Fixed Asset Intensity, Leverage, Company Size and Sales Growth Against Tax Avoidance in Food and Beverage Manufacturing Companies
Innovation in Industrial Engineering
DOI: 10.21070/ijins.v21i.757

Fixed Asset Intensity, Leverage, Company Size and Sales Growth Against Tax Avoidance in Food and Beverage Manufacturing Companies


Intensitas Aset Tetap, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Tax Avoidance Fixed Asset Intensity Leverage Company Size Sales Growth

Abstract

This study aims to determine the effect of fixed asset intensity, leverage, sales size and sales growth on tax avoidance in food and beverage manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2015 – 2019. The research method used is quantitative method. The sample was determined based on the purposive sampling method and obtained a research sample of 30 issuers' financial statements. The sources used were secondary data in the form of financial reports and annual reports obtained from the Indonesia Stock Exchange website (www.idx.co.id). The data processing program uses the Statictical Product and Service Solution (SPSS) version 25 program.The data analysis method used was descriptive analysis and continued with requirements including normality test, multicollinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test. The statistical method used to analyze the data using multiple linear regression analysis. Based on the results of multiple linear analysis test with a significant level of 5%, the results of this study concluded that the variable intensity of fixed assets and firm size had an effect on tax avoidance, while the variables of leverage and sales growth had no effect on tax avoidance.

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam sangat melimpah, tetapi pendapatan atas sumber daya alam tersebut dirasa masih tidak mencukupi pengeluaran negara. Pendapatan terbesar yang diperoleh negara adalah berasal dari penerimaan pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak. Bagi negara, penerimaan pajak sangatlah memiliki manfaat yang sangat besar seperti untuk kemajuan negara dan pengembangan fasilitas serta infrastruktur. Hal itu terlihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang kurang lebih 70% adalah berasal dari sektor pajak, sedangkan sisanya berasal dari sumber lain, antara lain penerimaan bukan pajak dan hibah . Oleh karena itu, pajak menjadi fokus pemerintah karena merupakan tumpuan terbesar di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara .

Pajak menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, pelaksanaan dan pengelolaan pajak sangat diatur oleh pemerintah guna untuk mempertahankan penerimaan negara.

Pemerintah yang dalam hal ini Direktorat jenderal pajak terus berusaha dalam mengoptimalkan penerimaan pajaknya demi mempercepat pembangunan nasional. Namun upaya pemerintah dalam mengoptimalkan penerimaanya masih terdapat kendala yaitu berupa ketidakpatuhan dalam membayar kewajiban perpajakan, karena terdapat perbedaan kepentingan antara pemerintah dengan wajib pajak. Bagi perusahaan, pajak menjadi sesuatu hambatan dalam mendapatkan laba secara maksimal, karena pajak dalam perusahaan merupakan suatu beban yang akan mengurangi laba bersih. Sehingga perusahaan selalu menginginkan pembayaran pajak seminimal mungkin.

Fakta dilapangan menunjukkan masih tingginya angka penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia. Maraknya fenomena yang sering terjadi dalam hubungannya dengan praktik penghindaran pajak sehingga beberapa peneliti terdahulu berupaya untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tax avoidance perusahaan. Salah satu celah yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam melakukan tax avoidance terhadap jumlah pajak perusahaan yaitu melalui pemanfaatan beban depresiasi yang melekat pada intensitas aset tetap perusahaan. K epemilikan aset tetap yang tinggi menghasilkan beban depresiasi atas aset tetap yang besar pula.

Penelitian yang dilakukan oleh [ 1 ] menyatakan bahwa intensitas aset tetap berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Perusahaan yang memiliki proporsi yang besar dalam aset tetap akan membayar pajaknya lebih rendah, dikarenakan perusahaan mendapatkan keuntungan dari depresiasi yang melekat pada aset tetap yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan.

