Abstract
This study aims to determine the influence of exchange rates, interest rates (BI Rates), World Gold Prices and The Dow Jones Index on the Composite Stock Price Index (CSPI). The approach used in this research is the quantitative approach. The population in this study is the Composite Stock Price Index (CSPI) listed on the Indonesia Stock Exchange. The data used in this study is secondary data in the form of time series with the period January 2019 – June 2021. The sampling technique uses a saturated sampling method where the entire population in the study is used as a sample, where in this study the data is taken every week with a sample count of 131. The data analysis in this study used eviews-10. The results of this study showed that the Exchange Rate, Interest Rate (BI Rate), World Gold Price and Dow Jones Index simultaneously had a significant effect on the Composite Stock Price Index (CSPI). The World Gold Price and The Dow Jones Index partially had a significant and positive effect on the Composite Stock Price Index (CSPI). while the Exchange Rate and Interest Rate (BI Rate) have no significant effect on the Composite Stock Price Index (CSPI).
Pendahuluan
Indeks merupakan salah satu penentu bagi investor dan kepentingan - kepentingan lain yang berkaitan dalam menentukan sebuah keputusan. Di lain sisi, indeks memiliki perananan dalam memberikan petunjuk kepada para investor karena merepresentasikan pergerakan harga saham anggotanya. Untuk melihat dan menilai perkembangan pasar modal suatu negara, dapat dilakukan dengan melihat indeks harga saham negara tersebut sebagai indikatornya.
IHSG merupakan salah satu indeks harga saham yang terdapat di pasar modal Indonesia yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia [1]. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek. IHSG juga dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar (current market) [1]. IHSG adalah indeks yang menggunakan seluruh saham yang tercatat sebagai perhitungan indeks harga. Jika IHSG menunjukan peningkatan mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian Indonesia berada dalam siklus membaik begitupula sebaliknya. Pergerakan IHSG selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu [2].
(Bursa Efek Indonesia)
Dalam pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, fluktuasi terjadi dari waktu - kewaktu. Pada gambar diatas menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan menguat pada bulan Januari 2019 berada pada level 6.532,97 hal ini karena January Effect (tren musiman dimana harga saham akan mengalami penguatan di awal tahun) menjadi faktor utama dalam pergerakan IHSG. Akan tetapi menjelang pertengahan tahun pada bulan Mei 2019 IHSG tertekan berada level 5.939,64 karena dari 633 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Mei 2019 sebanyak 193 saham melemah, 193 saham menguat dan 247 saham stagnan. Hal ini dapat di dominasi oleh sentimen dari dalam negeri, faktor eksternal seperti perang dagang. Pada bulan Desember 2019 Indeks Harga Saham Gabungan menguat pada level 6.299,54, penyebab dari kenaikan ini adalah terjadi efek santa claus rally. Namun pada tahun 2020 indeks harga saham mulai menunjukkan tren menurun dan mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan melemah pada level 5.940,05, hal ini di sebabkan karena China yang juga sebagai mitra dagang Indonesia mengumumkan kasus covid-19 pertamanya. Dan sejak saat itu Covid -19 mulai menyebar ke negara - negara lain yang kemungkinan besar memiliki mitra dagang dengan Indonesia. Sehingga tren dari Indeks Harga Saham Gabungan terus menunjukkan level yang menurun. Sampai pada bulan Maret 2020 Indeks Harga Saham Gabungan tercatat pada level 4.538,93 terendah selama periode penelitian. Terkoreksi nya Indeks Harga Saham Gabungan di sebabkan oleh terjadi nya kasus positif pertama di Indonesia, dan dilanjuti oleh kasus positif kedua dan covid-19 semakin menyebar dan di perparah dengan di berlakukannya PSBB yang berimbas pada berhentinya sementara perputaran perekonomian di Indonesia. Namun setelah kondisi tersebut Indeks Harga Saham Gabungan mulai tumbuh kembali dan pada bulan Agustus Indeks Harga Saham Gabungan bangkit berada pada level 5.238,49 tetapi kondisi tersebut tidak bertahan lama karena pada bulan September IHSG kembali melemah menyentuh ke level 4.000-an sebesar 4.870,04 dan IHSG masih terus berfluktuatif
Nilai tukar merupakan salah satu indikator dalam perekonomian di suatu negara, dan merupakan alat transaksi untuk perdagangan skala internasional. Nilai tukar untuk transaksi perdagangan internasional yang menjadi acuan adalah rupiah terhadap USD / dolar Amerika. Karena melihat secara fakta bahwa Amerika Serikat memiliki kondisi perekonomian yang stabil dan presentase inflasi yang rendah. Secara sederhana nilai tukar atau kurs dapat di katakan sebagai nilai mata uang asing terhadap nilai mata uang suatu negara. Menguatnya nilai tukar rupiah (kurs) terhadap nilai mata uang negara lain merupakan tanda positif kepada perekonomian yang mengalami penurunan nilai mata uang atau inflasi [3].
