Abstract
This study aims to determine the effect of dividend policy on financial performance with capital structure as an intervening variable. This study uses quantitative methods with secondary data as a data source. In this study the population data used are all pharmaceutical companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The observation period was from the 2016-2020 period. In this study, non-probability sampling technique used in this study is purposive sampling. There are 8 pharmaceutical companies used as samples in this study. The data analysis technique used in this research is Structural Equation Modeling Partial Least Square (SEM-PLS). The results of this study indicate that Dividend Policy Affects Financial Performance. Dividend Policy Affects Capital Structure. Capital Structure Affects Financial Performance. Capital Structure Mediates the Effect of Dividend Policy on Financial Performance
Pendahuluan
Salah satu industri yang mendukung perekonomian Indonesia adalah industri farmasi. Industri ini bergerak dibidang produksi obat-obatan, nutrisi, dan penyediaan alat kesehatan. Disamping itu, daya beli yang meningkat, kesadaran masyarakat akan kesehatan dan pola hidup yang meningkat menjadi dasar yang kuat untuk mengembangkan industri farmasi di Indonesia. Perkembangan industri farmasi di Indonesia berjalan dengan sangat cepat.
Indonesia sebagai negara besar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak merupakan pasar farmasi yang sangat menjanjikan. Untuk itu sangat besar peranan yang dapat diambil oleh industri farmasi dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan kesehatan masyarakat melalui penyediaan obat yang dibutuhkan di sarana pelayanan kesehatan. Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, pola penyakit juga mengalami perubahan. Industri farmasi yang ada di Indonesia saat ini telah mampu memenuhi 90% kebutuhan pasar farmasi dalam negeri. Hal ini merupakan prestasi yang patut dibanggakan karena produksi tersebut didominasi oleh produk lokal.
Alasan memilih perusahaan farmasi karena industri farmasi di Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan sepanjang tahun 2014 melambat 8 persen dengan nilai transaksi sekitar Rp 56 triliun, karena akses masyarakat terhadap produk farmasi dan layanan kesehatan masih rendah, dan pada saat peneliti mengambil data di Bursa Efek Indonesia laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan farmasi memiliki kualitas data yang baik dari tahun 2010 sampai 2014 hal ini ditunjukkan dengan besarnya modal yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan.
Pasar farmasi Indonesia tahun 2015 tumbuh 11,8% menjadi US$ 4,6 miliar atau setara Rp 56 triliun dibanding tahun lalu, menurut International Pharaceutical Manufacture Group (IPMG, 2015). Perkiraan nilai pasar mencerminkan belanja farmasi sebesar (US$ 19 per kapita per tahun, dengan perusahaan nasional menguasai 70% pasar. Tahun 2016 penjualan industri farmasi diperkirakan mencapai Rp 62 triliun dan akan naik sampai Rp 72 trilium. Hal ini menandakan perusahaan farmasi merupakan industri yang besar dan terus berkembang. Maka, dengan demikian perusahaan farmasi harus dapat mempertahankan kesuksesan ini.
Kebijakan dividen merupakan rasio antara dividen yang dibayarkan per lembar saham (DPS) dengan laba bersih per saham (EPS) yang diperoleh perusahaan disebut Dividend Payout Ratio (DPR). DPR menunjukkan tingkat bagi-hasil atau pengembalian kepada investor. Semakin tinggi DPR maka semakin tinggi pengembalian yang diberikan kepada pemegang saham. Dalam model kebijakan residual, dividen yang dibayarkan ditentukan dari besarnya laba bersih dikurangi jumlah saldo laba ditahan yang dibutuhkan untuk membiayai proyek-proyek investasi perusahaan. Oleh karena itu, dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik dari segi internal maupun eksternal. Faktor internal seperti adanya pertumbuhan, profitabilitas, likuiditas dan struktur modal dimungkinkan dapat mempengaruhi perusahaan dalam kebijakan membayar dividennya.
Struktur modal bisa didefinikan dengan banyak cara. Di Amerika Serikat adalah sesuatu yang umum, untuk mendefinisikan struktur modal dalam bentuk rasio hutang jangka panjang. Pada sejumlah negara khususnya negara berkembang, perusahaan menggunakan baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang untuk mendanai asetnya, termasuk aktiva lancar. Umumnya perusahaan di negara berkembang mengganti hutang jangka pendeknya dengan hutang jangka panjang dan melakukan roll over hutang jangka pendeknya. Oleh karena itu, lebih cocok dalam konteks ekonomi yang sedang berkembang, untuk mendefinikan struktur modal sebagai rasio total hutang terhadap ekuitas. Struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Sementara itu struktur keuangan adalah perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri. Dengan kata lain struktur modal adalah merupakan bagian dari struktur keuangan [1]. Struktur modal merupakan variabel perantara (intervening variable) antara kepemilikan institusional, profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). DER adalah kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutang dengan melihat modal sendiri perusahaan. Dimana total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang). Sedangkan total modal sendiri dibagi dengan total modal saham yang disetor dan laba ditahan.