Adanya indikasi perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak dapat dilihat dari kebijakan pendanaan yang diambil oleh perusahaan. Salah satu kebijakan pendanaan adalah kebijakan leverage yaitu tingkat hutang yang digunakan perusahaan untuk membiayai seluruh aktivitas operasinya. Penambahan jumlah hutang akan menyebabkan adanya beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Terdapat beberapa penelitian yang meneliti pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance, seperti yang dilakukan oleh [ 2] yang menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak , sedangkan penelitian yang dilakukan oleh [ 3] menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Faktor lain yang diduga mendorong perusahaan untuk melakukan praktik tax avoidance yaitu pertumbuhan penjualan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualanakan mengakibatkan profitabilitas suatu perusahaan juga meningkat. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penjualan, maka aset perusahaan juga harus ditambah. Dalam upaya untuk menambah asetnya, perusahaan melakukan praktik tax avoidance karena disisi lain laba yang meningkat akibat pertumbuhan penjualan menyebabkan beban pajak yang ditanggung perusa haan juga ikut bertambah.

Perusahaan dapat mengoptimalkan dengan baik sumber daya yang ada dengan melihat penjualan dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan penjualan memiliki peranan yang sangat penting dalam manajemen modal kerja. Penelitian ini menggunakan pengukuran pertumbuhan penjualan karena dapat menggambarkan baik atau buruknya tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan. Perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan diperoleh dengan melihat besarnya pertumbuhan penjualan. Peningkatan pertumbuhan penjualan cenderung akan membuat perusahaan mendapatkan profit yang besar, dan oleh sebab itu perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktik tax avoidance . Penelitian dari [4 ] menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut masih memiliki ketidak konsistenan dalam mempengaruhi tax avoidance sehingga mendorong peneliti kembali melakukan pengujian tentang pengaruh intensitas aset tetap, leverage, ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan terhadap tax avoidance.

Metode Penelitian

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan verifikatif, karena untuk menyajikan gambaran mengenai variabel-variabel yang diteliti serta untuk menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.Sedangkan Penelitian deskriptif menurut [5 ] adalah Metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan variabel lain. Sedangkan penelitian verifikatif adalah metode penelitian melalui pembuktian untuk menguji hipotesis hasil penelitian deskriptif dengan perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima.

B. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan jenis data yang diuji penelitian ini yaitu dengan mengambil sampel dari populasi untuk dijadikan obyek penelitian. Berikut rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Figure 1.Rancangan Penelitian

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Tax Avoidance adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada.

Pajak dibayar tunai

CETR= (Pajak dibayar tunai/Laba sebelum pajak) x 100%

2. Variabel Dependen

1) Intensitas Aset Tetap

Intensitas aset tetap menunjukkan proporsi aset tetap di dalam perusahaan yang diukur dengan cara membandingkan dengan total aset yang dimiliki.

Total Aset Tetap

Intensitas Aset Tetap = (Total Aset Tetap/ Total Aset) x 100%

2) Leverage

Rasio yang mengukur kemampuan utang, baik utang jangka panjang ataupun utang jangka pendek yang digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan.

Leverage = Total Kewajiban / Total Ekuitas

3) Ukuran Perusahaan

Nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan.

Size = Ln (total aset)

4) Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan (sales growth) menunjukan sejauh mana perusahaan dapat meningkatkan penjualannya dibandingkan dengan total penjualan secara keseluruhan.

Pertumbuhan Penjualan = (Pt – (Pt – 1) / Pt – 1) X 100%

Keterangan :

Pt : Penjualan tahun sekarang

Pt- 1 : Penjualan tahun lalu

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015 - 2019. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling . Metode ini menggunakan pengumpulan data berupa sampel yang menampilkan data mengenai informasi secara lengkap yang menggunakan kriteria tertentu. Adapun kategori dalam sampel ini antara lain :

No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman yang listing di BEI selama tahun 2015 – 2019. 24
2 Perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman yang tidak terdaftar berturut-turut di BEI tahun 2015 – 2019. ( 10 )
3 Perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman yang mengalami kerugian dan saldo laba bernilai negatif selama tahun 2015 – 2019 ( 3 )
4 Perusahaan manufaktur subsector makanan dan minuman yang mengalami penurunan penjualan selama tahun 2015 – 2019. ( 4 )
5 Perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman yang memiliki nilai Cash Effective Tax Rate (CETR) lebih dari 1 selama tahun 2015 - 2019 ( 1 )
Jumlah total perusahaan sampel (6 perusahaan x 5 tahun dari 2015-2019 ) 30
Table 1.Kriteria Penentuan Sampel

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yangndigunakan dalam penelitiani ini yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh Secaran tidak langsung, melainkan diperoleh dari keterangan, catatan, dokumentasi dan laporan keuangan yang dikeluarkan atau dipublikasikan oleh suatu instansi. Penelitian ini dilakukanndengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu .

