Accounting Conservatism, Firm Size, Company Growth, and Capital Structure on Earnings Response Coefficient in Property Companies
Innovation in Economics, Finance and Sustainable Development
DOI: 10.21070/ijins.v21i.763

Accounting Conservatism, Firm Size, Company Growth, and Capital Structure on Earnings Response Coefficient in Property Companies


Konservatisme Akuntansi, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Struktur Modal terhadap Koefisien Respon Laba pada Perusahaan Properti

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Accounting Conservatism Firm Size Company Growth Capital Structure And Earnings Response Coefficient

Abstract

This research aimed to examine the effect of accounting conservatism, firm size, company growth, and capital structure on the earnings response coefficient. This research method uses quantitative research methods, data collection used documentation studies in the form of secondary data sources of financial statements and stock prices in Property, Real Estate, and Building Construction companies listed on the IDX in 2017-2019. The research’s population are the Property, Real Estate, and building construction companies listed on Indonesian Stock Exchange period 2017-2019 as much as 81 companies. Sampling method were selected by using non probability sampling purposive sampling with certain criteria and obtained as much as 34 companies. Anlyze the data used SPSS 26. The result shows that accounting conservatism, firm size, and company growth have no effect on the earnings response coefficient while capital structure has effect and significant on the   ernings response coefficient.

Pendahuluan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang sangat penting dan harus ada dalam suatu entitas karena laporan keuangan memberikan gambaran kepada masyarakat terkait kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu. Jika informasi disajikan dan diinformasikan dengan benar, maka akan sangat berguna bagi siapa saja untuk pengambilan keputusan [1]. Terdapat lima jenis laporan keuangan meliputi laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan[2]. Bagian dari laporan keuangan yang paling banyak diperhatikan pengguna atau para investor adalah laporan laba rugi[3].

Earnings Response Coefficient merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingginya kualitas laba yang mana dapat diamati dengan tingginya reaksi pasar dalam merespon informasi laba yang dipublikasikan oleh perusahaan melalui financial statement [4].

Laba merupakan informasi yang sangat penting bagi para investor sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan tindakan mereka dalam hal membeli, menjual, atau mempertahankan saham di suatu entitas [5]. Namun, laba masih memiliki keterbatasan, salah satunya yaitu adanya praktik manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen sehingga earnings response coefficient dapat diandalkan untuk memperikan return saham daripada hanya mengandalkan informasi laba saja yang diterbitkan oleh perusahaan [6].

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi earnings response coefficient yakni accounting conservatism yang merupakan sebuah prinsip kehati-hatian dalam melaporkan keuangan dimana perusahaan tidak terburu-buru mengakui laba atau aktiva tetapi sesegera mungkin mengakui rugi atau hutang [7]. Firm size adalah suatu indikator dalam mengukur tinggi rendahnya nilai perusahaan dilihat dari total aset [8].

Company growth merupakan suatu prospek masa depan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya [9]. Capital structure merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi bahan pertimbangan para investor pada saat berinvestasi karena struktur modal berhubungan dengan risiko serta keuntungan yang diperoleh investor di masa depan[10].

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi & Sasongko (2021), mengubah variabel kesempatan bertumbuh dan profitbilitas dengan menambahkan dua variable yakni accounting conservatism (akuntansi konservatisme) dan company growth (pertumbuhan perusahaan). Penelitian terdahulu menggunakan populasi perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019. Sedangkan penelitian ini menggunakan populasi perusahaan property, real estate, dan kontruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Lokasi penelitian dilakukan di website resmi untuk memperoleh laporan keuangan serta website dan untuk memperoleh harga saham perusahaan dan IHSG. Populasi penelitian ini adalah perusahaan Property, Real Estate, dan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2019 yang berjumlah 81 perusahaan. Metode sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria tertentu sehingga diperoleh 34 perusahaan dalam waktu 3 tahun sehingga diperoleh sebanyak 102 sampel.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data sekunder menggunakan studi dokumentasi berupa laporan keuangan periode 2017-2019 yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia serta data harga saham yang diperoleh dari website resmi yahoo finance dan dunia investasi. Teknik analisis data berupa statistic deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, serta uji hipotesis yang diolah dengan software SPSS 26.