BI rate merupakan kebijakan suku bunga yang menjadi acuan lembaga keuangan atau masyarakat dalam melakukan aktivitas keuangan moneter. BI rate saat berubah nama menjadi BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) Bank Indonesia merubah nama di maksudkan untuk melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan mengimplementasikan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru (Bank Indonesia).
Emas merupakan barang komoditi yang diperjualbelikan dan emas merupakan pilihan bentuk investasi riil selain investasi finansial pada saham . Di lain sisi , emas juga digunakan sebagai cadangan devisa, standar keuangan atau ekonomi, dan alat pembayaran utama di beberapa negara (Jakarta Future Exchange). Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas risiko [4] Ketika pasar saham sedang berada pada posisi yang kurang menguntukan, investor kemudian menarik dana mereka dan mengubah portofolio investasi mereka menjadi investasi komoditi berupa emas. Dewasa ini juga dapat memperburuk Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Dow Jones Industrial Average adalah salah satu pasar saham Amerika Serikat yang di dirikan oleh editor the wall street journal. Indeks Dow Jones merupakan indek tertua Amerika Serikat yang menjadi acuan utama untuk menafsir kinerja pasar modal dinegara adidaya tersebut [5]. Indeks Dow Jones pada saat ini terdiri atas 30 perusahaan – perusahaan terbesar yang telah beroperasi secara global. Dow Jones membuat indeks ini sebagai salah satu cara untuk mengukur kinerja anggota industri di pasar saham Amerika. Hal ini di lakukan untuk melindungi agar nilai indeks tetap stabil.
Metode Penelitian
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Bursa Efek Indonesia (BEI), Bank Indonesia, Yahoo Finance dan Kitco. dengan mengakses situs resmi dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu , , , dan Pemilihan lokasi peneliti di BEI semata karena di anggap mempunyai data tentang keuangan dan riwayat perusahaan yang cukup lengkap dan tersusun dengan baik.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah data Indeks Harga Saham Gabungan yang di publikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampel jenuh, Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dengan cara mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel [6]. Sehingga sampel dalam penelitian ini menetapkan pengambilan data secara mingguan dari Januari 2019 – Juni 2021 sehingga di peroleh jumlah sampel (n) selama periode penelitian sebanyak 131 sampel.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang didasarkan pada kuantitas atau jumlah yang dapat diaplikasikan pada fenomena yang diobservasi. Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah di olah oleh pihak (lembaga) lain untuk kepentingan tertentu, dan data yang sudah di olah tersebut di kumpulkan oleh peneliti sebagai data penelitian peneliti yang bersangkutan [7]
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik pengumpulan dokumentasi. Pengumpulan dokumentasi biasanya digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber baik secara pribadi maupun kelembagaan [8]
E. Kerangka Konseptual
F. Hipotesis
- H1 : Nilai tukar berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
- H2 : Tingkat suku bunga (BI Rate)berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham
- H3 : Harga emas dunia berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
- H4 : Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
A. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau melihat gambaran umum data yang akan di gunakan dengan melihat rata – rata (mean), maksimum, minimum dan standar deviasi. Dari tabel di bawah ini menunjukkan deskriptif statistik dari variabel – variabel yang ada pada permodelan.
IHSG | NILAI_TUKAR | BIRATE | HARGA_EMAS_DUNIA | INDEKS_DOW_JONES | |
Mean | 5835.674 | 14349.68 | 0.046088 | 753189.8 | 27949.65 |
Median | 6080.38 | 14228 | 0.04 | 783833.8 | 27272.3 |
Maximum | 6525.36 | 16486 | 0.06 | 967968.4 | 34742.82 |
Minimum | 3937.63 | 13634 | 0.035 | 577764.6 | 20704.91 |
Std. Dev. | 613.9141 | 475.1085 | 0.009344 | 112370.7 | 3119.775 |
Skewness | -0.99729 | 2.173184 | 0.350083 | -0.04551 | 0.547485 |
Kurtosis | 2.791038 | 9.443998 | 1.566831 | 1.630136 | 2.904505 |
Jarque-Bera | 21.95352 | 329.7709 | 13.88713 | 10.28794 | 6.594093 |
Probability | 0.000017 | 0 | 0.000965 | 0.005834 | 0.036992 |
Sum | 764473.3 | 1879808 | 6.0375 | 98667862 | 3661404 |
Sum Sq. Dev. | 48995769 | 29344656 | 0.011351 | 1.64E+12 | 1.27E+09 |
Observations | 131 | 131 | 131 | 131 | 131 |
Berdasarkan tabel di atas, terdapat lima variabel penelitian (IHSG, Nilai Tukar, BI Rate, Harga Emas Dunia dan Indeks Dow Jones) dan menunjukkan hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif bahwa :
a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Hasil pada tabel uji statistik deskriptif di atas, menunjukkan dari 131 sampel terdapat nilai maksimum IHSG pada tahun 2019 bulan Februari minggu ketiga sebesar 6525.36, nilai minumum IHSG pada tahun 2020 bulan Maret minggu ketiga sebesar 3937.63, kemudian nilai rata – rata (mean) IHSG sebesar 5835.674, 3 dan standar deviasi IHSG sebesar 613.9141. Sehingga nilai mean lebih rendah dibanding standar deviasi. Hal tersebut menggabarkan hal yang kurang baik, karena nilai penyimpangan data yang digambarkan dengan standar deviasi lebih besar dari nilai rata-ratanya.
