Implementation of Raw Material Inventory Control System to Increase Sales of Hand Batik
Innovation in Art and Design
DOI: 10.21070/ijins.v21i.758

Implementation of Raw Material Inventory Control System to Increase Sales of Hand Batik


Implementasi Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Untuk Meningkatkan Penjualan Batik Tulis

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Inventory of Raw Materials Auxiliary Materials Safety Stock Reorder Points

Abstract

This study aims to explain about how to control the supply of raw materials in the Batik Tulis Trading Business "Jetis Sidoarjo". The method used in the quantitative approach. The research approach in this thesis uses a quantitative research approach with a descriptive approach. In the object of this research, namely the implementation of a raw material inventory control system to improve the quality of batik production in Kampoeng Batik Tulis Jetis SMEs. The subjects in this research are the UMKM Kampoeng Batik Tulis Jetis, Lemahpuro Village, Sidoarjo District, Sidoarjo Regency, East Java. With descriptive research, the researcher only intends to describe (describe) or explain the symptoms that are currently happening. The results of this study can be concluded that using the calculation of safety stock and reordering is more effectively used in controlling raw material inventory when compared to current company policies. Companies can predict or avoid shortages or excess raw materials that can result in disruption of the production process by setting a safety stock calculation and also setting a re-order point, so the company can know or predict when to reorder and obtained with minimal inventory costs.

Pendahuluan

Perkembangan ekonomi di sidoarjo menurut Kepala Bappeda Kabupaten Sidoarjo Dr. Heri Sosanto, S.H., MH., melaporkan bahwa ditinjau dari PDRB ADHB, kekuatan ekonomi terbesar Kabupaten Sidoarjo ada di sektor industri pengolahan dengan share sebesar 46,8% dan sector perdagangan dengan share sebesar 16,15%. Untuk komposisi pelaku ekonomi di Sidoarjo banyak didukung oleh Usaha Mikro Kecil sebanyak 219.200 pelaku, menengah sebanyak 2.202 pelaku dan besar sebanyak 368 Pelaku, dengan sektor usaha padat karya. “Dan pertumbuhan ekonomi di tahun 2018 sebesar 6,05 % meningkat dari tahun sebelumnya 5,80%. Pencapaian ini telah melampaui capaian kinerja provinsi sebesar 5,50 % dan nasional sebesar 5,17% di tahun 2019,” [1]. salah satu yang menjadi kekuatan ekonomi di wilayah sidoarjo adalah UMKM dan UMKM sendiri adalah unit usaha produk yang berdiri sendiri, yang dilakukan orang-perorangan atau badan usaha disemua sektor ekonomi. Secara garis besar penentuan usaha mikro kecil dan menegah ditentukan dengan nilai aset (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata – rata pertahun atau jumlah pekerja tetap [2].

Sedangkan menurut UU No.20 Tahun 2008, pasal 1 menyebutkan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Sedangkan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan. Salah satu contoh yang merupakan industri pengolahan yang terdapat di Kabupaten Sidoarjo adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) batik tulis jetis. Batik Jetis Sidoarjo sudah dikenal sejak tahun 1675, dari tahun tersebut (1675) sampai sekarang keahlian batik yang diwariskan turun-temurun telah mencapai tujuh generasi.

Batik Jetis Sidoarjo merupakan salah satu warisan budaya lokal (kearifan lokal) masyarakat Sidoarjo, Batik Jetis Sidoarjo mempunyai sentra produksi kampung tua pengrajin batik yaitu kampung Jetis, di kampung jetis masih diproduksi batik tulis tradisional. Sejarah Batik Jetis Sidoarjo, bermula dari seorang pendatang dari kerabat kerajaan yang bertempat tinggal di kampung Jetis, awalnya ia menyamar henjadi pedagang di pasar kaget yang berada di kampung jetis. Pria pendatang yang dikenal masyarakat jetis dengan panggilan Mbah Mulyadi, seorang yang sopan dan hormat pada semua orang dan taat beragama. Semakin banyaknya pengusaha batik di kampoeng batik jetis maka hal ini dapat menimbulkan persaingan antara usaha yang baru dengan usaha yang telah lama berdiri. Agar dapat mempertahankan usaha batik tersebut, setiap pengusaha harus memiliki sistem pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan usahanya demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan [3].

Sistem pengendalian sangat diperlukan dalam suatu organisasi karena merupakan salah satu aspek yang terpenting Seorang pengusaha harus mempunyai cara-cara untuk mengetahui apakah usaha yang telah didelegasikan sudah dilaksanakan dengan baik. Persediaan bahan baku merupakan faktor pemegang peran penting. Persediaan bahan baku selalu dibutuhkan, baik didalam perusahaan kecil, menengah maupun dalam perusahaan besar. Bahan baku merupakan faktor utama yang dapat menunjang kelangsungan proses produksi dalam suatu perusahaan. Dengan adanya persediaan bahan baku yang cukupdiharapkan kemacetan dalam proses produksi di perusahaan tersebut dapat teratasi [4].

Berdasarkan fakta yang terjadi perusahaan akan berusaha untuk memenuhi persediaan bahan baku untuk kelangsungan produksinya. Ketiadaan persediaan bahan baku akan menghambat proses produksi dan akan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan. Tugas dari UMKM Batik tulis jetis merupakan usaha yang bergerak dibidang industri kerajinan, bahan baku yang digunakan berupa kain, malam dan pewarna .Dengan perkembangan pengusahan UMKM yang semakin meningkat, tingkat penggunaan dan kebutuhan bahan baku relatif bertambah. Untuk itulah peran sistem pengendalian persediaan bahan baku sangat diperlukan perusahaan, yaitu untuk mencegah terjadinya penumpukan atau kekurangan bahan baku agar proses produksi dan agar untuk meningkatkan kualitas terhadap usaha kerajinan batik tulis [5].

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul: “Implementasi Sistem Pengendalian persediaan bahan baku Untuk meningkatkan penjualan batik tulis” (Studi Pada UMKM Batik Tulis Jetis Sidoarjo).