A. Rerangka Konseptual

Figure 1.Rerangka Konseptual

B. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis sebagai berikut:

H1 : Acconting conservatism berpengaruh terhadap earningsresponse coefficient

H2 : Firm size berpengaruh terhadap earnings response coefficient

H3 : Company growth berpengaruh terhadap earnings response coefficient

H4 : Capital structure berpengaruh terhadap earnings response coefficient

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

A. Analisis Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Konservatisme 102 -,32 ,11 -,0605 ,07707
FS 102 26,92 31,76 29,5166 1,39297
CG 102 ,00 7,74 1,0368 1,34302
CS 102 ,04 4,34 ,9843 ,89079
ERC 102 -3,73 7,83 ,1695 1,15247
Valid N (listwise) 102
Table 1.Hasil Uji Statistik DeskriptifOutput SPSS, data diolah peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 1 hasil uji statistik deskriptif menunjukkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 102 yang diteliti selama periode 2017-2019.

  1. Variabel Accounting Conservatism (X1) menunjukkan nilai minimum sebesar -0,32 dimiliki oleh PT. Lippo Cikarang Tbk (LPCK) tahun 2017, nilai maksimum sebesar 0,11 dimiliki oleh PT. Paramita Bangun Sarana Tbk (PBSA) tahun 2017, nilai rata-rata sebesar -0,0605, dan standart deviasinya sebesar 0,07707.
  2. Variabel independen Firm Size (X2) menunjukkan nilai minimum sebesar 26,92 dimiliki oleh PT. Pudjiadi Prestige Tbk. (PUDP) tahun 2018, sedangkan nilai maksimum sebesar 31,76 dimiliki oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) tahun 2019, nilai rata-rata sebesar 29,5166, dan standart deviasinya sebesar 1,39297.
  3. Variabel Company Growth (X3) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00 dimiliki oleh PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), PT. Fortune Mate Indonesia Tbk. (FMII), PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON), dan PT. Plaza Indonesia Realty Tbk. (PLIN) pada tahun 2019. Sedangkan, nilai maksimum sebesar 7,74 dimiliki oleh PT. Sitara Propertindo Tbk. (TARA) tahun 2017, nilai rata-rata sebesar 1,0368, dan standart deviasinya sebesar 1,34302.
  4. Variabel independen Capital Structure (X4) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,04 dimiliki oleh PT. Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) tahun 2018 sedangkan nilai maksimum sebesar 4,34 dimiliki oleh PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) tahun 2019, nilai rata-rata sebesar 0,9843, dan standart deviasinya sebesar 0,89079.
  5. Variabel ERC (Earnings Response Coefficient) menunjukkan nilai minimum sebesar -3,73 yang dimiliki oleh PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) tahun 2019, nilai maksimum sebesar 7,83 dimiliki oleh PT. Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) tahun 2019, nilai rata-rata sebesar 0,1695, dan standart deviasinya sebesar 1,15247.

B. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,10865163
Most Extreme Differences Absolute ,093
Positive ,087
Negative -,093
Test Statistic ,093
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Table 2.Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Data

Figure 2.Uji Normalitas Grafik Normal P-PlotOutput SPSS, data diolah peneliti, 2022

Berdasarkan hasil pengujian normalitas setelah outlier data diperoleh nilai asymp. Sig sebesar 0,200 yang bernilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh grafik normal P-plot, terlihat dari titik-titik yang berhimpit di sekitar garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data telah berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Konservatisme ,855 1,169
FS ,778 1,286
CG ,995 1,005
CS ,798 1,253
Table 3.Hasil Uji MultikolonieritasOutput SPSS, data diolah peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 3, hasil uji multikolonieritas nilai tolerance keempat variabel yaitu accounting conservatism sebesar 0,855, firm size sebesar 0,778, company growth sebesar 0,995, dan capital structure sebesar 0,798 lebih besar dari 0,10. Sedangkan nilai VIF keempat variabel yaitu accounting conservatism sebesar 1,169, firm size sebesar 1,286, company growth sebesar 1,005, dan capital structure sebesar 1,253 kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independent (X) tidak memiliki permasalahan multikolonieritas dalam model regresi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,070 ,236 ,296 ,768
Konservatisme ,130 ,200 ,090 ,653 ,517
FS ,001 ,008 ,020 ,138 ,891
CG ,017 ,022 ,098 ,760 ,450
CS -,034 ,018 -,265 -1,845 ,070
Dependent Variable: abs_res
Table 4.Hasil Uji Heteroskedastisitas

