Abstract
This research was conducted because there were problems related to the level of sense of community in members of nature lovers student organizations (mapala) in Sidoarjo regency. These problems are like members who are lazy in activities, do not want to help other members, feel that the organization does not live up to its expectations finally decide to leave the organization, there is seniority and juniority in the organization. Those are some of the problems found in members of nature lover students (mapala) in Sidoarjo regency. The purpose of this study is to find out the picture of the level of sense of community in members of nature lovers student organizations (mapala) in Sidoarjo regency. This research is descriptive quantitative research. The sample in this study was all members of nature lovers student organizations in Sidoarjo regency as many as 103 people. Data retrieval techniques use a sense of community scale arranged with the Likert scale. This research data analysis technique uses descriptive statistical techniques. The results of this study showed that 57 out of 103 people had a sense of community with a high category (55.3%), 16 out of 103 people had a sense of community with a low category (15.5%), 9 out of 103 people had a sense of community with a medium category (8.7%).
Pendahuluan
Pecinta alam adalah individu yang mau berjuang untuk melestarikan alam walaupun harus turun ke sungai, naik gunung, atau melakukan perjalanan lainnya dan juga individu yang mencintai alam. Tujuan utama kegiatan pecinta alam adalah mengembangkan bakat dan minat mahasiswa dalam kegiatan alam bebas yang penuh tantangan, tetapi dibalik itu semua ada tujuan yang paling utama, yaitu menanamkan sikap peduli dan cinta terhadap lingkungan dan sikap cinta tanah air [1]. Menurut Kusmahartono Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) adalah salah satu wada untuk mengembangkan bakat dan minat mahasiswa yang berfungsi untuk sarana sosialisasi, kesadaran akan lingkungan dan pengembangan pribadi [2].
Menurut Goodwin dengan masuknya individu ke sebuah organisasi, individu bisa mendapat manfaat dan juga mempunyai perasaan bahwa organisasi bisa mencukupi kebutuhannya yang bisa didapat ketika individu itu masuk ke dalam organisasi. Adanya manfaat positif dan juga pemenuhan kebutuhan, bisa menjadikan individu tersebut semakin merasa bahwa organisasi itu penting baginya. Perasaan bahwa organisasi itu penting baginya disebut dengan sense of community [3]. Menurut Luhman perilaku positif individu berkaitan dengan adanya sense of community yang kuat dengan lingkungan huniannya atau kehidupan bertetangga [4].
Pada penilitian ini ditemukan beberapa permasalahan terkait sense of community pada mahasiswa pecinta alam di kabupaten Sidoarjo. Permasalahan tersebut seperti anggota yang malas malasan dalam berkegiatan, tidak mau membantu anggota lain, merasa organisasi tidak sesuai harapannya akhirnya memutuskan keluar organisasi, ada senioritas dan junioritas dalam organisasi.
Menurut McMillan & Chavis, menyatakan sense of community diartikan sebagai rasa memiliki para anggota organisasi terhadap suatu komunitas, perasaan saling mengkhawatirkan antar anggota dan peduli dengan kelompok mereka, dan berbagi keyakinan yang dibutuhkan anggota yang akan dipenuhi dengan komitmen bersama [5]. McMillan & Chavis menyatakan sense of community mempunyai 4 aspek atau dimensi yang membentuk komunitas. Aspek tersebut yang pertama membership in a community atau keanggotaan didasarkan perasaan saling memiliki dan berbagi rasa, influence atau perasaan individu memiliki pengaruh bagi komunitas maupun sebaliknya, atau perasaan bahwa keanggotaan sebuah kelompok penting menerima pemenuhan sumberdaya sebagai imbalan, shared emotional connection atau pemahaman bersama tentang peristiwa penting [6]. Rovai menjelaskan Dalam bersosialisasi dengan 3 anggota lain dari organisasi, mahasiswa yang mempunyai sense of community akan merasa nyaman hingga bisa membentuk hubungan yang baik agar mendapatkan dukungan dan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas akademik [7].
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin melihat gambaran tingkat sense of community pada anggota mahasiswa pecinta alam (mapala) di kabupaten Sidoarjo. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran tingkat sense of community pada anggota mahasiswa pecinta alam (mapala) di kabupaten Sidoarjo.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Penelitian kuantitatif deskriptif adalah analisis yang sesuai dengan metode statistik dari perolehan data sampel populasi. Metode deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk dapat menggambarkan tingkat sense of community pada anggota organisasi mapala di Sidoarjo [8]. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel sense of community. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anggota mahasiswa pecinta alam (mapala) di kabupaten Sidoarjo dengan total 103 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Skala sense of community yang digunakan dalam penelitian ini disusn berdasarkan aspek sense of communitymenurut McMillan & Chavis yang terdiri dari empat aspek, yaitu: membership, influence, integration and fullfillment need, shared emotional connection[9].Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik statistikdeskriptif yaitu, statistik atau nilai-nilai yang digunakan dengan cara mengumpulan dan menganalisis data lalu mendeskripsikan data dengan sebenar-benarnya tanpa bermaksud membuat kesimpulan generalisasi yang berlaku untuk umum[10]. Pengolahan data penelitian ini menggunakan program SPSS for windows dan Microsoft Excel.