b. Nilai Tukar
Hasil tabel statistik deskriptif tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 131 sampel terdapat nilai maksimum Nilai Tukar pada tahun 2020 bulan Maret minggu ke-empat sebesar 16.486, nilai minimum Nilai Tukar pada tahun 2020 bulan Januari minggu ke-empat sebesar 13634, nilai rata – rata (mean) sebesar 14349.68 dan standar deviasi Nilai Tukar sebesar 475.1085. Sehingga nilai mean lebih tinggi dibanding nilai standar deviasi. Hal tersebut menggambarkan sebagai hal yang baik, karena nilai penyimpangan data yang digambarkan dengan standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.
c. Tingakt Suku Bunga (BI Rate)
Hasil tabel statistik deskriptif tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 131 sampel terdapat nilai maksimum BI Rate sebesar 0.06 pada bulan Januari 2019 sampai dengan bulan Juni 2019, nilai minimum BI Rate sebesar 0.035 pada bulan Februari 2021 sampai dengan bulan Juni 2021, nilai rata – rata (mean) BI Rate sebesar 0.046088 dan standar deviasi BI Rate sebesar 0.009344. Sehingga nilai mean lebih tinggi dibanding nilai standar deviasi Sehingga nilai mean lebih tinggi dibanding nilai standar deviasi. Hal tersebut menggambarkan sebagai hal yang baik, karena nilai penyimpangan data yang digambarkan dengan standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.
d. Harga Emas Dunia
Hasil tabel statistik deskriptif tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 131 sampel terdapat nilai maksimum Harga Emas Dunia terdapat pada tahun 2020 bulan Agustus minggu pertama sebesar 967968.44, nilai minimum Harga Emas Dunia terdapat pada tahun 2019 bulan April minggu ke-empat sebesar 577764.56, nilai rata – rata (mean) Harga Emas Dunia sebesar 753189.8 dan standar deviasi Harga Emas Dunia sebesar 112370.7. Sehingga nilai mean lebih rendah dibanding standar deviasi Sehingga nilai mean lebih rendah dibanding standar deviasi. Hal tersebut menggabarkan hal yang kurang baik, karena nilai penyimpangan data yang digambarkan dengan standar deviasi lebih besar dari nilai rata-ratanya.
e. Indeks Dow Jones
Hasil tabel statistik deskriptif tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 131 sampel terdapat nilai maksimum Indeks Dow Jones pada tahun 2021 bulan Mei minggu pertama sebesar 34742.82, nilai minimum Indeks Dow Jones pada tahun 2020 bulan Maret minggu ke-tiga sebesar 20704.91, nilai rata – rata (mean) Indeks Dow Jones sebesar 27949.65 dan standar deviasi Indeks Dow Jones sebesar 3119.775. Sehingga nilai mean lebih tinggi dibanding nilai standar deviasi Hal tersebut menggambarkan sebagai hal yang baik, karena nilai penyimpangan data yang digambarkan dengan standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya.
B. Uji Stasioner Data
1. Uji Akar Root (Unit Root Test)
No | Variabel | Level | 1st Difference | ||
ADF | Prob | ADF | Prob | ||
1 | IHSG | - 1.606621 | 0.4763 | - 8.555785 | 0.0000 |
2 | Nilai Tukar | - 3.410098 | 0.0123 | - 8.515842 | 0.0000 |
3 | Suku Bunga (BI Rate) | - 0.937264 | 0.7736 | - 11.85861 | 0.0000 |
4 | Harga Emas Dunia | - 1.523818 | 0.5185 | - 6.929098 | 0.0000 |
5 | Indeks Dow Jones | - 0.500058 | 0.8156 | - 10.32827 | 0.0000 |
Berdasarkan hasil olah data pada tabel 4.2 diatas diketahui bahwa data tidak stasioner ditingkat level. Kesimpulan dari data yang telah diolah diatas untuk variabel IHSG, Nilai Tukar, Suku Bunga (BI Rate), Harga Emas Dunia dan Indeks Dow Jones adalah Ho ditolak artinya data tersebut bersifat stasioner ditingkat 1st Difference karena nilai ADF test statistic > ADF tabel. Sehingga perlu dilanjutkan pada tingkat berikutnya yaitu uji kointegrasi.