Figure 3.Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik ScatterplotOutput SPSS, data diolah peneliti, 2022

Hasil uji heteroskedastisitas pada gambar 3 (grafik Scatterplot), titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Selain itu, hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4 menunjukkan seluruh variabel independent yaitu accounting conservatism memiliki nilai signifikansi sebesar 0,768, firm size memiliki nilai signifikansi sebesar 0,891, company growth memiliki nilai signifikansi sebesar 0,450, dan capital structure memiliki nilai signifikansi sebesar 0,070. Keempat variabel tersebut memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.

4. Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,407a ,166 ,105 ,11253 2,303
Table 5.Hasil Uji AutokerelasiOutput SPSS, data diolah peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 5, dihasilkan nilai Durbin Watson sebesar 2,303. Nilai ini akan dibandingkan dengan tabel DW dengan jumlah sampel 60, jumlah variabel independen sebanyak 4 dengan tingkat kepercayaan 5% di dapat nilai dL (batas bawah) sebesar 1,443 dan nilai dU sebesar 1,7274. Karena nilai DW 2,303 berada di antara nilai dU = 1,7274 dan nilai 4-dU = 2,2726. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi.

C. Regresi Linier Berganda

Model regresi linier berganda yang diterapkan pada penelitian ini yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = α + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e

Pengelolahan analisis regresi linear berganda dilakukan untuk menemukan pengaruh variabel accounting conservatism (X1), firm size (X2), company growth (X3), dan Capital Structure (X4) terhadap earnings response coefficient.

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,117 ,365 ,321 ,749
Konservatisme -,449 ,310 -,193 -1,451 ,152
FS -,007 ,012 -,079 -,564 ,575
CG ,043 ,034 ,156 1,264 ,212
CS ,062 ,028 ,301 2,183 ,033
Table 6.Hasil Analisis Regresi Linier BergandaOutput SPSS, data diolah peneliti, 2022

Sumber: Output SPSS, data diolah peneliti, 2022

Berdasarkan dari hasil analisis diatas maka dapat dijelaskan melalui rumus sebagai berikut :

Y = α + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e

Y (ERC) = 0,177 – 0,449 accounting conservatism – 0,007 firm size + 0,043 company growth + 0,062 capital structure + e

D. Uji Hipotesis

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,407a ,166 ,105 ,11253
Table 7.Hasil Uji Koefisien DeterminasiOutput SPSS, data diolah peneliti, 2022

Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 7 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,105. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel independent yaitu variabel accounting conservatism, firm size, company growth, dan capital structure mampu menjelaskan variabel earnings response coefficient selaku variabel dependen sebesar 10,5%. Sedangkan mayoritas sisanya sebesar 89,5% (100%-10,5%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan pada penelitian ini. Seperti variabel profitabilitas yang dijelaskan pada penelitian Rahmawati dan Asyik (2020), Widiatmoko dan Indarti (2018), serta Suwarno, dkk (2017). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap earnings response coefficient.

2. Uji Statistik t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,117 ,365 ,321 ,749
Konservatisme -,449 ,310 -,193 -1,451 ,152
FS -,007 ,012 -,079 -,564 ,575
CG ,043 ,034 ,156 1,264 ,212
CS ,062 ,028 ,301 2,183 ,033
Table 8.Hasil Uji Statistik tOutput SPSS, data diolah peneliti, 2022

Berdasarkan pengujian hasil uji statistic t pada tabel 8 maka dapat disimpulkan:

  1. Accounting conservatism memiliki nilai signifikansi (Sig) sebanyak 0,152 > 0,05, nilai t hitung -1,451 < t tabel 2,00404, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel accounting conservatism tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient.
  2. Firm size memiliki nilai signifikansi (Sig) sebanyak 0,575 > 0,05, nilai t hitung -0,564 < t tabel 2,00404, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel firm size tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient.
  3. Company growth memiliki nilai signifikansi (Sig) sebanyak 0,212 > 0,05, nilai t hitung 1,264 < t tabel 2,00404, H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel company growth tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient.
  4. Capital structure memiliki nilai signifikansi (Sig) sebanyak 0,033 < 0,05, nilai t hitung 2,183 > t tabel 2,00404, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel capital structure berpengaruh terhadap earnings response coefficient

Pembahasan

1. Pengaruh Accounting Conservatism terhadap Earnings Response Coefficient

Hasil uji statistik t yang terdapat pada tabel 8 menunjukkan bahwa variabel accounting conservatism memiliki nilai signifikansi (Sig) variabel 0,152 > 0,05, nilai t hitung -1,451 < t tabel 2,00404. Dengan demikian, H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel accounting conservatism tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient.