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana penerapan pengendalian bahan baku di usaha Batik Tulis “Namiroh” jetis apakah sudah optimal?
  2. Bagaimana penerapan metode persediaan pengaman (safety stock) dan titik pemesanan kembali (reorder point) dalam pengendalian persediaan bahan baku pada usaha Batik Tulis “Namiroh” Jetis?

Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan ciri-ciri ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu [6]. Metode yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif . Untuk pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, seperti yang dikemukakan [7] bahwa metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk mengaju hipotensis yang telah ditetapkan. metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif ini digunakan oleh peneliti untuk mengukur implementasi sistem pengendalian persediaan bahan baku untuk meningkatkan kualitas produksi batik tulis di UMKM Kampoeng Batik Tulis Jetis.

Subjek Dan Objek Penelitian

Dalam objek penilitian ini yaitu implementasi sistem pengendalian persediaan bahan baku untuk meningkatkan kualitas produksi batik tulis di UMKM Kampoeng Batik Tulis Jetis. Adapun subjek dalam penilitian ini yaitu di UMKM Kampoeng Batik Tulis Jetis Kelurahan Lemahpuro, Kecematan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ialah tempat dimana peneliti melakukan penelitian yang peneliti. Penelitian ini dilakukan pada UMKM Batik tulis jetis Sidoarjo Yang beralamat Dusun Jetis Kelurahan Lemahputro, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Ada pun pertimbangan peneliti memilih UMKM kampoeng batik jetis di karena kan sebagai sentra produksi batik tulis yang ada di sidoarjo yang memproduksi batik tulis dengan jumlah dan nilai jual yang tinggi. Banyak merek batik yang ada lingkungan kampoeng batik jetis.

Lokasi penelitian pun ditentukan oleh peneliti di karenakan melihat di lingkungan sekitar tempat tinggal yang berda di desa sentra batik di sidoarjo. Fenomena tersebut mengenai implementasi sistem pegendalian baku meningkatkan kualitas produksi pembuatan batik, mengingat banyak pengrajin pembuatan batik di kampoeng batik jetis sehingga para pelaku harus berupaya untuk memenuhi persediaan baku.

Jenis dan Sumber Data

Dalam analisis ini jenis dan sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu data primer yang di dapat dari wawancara terhadap pihak yang terkait berupa hasil wawancara melalui prosedur implementasi sistem persediaan bahan baku dan hal-hal yang berkaitan dengan UMKM Kerajinan Batik Tulis. Sedangkan itu data sekunder berupa sejarah tentang usaha batik, catatan-catatan dan dokumen yang terkait dengan metode pencatatan persediaan bahan baku batik tulis, implementasi sistem persediaan bahan baku, pengaruh sistem pengendalian bahan baku terhadap kualitas produksi, dan data dari buku referens dan berbagai literatur yang memiliki hubungan dengan penulisan penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan Data Primer

a) Observasi

Observasi dapat dimaknai sebagai pencatatan dan pengamatan secara sistematik data atau informasi yang harus diamati dan di catat dengan benar dan lengkap merupakan sebuah unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala dalam sebuah objek penilitian.

Menurut [8], “Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data mengamati secara visual gejala yang diamati serta menginterpresikan hasil pengamatan tersebut dalam bentuk catatan sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer (orang yang melakukan observasi)”. Adapun menurut [9] jenis-jenis observasi diantaranya yaitu observasi sistematik, observasi tidak sistematik, observasi partisipan dan observasi nonpartisipan dan juga observasi eksperimental.

Dalam penilitian ini peneliti memlilih menggunakan observasi nopartisipan yaitu suatu penelitian dengan datang lansung ke tempat penelitian, akan tetapi peneliti tidak ikut ambil bagian di dalam kegiatan yang sedang di lakukan di dalam perusahaan. Adapun kegiatan-kegiatan yang di lakukan dalam observasi ini yaitu dengan melakukan pengamatan dalam kegiatan pengendalian persediaan bahan baku dalam meningkatkan kualitas produksi yang ada di “UMKM Pengrajin Batik Tulis jetis” dengan tujuan untuk memperoleh berbagai data konkret yang secara langsung di lapangan pada objek penelitian maka dengan itu observasi ini dilakukan.

Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yaitu sebuah data yang secara bertahap diterima oleh peneliti, dan data tersebut nantinya akan dijadikan sebagai penunjang dalam menyusun hasil penelitian. Menurut [10], “data sekunder yaitu data yang ada dalam penelitian yang cara perolehannya tidak langsung memberikan data kepada peneliti, data melainkan dari media lain seperti dokumen, lembaga, media cetak, berita online, jurnal dan lain sebagainya”.Dalam penelitian ini data sekunder ini dapat di peroleh dari pelaku umkm yaitu tentang pengrajin yang memiliki produk yang sama yang bearada di sekitaran kampoeng batik jetis. Pengumpulan data sekunder sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Menurut [11] bahwa, Dokomentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen biasa berbentuk tulisan, gmabar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life stories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misanya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumentasi dalam penelitian bisa dijadikan sebagai bukti penelitian yang bisa kita tarik sebuah kesimpulan yaitu bahwa salah satu teknik dokumentasi dengan pengumpulan data melalui cara mengambil dam mempelajari dokumen-dokumen, agenda dari kegiatan, foto-foto serta arsip dari perusahaan yang berhubungan dengan penilitian ini. Melakukan penyidikan dengan ditujukan kepada penguraiaan dan penjelasan, dengan melalui sumber dokumen/data sekunder dari perusahaan, yang membantu untuk data penelitian merupakan metode dari pengumpulan data. Dalam penelitian ini melakukan rekaman suara, gambar, vidoe dan dokumen yang mendukung layaknya jurnal, hasil penilitian terdahulu, berita-berita dari surat kabar atau dalam media yang lain bisa di jadikan dokumentasi dalam penelitian ini dan bisa dijadikan sebuah bukti penilitian. Guna untuk menunjang kelengkapan data secara akurat maka sang peneliti melakukan dokumentasi dengan melakukan catatan penelitian, gambar, catatan suara, hasil penilitian terdahulu, dan berita yang berkatan dengan penelitian.

Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara dalam mengatur, mengelompokan, mengurut, memberikan tanda, dan mengatagorikan hingga dapat menemukan suatu temuan masalah yang akan dijawab. Melewati rangakain aktivitas tersebut, informasi maupun data dapat di sederhanakan sehingga pada akhirnya dapat dipahami dengan mudah. Metode analisis data yang peneliti gunakan adalah metode analisis data deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan Implementasi Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku UMKM Batik Tulis Jetis. Menurut [12], metode analisis deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen, karena tidak dimaksudkan untuk mengetahui akibat dari suatu perlakuan. Dengan penelitian deskriptif peneliti hanya bermaksud menggambarkan (mendeskripsikan) atau menerangkan gejala yang sedang terjadi. [13] berpendapat bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil kuesioner, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Objek Penilitian

Sejarah UMKM Batik Jetis

Batik Jetis Sidoarjo merupakan salah satu warisan budaya lokal (kearifan lokal) masyarakat Sidoarjo, Batik Jetis Sidoarjo mempunyai sentra produksi kampung tua pengrajin batik yaitu kampung Jetis, di kampung jetis masih diproduksi batik tulis tradisional. Sejarah Batik Jetis Sidoarjo, bermula sejak tahun 1675 Masehi dari seorang pendatang dari kerabat kerajaan yang bertempat tinggal di kampung Jetis, awalnya ia menyamar henjadi pedagang di pasar kaget yang berada di kampung jetis. Pria pendatang yang dikenal masyarakat jetis dengan panggilan Mbah Mulyadi, seorang yang sopan dan hormat pada semua orang dan taat beragama, namun sentra batik jetis sendiri belum banyak di kenal masyarakat sidoarjo pada tahun 2008 sentra batik tulis di sah kan menjadi kampoeng batik jetis oleh bupati saat itu bapak Win Hendarso sehingga saat itu sentra batik tulis mulai di kenal dan sangat banyak pengunjung hingga dari berbagai manca Negara.

Sejarah berdirinya UD. Namiroh

Batik Namiroh merupakan salah satu UMKM yang berada di Kelurahan Lemahputro Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo yang bergerak dibidang manufaktur produksi batik tulis. Usaha ini merupakan usaha keluarga Didirikan pada tahun 1953, dan UD. Namiroh yang saat ini dijalankan Ibu Hj. Ratna Mufida sebagai generasi ke - 3. Namiroh telah mengembangkan usahanya selama 67 tahun. Ibu Hj. Ratna Mufida sebagai pemilik UMKM ini memiliki keinginan untuk memperkenalkan batik pada generasi muda dengan harapan agar masyarakat akan mulai mengenal, mencintai, dan ikut melestarikan budaya dan kesenian batik.

Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

Dalam memberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab kepada karyawannya seorang pimpinan harus membuat struktur organisasi untuk memberikan kemudahan dalam pembagian tugas tersebut. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, diharapkan adanya kerjasama yang baik dimasing-masing bagian. Untuk memberi gambaran lebih jelas dan terinci mengenai pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada masing-masing bagian, maka diberikan gambaran mengenai struktur organisasi yang digunakan oleh Batik Namiroh. Struktur yang digunakan oleh Batik Namiroh ialah struktur organisasi garis, karena memiliki ciri-ciri yaitu:

1) Organisasinya masih kecil dan sederhana.

2) Jumlah kayawannya sedikit dan saling kenal.

3) Spesialisasi kerja masih belum begitu tinggi.

Struktur organisasi yang digunakan Batik Namiroh telah sesuai dengan keadaan yang ada pada UMKM tersebut, yaitu struktur organisasi garis. Dimana perintah yang harus dipatuhi hanyalah berasal dari satu orang pimpinan, yaitu perintah dari pemilik kepada masing- masing tukang yang bekerja.

Namun tetap diperlukan struktur organisasi yang lebih lengkap dan terspesialisasi dengan baik agar tidak terjadi beban kerja yang tumpang tindih terutama pada pemilik usaha yang bertanggungjawab pada beberapa hal yang seharusnya diperlukan adanya karyawan untuk bagian tertentu.

Analisis Data

Analisis Kebutuhan Bahan Baku

A. Manajemen Persediaan

UMKM Batik Namiroh melakukan persediaan produk karena banyaknya jumlah peningkatan permintaan konsumen. UMKM Batik Namiroh akan melakukan produksi untuk persediaan penjulaan dan memproduksi produk apabila terdapat pesanan, dan sesuai keinginan konsumen.

a. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku yang dibutuhkan oleh UMKM Batik Namiroh untuk melakukan proses produksi selalu tersedia, dan sesuai. Bahan baku yang diperoleh pun sebagian besar berasal dari toko bahan di sekitar wilayah Sidoarjo, dan Surabaya. Namun dalam beberapa waktu pada masa pandemik perusahaan mengalami kendala dalam penjualan sehingga bahan baku yang di dapat menjadi terhambat.

b. Pemasok Utama

Pemasok bahan baku untuk memproduksi kain batik kebanyakan diperoleh dari toko bahan yang pemilik usaha sudah mengenal dekat dengan supplier bahan baku. Karena pemilik usaha sudah mengenal dengan beberapa pemilik toko bahan untuk mendapatkan bahan baku, sehingga dapat memudahkan dalam mendapatkan harga bahan baku yang lebih murah, dan dengan kualitas yang baik. Untuk kegiatan pembelian bahan baku biasanya dilakukan satu kali dalam satu produksi.