2. Uji Kointegrasi
Pendekatan ini dapat dikatakan sebagai uji teori ekonomi dan merupakan bagian penting dalam perumusan dan estimasi sebuah model dinamis.
t-Statistic | Prob.* | |||
Augmented Dickey-Fuller test statistic | -3.606909 | 0.0069 | ||
Test critical values: | 1% level | -3.481217 | ||
5% level | -2.883753 | |||
10% level | -2.578694 | |||
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. | ||||
Variable | Coefficient | Std. Error | t-Statistic | Prob. |
ECT(-1) | -0.181202 | 0.050237 | -3.606909 | 0.0004 |
C | -3.598443 | 11.37149 | -0.316444 | 0.7522 |
Pada tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa nilai ADF test > Critical Values 5% yaitu -3, 606909 > -2,883753 dengan nilai probabilitas sebesar 0,0069 sehingga Ho ditolak. Yang berarti bahwa residual dari persamaan telah stasioner. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap variabel terkointegrasi atau terdapat indikasi hubungan dalam jangka panjang
3. Uji Error Correction Mechanism (ECM)
No | Variable | Coefficient | Std. Error | t-Statistic | Prob. |
1 | C | -13.61950 | 9.814995 | -1.387622 | 0.1677 |
2 | D(NILAITUKAR) | -0.046219 | 0.052556 | -0.879425 | 0.3809 |
3 | D(BI_RATE) | 13125.41 | 11162.22 | 1.175878 | 0.2419 |
4 | D(HARGAEMASDUNIA) | 0.001322 | 0.000532 | 2.484082 | 0.0143 |
5 | D(INDEKSDOWJONES) | 0.141686 | 0.014354 | 9.871056 | 0.0000 |
6 | ECT(-1) | -0.105779 | 0.043373 | -2.438786 | 0.0162 |
Berdasarkan dari hasil estimasi diatas diketahui bahwa nilai probabilitas Error Correction Term (ECT) sebesar 0,0162 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa model koreksi kesalahan ECM yang digunakan sudah valid.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil estimasi pada gambar 4.6 dapat di jelaskan bahwa nilai probability Jarque-Bera sebesar 0,161937 > 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal karena nilai probabilitas > 0,05
2. Uji Multikolinearitas
Coefficient | Uncentered | Centered | ||
No | Variable | Variance | VIF | VIF |
1 | C | 96.33412 | 1.079971 | NA |
2 | D(NILAITUKAR) | 0.002762 | 1.222776 | 1.222775 |
3 | D(BI_RATE) | 1.25E+08 | 1.074458 | 1.022801 |
4 | D(HARGAEMASDUNIA) | 2.83E-07 | 1.244643 | 1.235345 |
5 | D(INDEKSDOWJONES) | 0.000206 | 1.058602 | 1.042776 |
6 | ECT(-1) | 0.001881 | 1.080587 | 1.080532 |
Berdasarkan hasil pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai VIF pada variabel Nilai Tukar sebesar 1.222775 < 10, BI Rate sebesar 1.022801 < 10, Harga Emas Dunia sebesar 1.235345 < 10 Indeks Dow Jones ssebesar 1.042776 < 10. Dari hasil di atas dapat di jelaskan bahwa setiap variabel menunjukkan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White | |||
F-statistic | 0.701682 | Prob. F(20,109) | 0.8169 |
Obs*R-squared | 14.82825 | Prob. Chi-Square(20) | 0.7861 |
Scaled explained SS | 39.76746 | Prob. Chi-Square(20) | 0.0053 |
Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 4.6 dapat di lihat nilai Obs*R-Squared sebesar 14,82825 dengan Probabilitasa Chi-Square sebesar 0,7861, yang artinya model ini nilai Probabilitas Chi-Square di atas tingkat alpha 5% 0,7861 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: | |||
F-statistic | 1.993647 | Prob. F(2,122) | 0.1406 |
Obs*R-squared | 4.114290 | Prob. Chi-Square(2) | 0.1278 |
Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 4.7 dapat di lihat nilai Obs*R-Squared sebesar 4,114290 dengan Probabilitas Chi-Square sebesar 0.1278, di atas tingkat alpha 5% 0,1278 > 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa model terbebas dari autokorelasi.