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS versi 25 untuk alat pengolahan datanya.Berdasarkan uraian tersebut tahapan analisis data yaitu sebagai berikut :

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan bidang ilmu statistika yang mempelajari cara – cara pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data suatu penelitian. Kegiatan – kegiatan yang termasuk pada kategori ini antara lain yaitu kegiatan pengumpulan data, pengelompokan data, penentuan nilai dan fungsi statistik, pembuatan grafik, diagram dan gambar. Parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai rata – rata (mean), standar deviasi, dan kisaran skor (maksimum dan minimum).

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Uji Normalitas

Pengujian asumsi normalitas adalah untuk menguji data variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Jika berdistribusi normal, maka analisis data dan pengujian hipotesis digunakan statistik parametrik.Data dapat dikatakan telah terdistribusi secara normal jika memenuhi kriteria: Angka signifikan (SIG) > 0,05 maka data berkontribusi normal dan Angka signifikan (SIG) < 0,05 maka data tidak berkontribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas mempunyai tujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas [6]. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikoliniearitas yaitu dengan menggunakan nilai tolerance dan nilai VIF.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah di dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual pengamatan satu ke pengamatan lain. Model regresi yang baik seharusnya homokedastisitas yaitu varians residual yang tetap. Dasar analisis dari Scatterplot adalah jika terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar secara acak di atas dan di bawah sumbu Y di dalam grafik Scatterplot maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terhindar dari heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah pengujian terhadap adanya korelasi atau hubungan antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Pengujian terhadap adanya gejala autokorelasi dalam data yang dianalisis dapat dilakukan dengan cara menggunakan uji Durbin-Watson. Jika nilai Durbin-Watson berkisar antara nilai batas atas (du) maka diperkirakan tidak terjadi autokorelasi. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :

a.Jika DW < DL atau DW > 4DL, maka kesimpulannya pada data terdapat autokolerasi.

b.Jika DU < DW < 4-DU, maka kesimpulannya pada data tidak terdapat autokolerasi.

c.Jika DL < DW < DU atau 4-DL < DW < 4-DL, maka tidak ada kesimpulan yang pasti.

3. Analisis Regresi Berganda

Analisa yang digunakan untuk menguji hipotesa apakah variabel –variabel Karakter Eksekutif, Intensitas Aset Tetap, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan mempengaruhi Tax Avoidance adalah analisis regresi linier berganda. Dalam regresi linier berganda terdapat satu variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas yang mempengaruhinya. Model regresi linier berganda ini adalah model yang menggunakan lebih dari satu variabel independen. Uji T akan dilakukan dalam penelitian ini guna untuk mengetahui pengaruh variabel – variabel terhadap tax avoidance.

G. Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi dari keempat variabel, dalam hal ini adalah Intensitas Aset Tetap, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax Avoidance menggunakan perhitungan statistik secara parsial (uji t).

1. Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Uji statistik t disebut juga uji signifikan individual. Uji t ini menunjukkan seberapa jauh pengaruhvariabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Kriteria untuk penerimaan atau penolakan hipotesis nol (Ho) yang digunakan dengan tingkat kesalahan 0,05 atau 5% adalah :H0 diterima apabila : sig > 0,05, H0 ditolak apabila : sig < 0,05. Bila Ho diterima, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel independen secara parsial tidak ada pengaruh terhadap variabel dependen dinilai. Sedangkan penolakan Ho menunjukkanadanya pengaruh dari variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Hasil dan Pembahasan

Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi.Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut. Hasil analisis deskriptif adalah sebagai berikut:

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INTENSITAS ASET TETAP (X1) 32 ,24 ,56 ,3738 ,10817
LEVERAGE (X2) 32 ,16 1,77 ,8506 ,43304
SIZE (X3) 32 27,07 32,20 29,4284 1,58521
SALES GROWTH (X4) 32 ,00 2,43 ,1828 ,41899
CETR (Y) 32 ,16 ,81 ,2725 ,10842
Valid N (listwise) 32
Table 2.Hasil Uji Statistik DeskriptifData sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata tertinggi berada pada variabel ukuran perusahaan (size )yaitu 29,4284 , sedangkan yang terendah adalah variabel pertumbuhan penjualan (sales growth) yakni 0,1828. Untuk standar deviasi tertinggi berada pada variabel ukuran perusahaan (size) yaitu 1 ,58521 dan yang terendah adalah variabel intensitas aset tetap yaitu 0,10817.

2. Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Figure 2.Grafik P-P Plot

Hasil uji normalitas dengan menggunakan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa regresi memenuhi asum si normal. Berdasarkan tab el diatas menunjukkan adanya titik-titk (data) yang tersebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titk-titik tersebut mengikuti garis diagonal. Hal ini berarti bahwa model-model regresi dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas.

b) Uji Multikolinieritas

Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -,414 ,129 -3,204 ,004
INTENSITAS ASET TETAP (X1) -,037 ,073 -,071 -,511 ,002 ,611 1,636
LEVERAGE (X2) ,001 ,017 ,004 ,029 ,977 ,787 1,271
SIZE (X3) ,023 ,004 ,777 5,972 ,000 ,705 1,419
SALES GROWTH (X4) -,011 ,013 -,096 -,836 ,411 ,909 1,100
a. Dependent Variable: CETR (Y)
Table 3.Hasil Uji MultikolinieritasData sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel 3 dari hasil analisis uji multikolinieritas di atas, maka dihasilkan nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, yaitu 1,636untuk variabel intensitas aset tetap, 1,271 untuk variabel leverage, 1,419 untuk variabel ukuran perusahaan,1,100 untuk variabel pertumbuhan penjualan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.

c) Uji Heterokedastisitas

Figure 3.Hasil Uji Heterokedastisitas

Dari hasil analisis uji heteroskedastisitas di atas, pada grafik scatterplot terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tersebar di atas maupun dibawah angka 0 sumbu Y. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model regresi dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

d) Uji Autokorelasi

Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,838a ,702 ,654 ,02965 1,867
a. Predictors: (Constant), SALES GROWTH (X4), INTENSITAS ASET TETAP (X1), LEVERAGE (X2), SIZE (X3)
b. Dependent Variable: CETR (Y)
Table 4.Hasil Uji Autokorelasi

Berdasarkan tabel 5 di atas, dihasilkan durbin Watson sebesar 1,867. Nilai ini akan dibandingkan dengan DW tabel dengan jumlah sample 30, jumlah variabel bebas 4 dan tingkat kepercayaan 5% di dapat nilai batas bawah (dl) = 1,1426 dan batas atas (du) = 1,7386. Oleh karena nilai du(1,7386) < DW(1,867) < 4-du(2,2614), maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

3. Uji Regresi Berganda

Berdasarkan tabel 6 di atas, persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:

CETR = -0,414 - 0,037 X1 + 0,001 X2 + 0,023 X3 -0,011 X4

Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa :

  1. Nilai konstanta sebesar -0,414 mengindikasikan bahwa jika variable independen (Intensitas Asset Tetap, Leverage, Size dan Sales Growth) adalah nol maka penghindaran pajak terjadi sebesar -0,414.
  2. Koefisien regresi variabel intensitas aset tetap (X1) sebesar -0,037 menunjukkan kearah negatif, mengindikasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel intensitas aset tetap menurunkan penghindaran pajak sebesar -0.037.
  3. Koefisien regresi variabel Leverage (X2) sebesar 0,001 menunjukkan kearah positif, mengindikasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel Leverage meningkatkan penghindaran pajak sebesar 0,001.
  4. Koefisien regresi variabel Size (X3) sebesar 0,023menunjukkan kearah positif, mengindikasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel Size meningkatkan penghindaran pajak sebesar 0,023.
  5. Koefisien regresi variabel Sales Growth (X4) sebesar -0,011 menunjukkan kearah negatif, mengindikasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan variable Sales Growth menurunkan penghindaran pajak sebesar -0,011.