B. Kebutuhan Bahan Baku

Kebutuhan bahan baku merupakan kebutuhan akan bahan utama yang digunakan untuk membuat produk batik yaitu Batik Udeng, Batik Udeng Selendang dan batik RTJ Coklat. Berikut merupakan tabel bahan baku untuk membuat 3 jenis batik di UMKM Batik Namiroh:

Bahan Baku
Kain Mori
Lilin (Malam)
Pewarna
Kanji
Table 1.Daftar Bahan Pokok Batik Tulis

Didalam penelitian ini, penulis mendapatkan sejumlah data dari perusahaan dengan wawancara langsung kepada bapak Renaldi selaku anak Ibu Hj. Ratna Mufida. Selain itu penulis juga mendapatkan sejumlah data pembelian dan penggunaan bahan baku pada tahun 2020 dari dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan. Adapaun bahan baku yang digunakan perusahaan seperti kain, malam, pewarna dan tepung kanji. Berikut merupakan data pembelian bahan baku dan penggunaanahan baku dapat dijelaskan sebagai berikut:

No Bulan Bahan Baku
Kain (Yard) Malam (Kg) Pewarna (Kg) kanji(Kg)
1. Januari 866 50 25 12
2. Februari 866 50 25 10
3. Maret 1066 100 40 14
4. April 966 30 30 12
5. Mei 2041 100 88,5 21
6. Juni - 30 20 6
7. Juli 1066 100 68,5 14
8. Agustus 866 50 - 10
9. September 1066 60 69 16
10. Oktober 1066 67 16 14
11. November 1001 60 35 13
12. Desember 2042 100 68 16
Total 12.912 797 485 158
Rata-rata 1.076 66,4 40,4 13,1
Table 2.Pembelian Persediaan Bahan Baku Tahun 2020 (Perbulan)

Berdasarkan data pembelian bahan baku yang telah di jelaskan diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2020 Batik Tulis “Namiroh” Jetis telah membeli persediaan bahan baku kain sebanyak 12.912 Yard, bahan baku malam sebanyak 797 Kg, bahan baku pewarna sebanyak 485 Kg dan bahan baku tepung kanji sebanyak 158 Kg. Berikutnya penulis akan mempaparkan data pemakaian bahan baku kain, malam pewarna dan tepung singkong tahun 2020 pada Batik Tulis “Namiroh” Jetis yaitu sebagai berikut:

No Bulan Bahan Baku
Kain (Yard) Malam (Kg) Pewarna (Kg) Kanji(Kg)
1. Januari 861 60 25 11
2. Februari 866 50 25 11
3. Maret 1061 72 39 13
4. April 961 60 30 13
5. Mei 966 65 42 13
6. Juni 966 65 43 14
7. Juli 1176 75 48 13
8. Agustus 701 45 30,5 10
9. September 1231 80 50 16
10. Oktober 1066 65 35 13
11. November 1001 60 35 13
12. Desember 1166 70 45 15
Total 12.022 767 447,5 155
Rata-rata 1.001 64,9 37,3 12,9
Table 3.Pemakaian Persediaan Bahan Baku Tahun 2020 ( Perbulan )

Berlandaskan data penggunaan bahan baku yang dijelaskan diatas dapat diketahui bahwasanya pada tahun 2020 Batik Tulis “Namiroh” Jetis memakai persediaan bahan baku kain sebanyak 12.022 Yard, bahan baku malam sebanyak 767 Kg, bahan baku pewarna sebanyak 447,5 Kg dan bahan baku tepung singkong sebanyak 155 Kg.

Selain itu data pembelian dan pemakaian bahan baku diatas, menurut hasil wawancara yang dilakukan terhadap pihak umkm juga didapat data-data tentang biaya pemesanan, biaya penyimpanan, jumlah hari kerja, jam kerja dan waktu tunggu (lead time) mulai dari melakukan pemesanan barang hingga barang pesanan sampai di perusahaan Batik Tulis “Namiroh” Jetis. Adapun data mengenai biaya pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan Batik Tulis “Namiroh” jetis sebagai berikut:

No Bahan baku Frekuensi (kali) Biaya telepon (Rp) Biayatransportasi (Rp) Total biayatahun 2020 (Rp)
1. Kain 12 11.000 246.000 3.084.000
2. Malam 13 6.000 36.000 546.000
3. Pewarna 13 11.000 31.000 546.000
4. Kanji 13 6.000 26.000 416.000
Jumlah 4.592.000
Table 4.Data Biaya Pemesanan pada Batik Tulis UD.Namiroh Tahun 2020 ( Perbulan )

Menurut data di table diatas dapat dilihat bahwa biaya pemesanan bahan baku pada tahun 2020 yang ada di perusahaan Batik Tulis “Namiroh” Jetis terdiri dari 2 bentuk biaya yaitu biaya transportasi dan biaya telepon. Biaya transportasi yaitu biaya yang dikeluarkan oleh umkm setiap kali melakukan pemesanan bahan baku yang diambil dari Surabaya. Dari tabel diatas tersebut dapat diketahui bahwasanya total biaya pemesanan bahan baku kain pada tahun 2020 sebesar Rp. 3.084.000, bahan baku malam sebesar Rp. 546.000, bahan baku pewarna sebesar Rp. 546.000 dan bahan baku kanji sebesar Rp. 416.000

Berikut ini akan dijabarkan mengenai biaya penyimpanan untuk bahan baku pada Batik Tulis “Namiroh” Jetis. Adapun mengenai biaya-biaya penyimpanan dapat dipaparkan didalam tabel berikut ini:

No Biaya Jumlah Rp/ tahun
1. Biaya listrik Rp. 3.000.000
2. Biaya pemeliharaan bahan Rp. 3.000.000
3. Biaya pemeliharaan gudang Rp. 2.000.000
4. Biaya lain-lain Rp. 2.000.000
Jumlah Rp. 10.000.000
Table 5.Data Biaya Penyimpanan pada Batik Tulis Namiroh Tahun 2020 ( Pertahun )

Menurut pemaparan tabel diatas dapat diketahui bahwasanya biaya penyimpanan bahan baku pada tahun 2020 pada usahaan Batik Tulis “Namiroh” Jetis terdiri dari 4 jenis biaya yaitu biaya listrik, biaya pemeliharaan bahan, biaya pemeliharaan gudang dan biaya lain-lain.