Hal ini menunjukkan bahwa baik perusahaan tersebut menerapkan maupun tidak menerapkan prinsip konservatisme tidak akan mempengaruhi tinggi rendahnya nilai earnings response coefficient dikarenakan investor yang tidak sepenuhnya paham terkait penerapan prinsip konservatisme pada perusahaan sehingga ketika para investor menanamkan sahamnya mereka lebih mempertimbangkan faktor-faktor lain. Dengan demikian, investor akan mengabaikan tingkat konservatisme dan cenderung segera melihat laba yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai dasar keputusan [11].

Hasil penelitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan Chandra (2020), Chandra & Tundjung (2020), serta Tania (2018) yang menyatakan bahwa accouting conservatism (akuntansi konservatisme) tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient.

2. Pengaruh Firm Size terhadap Earnings Response Coefficient

Hasil uji statistik t yang terdapat pada tabel 8 menunjukkan bahwa variabel firm size memiliki nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,575 > 0,05, nilai t hitung -0,564 < t tabel 2,00404. Dengan demikian, H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel firm size tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient.

Hal ini dikarenakan informasi yang disampaikan perusahaan melalui laporan keuangan tidak cukup informatif sehingga para investor tidak tertarik untuk menanamkan sahamnya. Investor cenderung lebih memilih untuk melihat dan memperhatikan kondisi pasar. Selain itu, investor juga beranggapan bahwa perusahaan besar tidak selalu memberikan keuntungan yang besar serta juga tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan kecil akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada para investor. Dengan begitu, besar kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi besaran nilai earnings response coefficient [12].

Hasil penilitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan Sari & Rokhmania (2020), Widiatmoko & Indarti (2018), Dewi & Puspaningsih (2019), serta Suwarno dkk (2017) yang menyatakan bahwa firm size (ukuran perusahaan) tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient.

3. Pengaruh Company Growth terhadap Earnings Response Coefficient

Hasil uji statistik t yang terdapat pada tabel 8 menunjukkan bahwa variabel company growth memiliki nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,212 > 0,05, nilai t hitung 1,264 < t tabel 2,00404. Dengan demikian, H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel company growth tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient.

Hal ini disebabkan pertimbangan para investor dimana invetor tidak hanya melihat pertumbuhan perusahaan yang baik tetapi tetap mempertimbangkan modal yang dipergunakan dalam memperoleh keuntungan. Selain itu, invetor juga mempertimbangkan stabilitas perusahaan yang dapat dilihat dari kestabilan penjualan perusahaan itu sendiri [13].

Hal ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan Sari & Rokhmania (2020) dan Suwarno dkk (2017) yang menyatakan bahwa company growth (pertumbuhan perusahaan) tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient

4. Pengaruh Capital Structure terhadap Earnings Response Coefficient

Hasil uji statistik t yang terdapat pada tabel 8 menunjukkan bahwa variabel capital structure memiliki nilai signifikansi (Sig) sebesar structure 0,033 < 0,05, nilai t hitung 2,183 > t tabel 2,00404. Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel capital structure berpengaruh terhadap earnings response coefficient.

Struktur modal merupakan salah satu faktor penting bagi para invetor dalam mengambil keputusan investasi. Perusahaan yang menggunakan struktur modal dengan baik dengan tujuan memperoleh laba lebih besar dari biaya asset dan sumber dananya maka akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh para investor. Sebaliknya, apabila laba yang diperoleh lebih kecil dari biaya asset serta sumber dana maka dapat menurunkan keuntungan para investor [14].

Hasil penelitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan Pratiwi & Sasongko (2021), serta Widiatmoko & Indarti (2018) yang menyatakan bahwa capital struktur (struktur modal) berpengaruh terhadap earnings response coefficient.