D. Uji Regresi Linear Berganda
Variable | Coefficient | Std. Error | t-Statistic | Prob. |
C | -13.61950 | 9.814995 | -1.387622 | 0.1677 |
D(NILAITUKAR) | -0.046219 | 0.052556 | -0.879425 | 0.3809 |
D(BI_RATE) | 13125.41 | 11162.22 | 1.175878 | 0.2419 |
D(HARGAEMASDUNIA) | 0.001322 | 0.000532 | 2.484082 | 0.0143 |
D(INDEKSDOWJONES) | 0.141686 | 0.014354 | 9.871056 | 0.0000 |
ECT(-1) | -0.105779 | 0.043373 | -2.438786 | 0.0162 |
R-squared | 0.481536 | Mean dependent var | -2.321000 | |
Adjusted R-squared | 0.460630 | S.D. dependent var | 146.6265 | |
S.E. of regression | 107.6851 | Akaike info criterion | 12.24136 | |
Sum squared resid | 1437915. | Schwarz criterion | 12.37370 | |
Log likelihood | -789.6881 | Hannan-Quinn criter. | 12.29513 | |
F-statistic | 23.03362 | Durbin-Watson stat | 1.792017 | |
Prob(F-statistic) | 0.000000 |
Berdasrkan table 4.8 diatas diperoleh estimasi sebagai berikut :
Yt = 0 + 1X1+2X2 + 3X3+4X4ECt + e
IHSG = - 13,61950 – 0,046219 + 13125,4 + 0,001322 + 0,141686 – 0,105779
Berdasarkan rumusan masalah regresi diatas dapat diartikan sebagai berikut :
- Nilai konstanta sebesar – 13,61950 yang dapat diartikan bahwa apabila variabel independen Nilai Tukar, Suku Bunga (BI Rate), Harga Emas Dunia dan Indeks Dow Jones) di anggap memiliki nilai 0 (nol) maka IHSG (Y) akan mengalami penurunan sebesar 13,61950 satuan.
- Koefisien regresi pada variabel Nilai Tukar (X1) sebesar - 0,046219 dapat di artikan bahwa setiap kenaikan Nilai Tukar sebesar satu dengan asumsi variabel independen lainnya tetap maka IHSG akan mengalami penurunan sebesar 0,046219 satuan.
- Koefisien regresi pada variabel (X2) Suku Bunga (BI Rate) sebesar 13125,4 (bertanda positif) yang dapat diartikan bahwa pada setiap kenaikan BI Rate sebesar satu dengan asumsi semua variabel independen tetap maka IHSG akan mengalami peningkatan sebesar 13125,4 satuan
- Koefisien regresi pada variabel Harga Emas Dunia sebesar 0,001322 (bertanda positif) yang dapat diartikan bahwa pada setiap kenaikan Harga Emas Dunia sebesar satu dengan asumsi semua variabel independen tetap maka IHSG akan mengalami kenaikan sebesar 0,001322 satuan
- Koefisien regresi pada variabel Indeks Dow Jones sebesar 0,141686 (bertanda positif) yang dapat diartikan bahwa pada setiap kenaikan Indeks Dow Jones sebesar satu dengan asumsi semua variabel independen tetap maka IHSG akan mengalami peningkatan sebesar 0,141686 satuan.
- Koefisien regresi ECT menunjukan angka – 0,105779 berarti bahwa proporsi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode sebelumnya yang disesuaikan pada periode sekarang adalah sebesar – 0,105779 dan koefisien ECT menunjukkan tanda negatif yang berarti bahwa variabel Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga (BI Rate), Harga Emas Dunia dan Indeks Dow Jones berada diatas nilai keseimbangannya. Maka variabel Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga (BI Rate), Harga Emas Dunia dan Indeks Dow Jones akan mengalami peningkatan pada periode selanjutnya untuk mengkoreksi kesalahan keseimbangan jangka pendek ke jangka panjang.