Untuk besarnya biaya penyimpanan pihak perusahaan sendiri belum menyiapkan untuk setiap jenis bahan baku maupun bahan penolong. Sehingga biaya penyimpanan diperhitungkan dalam bentuk prosentase dari nilai persediaan, maka biaya penyimpanan bahan baku kain sebesar 70%, bahan baku malam sebesar 13%, bahan baku pewarna sebesar 10% dan bahan baku kanji sebesar 2%. Adapun biaya penyimpanan untuk masing-masing bahan sebagai berikut ;

Bahan Penolong
Abu Soda
Table 6.Data Biaya Penyimpanan Bahan Baku pada Batik Tulis Namiroh

Usaha Batik Tulis “Namiroh” Jetis memiliki hari dan jam kerja hampir setiap hari untuk setiap karyawan. Apabila ada hajatan atau hari besar maka aktivitas produksi dihentikan untuk sementara. Usaha Batik Tulis “Namiroh” Jetis memiliki jumlah hari kerja kurang lebih 315 hari dalam setahun. Sedangkan itu jam kerja dalam waktu satu hari yang diberikan perusahaan terhadap karyawannya berbeda-beda untuk setiap karyawan. Jam kerja yang diberikan Batik Tulis “Namiroh” Jetis kepada karyawan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Tugas karyawan Jumlah jam kerja/ hari
1. Karyawan bagian fikasi 8 jam/ hari
2. Karyawan bagian pola Jam kerja disesuaikan sendiri oleh karyawan bagian pola
3. Karyawan bagian membatik atau mencanting Jam kerja disesuaikan sendiri oleh karyawan bagian membatik atau mencanting
4. Karyawan bagian proses pewarnaan,penglorotan dan mencuci kain batik 8 jam/ hari
Table 7.Jumlah Jam Kerja / Hari Karyawan UD. Namiroh Tahun 2020 ( Pertahun )

Selain itu jumlah hari kerja karyawan dalam satu tahun dan jam kerja karyawan/ hari, penulis berikutnya akan menunjukan lead time atau waktu tunggu pesanan dari ketika mulai memesan kebutuhan bahan baku hingga barang datang di perusahaan. lead time atau waktu tunggu dalam melakukan pemesanan pada Batik Tulis “Namiroh” Jetis yaitu 2 hari setiap kali melakukan pemesanan.

C. Kebutuhan Bahan Penolong

Bahan penolong ialah bahan yang digunakan hanya untuk memenuhi proses produksi yang untuk digunakan untuk waktu tertentu, misalnya ketika perusahaan ingin meningkatkan efisiensi dalam produksi. Sedangkan berikut ini merupakan tabel bahan penolong yang ada di Batik Tulis “Namiroh” Jetis

No Bahan Baku Biaya Simpan (%) Total biaya penyimpanan bahan baku tahun 2020 (Rp) Biaya penyimpanan (Rp)
1. Kain 70 8.000.000 5.600.000
2. Malam 13 8.000.000 1.040.000
3. Pewarna 10 8.000.000 800.000
4. Kanji 2 8.000.000 160.000
Table 8.Daftar Bahan Penolong Pembuatan Batik

Adapun data mengenai pembelian dan pemakaian bahan penolong pada tahun 2020 didapat dari wawancara langsung kepada bapak renaldi anak dari Ibu Hj. Ratna Mufida. Selain dengan melakukan wawancara, data juga di dapat dari dokumen-dokumen Usaha Batik Tulis “Namiroh” Jetis. Adapaun bahan penolong yang dipakai dalam proses produksi pada Batik Tulis Namiroh Jetis yaitu soda abu. Adapun data pembelian bahan penolong dan penggunaan bahan penolong dapat dijelaskan sebagai berikut:

No Bulan Bahan Penolong
Soda Abu (Kg)
1. Januari 26
2. Februari 26
3. Maret 31
4. April 26
5. Mei 51
6. Juni 31
7. Juli 31
8. Agustus 26
9. September 51
10. Oktober 21
11. November 31
12. Desember 51
Total 402
Rata-rata 33,5
Table 9.Daftar Pembeliahan Bahan Penolong Tahun 2020 ( Perbulan )

Menurut data pembelian bahan penolong yang dijelaskan diatas dapat mengerti bahwa pada tahun 2020 Batik Tulis “Namiroh” Jetis melakukan pembelian persediaan bahan penolong soda abu sebanyak 402 Kg. Berikutnya penulis akan mempaparkan data pemakaian bahan penolong soda abu pada tahun 2020 pada Batik Tulis “Namiroh” Jetis yaitu sebagai berikut:

No Bulan Bahan Penolong
Soda Abu (Kg)
1. Januari 25
2. Februari 26
3. Maret 30
4. April 27
5. Mei 36
6. Juni 41
7. Juli 31
8. Agustus 21
9. September 46
10. Oktober 26
11. November 31
12. Desember 39
Total 379
Rata-rata 31,5
Table 10.Daftar Pemakaian Bahan Penolong Tahun 2020 (Perbulan)

Menurut data pembelian bahan penolong yang dijelakan diatas dapat dilihat bahwasanya pada tahun 2020 Batik Tulis “Namiroh” Jetis menggunakan persediaan bahan penolong soda abu sejumlah 379 kg. Adapaun bahan penolong yang digunakan Usaha Dagang Batik Tulis “Namiroh” Jetis juga didapat dari Sidoarjo. Biaya pemesanan yang digunakan untuk bahan penolong dapat dilihat berdasarkan tabel sebagai berikut:

Bahan baku Frekuensi (kali) Biaya telepon (Rp) Biayatransportasi (Rp) Total biayatahun 2020 (Rp)
Soda abu 13 5.000 30.000 455.000
Jumlah 455.000
Table 11.Data Biaya Pemesanan Bahan Penolong pada Batik Tulis UD.Namiroh Tahun 2020 ( Pertahun )

Menurut tabel diatas dapat lihat bahwa biaya pemesanan bahan penolong yang ada di Batik Tulis “Namiroh” Jetis ada 2 jenis biaya yaitu biaya telepon dan biaya transportasi. Besarnya biaya pemesanan tahun 2020 untuk bahan penolong soda abu sebesar Rp. 455.000. Berikut akan Jelaskan biaya penyimpanan untuk bahan penolong soda abu. Adapun biaya penyimpanan untuk bahan penolong soda abu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Bahan penolong PemakaianMaksimum Pemakaianrata-rata Waktu tunggu
Soda abu 46 31,5 2
Table 12.Data Biaya Penyimpanan Bahan Penolong pada Batik Tulis Tahun 2020 ( Pertahun )

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa biaya penyimpanan yang dikeluarkan Usaha Dagang Batik Tulis “Namiroh” Jetis untuk bahan penolong soda abu tahun 2020 sebesar Rp. 400.000. Lead time atau waktu tunggu dalam melakukan pemesanan bahan penolong soda abu sampai barang sampai di perusahaan yaitu 2 hari.