4. Uji Hipotesis

a. Uji t (Uji Parsial)

Hasil pengujian parsial dapat dilihat pada tabel 4.7 diatas sehingga dapat disimpulkan bahwa :

  1. Hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini adalah Intensitas Aset Tetap yang berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Tabel 4.7menunjukkan variabel Intensitas Aset Tetap memiliki nilai t sebesar -0,511dengan tingkat sig.sebesar 0,002, Tingkat sig. ini lebihkecil dari 0,05 yang berarti H1 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara individual variabel Intensitas Aset Tetap berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
  2. Hipotesis 2 (H2) dalam penelitian ini adalah Leverage yang berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Tabel 4.7 menunjukkan variabel Leveragememiliki nilai t sebesar 0,029 dengan tingkat sig.sebesar 0,977, Tingkat sig. ini lebih besar dari 0,05 yang berarti H2 ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara individual variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
  3. Hipotesis 3 (H3) dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Tabel 4.7 menunjukkan variabel Ukuran Perusahaan memiliki hasil uji t dengan nilai t sebesar 5,972 dengan tingkat sig. sebesar 0,000 dimana lebih besar dari 0,05 yang berarti H3 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara individual variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
  4. Hipotesis 4 (H4) dalam penelitian ini adalah pertumbuhan penjualan yang berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Tabel 4.7 menunjukkan variabel pertumbuhan penjualan memiliki nilai t sebesar -0,836 dengan tingkat sig. sebesar 0,411 , dimana lebih besar dibandingkan 0,05 yang berarti H4 ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara individual variabel Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah digunakan dan juga pembahasan yang telah diuraikan mengenai Pengaruh Intesitas Aset Tetap, Leverage , Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax Avoidance, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1) Intensitas aset tetap berpengaruh terhadap tax avoidance.

2) Leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

3) Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance.

4) Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

References

  1. Dharma, I Made S. dan Ardiana , Putu Agus. 2016. Pengaruh Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan dan Koneksi Politik terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol 15 No.1, 2016. hal 584-613.
  2. Swingly, Calvin dan Sukartha, I Made. 2015. Pengaruh Karakteristik Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol 10, No. 1, 2015. hal 47-62.
  3. Permata, Amanda Dhinari., Nurlaela, Siti dan Masitoh, Endang. 2018. Pengaruh Size, Age, Profitability, Leverage dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi dan Pajak. Vol 19 No. 1, 2018. Hal 10-20.
  4. Purwanti, Shinta Meilina dan Sugiyarti, Listya. 2017. Pengaruh Intensitas Aset Tetap, Pertumbuhan Penjualan dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan. Vol 5 No.3, 2017. Hal 1625-1642.
  5. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.Bandung.
  6. Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit UNDIP. Semarang.
  7. Alhusin, S. 2003. Aplikasi Statistik Praktis dengan Menggunakan SPSS 10 for Windows (Kedua). Graha Ilmu. Yogyakarta.
  8. Dewinta, Ida Ayu Rosa dan Setiawan, Putu Ery. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi. Vol 14 No.3, 2016. hal 1584-1613.
  9. Huda, Nailul. 2017. Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Karakteristik Eksekutif terhadap Tax Avoidance (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015). JOM Fekon. Vol 4 No.1, 2017. Hal 2795-2806.
  10. Mardiasmo. 2018. Perpajakan-Edisi Terbaru 2018. Penerbit Andi. Yogyakarta.
  11. Ningsih, Hestia., Suryani, Elly dan Kurnia. 2018. Pengaruh Karakter Eksekutif, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Studi pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016). E-Proceeding of Management. Vol 5 No.3, 2018. Hal 3421-3428.
  12. Nurjanah, Minah., Diatmika, I Putu Gede dan Yasa, I Nyoman Putra. 2017. Pengaruh Profitabilitas, Capital Intensity Ratio, Size dan Leverage Perusahaan pada Manajemen Pajak (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016). E-Journal S1 Ak. Vol 8 No.2, 2017.
  13. Suandy, Erly. 2016. Perencanaan Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
  14. Riantami, Vivi Lestari dan Triyanto, Dedik Nur. 2018. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Financial Distress, Intensitas Aset Tetap dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax Avoidance (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017). Jurnal Aksara Public. Vol 2 No.4, 2018. Hal 23-35.
  15. Vidya R, Desi H , dan Ulfi Maryati. 2021. Analisa Pengaruh Kompetisi Pasar Produk, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Property, Plant And Equipment (PPE) Dan Pertumbuhan Penjualan TerhadapTax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis. Vol. 14, No. 1, Mei 2021, 75-84.