Rupiah Exchange Rate, Inflation, and Interest Rates Against LQ45 Index Share Prices Listed on the IDX in Banking Companies
Innovation in Economics, Finance and Sustainable Development
DOI: 10.21070/ijins.v21i.770

Rupiah Exchange Rate, Inflation, and Interest Rates Against LQ45 Index Share Prices Listed on the IDX in Banking Companies


Kurs Rupiah, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Indeks LQ45 yang Terdaftar di BEI pada Perusahaan Perbankan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Rupiah Exchange Inflation Interest Rates Stock Prices

Abstract

This study aims to examine the effect of the Rupiah Exchange Rate, Inflation, Interest Rates on Stock Prices. The approach used in this research is a quantitative approach. The population in this study are 45 LQ45 indexed companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sampling technique used purposive sampling method. The sample in this study was 60 samples obtained from 5 banking companies included in the LQ45 index during the 2019-2021 period. The data used in this study is secondary data taken from the Indonesia Stock Exchange. Analysis of the data used in this study is Eviews version 9 with the aim of testing the Rupiah Exchange (X1), Inflation (X2), and Interest Rates (X3) on Stock Prices (Y). The results of this study indicate that simultaneously there is a significant effect between the Rupiah Exchange Rate, Inflation, and Interest Rates on Stock Prices. While partially the Rupiah exchange rate has a significant negative effect on stock prices and interest rates have a significant positive effect on stock prices, while inflation has no significant effect on stock prices.

Pendahuluan

Harga saham merupakan salah satu bentuk efek surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal. Harga saham berasal dari pembagian antara modal dan jumlah saham yang disebut harga nominal, pada saat emiten menerbitkan saham, emiten tidak harus menjual saham dengan harga nominal [1].

Dalam melakukan transaksi jual beli saham investor tentunya mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan atas profit perusahaan yang investor tanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Tujuan dari transaksi jual beli saham antar investor yaitu harga dari pejualan saham yang lebih tinggi dari harga beli. Pergerakan harga saham menjadi petunjuk tentang peningkatan dan penurunan aktivitas pasar modal dalam aktivitas jual beli saham [2]. Pergerakan harga saham sendiri menjadi petunjuk tentang peningkatan dan penurunan aktivitas di pasar modal dalam aktivitas jual beli saham [3].

Faktor- faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kurs rupiah. Perubahan nilai kurs rupiah atas mata uang asing menunjukkan besar kecilnya pengaruh kurs rupiah atas harga saham[4]. Inflasi adalah kecenderungan harga yang meningkat secara berkala atau terus menerus. naiknya harga barang yang memberikan dampak kepada barang lainnya sehingga harga barang lainnya menjadi meningkat secara bersama-sama. [5].

Tingkat suku bunga (BI Rate) ialah penetapan suku bunga acuan oleh pihak Bank Indonesia melalui rapat bersama Dewan Gurbernur dan dilakukan setiap bulan. Nilai BI Rate yang diumumkan ke publik digunakan sebagai referensi suku bunga acuan kredit [6].

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif[7]. Lokasi penelitian ini dilakukan pada galeri Investasi Bursa Efek Indonesia atau BEI yang beralamat di Jalan Mojopahit 666 B dengan melalui website resmi yang berada di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan perusahaan perbankan indeks LQ45 yang tetrdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 2019-2021 sebanyak 5 perusahaan. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini teknik purposive sampling yang bertujuan menghasilkan sampel yang sesuai kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian yang didapatkan sejumlah 5 perusahaan dalam 3 tahun dengan total 60 data observasi.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data sekunder yang digunakan laporan tahunan dari masing-masing perusahaan yang telah diresmikan dan dipublikasi di situs resmi Bursa Efek Indonesia [8]. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan model data panel diolah dengan Software Eviews 9.