Hasil Dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Hasil tingkat sense of community
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa 57 dari 103 subjek berada pada kategori tinggi (55,3%), 20 subjek berada pada kategori sangat tinggi (19,4%), 16 subjek berada pada kategori rendah (15,5%), 9 subjek berada pada kategori sedang (8,7%), 1 subjek berada pada kategori sangat rendah (1%).
Berikutnya kategorisasi berdasarkan aspek aspek sense of community. Untuk aspek yang pertama adalah aspek membership.
Berdasarkan diagram membership diatas dapat diketahui bahwa 45 dari 103 subjek berada pada kategori tinggi (43,7%), 30 subjek berada pada kategori sangat tinggi (29,1%), 15 subjek berada pada kategori rendah (14,6%), 11 subjek berada pada kategori sedang (10,7%), 2 subjek berada pada kategori sangat rendah (1,9%).
Berikutnya adalah kategorisasi berdasarkan aspek influenceberdasarkan hasil output SPSS.
Berdasarkan diagram influence diatas dapat diketahui bahwa 49 dari 103 subjek berada pada kategori tinggi (47,6%), 22 subjek berada pada kategori sangat tinggi (21,4%), 19 subjek berada pada kategori rendah (18,4%), 8 subjek berada pada kategori sedang (7,8%), 5 subjek berada pada kategori sangat rendah (14,9%).
Berikutnya adalah kategorisasi berdasarkan aspek integration and fullfillment needberdasarkan hasil output SPSS.
Berdasarkan diagram integration and fullfillment need diatas dapat diketahui bahwa 52 dari 103 subjek berada pada kategori tinggi (50,5%), 27 subjek berada pada kategori sangat tinggi (26,2%), 13 subjek berada pada kategori rendah (12,6%), 11 subjek berada pada kategori sedang (10,7%).
Berikutnya adalah kategorisasi berdasarkan aspek shared emotional connection berdasarkan hasil output SPSS.
Berdasarkan diagram shared emotional connection diatas dapat diketahui bahwa 40 dari 103 subjek berada pada kategori tinggi (38,8%), 34 subjek berada pada kategori sangat tinggi (33%), 17 subjek berada pada kategori rendah (16,5%), 11 subjek berada pada kategori sedang (10,7%), 1 subjek berada pada kategori sangat rendah (1%).
Kategorisasi berikutnya adalah sense of community berdasarkan jenis kelamin.
Pada diagram diatas dapat terlihat untuk jenis kelamin perempuan memperoleh nilai lebih tinggi dari pada laki-laki. Pada kategori tinggi perempuan terdapat 33 dari 103 sedangkan laki-laki terdapat 24 orang. Untuk kategori sangat tinggi perempuan lebih rendah dari laki-laki. Perempuan terdapat 8 orang sedangkan laki-laki terdapat 12 orang. Pada kategori rendah perempuan dan laki-laki sama sama terdapat 8 orang yang berada dikategori rendah. Pada kategori sedang perempuan terdapat 7 orang dan laki-laki terdapat 2 orang. Dikategori sangat rendah hanya terdapat 1 orang yaitu perempuan.
Kategorisasi berikutnya adalah sense of community berdasarkan asal organisasi.
Pada diagram diatas terlihat bahwa yang mendapat persentase tertinggi adalah kategori tinggi. Dimana HIMMPAS (54%), DASPA (52%) dan UMAHA (62%). Hal ini menunjukkan bahwa anggota organisasi mahasiswa pecinta alam (mapala) di kabupaten Sidoarjo mempunyai sense of community yang tinggi. Namun ada juga anggota organisasi yang mendapat sense of community rendah seperti pada organisasi HIMMPAS terdapat 4 anggota, DASPA terdapat 6 anggota, UMAHA terdapat 6 anggota.
Pembahasan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sense of community pada anggota organisasi mahasiswa pecinta alam (mapala) di kabupaten Sidoarjo dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 57 anggota organisasi dari 103 anggota memiliki sense of community dalam kategori tinggi (55,3%), ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah anggtoa organisasi mahasiswa pecinta alam di kabupaten Sidoarjo memiliki tingkat sense of community tinggi. Dari penilitian yang dilakukan oleh [11] menyatakan para anggota guild/clan memiliki sense of communitypadakategori tinggi. Hal ini menunjukkan ada keterikatan di dalam para anggota komunitas, memiliki rasa berarti bagi komunitas dan anggota lainnya, serta yakin kebutuhannya akan terpenuhi jika mereka berkomitmen pada komunitas.