E. Pengujian Hipotesis
Variable | Coefficient | Std. Error | t-Statistic | Prob. |
C | -13.61950 | 9.814995 | -1.387622 | 0.1677 |
D(NILAITUKAR) | -0.046219 | 0.052556 | -0.879425 | 0.3809 |
D(BI_RATE) | 13125.41 | 11162.22 | 1.175878 | 0.2419 |
D(HARGAEMASDUNIA) | 0.001322 | 0.000532 | 2.484082 | 0.0143 |
D(INDEKSDOWJONES) | 0.141686 | 0.014354 | 9.871056 | 0.0000 |
ECT(-1) | -0.105779 | 0.043373 | -2.438786 | 0.0162 |
a. Hubungan antara Nilai Tukar dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa nilai t- statistic pada variabel Nilai Tukar menunjukkan nilai sebesar - 0.879425 dan t-tabel 1.97897 (n-k=df126) hal ini menunjukkan bahwa 0.879425 < 1.97897 dan nilai probabilitas 0,3809 > 0,05 maka secara parsial variabel Nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
b. Hubungan antara Suku Bunga (BI Rate) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa nilai t- statistic pada variabel BI Rate menunjukkan nilai sebesar 1.175878 dan t-tabel 1.97897 (n-k=df126) hal ini menunjukkan bahwa 1.175878 < 1.97897 dan nilai probabilitas 0.2419 > 0,05 maka secara parsial variabel BI Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
c. Hubungan antara Harga Emas Dunia dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa nilai t- statistic pada variabel Harga Emas Dunia menunjukkan nilai sebesar 2.484082 dan t-tabel 1.97897 (n-k=df126) hal ini menunjukkan bahwa 2.484082 > 1.97897 dan nilai probabilitas 0,0143 < 0,05 maka secara parsial variabel Harga Emas Dunia berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
d. Hubungan antara Indeks Dow Jones dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa nilai t- statistic pada variabel Indeks Dow Jones menunjukkan nilai sebesar 9.871056 dan t-tabel 1.97897 (n-k=df126) hal ini menunjukkan bahwa 9.871056 > 1.97897 dan nilai probabilitas 0,0000 < 0,05 maka secara parsial variabel Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
2. Uji Statistik F(Secara Simultan)
R-squared | 0.481536 | Mean dependent var | -2.321000 |
Adjusted R-squared | 0.460630 | S.D. dependent var | 146.6265 |
S.E. of regression | 107.6851 | Akaike info criterion | 12.24136 |
Sum squared resid | 1437915. | Schwarz criterion | 12.37370 |
Log likelihood | -789.6881 | Hannan-Quinn criter. | 12.29513 |
F-statistic | 23.03362 | Durbin-Watson stat | 1.792017 |
Prob(F-statistic) | 0.000000 |
Dengan kriteria dari pengujian hipotesis tingkat signifikan ( = 0,05) :
- Jika nilai F hitung > nilai F tabel atau nilai probabilitas < tingkat signifikasi (sig < 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak
- Jika nilai F hitung < nilai F tabel atau nilai probabilitas > tingkat signifikasi (sig > 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima
Nilai probabilitas F- statistic dalam tabel di atas sebesar 0,000000 atau lebih kecil dari 0,05. Hal ini menyatakan bahwa ke-empat variabel independen yakni Nilai Tukar, Suku Bunga (Bi Rate), Harga Emas Dunia dan Indeks Dow Jones berpengaruh secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
R-squared | 0.481536 | Mean dependent var | -2.321000 |
Adjusted R-squared | 0.460630 | S.D. dependent var | 146.6265 |
S.E. of regression | 107.6851 | Akaike info criterion | 12.24136 |
Sum squared resid | 1437915. | Schwarz criterion | 12.37370 |
Log likelihood | -789.6881 | Hannan-Quinn criter. | 12.29513 |
F-statistic | 23.03362 | Durbin-Watson stat | 1.792017 |
Prob(F-statistic) | 0.000000 |
Dan dari hasil tabel menunjukkan bahwa keseluruhan model yang di peroleh memiliki hasil Adjusted R2yaitu sebesar 0,460630 atau 46% Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan didalam model mampu menjelaskan sebesar 46% variabel dependen dengan sisanya sebesar 54% diterangkan oleh aspek lain diluar dari penelitian ini.
Pembahasan
1. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Berdasarkan hasil estimasi pada variabel Nilai Tukar besar nilai probabilitas menunjukkan angka sebesar 0,3809 > 0,05 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai Tukar tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sehingga hipotesis menyatakan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [9] dan [10] yang menyatakan bahwa Nilai Tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini karena ketika perusahaan memiliki transaksi internasional seperi expor-impor pada umumnya mereka akan dihadapkan dengan risiko perubahan nilai tukar atau mata uang asing. Dari kondisi tersebut akan dapat mengakibatkan perusahaan multinasional dihadapkan pada masalah kemungkinan terjadinya kerugian transaksi akibat fluktuasi nilai tukar. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukannya lindung nilai atau hedging. Lindung nilai (hedging) merupakan strategi yang diciptakan untuk mengurangi adanya risiko bisnis yang tidak terduga, selain itu tetap dimungkinkannya mendapat keuntungan dari invetasi tersebut. Banyak dari perusahaan - perusahaan menggunakan lindung nilai karena tidak mempunyai kemampuan atau keahlian khusus dalam memprediksi variabel-variabel seperti tingkat bunga, kurs valas, dan harga komoditas. Jadi lindung nilai diperlukan oleh perusahaan Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai Tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Akan tetapi dari hasil penelitian ini, tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh [11] yang menyatakan bahwa Nilai Tukar berpengaruh signifikan dan ngeatif terhadapa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2. Pengaruh Suku Bunga (BI Rate) Terhadapa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Berdasarkan hasil estimasi pada variabel BI Rate besar probabilitas sebesar 0,4216 > 0,05. Hasil menunjukkan bahwa BI rate tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sehingga hipotesis menyatakan H0 diterima dan H2 ditolak. Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh [12] dan [13] menyatakan bahwa suku bunga (BI Rate) tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). BI Rate tidak di jadikan acuan untuk melakukan investasi oleh para investor diakibatkan karena kenaikan dari suku bunga tidak akan mengakibatkan pengalihan modal para investor dari pasar modal ke pasar uang. Para investor hanya mengangap sementara kenaikan BI Rate dan akan segera stabil kembali, sehingga dalam pasar modal dalam transaksi pembelian saham tidak akan terjadi pengurangan pembelian saham. Maka harga saham yang tercermin melalui IHSG tetap dalam kondisi stabil. Selain itu tingkat suku bunga pada periode penelitian merupakan tingkat suku bunga terendah sepanjang Indonesia merdeka, hal tersebut juga dapat mengindikasikan bahwa suku bunga tidak memiliki pengaruh selama periode penelitian. Maka dapat simpulkan bahwa BI Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Akan tetapi hasil dari peneltian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [14] yang menyatakan bahwa suku bunga BI Rate berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
3. Pengaruh Harga Emas Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Berdasarkan hasil estimasi pada variabel Harga Emas Duniabesar probabilitas sebesar 0.0143 < 0,05. Hasil menunjukkan bahwa Harga Emas Dunia berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Sehingga hipotesis menyatakan H0 ditolak dan H3 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Harga Emas Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh [15] dan [16] menyatakan bahwa harga emas dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini karena naiknya harga emas dunia akan menaikkan harga saham pada sektor pertambangan. Saat sektor pertambangan menunjukkan peningkatan laba perusahaan akibat meningkatnya harga emas dunia, maka investor akan tertarik untuk berinvestasi. Saat permintaan saham meningkat secara otomatis harga saham pada indeks harga saham gabungan juga akan mengalami peningkatan [17]. Apabila harga emas dunia meningkat maka investor yang memiliki saham di bursa akan lebih senang berinvestasi di pasar saham, karena para investor memiliki kesempatan untuk mencoba mengambil peluang keuntungan dengan baik, oleh karena itu kenaikan dari harga emas dunia akan menjadi tanda baik bagi para investor untuk meningkatkan investasi mereka di pasar modal. Tanda baik tersebut akan membawa dampak pada perdagangan saham – saham di bursa efek, sehingga akan meningkatkan kinerja IHSG. Maka dapat disimpulkan bahwa Harga Emas Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Akan tetapi hasil dari peneltian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [18] yang menyatakan bahwa harga emas dunia tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
4. Pengaruh Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Berdasarkan hasil estimasi pada variabel Indeks Dow Jones besar probabilitas sebesar 0,0000 < 0,05 Hasil menunjukkan bahwa Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Sehingga hipotesis menyatakan H0 ditolak dan H4 diterima. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang di lakukan oleh [19] dan [20] menyatakan bahwa Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan dan positif terhadap indeks harga saham gabungan. Yang artinya bahwa kondisi ekonomi dalam perihal pergerakan salah satu indeks tertua di Amerika Serikat memberi pengaruh yang cukup terhadap perekonomian di negara Indonesia. Perubahan yang terjadi pada perekonomian di Amerika Serikat akan memberikan pengaruh terhadap negara-negara lain yang terlibat dalam kegiatan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal internasional Amerika Serikat dapat mempengaruhi pasar modal domestik, akibat ini ditimbulkan karena Amerika Serikat merupakan kekuatan ekonomi terbesar di dunia dan merupakan salah satu negara tujuan ekspor Indonesia sehingga sangat besar pula pengaruhnya terhadap bursa saham indonesia Maka dapat disimpulkan bahwa Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Akan tetapi hasil dari peneltian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [21] yang menyatakan bahwa Indeks Dow Jones tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang “Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga (BI Rate), Harga Emas Dunia dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Januari 2019 – Juni 2021” maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Nilai Tukar secara parsial tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
- Suku Bunga (BI Rate) secara parsial tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
- Harga Emas Dunia secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
- Indeks Dow Jones secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
- Nilai Tukar, Suku Bunga (BI Rate), Harga Emas Dunia dan Indeks Dow Jones berpengaruh secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil tersebut di buktikan dengan hasil Uji F pada variabel bebas berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
References
- G. Z. Saputro and T. T. Gustyana, “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap IHSG periode 2015 - 2019,” vol. 8, pp. 1–8, 2021, [Online]. Available: https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/article/view/14932.
- E. Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, Edisi 1. Yogyakarta: Kaniius, 2010.
- E. Tandelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi 1. Yogyakarta: BPFE, 2001.
- Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Enam. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011.