A. Kerangka Konseptual

Figure 1.Kerangka Konseptual

B. Hipotesis

  1. H1 : Kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham
  2. H2 : Inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham
  3. H3 : Tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
  4. H4 : Kurs rupiah, inflasi, dan tingkat suku bunga berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

A. Analisis Deskriptif

HARGA_SAHAM KURS_RUPIAH INFLASI TINGKAT_SUKU_BUNGA
Mean 9576.333 14482.52 0.021775 0.043958
Median 4955.000 14285.50 0.019150 0.041250
Maximum 35000.00 16367.01 0.033900 0.060000
Minimum 1910.000 13901.01 0.013300 0.035000
Std. Dev. 10172.97 625.0709 0.007375 0.009232
Skewness 1.575954 2.246651 0.407853 0.639803
Kurtosis 3.736130 7.233374 1.630836 1.979460
Jarque-Bera 26.19103 95.27803 6.349960 6.697237
Probability 0.000002 0.000000 0.041795 0.035133
Sum 574580.0 868951.1 1.306500 2.637500
Sum Sq. Dev. 6.11E+09 23052106 0.003209 0.005029
Observations 60 60 60 60
Table 1.Hasil Uji Statistik DeskriptifBursa Efek Indonesia (Data diolah Eviews Versi 9)

Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 sampel yang diteliti selama periode 2019-2021

  1. Variabel Kurs Rupiah (X1) memiliki nilai minimum sebesar 13901.00 terdapat pada Bank Negara Republik Indonesia Tbk. (BBRI) tahun2019 dan nilai maksimum sebesar 16367.01 terdapat pada Bank Negara Republik Indonesia Tbk. (BBRI) tahun 2020 dengan nilai mean (rata-rata) sebesar 14482.52, nilai standar deviasi (simpang baku) sebesar 625.0709, sehingga nilai mean lebih tinggi dibanding standar deviasi. Hal tersebut menggambarkan sebagai hal yang baik, karena penyimpangan data yang digambarkan dengan standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-ratanya.
  2. Variabel Inflasi (X2) memiliki nilai minimum sebesar 0.0133 terdapat pada perusahaan Bank Negara IndonesiaTbk. (BBNI) tahun 2021 dan nilai maksimum 0.0339 terdapat pada perusahaan Bank Republik Indonesia Tbk. (BBRI) tahun 2019 dengan nilai mean (rata-rata) sebesar 0.021775, nilai standar deviasi 0,007375 sehingga nilai mean lebih tinggi dibanding standar devasi. Hal tersebut menggambarkan sebagai hal yang baik, karena penyimpangan data yang digambarkan dengan standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.
  3. Variabel Tingkat Suku Bunga (X3) memiliki nilai minimum sebesar 0.035000 terdapaat pada perusahaan Bank Mandiri Republik Indonesia Tbk. (BMRI) tahun 2021 dan nilai maksimum 0,06000 terdapat pada perusahaan Bank Republik Indonesia Tbk. (BBRI) tahun 2019 dengan nilai mean (rata- rata) sebesar 0.043958. Nilai standar deviasi (simpangan baku) variabel sebesar 0,009232, sehingga nilai mean lebih tinggi dibanding nilai standar deviasi. Hal tersebut menggambarkan sebagai hal yang baik, karena penyimpangan data yang digambarkan dengan standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.
  4. Variabel Harga Saham (Y) memiliki nilai minimum sebesar 1910.000 terdapat pada perusahaan Bank Tabungan Negara Tbk.(BTPN) tahun 2020 dan nilai maksimum 35000.00 terdapat pada perusahaan Bank Central Asia Tbk. (BBCA) tahun 2021 dengan nilai mean (rata-rata) sebesar 9576.333. Nilai standar deviasi (simpangan baku) variabel Harga saham sebesar 10172.97, sehingga nilai mean lebih rendah dibanding nilai standar deviasi. Hal tersebut menggambarkan sebagai hal yang kurang baik, karena penyimpangan data yang digambarkan dengan standar deviasi lebih besar dari nilai rata-ratanya

B. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Figure 2.Data diolah dengan Eviews 9

Berdasarkan hasil pengujian normalitas menggunakan histogram- normality test, diperoleh nilai Prob adalah sebesar 0.064884 > 0.05 dapatdiartikan bahwa hasil dari uji normalitas diatas dikatakan berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 1.15E+09 623.3838 NA
KURS_RUPIAH 4.923084 560.4595 1.039482
INFLASI 1.08E+11 119.5906 4.864766
TINGKAT_SUKU_BUNGA 1.72E+11 50.11427 4.895870
Table 2.Uji MultikolinearitasBursa Efek Indonesia (Data diolah Eviews vesi 9)

Berdasarkan hasilpengujian multikolinearitas, nilai tolerance menunjukkan tidak memiliki variabel independen yang nilai tolerance <0,10 yang artinya tidak terdapat korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Pada perhitungan Variance Inflaction Factor(VIF), Variabel Kurs Rupiah memperoleh niali VIF sebesar 1.039482 < 10, variabel Inflasi sebesar 4.864766 < 10,variabel Tingkat Suku Bunga 4.895870 . Hasil tersebut menandakan bahwa peneltian ini bebas dari multikolinearitas.

3. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.256195 Prob. F(2,53) 0.7749
Obs*R-squared 0.564935 Prob. Chi-Square(2) 0.7539
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.131324 2.062316 0.063678 0.9495
KURS_RUPIAH -2.87E-06 0.000135 -0.021274 0.9831
INFLASI -2.866030 20.28429 -0.141293 0.8882
TINGKAT_SUKU_BUNGA 1.753249 25.19640 0.069583 0.9448
RESID(-1) 0.101844 0.142634 0.714027 0.4783
RESID(-2) 0.003385 0.144165 0.023479 0.9814
R-squared 0.009575 Mean dependent var 8.43E-16
Adjusted R-squared -0.083861 S.D. dependent var 0.605569
S.E. of regression 0.630450 Akaike info criterion 2.011378
Sum squared resid 21.06576 Schwarz criterion 2.222653
Log likelihood -53.33567 Hannan-Quinn criter. 2.093852
F-statistic 0.102478 Durbin-Watson stat 1.933560
Prob(F-statistic) 0.991211
Table 3.Hasil Uji AutokorelasiData diolah dengan Eviews vesi 9

Pada tabel 4 diatas menunjukkan nilai Durbin-Watson (DW) diperbaiki sebesar 1,933560. Nilai DW ini akan dibandingkan dengan nilai tabel DW dengan menggunakan tingkat signifikan 5% jumlah amatan

(T) = 60 dan K sebesar 3, maka didapatkan tabel DW sebagai berikut :

DW K=3 T=60 4-dL 4-dU Hasil
dL dU
1.933560 1.4797 1.6889 2.5203 2.3111 du < d < 4-du tidak terjadi autokorelasi
Table 4.Hasil keputusan Autokorelasi

4. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.008089 Prob. F(9,49) 0.0583
Obs*R-squared 15.89758 Prob. Chi-Square(9) 0.0691
Scaled explained SS 32.19593 Prob. Chi-Square(9) 0.0002
Table 5.Hasil Uji HeteroskedastisitasData diolah dengan Eviews 9

Jika Signifikasi dari prob *<0.05 maka model tersebut terjadi heteroskedasitas, dan apabila signifikasi dari prob*R > 0,05 maka model tersebut tidak mengandung Heteroskedasitas.

Dilihat dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa niali Sig. Pro 0.0691 > 0,05. Sehingga dapat dismpulkan bahwa penelitian ini bebas dari Heterokedassitas.

C. Uji Regresi Data Panel

1. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 900.458756 (4,51) 0.0000
Cross-section Chi-square 252.014561 4 0.0000
Table 6.Hasil Uji ChowData diolah dengan Eviews versi 9

Hasil analisis uji chow diatas menunjukkan nilai Prob = 0.0000 < Prob.F 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model fixed effect lebih tepat dibandingkan dengan model commont effect

2. Uji Hausmant

Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000
Table 7.Hasil Uji HausmantData diloah dengan Eviews versi 9

Dari hasil uji hausman diatas nilai probability Chi Square yang dapat 1.000 > 0.05 yang artinya H0 diterima, yang dapat disimpulkan bahwa model yang paling tepat digunakan adalah random effect effect daripada fixed effect.

3. Uji Langrange Multiplier

Lagrange Multiplier Tests for Random Effects Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 270.0886 7.049129 277.1378
(0.0000) (0.0079) (0.0000)
Table 8.Hasil Uji Langrange MultiplierData diolah dengan Eviews versi 9

Dari hasil uji LM test diatas dapat dilihat bahwa nilai Breusch- Pagan 0,000 < 0,05 artinya, yang dapat disimpulkan bahwa model paling tepat digunakan adalah model random effect daripada commont effect.