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data penelitian aspek-aspek sense of community, yang memperoleh nilai rata rata paling tinggi dengan nilai 3,07 adalah aspek membership. Diketahui bahwa 45 responden memiliki membership tinggi (43,7%), 30 responden memiliki membership sangat tinggi (29,1%), 15 responden memiliki membership rendah (14,6%), serta 11 responden memiliki membership sedang (10,7%) dan 2 responden memiliki membership sangat rendah (1,9%). Penilitian yang dilakukan oleh [11] yang memiliki nilai rata-rata paling tinggi adalah aspek membership. Hal ini menunjukkan di dalam komunitas tersebut aspek membership mempunyai peran penting dalam membentuk sense of community. Menurut McMillan and Chavis aspek ini menggambarkan individu mempunyai rasa keterikatan pada komunitasnya dan merasa menjadi bagaian dari komunitas tersebut. Dalam hal ini anggota organisasi MAPALA di kabupaten Sidoarjo memiliki sense of community yang tinggi menunjukkan bahwa anggota organisasi MAPALA di kabupaten Sidoarjo merasa aman berada di lingkungan organisasi yang membuat anggota organisasi akan memiliki kemauan dan komitmen untuk berkontribusi bagi organisai, anggota organisasi akan memiliki perasaan saling memiliki dan membuat anggota organisasi berfikir jika anggota organisasi adalah bagian dari organisasi.
McMillan dan Chavis [12], menyatakan bahwa influence adalah individu dapat mempengaruhi anggota lain dan juga dapat mempengaruhi komunitasnya. Pada aspek influence, 49 anggota organisasi memiliki influence tinggi (47,6%), 22 anggota organisasi memiliki influence sangat tinggi (22,4%), 19 anggota organisasi memiliki influence rendah (18,4%), 8 anggota organisasi memiliki influence sedang (7,8%), dan 5 anggota organisasi memiliki influence sangat rendah (4,9%). Hal ini menunjukkan bahwa anggota organisasi MAPALA di kabupaten Sidoarjo memiliki keyakinan terhadap dirinya bahwa anggota organisasi ini dapat mempengaruhi anggota lain untuk hal hal yang dapat mempertahankan dan mengembangkan nama dari organiasi ini, dan juga anggota organisasi memiliki keyakinan dapat mempengaruhi organisasi untuk kedepannya bisa berjalan sesuai aturan organisasi dan keinginan anggotanya.
Menurut McMillan dan Chavis [13] integration and fullfillment need adalah perasaan bahwa kebutuhan anggota akan terpenuhi jika mereka berkmitmen terhadap komunitasnya. Pada aspek integration and fullfillment need, setengah atau 52 dari 103 anggota organisasi memiliki integration and fullfillment need dengan kategori tinggi (50,5%), 37 anggota organisasi memiliki integration and fullfillment need sangat tinggi (26,2%), 13 anggota organisasi memiliki integration and fullfillment need dengan kategori rendah (12,6%), serta 11 anggota organisasi memilki integration and fullfillment need sedang (10,7%). Dalam hal ini, menunjukkan bahwa anggota organisasi MAPALA di kabupaten Sidoarjo memiliki integration and fulfillment need dengan kategori tinggi. Bisa dilihat bahwa anggota organisasi merasa kebutuhannya dalam berorganisasi selama ini telah terpenuhi dari organisasi seperti kebutuhan ilmu, pengalaman, cerita, persaudaraan, wadah untuk menyalurkan hobi bagi para anggotanya.
Menurut McMillan dan Chavis [6] shared emotional connection adalah adanya perasaan berbagi pengalaman atau kejadian penting dengan anggota lain pada waktu dan tempat secara bersama-sama. Pada aspek shared emotional connection, 40 anggota organisasi memiliki shared emotional connection tinggi (38,8%), 34 anggota organisasi memiliki shared emotional connection sangat tinggi (33,0%), 17 anggota organisasi memiliki shared emotional connection rendah (16,5%), 11 anggota organisasi responden memiliki shared emotional connection sedang (10,7%), dan 1 anggota organisasi responden memiliki shared emotional connection sangat rendah (1,0%). Sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh [6] menyatakan bahwa shared emotional connection yang tinggi subjek akan merasa mempunyai hubungan emosinal bersama yang dibentuk oleh pengalaman interaksi postif, berbagi pengalaman dan cerita bersama. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa anggota organisasi MAPALA di kabupaten Sidoarjo memiliki shared emotional connection dengan kategori tinggi. Anggota organsisai memiliki hubungan emosional bersama antar anggota yang mengarah pada pembentukan rasa kebersamaan. Hubungan emosional bersama seperti saling berbagi peristiwa peristiwa penting dalam organisasi akan membuat hubungan kebersamaan angota semakin erat.
