasiswa Pg-Paud Di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 6(3), 1469–1479. https://doi.org/10.26418/jvip.v6i3.17562
  4. Lovihan, M. A. K., & Kaunang, R. O. W. (2010). Perbedaan Perilaku Asertif pada Wanita Karir yang Sudah Menikah dengan yang Belum Menikah di Minahasa. Jurnal Inovasi, Volume 7(4), 240–250.
  5. Faradita, R. M., Elita, Y., & Sinthia, R. (2018). Pengaruh Konseling Kelompok Dengan Teknik Assertive Training Terhadap Kemampuan Asertivitas Siswa Kelas Viii 8 Smp Negeri 18 Kota Bengkulu. Jurnal Ilmiah Bimbingan Dan Konseling, 1(2), 58–66. https://ejournal.unib.ac.id/index.php/j_consilia/article/view/4470/2459
  6. Priyanto, S. (2010). Kajian Identifikasi Perilaku Asertifpustakawan Upt Perpustakaan Undip. 1–20. http://eprints.undip.ac.id/49300/1/Kajian_tingkat_asertivitas_Pustakawan_di_UPT_Perpustakaan_Undip.pdf
  7. Anggraini, J. (2016). Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi dengan Asertivitas pada Peserta Didik di Madrasah Aliyah Patra Mandiri Palembang Skripsi. universitas islam negri raden fatah palembang.
  8. Wati, F. (2020). Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi Dengan Perilaku Asertif Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Yayasan Buah Hati Bunda, Tk Dan Paud Bondar Desa Tambusai Barat Fitri. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(1), 520–527.
  9. Rinjani, H., & Firmanto, A. (2013). Kebutuhan Afiliasi Dengan Intensitas Mengakses Facebook Pada Remaja. Ilmiah Psikologi Terapan, 01(01), 76–85.
  10. Perwitasari, N. M., & Dewi, D. K. (2013). Hubungan antara harga diri dan kebutuhan afiliasi dengan perilaku konsumtif pada remaja. Character, 2(1), 1–8.
  11. Zulhamdi, Nurhasanah, & Nurbaity. (2019). Hubungan Motif Afiliasi Dengan Perilaku Asertif Siswa Zulhamdi,. Sustainability (Switzerland), 4(1), 9–15.
  12. Sari, F. K., Loekmono, L., & Setyorini. (2018). Hubungan Antara Tipe Kepribadian Ekstroversion Dengan Perilaku Asertif Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. Psikologi Konseling, 13(2), 214–230. https://doi.org/10.24114/konseling.v13i2.12193
  13. Misnani, J. (2016). Hubungan Perilaku Asertif dan Kesepian dengan Kecemasan Sosial Korban Bullying Pada Siswa. Psikoborneo, 4(4), 513–521.
  14. Firdaus, G. (2014). Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Asertif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Uksw. 1–24. https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8750/2/T1_802009051_Full%20text.pdf
  15. Ainiyah, H. R., & Cahyanti, I. Y. (2020). Efektivitas Pelatihan Asertif Sebagai Upaya Mengatasi Perilaku “Bullying” di SMPN A Surabaya. Psikostudia : Jurnal Psikologi, 9(2), 105–113. https://doi.org/10.30872/psikostudia.v9i2.3868
  16. Minanti, R. D. (2016). Hubungan Kebutuhan Afiliasi Dengan Pengungkapan Diri Pada Pengguna Media Sosial. 1–37. https://eprints.umm.ac.id/44048/1/jiptummpp-gdl-ridhadwita-50520-1-hubungan-l.pdf
  17. Anfajaya, Muh. A., & Indrawati, E. S. (2016). Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perilaku Asertif pada Mahasiswa Organisatoris Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Empati: Jurnal Karya Ilmiah S1 Undip, 5(3), 529–532.
  18. Aryanto, W., Arumsari, C., & Sulistiana, D. (2021). Hubungan Antara Harga Diri dengan Perilaku Asertif pada Remaja. Quanta, 5(3), 95–105. https://doi.org/10.22460/q.v2i1p21-30.642