D. Analisis Regresi Linier Berganda

Model regresi linier berganda yang diterapkan pada penelitian ini yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = α + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e

Pengelolahan analisis regresi data panel dilakukan untuk menemukan pengaruh variabel Kurs rupiah (X1), Inflasi (X2), Tingkat suku bunga (X3), terhadap harga saham (Y) menggunakan perangkat lunak Eviews 9 dengan hasil sebagai berikut :

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 25836.17 4163.700 6.205100 0.0000
KURS_RUPIAH -1.112761 0.272269 -4.086986 0.0002
INFLASI -64500.51 40401.73 -1.596479 0.1166
TINGKAT_SUKU_BUNGA 125457.6 51073.49 2.456414 0.0175
Table 9.Hasil Analisis Regresi Linier BergandaData diolah dengan Eviews versi 9

Berdasarkan dari hasil analisis diatas maka dapat dijelaskan melalui rumus sebagai berikut :

Y = α + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e

Y= 12.47719-0.465448+0.2121113-0.180686+1.815968

E. Uji Hipotesis

1. Uji t (Secara Parsial)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 26281.07 4255.667 6.175547 0.0000
KURS_RUPIAH -1.108069 0.272269 -4.069759 0.0002
INFLASI -72553.78 40395.55 -1.796083 0.0780
TINGKAT_SUKU_BUN GA 133569.5 51068.53 2.615495 0.0115
Table 10.Hasil Uji T (Uji Parsial)Data diolah dengan Eviews versi 9

Berdasarkan Uji yang telah dilakukan diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Berdasarkan tabel uji t di atas menunjukkan nilai probabilitas t-statisticdari variabel Kurs Rupiah (X1) sebesar -4.069759 > t tabel 1.67252 dengan tingkat signifikan (0,05) maka nilai probabilitas 0.0002< Sign 0.05. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H1diterima dan H0 ditolak yang artinya secara parsial terdapat pengaruh Kurs Rupiah terhadap Harga Saham.
  1. Berdasarkan tabel uji t di atas menunjukkan nilai probabilitas t-statisticdari variabel Inflasi (X2) sebesar - 1.796083 > t tabel 1.67252 dengan tingkat signifikan (0,05) maka nilai probabilitas 0.0780 < Sign 0.05. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H1ditolak dan H0 diterima yang artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham.
  2. Berdasarkan tabel uji t di atas menunjukkan nilai probabilitas t-statisticdari variabel Tingkat Suku Bunga (X3) sebesar 2.615495 < t tabel1.67252 dengan tingkat signifikan (0,05) maka nilai probabilitas 0.0115> Sign 0.05. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H1diterima dan H0 ditolak yang artinya secara parsial terdapatpengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham.

2. Uji F (Secara Simultan)

R-squared 0.136809 Mean dependent var 1819.894
Adjusted R-squared 0.089726 S.D. dependent var 2474.858
S.E. of regression 2338.245 Sum squared resid 3.01E+08
F-statistic 2.905689 Durbin-Watson stat 0.390836
Prob(F-statistic) 0.042748
Unweighted Statistics
R-squared 0.008792 Mean dependent var 9614.915
Sum squared resid 6.05E+09 Durbin-Watson stat 0.019436
Table 11.Hasil Uji F (Uji Simultan)Data dioalah dengan Eviews versi 9

Berdasarkan pengujian hipotesis secara simultan yaitu apabila Fhitung = 2.905689 Ftabel = 2.54 dengan tingkat Sign 0.042748 < 0.05 sehingga dapat diartikan terdapat pengaruh Kurs Rupiah, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga secara bersama sama (simultan) terhadap Harga Saham.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

R-squared 0.136809 Mean dependent var 1819.894
Adjusted R-squared 0.089726 S.D. dependent var 2474.858
S.E. of regression 2338.245 Sum squared resid 3.01E+08
F-statistic 2.905689 Durbin-Watson stat 0.390836
Prob(F-statistic) 0.042748
Unweighted Statistics
R-squared 0.008792 Mean dependent var 9614.915
Sum squared resid 6.05E+09 Durbin-Watson stat 0.019436
Table 12.Koefisien DeterminanData diolah dengan Eviews versi 9

Berdasarkan Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien determinan sebesar 0.089726 dengan presentase 8% diamana hal ini menunjukkan bahwa presentase pengaruh variabel independen terhadap variable dependen adalah sebesar 8% atau dapat diartikan bahwa variable independen yang digunakan dalam model ini mampu menjelaskan sebesar 92% terhadap variabel dependennya. Sisanya 92% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.