- Y. Roofica and T. K. Pertiwi, “Indeks Dow JOnes, Nikkei 225, Inflasi dan Volume Perdagangan : Analisis Pengaruh Terhadap IHSG,” J. Ekon. Bisnis dan Manaj., vol. 8, no. 2, pp. 113–132, 2021.
- Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2016.
- F. Fauzi, A. B. Dencik, and D. I. Astuti, Metodelogi Penelitian Untuk Manajemen Dan Akuntansi. salemba: Salemba Empat, 2019.
- A. Sanusi, Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, 2011.
- R. Hidayat and S. Sudjono, “The Effect of World Gold Price, World Oil Price, USD/IDR Exchange Rate, and Inflation on the Joint Stock Price Index (JCI) On the Indonesia Stock Exchange (IDX),” Sch. Bull., vol. 8, no. 8, pp. 33–41, 2022, doi: 10.36348/sb.2022.v08i01.005.
- A. Permatasari and N. Yuniarsih, “Analysis of Factors That Affect Composite Stock Price Index Movement in indonesia Stock Exchange,” Asian J. Manag. Sci. Educ., vol. 9, no. 2, pp. 83–90, 2020.
- F. H. & Syarofi and H. Muharam, “The Impact of the Domestic Interest Rates, Exchage Rate, World Oil Prices, World Gold Prices, DJIA, Nikkei 225 and HSI on the JCI,” Second Int. Conf. Financ., no. September, pp. 16–17, 2014.
- D. Intan Gojali, E. Hatma Juniwati, and L. Nur Pratiwi, “Pengaruh Jub Arti Sempit (M1), BI Rate, Inflasi, dan Kurs Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia,” Indones. J. Econ. Manag., vol. 1, no. 3, pp. 561–577, 2021, [Online]. Available: www.idx.co.id.
- R. H. Nugroho, S. Andarini, R. S. Wijaya, and B. Prabowo, “Analysis of the Effect of Exchange Value, Inflation Level, Sbi Interest Rate and Hang Seng Index for Joint Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange (Study on Idx 2016 - 2019),” PalArch’s J. Archaeol. Egypt Egyptol., vol. 17, no. 6, pp. 8304–8314, 2020.
- B. B. Tjandrasa and R. Sutjiati, “Effect of World Gold Price, Crude Oil Price and Interest Rate to Jakarta Composite Index,” Int. J. Educ. Res., vol. 4, no. 7, pp. 215–222, 2016, [Online]. Available: www.ijern.com.
- D. Gunawan, M. Sinurat, L. Cahyadi, and R. N. Ilham, “Investigating the Dynamic Relationship Among JKSE, S&P 500, Cryptocurrencies and Gold Price After Covid-19 Outbreak,” Proc. Int. Conf. Strateg. Issues Econ. Bus. and, Educ. (ICoSIEBE 2020), vol. 163, no. ICoSIEBE 2020, pp. 71–75, 2021, doi: 10.2991/aebmr.k.210220.014.
- I. Sadalia, M. Marbun, M. Sinurat, R. N. Ilham, J. Saputra, and E. Maisyarah, “Investigating the canonical correlation of global capital, index, exchange rate and golden price in two selected ASEAN countries,” Proc. Int. Conf. Ind. Eng. Oper. Manag., no. July, pp. 3391–3400, 2021.
- R. C. Gumilang, R. R. Hidayat, and M. G. W. NP Endang, “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi, Harga Emas Dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan,” J. Adm. Bisnis, vol. 14, no. 2, pp. 1–9, 2014, [Online]. Available: http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/586.
- Y. D. Yulianti and I. Yusra, “Pengaruh Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Harga Minyak Dunia Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Ihsg Di Bursa Efek Indonesia,” Acad. Conf. Manag., vol. 1, no. 2, pp. 358–370, 2019, doi: 10.6084/m9.figshare.8152490.
- M. N. Salim and N. M. Hariandja, “Factors Affecting Joint Stock Price Index (CSPI) and the Impact of Foreign Capital Investment (PMA) Period 2009 to 2016,” Humanit. Soc. Sci. Lett., vol. 6, no. 3, pp. 93–105, 2018, doi: 10.18488/journal.73.2018.63.93.105.
- D. B. Pinem, “Analysis of Global Stock Exchange Index, Foreign Exchange Rate, Interest Rate and Inflation Rate Influences CSPI in Indonesia Stock Exchange (Period of January 2014 – 2015),” Eur. J. Bus. Manag. Res., vol. 4, no. 6, pp. 4–7, 2019, doi: 10.24018/ejbmr.2019.4.6.162.
- A. Damajanti, Yulianti, and Rosyati, “The Effect of Global Stock Price Index and Rupiah Exchange Rate on Indonesian Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia Stock Exchange (IDX),” Econ. Bus. Solut. J., vol. 2, no. 2, pp. 49–58, 2018, doi: 10.18551/rjoas.2018-06.05.