Persediaan pengaman (safety stock)

Persediaan pengaman (safety stock) adalah jumlah persediaan minimum yang dimiliki perusahaan untuk menjaga kemungkinan datangnya bahan baku, sehingga tidak terjadi stagnasi. Safety stock dapat dirumuskan sebagai berikut:

SS = (Pemakaian maksimum – pemakaian rata-rata) LT

Besarnya safety stock dapat dilihat yaitu dengan data pemakaian bahan baku maksimum, pemakaian rata-rata dan waktu tunggu pemesanan. Adapun data mengenai, pemakaian bahan baku maksimum, pemakaian rata-rata dan waktu tunggu pemesanan pada perusahaan Batik Tulis “Namiroh” Jetis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

No Bahan baku PemakaianMaksimum Pemakaianrata-rata Waktutunggu
1. Kain 1231 1001 2
2. Malam 80 64,9 2
3. Pewarna 50 37,3 2
4. Tepung singkong 16 12,9 2
Table 13.Pemakaian Bahan Baku Maksimum, Pemakaian Rata-Rata Dan Waktu Tunggu Tahun 2020 (Pertahun)

No Bahan baku tingkatkebutuhan per unit waktu waktu tenggang safety stock
1. Kain 38,16 2 460
2. Malam 2,43 2 34,2
3. Pewarna 1,42 2 25,4
4. Kanji 0,49 2 6,2
Table 14.Data Pemakaian Bahan Penolong Maksimum , Pemakaian Rata-Rata Dan Waktu Tunggu Tahun 2020 ( Pertahun )

Menurut beberapa data yang telah dijelakan pada tabel diatas maka dapat diketahui besarnya persediaan pengaman (safety stock) pada Batik Tulis “Namiroh” Jetis sebagai berikut:

a. Persediaan pengaman untuk bahan baku kain

SS = (Pemakaian maksimum – pemakaian rata-rata) LT

= (1231 - 1001) x 2

= 460 yard / 420.6240 Yard

Jadi, bisa dilihat untuk jumlah persediaan pengaman (safety stock) untuk bahan baku kain yang harus tersedia pada perusahaan Batik Tulis “Namiroh” Jetis tahun 2020 adalah sebesar 460 Yard atau setara dengan 420.6240 Yard.

b. Persediaan pengaman untuk bahan baku malam

SS = (Pemakaian maksimum – pemakaian rata-rata) LT

= (80 - 64,9) x 2

= 34,2 Kg

Jadi, bisa dilihat untuk jumlah persediaan pengaman (safety stock) untuk bahan baku malam yang harus tersedia pada perusahaan Batik Tulis “Namiroh” Jetis tahun 2020 adalah sebesar 30,2 Kg.

c. Persediaan pengaman untuk bahan baku pewarna

SS = (Pemakaian maksimum – pemakaian rata-rata) LT

= (50 - 37,3) x 2

= 25,4 Kg

Jadi, bisa dilihat untuk jumlah persediaan pengaman (safety stock) untuk bahan baku pewarna yang harus tersedia pada perusahaan Batik Tulis “Namiroh” Jetis tahun 2020 adalah sebesar 25,4 Kg.

d. Persediaan pengaman untuk bahan baku kanji

SS = (Pemakaian maksimum – pemakaian rata-rata) LT

= (15 - 11,9) x 2

= 6,2 Kg

Jadi, bisa dilihat untuk jumlah persediaan pengaman (safety stock) untuk bahan baku pewarna yang harus tersedia pada perusahaan Batik Tulis “Namiroh” Jetis tahun 2020 adalah sebesar 6,2 Kg.

e. Persediaan pengaman untuk bahan penoloang abu soda

SS = (Pemakaian maksimum – pemakaian rata-rata) LT

= (46 – 31,5) x 2

= 29 Kg

Jadi, bisa dilihat untuk jumlah persediaan pengaman (safety stock) untuk bahan penoloang abu soda yang harus tersedia pada perusahaan Batik Tulis “Namiroh” Jetis tahun 2020 adalah sebesar 29 Kg.

Titik Pemesenan Kembali (Re-order Point)

Titik pemesanan kembali biasanya ditetapkan dengan cara menambahkan penggunaan selama waktu tenggang dengan persediaan pengaman atau dalam bentuk rumus sebagai berikut:

ROP = D x L + SS

Keterangan:

ROP : titik pemesanan ulang (reorder point)

D : tingkat kebutuhan per unit waktu

L : waktu tenggang

SS : Safety Stock

Adapun data yang dibutuhkan untuk menghitung reorder point sebagai berikut:

a. Tingkat kebutuhan per unit waktu (D)

Tingkat kebutuhan per unit waktu (D) dapat diketahui dengan cara jumlah permintaan persediaan tahunan - jumlah hari kerja dalam waktu satu tahun. Selanjutnya bahan baku kain, malam, pewarna dan tepung singkong dapat dilihat tingkat kebutuhan per unit waktu agar dapat diketahui sebagai berikut:

Figure 1.Perhitungan Per Unit

Figure 2.Perhitungan Per Unit

b. Waktu tenggang (L)

Waktu tunggu dalam perusahaan melakukan pemesanan bahan baku kain, malam, pewarna dan kanji sampai bahan baku tiba di perusahaan Batik Tulis “Namiroh” Jetis adalah 2 hari.

c. Safety Stock (SS)

Besarnya safety stock untuk bahan baku kain, malam, pewarna dan kanji dapat diketahui dengan perhitungan yang sudah dilakukan sebelumnya.