Pembahasan

1) Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap harga Saham

Pada hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham. Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kurs rupiah diperoleh dengan nilai Signifikan sebesar 0.0002 < 0.05 dan nilai t-statistic sebesar - 4.069759 yang artinya bahwa Kurs Rupiah berpengaruh signifikan negatif terhadap Harga Saham. Sehingga dapat disimpulkan H1 diterima (signifikan) dan H0 ditolak (tidak signifikan). Bahwa dengan melemahnya nilai tukar atau nilai mata uang domestik dapat mengakibatkan kerugian pada pasar modal dalam negeri. Karena harga saham akan mengalami penurunan yang disebabkan oleh melemahnya nilai tukar. Dimana dengan melemahnya nilai tukar kurs rupiah akan mendorong investor untuk mengurangi posisi kepemilikan di instrument investasi yang berisiko seperti saham. Dalam jangka pendek melemahnya kurs rupiah (peningkatan harga nilai tukar rupiah terhadap dolar) sampai batas tertentu akan cenderung memberikan daya tarik kepada investor untuk berinvestasi di pasar uang. Penurunan nilai mata uang domestik akan menyebabkan pasar saham kurang peminat dalam jangka panjang serta mengakibatkan inflasi yang merupakan sinyal negatif bagi pasar saham. Selain itu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian [9]. menyimpulkan bahwa Kurs Rupiah berpengaruh signifikan negatif terhadap Harga Saham hal tersebut menyimpulkan bahwa semakin melemahnya kurs rupiah maka menyebabkan harga saham mengalami penurunan, karena menurunnya juga minat para investor dalam menanamkan modalnya.

Namun penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian [10]. yang menyatakan bahwa Kurs Rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Hal ini dapat disimpulkan bahwa menggambarkan bahwa peningkatan kurs (depresiasi) akan meningkatkan pendapatan pada perusahaan pengekspor dan menyebabkan harga saham cenderung meningkat. Selain itu peningkatan harga saham juga dapat disebabkan karena bertambahnya jumlah investor. Hal ini menunjukkan semakin banyak pembelian saham yang dilakukan investor dan dapat menyebabkan peningkatan harga saham.

2) Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham

Dari tabel 4.18 diatas menunjukan bahwa Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi diperoleh nilai Signifikan sebesar 0.0780 < 0.05 dan nilai t-statistic sebesar-1796083 yang artinya bahwa Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Sehingga dapat disimpulkanH0 diterima (tidak signifikan) H2 ditolak (signifikan). Hal tersebut artinya meningkat atau menurunnya inflasi tidak mampu mempengaruhi meningkatkan atau menurunkan harga saham.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan [11]. dan yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal tersebut berarti dengan meningkat atau menurunnya inflasi tidak akan mempengaruhi harga saham. Hal ini dapat disimpulkan bahwa inflasi dalam jangka pendek

dan jangka panjang tidak akan memberikan arti yang serius bagi para investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Investor mengerti bahwa dengan adanya inflasi dalam jangka pendek dan jangka panjang tidak akan membahayakan dananya yang berada di pasar modal. Intervensi yang dilakukan pemerintah dalam menangani laju inflasi memberikan kepercayaan diri yang tinggi bagi para investor untuk tetap menanamkan modalnya di pasar modal. Namun tidak sejalan dengan penelitian [12]. yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini berasumsi meningkatnya inflasi dapat mempengaruhi harga saham, karena dengan meningkatnya inflasi menyebabkan biaya produksi meningkat yang mengakibatkan daya beli masyarakat melemah.

3) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham

Dari tabel 4.18 diatas menunjukkan bahwa Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat suku bunga nilai signifkan sebesar 0.0115 > 0.05 dan nilai t-statistic sebesar 2.625495 yang artinya bahwa Tingkat Suku Bungaberpengaruh terhadap Harga Saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima (tidak signifikan) dan H3 ditolak (signifikan). Tinggi rendahnya tingkat suku bunga pajak dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Hal ini dikarenakani jika nilai tingkat suku bunga tinggi akan memberikan dampak pada aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik perhatian investor lagi karena meningkatnya tingkat suku bunga meyebabkan harga saham megalamyi penurunan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [13] dan [14]. yang menyatakan bahwa Tingkat suku bunga berpengaruh pada harga saham. Penelitian tersebut berasusmsi bahwa setiap terjadi kenaikan maupun tingkat suku bunga akan berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dapat disimpulkan bahwa investor pada umumnya akan menanamkan dananya pada investasi yang memberikan keuntungan besar dengan risiko yang rendah. Dengan penurunan tingkat suku bunga maka investor akan tertarik untuk berinvestasi dalam bentuk saham yang memberikan keuntungan yang lebih besar, sehingga permintaan terhadap sahampun meningkat yang akhirnya berdampak pada peningkatan harga saham. Namun terbalik dengan penelitian [15]. yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