Jika ditinjau dari jenis kelamin, ada persamaan kategori antara anggota organisasi yang berjenis kelamin laki-laki dengan anggota organisasi yang berjenis kelamin perempuan dimana pada hasil perhitungan tingkat sense of communityberada pada kategori tinggi 24 anggota organisasi laki-laki (52%) dan 33 anggota organisasi perempuan (58%). Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [9] hasil menunjukkan bahwa hanya kategori usia saja yang memiliki tingkat perbedaan sense of community warga. Sedangkan, jenis kelamin, lamanya tinggal warga, pekerjaan, tingkat pendidikan tidak menunjukkan perbedaan tingkat sense of community (tak ada pengaruhnya).
Simpulan
Berdasarkan hsail penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa sense of community pada anggota organisasi MAPALA di kabupaten Sidoarjo 57 anggota organisasi dari 103 anggota dalam kategori tinggi, baik pada anggota organisasi berjenis kelamin laki-laki maupun anggota organisasi berjenis kelamin perempuan tidak ada perbedaan. Aspek sense of community yang mendapat nilai paling tinggi adalah aspek membership dengan rata rata nilai 3,07. Hal ini menunjukkan bahwa anggota organisasi MAPALA di kabupaten Sidoarjomerasa aman berada di lingkungan organisasi yang membuat anggota organisasi akan memiliki kemauan dan komitmen untuk berkontribusi bagi organisai, anggota organisasi akan memiliki perasaan saling memiliki dan membuat anggota organisasi berfikir jika anggota organisasi adalah bagian dari organisasi.
References
- J. L. Y. Anuraga, “Pencinta Alam Sebagai Bentuk Peran Pemuda Di Tengah Tantangan Kehidupan Kota,” J. Stud. Pemuda, vol. 5, no. 2, p. 447, 2018, doi: 10.22146/studipemudaugm.37946.
- H. Saputra, S. K. T. F, and N. Akbar, “Lingkungan pada anggota organisasi mahasiswa pecinta alam ( mapala ) piranha the influence of leadership role on pro-environmental behavior in members of student organization of nature lovers ( mapala ) piranha,” J. eCOPSY, vol. 3, no. 3, pp. 155–159, 2016.
- A. C. Lukito, K. R. Lidiawati, and D. Matahari, “Sense of community dan selfefficacy pada mahasiswa yang mengikuti komunitas kesenian,” J. Psikol., vol. 43, no. 3, pp. 248 – 263, 2018.
- I. Rahmawati, “Nilai sense of community pada kesejahteraan psikologis dalam menghuni (housing well-being): studi meta-analisis,” Psikohumaniora J. Penelit. Psikol., vol. vol 2, pp. 81–93, 2017.
- D. Ontario, G. A. Rahmawan, A. C. I. Achmad, Z. H. E, A. T. Z. M, and M. B. F, “Sense of community: ‘ini kelompok saya, saya bagian dari kelompok ini,’” Surabaya, 2018.
- E. W. Maryam, “Gambaran sense of community pada karyawan bagian administrasi di universitas suhammadiyah sidoarjo,” Psikologia J. Psikol., vol. 2, no. 1, p. 52, 2018, doi: 10.21070/psikologia.v2i1.756.
- W. Purwantika, I. Setyawan, and J. Ariati, “Hubungan antara sense of community dengan prokrastinasi akademik pada mahsiswa fakultas psikologi universitas diponegoro semarang,” vol. 000, 2012.
- Alwan, M. Hendri, and Darmaji, “Disproportional stratified random sampling .,” vol. 02, no. 01, pp. 244–256, 2017.
- A. Khusairi, Y. Nurhamida, A. N. Masturah, and U. M. Malang, “Sense of Community dan Partisipasi Warga Kampung Wisata Jodipan,” J. RAP UNP, vol. 8, no. 1, pp. 1–12, 2017.
- P. d. Sugiyono, “prof. dr. sugiyono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. intro ( PDFDrive ).pdf,” Bandung Alf. p. 143, 2010.
- D. Amin, “Studi Mengenai Gambaran Sense of Community Pada Pemain Game Online Yang Tergabung Dalam Guild / Clan,” 2015.
- R. D. Arso, “Hubungan Sense of Community Dengan Kualitas Hidup Pada Masyarakat Penyandang Cacat Kusta Desa Banyumanis Jepara,” J. Psikol., 2017, [Online]. Available: https://lib.unnes.ac.id/30197/.
- B. Nugroho, “Hubungan sense of community dan motivasi intrinsik dengan prokastinasi kerja pada anggota unit kegiatan mahasiswa (UKM) komunitas musik studio tiga (KOMMUST),” 2018.