Adapun data yang mengenai tingkat kebutuhan per unit waktu, waktu tenggang dan safety stock pada Batik Tulis “Namiroh” Jetis tahun 2020 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Bahan penolong tingkat kebutuhanper unit waktu waktu tenggang Safety Stock
Soda abu 1,20 2 29
Table 15.Data Tingkat Kebutuhan Per Unit Waktu, Waktu Tenggang Dan Safety Stock Tahun 2020 ( Pertahun )

Setelah memperoleh data tersebut, maka perhitungan reorder pointdapat dilakukan sebagai berikut:

a) Perhitungan bahan baku kain ROP = D x L + SS

= 38,16 x 2 + 460

= 532,32 Yard / 486.7534m

Menurut perhitungan diatas, maka bisa dilihat bahwa Usaha Batik Tulis “Namiroh” Jetis harus melakukan pemesanan kembali ketika persediaan bahan baku kain tersebut di gudang tersisa 536,26 Yard / 486.7534m.

b) Perhitungan bahan baku malam ROP = D x L + SS

= 2,43 x 2 + 34,2

= 39,06 Kg

Menurut perhitungan diatas, maka bisa dilihat bahwa Usaha Batik Tulis “Namiroh” Jetis harus melakukan pemesanan kembali ketika persediaan bahan baku malam tersebut di gudang tersisa 39,06 Kg.

c) Perhitungan bahan baku pewarna ROP = D x L + SS

= 1,42 x 2 + 25,4

= 28,24 Kg

Menurut perhitungan diatas, maka bisa dilihat bahwa Usaha Batik Tulis “Namiroh” Jetis harus melakukan pemesanan kembali ketika persediaan bahan baku pewarna tersebut di gudang tersisa 28,24 Kg.

d) Perhitungan bahan baku tepung kanji ROP = D x L + SS

= 0,49 x 2 + 6,2

= 7,18 Kg

Menurut perhitungan diatas, maka bisa dilihat bahwa Usaha Batik Tulis “Namiroh” Jetis harus melakukan pemesanan kembali ketika persediaan bahan baku kanji tersebut di gudang tersisa 7,18 Kg.

e) Perhitungan bahan penolong abu soda ROP = D x L + SS

= 1,20 x 2 + 29

= 31,4 Kg

Menurut perhitungan diatas, maka bisa dilihat bahwa Usaha Batik Tulis “Namiroh” Jetis harus melakukan pemesanan kembali ketika persediaan bahan penolong abu soda tersebut di gudang tersisa 31,4 Kg.

Pembahasan

Persediaan pengaman (safety stock)

Usaha dangan Batik Tulis “Namiroh” Jetis belum menggunakan atau menentukan persediaan pengaman atau cadangan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kehabisan bahan baku atau adanya keterlambatan pengiriman bahan baku dari suplier. Perusahaan membeli persediaan bahan baku hanya berdasarkan perkiraan saja apabila bahan baku yang digudang habis. Pada akhirnya usaha sering mengalami kehabisan bahan baku yang dapat mengakibatkan macetnya proses produksi sampai perusahaan melakukan pembelian persediaan bahan baku lagi dengan waktu tunggu pemesanan bahan baku yaitu 2 hari. Untuk menghindari adanya hal tersebut kekurangan persediaan, maka persediaan cadangan sangat dibutuhkan agar proses produksi tetap berjalan lancer untuk memenuhi permintaan produk dari konsumen. Adapun besarnya persediaan cadangan berdasarkan perhitungan diatas untuk bahan baku kain sendiri adalah sebanyak 460 yard / 420.6240 Yard, untuk bahan baku malam sebanyak 34,2 Kg, untuk bahan baku pewarna persediaan pengaman yang harus ada diperusahaan adalah sebanyak 25,4 Kg dan persediaan pengaman untuk bahan baku tepung kanji yang harus ada di perusahaan adalah sebanyak 6,2 kg dan untuk bahan penolong abu soda yang harus ada di perusahaan adalah sebanyak 1,20 Kg.

Titik Pemesenan Kembali (Re-order Point)

Titik pemesanan kembali (reorder point) adalah jumlah persediaan yang memberi tanda saat perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku kembali. Sejauh ini perusahaan belum bisa menentukan kapan perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku lagi. Pemesanan bahan baku di lakukan perusahaan ketika bahan baku di gudang habis sehingga seringkali bahan baku sudah habis dan sebelum bahan baku yang baru sampai di perusahaan. Berdasarkan perhitungan diatas bahwa perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku kain apabila persediaan bahan baku kain yang di gudang tersisa 532,32 Yard atau setara 486.7534 Yard, untuk bahan baku malam dilakukan pemesanan kembali apabila persediaan di gudang tersisa 39,06 Kg, sedangkan untuk bahan baku pewarna dilakukan pemesanan kembali apabila persediaan di gudang tersisa 28,24 Kg dan perusahaan akan melakukan pemesanan kembali untuk bahan baku tepung kanji apabila persediaan di gudang tersisa 7,18 Kg untuk bahan penolong abu perusahaan akan melakukan pemesanan kembali apabila persediaan di gudang tersisa 31,4 Kg.

Pencatatan Persediaan Fisik ( Physical Inventory System)

Berikut ini yang seharusnya UMKM Batik Tulis Jetis Sidoarjo terapkan dalam pencatatan akuntansi jika diterapkan dalam pencatatan persediaan fisik (Physical Inventory System).