4) Pengujian Hipotesis Secara Simultan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.20 yaitu jika apabila Fhitung= 2.905689 dengan tingkat Sign 0.0000 < 0.05 menunjukkan bahwa variabel Kurs Rupiah, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Dengan nilai determinanasi R2 berpengaruh sebesar 8% sedangkan sisanya sebesar 92% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dengan studi kasus kasus yang dilakukan pada perusuhaaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2019- 2021, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

  1. Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel menggunakan Software Eviews9. Terdapat tiga model pendekatan estimasinya jika menggunakan regresi data panel, yaitu pendekatan model Commont Effect, Fixed Effect dan Random Effect. Kemudian uji chow dilakukan untuk menentukkan pendekatan yang lebih baik antara commont effect dan fixed effect. Berdasarkan hasil uji chow menghasilkan model yang paling tepat digunakan adalah Fixed Effect Model.
  2. Variabel Kurs Rupiah (X1) berpengaruh signifikan negatif terhadap Harga Saham, maka H1 diterima
  3. Variabel Inflasi (X2) tidak berpengaruh signifikan terhdap Harga Saham , maka H2 ditolak
  4. Variabel Tingkat Suku Bunga (X3) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham, maka H3 diterima
  5. Variabel Kurs Rupiah, Inflasi, Tingkat Suku Bunga secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh signifikan terhadap Harga Saham

References

  1. Rachmawati, Y. (2018). Pengaruh Inflasi dan Suku Bungan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di LQ45 Bursa Efek Indonesia. Jurnal Media Akuntansi, 1(1), 66–79.
  2. Suselo, D., Djazuli, A., & Indrawati, N. K. (2015). Pengaruh Variabel Fundamental dan Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan yang Masuk Dalam Indeks LQ45). Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM),13(1),1–13. http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/view/734%0Ahttp://www.jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/view/734
  3. Puspitasari, F. D., & Suprihhadi, H. (2018). Pengaruh Nilai Tukar, Tingkat Inflasi, Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Lq45. 7(5), 1–18.
  4. Arifin, S., & Mayasya, S. (2018). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi-Qu, 8(1), 82–96. https://doi.org/10.35448/jequ.v8i1.4965
  5. Sari, W. I. (2019). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Return LQ 45 dan Dampaknya Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Sekuritas (Saham, Ekonomi, Keuangan Dan Investasi), 3(1), 65.
  6. Dahlan Siamat. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
  7. Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.
  8. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. In Alfabeta (23rd ed., Vol. 1, Issue 1). Alfabeta, Bandung.
  9. Permata, I. L. (2019). Pengaruh Nilai Tukar dan Inflasi Terhadap Harga Saham. 17(1), 86–93.
  10. Lestari, M. P. (2016). Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Harga Saham Perusahaan Pada Indeks LQ45. Jurnal Ilmu Manajemen, 4(1), 91-102.
  11. Maulani, D., & Riani, D. (2021). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Rasio Keuangan terhadap Harga Saham. Oikonomia: Jurnal Manajemen, 17(2), 84-96.
  12. Purnamawati, I. G. A., & Werastuti, D. N. S. (2013). Faktor Fundamental Ekonomi Makro Terhadap Harga Saham LQ45. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 17(2), 211-219.
  13. Supriatna, A., Rahman, F., & Willianta, A. (2021). Dampak Kenaikan Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur. Scientific Journal Of Reflection: Economic, Accounting, Management and Business, 4(2), 261-270.
  14. Dewi, A. D. I. R., Artini, S., & Gede, L. (2016). Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dan Fundamenal Perusahaan Terhadap Harga Saham Indeks Lq-45 Di Bei (Doctoral dissertation, Udayana University).
  15. Permana, T. A. (2017). Pengaruh Suku Bunga, Nilai Tukar, Profitabilitas, Likuiditas, Dan Solvabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2013-2015. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Manajemen, 1(2).