Simpulan

Berlandaskan hasil penelitian serta pembahasan terkait pengaruh accounting conservatism, firm size, company growth, dan capital structure terhadap earnings response coefficient (studi empiris pada perusahan property, real estate, dan kontruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019), maka yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

  1. Accounting conservatism berpengaruh terhadap earnings response coefficient. Hal ini disebabkan oleh ketidakpahaman para investor terkait prinsip konservatisme akuntansi yang diterapkan perusahaan sehingga investor cenderung mengabaikannya dan cenderung segera melihat langsung laba perusahaan sebagai dasar keputusan berinvestasi.
  2. Firm size tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient. Hal ini disebabkan oleh informasi laporan keuangan yang dianggap kurang infomatif oleh para investor serta anggapan para investor bahwa perusahaan besar tidak selamanya memberikan keuntungan yang besar dan tidak menutup kemungkinan perusahaan kecil memberikan keuntungan yang lebih besar.
  3. Company growth tidak memiliki pengaruh terhadap earnings response coefficient. Hal ini diebabkan oleh para investor yang tidak hanya melakukan pertimbangan terkait pertumbuhan perusahaan yang baik melainkan juga melakukan pertimbangan terkait modal yang dipergunakan dalam memperoleh keuntungan.
  4. Capital structure berpengaruh terhadap earnings response coefficient. Hal ini disebabkan oleh perusahaan yang mengolah struktur modal dengan baik dengan target mendapatkan laba yang lebih besar dari biaya aset serta sumber dananya maka akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh para investor.

References

  1. S. S. Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
  2. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017.
  3. D. Mulianti and J. Ginting, “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Timeliness, dan Struktur Modal Terhadap Earnings Response Coefficient Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014,” J. Akuntansi, Keuangan, Perpajak. Indones., vol. 5, no. 1, pp. 1–24, 2017.
  4. J. Lucyanda and Aisha Homy Nahomy, “Faktor-Faktor Yang Menentukan Earnings Response Coefficient,” J. Media Ris. AKuntansiuntansi, vol. 4, no. 1, pp. 1–25, 2017.
  5. T. Tania, “Pengaruh Akuntansi Konservatif, Default Risk, dan Profitabilitas terhadap Earnings Response Coefficient (ERC),” J. Akunt., vol. 6, no. 1, pp. 1–24, 2018.
  6. Y. Chandra, “Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Persistensi Laba, Dan Risiko Sistematik Terhadap Earnings Response Coefficient (ERC) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2016-2018,” Akuntoteknologi, vol. 12, no. 1, pp. 1–16, 2020.
  7. R. L. Watts, “Conservatism In Accounting Part I: Explanations And Implications,” J. Account. Econ., vol. 17, no. 3, pp. 207–221, 2003.
  8. B. Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE, 2008.
  9. Q. Rahmawati and Nur Fadjrih Asyik, “Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Risiko Sistematis, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Earnings Response Coefficient,” J. Ilmu dan Ris. Akunt., vol. 9, no. 1, pp. 1–18, 2020.
  10. D. Q. Pratiwi and Noer Sasongko, “Pengaruh Kesempatan Bertumbuh, Profitabilitas, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019),” Pros. Natl. Semin. Accounting, Financ. Econ., vol. 1, no. 2, pp. 32–44, 2021.
  11. Anita and D. Anggraini, “The Effect Accounting Conservatism, Firm Size and Dividend Policy on Earning Response Coefficient (Empirical Study on Manufacturing Company in Indonesia Stock Exchange in 2013-2017),” EPRA Int. J. Reaearch Dev., vol. 4, no. 4, pp. 281–293, 2019.
  12. I. P. Y. Mahendra and Dewa Gede Wirama, “Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal, Dan Ukuran Perusahaan Pada Earnings Response Coefficient,” E-Jurnal Akunt., vol. 20, no. 3, pp. 2566–2594, 2017.
  13. Suwarno, Tumirin, and Zamzami, “Influence of Size, Growth and Profitability of Company to Earnings Response Coefficient,” Int. J. Adv. Res., vol. 5, no. 12, pp. 1463–1472, 2017.
  14. A. R. Dalimunthe, “Pengaruh Corporate Social Responbility, Persistensi Laba, Dan Struktur Modal Terhadap Earnings Response Coefficient,” J. Akunt., vol. 11, no. 1, pp. 1–24, 2016, doi: 10.21009/10.21.009/wahana.011/1.1.