Akun-akun persediaan tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tgl No Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
2020 (A)
Des 31 Ikhtisar biaya produksi 23.047.000
Persediaan bahan baku (awal) Persediaan bahan baku (awal) 23.047.000
(B)
Persediaan bahan baku (akhir) 28.030.740
Ikhtisar biaya produksi 28.030.740
Table 16.Jurnal Persediaan Bahan Baku

Ayat jurnal penyesuaian (A) menyatakan jumlah persediaan awal bahan baku yang dimiliki dimana jumlah yang terdapat pada neraca saldo merupakan saldo awal dari bahan baku. Jurnal penyesuaian diperlukan untuk membebankan saldo awal tersebut ke harga pokok produksi. Sementara untuk ayat jurnal penyesuaian (B) dibuat dengan mencantumkan jumlah bahan baku yang dimiliki pada akhir periode.

Tgl No. Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
2020 Ikhtisar biaya produksi 4.592.000
Des 31 Persediaan dalam proses (awal) 4.592.000
Persediaan dalam proses (akhir) 9.575.740
Ikhtisar harga pokok produksi 9.575.740
Ikhtisar laba rugi 27.639.000
Persediaan Barang Jadi (awal) 27.639.000
Persediaan Barang Jadi (akhir) 37.606.480
Ikhtisar laba rugi 37.606.480
Table 17.Jurnal Persediaan Dalam Proses Dan Persediaan Barang Jadi

Tgl No. Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
2020 (A)
Des 31 Kas 9.967.480
Penjualan 9.967.480
Table 18.Jurnal Penjualan Barang Jadi

Tgl No. Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
(A)
2020 Persediaan bahan baku 14.592.000
Des 31 Hutang dagang 14.592.000
(B)
Persediaan bahan baku 8.455.000
Hutang dagang 8.455.000
Table 19.Jurnal Pembelian bahan baku dan bahan penolong

Tgl No. Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
2020 Barang dalam proses-biaya bahan baku 4.983.740
Des 31 Persediaan bahan baku 4.983.740
Biaya overhead Pabrik sesungguhnya 8.000.000
Persediaan bahan penolong 8.000.000
Table 20.Jurnal Pemakaian bahan baku

Tgl No. Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
2020 Gaji dan upah 32.000.000
Des 31 Utang gaji dan upah 32.000.000
BDP - biaya tenaga kerja langsung 32.000.000
Gaji dan upah 32.000.000
Utang gaji dan upah 32.000.000
Kas 32.000.000
Table 21.Jurnal Biaya tenaga kerja

Tgl No. Bukti Keterangan Ref Debit Kredit
2020 Barang dalam proses-biaya overhead pabrik 18.455.000
Des 31 Biaya overhead pabrik yg dibebankan 18.455.000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan 18.455.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya 18.455.000
Table 22.Jurnal Overhead Pabrik

Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan persediaan barang pada UMKM Batik Tulis Jetis Sidoarjo masih dilakukan secara manual. Batik Tulis Jetis juga belum menerapkan pencatatan jurnal persediaan barang dalam transaksi pembelian dan penjualan. Sedangkan untuk penilaian persediaan barang dan kartu persediaan belum diterapkan pada Batik Tulis Jetis ini. Dilain pihak Batik Tulis Jetis dalam penentuan kuantitas persediaan barang telah melakukan perhitungan fisik persediaan stok opname, hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah unit persediaan dan nilai akhir persediaan barang pada setiap selesai jam kerja.

Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

  1. Dengan menggunkan metode perhitungan diatas maka perusahaan lebih efisien untuk mengendaliakan persediaan bahan baku dan lebih muda dalam pengimplementasian sistem pengendalian bahan baku pada Batik Tulis “Namiroh” jetis yang dimana bisa mempelancar proses poduksi dan meningkatkan kualitas penjualan pada batik tersebut.Selain itu juga denganmenetapkan persediaan pengaman (safety stock) dan menetapkan titik pemesanan ulang (reorder point) perusahaan bisa mengantisipasi adanya kekurangan bahan baku.
  2. Untuk pengendalian persediaan bahan penolong pada Batik Tulis “Namiroh” Jetis juga lebih efisien menggunakan metode perhitungan diatas. Untuk itu mengendaliakan persediaan bahan penolong lebih muda dan yang dimana bisa mempelancar proses poduksi dan meningkatkan kualitas penjualan pada batik tersebut. Selain itu dengan menetapkan persediaan pengaman (safety stock) dan menetapkan titik pemesanan kembali (reorder point) perusahaan bisa mengantisipasi adanya kekurangan bahan penolong.

References

  1. F. Y. Akbar and M. Saifi, “Analisis Sistem Akuntansi Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya Mendukung Pengendalian Intern ( Studi kasus Pada PT . Semen Bosowa Banyuwangi ),” J. Adm. Bisnis, vol. 63, no. 1, pp. 34–40, 2018.
  2. J. darmawan Bastiar, “PERENCANAAN PERSEDIAN BAHAN BAKU PEWARNA KAIN BATIK TULIS JUMPUTAN SILVER MEAL ( Studi Kasus di Sentra Batik Tulis Jumputan Pak Ishak ,” Univ. Muhammadiyah Palembang, 2019.
  3. Kominfo, “Pertumbuhan Ekonomi Sidoarjo Melampaui Provinsi Jatim dan Nasional Tahun 2018,” portal sidoarjokab.go.id, 2020. .
  4. M. Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana, 2017.
  5. P. C. P. Dewi, N. T. Herawati, and ..., “Analisis Pengendalian Persediaan Dengan Metode (Eoq) Economic Order Quantity Guna Optimalisasi Persediaan Bahan Baku …,” J. Akunt. …, 2020.
  6. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuaalitatif, dan R&D. Alfabeta, 2016.
  7. S. P. Robbins and M. Coulter, Management Fourteenth Edition. 2018.
  8. Suliyanto, “Pelatihan Metode Pelatihan Kuantitatif,” J. Chem. Inf. Model., 2017.
  9. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta, 2016.
  10. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualiltatif dan R&D. Alfabeta, 2016.
  11. Suryani and Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2016.
  12. U. Silalahi, “Metode Penelitian Sosial Kuantitatif,” J. Vis. Lang. Comput., 2015.
  13. Wahidmurni, “Pemaparan Metode Penelitian Kuantitatif,” pp. 1–16, 2017.