Perlu dilakukan adanya penelitian lanjutan yang berguna untuk mengetahui hasil temuan yang jika diterapkan pada kondisi lingkungan dan waktu yang berbeda, karena dalam fenomena di atas dan juga penelitian terdahulu masih menghasilkan temuan yang tidak konsisten. Maka dari itu dalam penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan dengan menggunakan periode waktu dan obyek yang berbeda dari penelitian sebelumnya, sehingga akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula dengan penelitian terdahulu.
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode 2016-2020. Perlu dilakukan adanya penelitian lanjutan untuk melengkapi penelitian terdahulu mengenai Kinerja Keuangan yang pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan variable Kebijakan Dividen, Kinerja Keuangan Dan Struktur Modal.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya . Perbedaannya pada populasi, waktu dan sampel yang digunakan yaitu Perusahaan Farmasi Yang terdaftar di BEI Periode 2016-2020. Pada penelitian ini mengambil objek perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Alasan peneliti mengambil judul ini karena terdapat perbedaan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan berpengaruh sedangkan peneliti yang lainnya menyatakan tidak berpengaruh. Hal tersebut menyimpulkan bahwa penelitian ini belum konsisten. Dari uraian latar belakang diatas, peneliti mengambil judul “PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2016-2020)”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Apakah Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode 2016-2020 ?
- Apakah Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode 2016-2020?
- Apakah Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode 2016-2020?
- Apakah Struktur Modal Memediasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode 2016-2020?
Metode Penelitian
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan data sekunder sebagai sumber data [2]. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan tahunan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020. Penelitian ini menganalisa dan menjelaskan Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening.
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan asosiatif serta menggunakan pengujian hipotesis untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel. Sebagai langkah awal peneliti mencari acuan studi literature dari jurnal, artikel, maupun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan variabel Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening. Tahap kedua dan selanjutnya peneliti menetapkan rumusan masalah, menentukan hipotesis, dan data-data yang akan diperlukan.Pengumpulan data berasal dari data sekunder berupa data historis yang diperoleh dari berbagai sumber melalui media perantara. Data sekunder tersebut meliputi buku referensi, literature, laporan keuangan dan informasi mengenai Kinerja Keuangan.
Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini tidak terdapat informasi tempat penelitian, karena peneliti menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan dari BEI yang diakses melalui website resmi www.idx.co.id.
Definisi Operasional, Identifikasi Variabel dan Indikator Variabel
a. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian.
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu variabel independen dan variabel dependen.
1) Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen (terikat) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Keuangan (Y). Kinerja keuangan digunakan sebagai tolok ukur sebuah keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk mengukur kinerja perusahaan dapat diukur dengan rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas manajemen yang dihitung oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. Profitabilitas diukur dengan indikator Return On Equity (ROE). Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas pemegang saham. Semakin besar hasil ROE maka kinerja perusahaan semakin baik. Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen meningkat dalam mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih (profitabilitas meningkat). Jadi dapat dikatakan bahwa selain memperhatikan efektivitas manjemen dalam mengelola investasi yang dimiliki perusahaan, investor juga memperhatikan kinerja manajemen yang mampu mengelola sumber dana pembiayaan secara efektif untuk menciptakan laba bersih. ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham.
2) Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Kebijakan Dividen.
a) Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen yang optimal merupakan kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga saham perusahaan [4]. Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan berapa besar akan disisihkan untuk investasi dimasa yang akan datang. Dividend Payout Ratio juga berkaitan erat dengan Debt To Equity Ratio.
Sistematika DPR dapat dirumuskan sebagai berikut [5]:
Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividend per share dengan earning per share, jadi secara perspektif yang dilihat adalah pertumbuhan dividend per share terhadap pertumbuhan earning per share pada periode yang bersangkutan.
b) Variabel Intervening
Variabel intervening merupakan variabel yang menjadi perantara antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel intervening adalah Struktur Modal. Struktur modal merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan total aktiva untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan yang didanai oleh hutang jangka panjang perusahaan [6]. Variabel struktur modal diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders’e equity yang dimiliki perusahaan [7]. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham dalam bentuk dividen karena kewajiban dalam membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen [8]. nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya DER akibat dari adanya efek corporate tax shield. Sehingga perusahaan yang memiliki hutang besar akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil daripada perusahaan yang memiliki hutang kecil.
No | Variabel | Indikator | Skala Pengukuran |
1 | Kinerja Keuangan (Y) | ROE | Rasio |
2 | Kebijakan Dividen (X2) | DPR | Rasio |
3 | Struktur Modal (Z1) | Debt To Equity Ratio | Rasio |
Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari kumpulan elemen yang memiliki sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang untuk diteliti dan dapat digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan [10]. Dalam penelitian ini data populasi yang digunakan adalah semua perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan yang dilakukan dari periode 2016-2020.
b. Sampel
Sampel merupakan suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian [11]. Perusahaan yang menjadi sampel dari penelitian ini dipilih menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu atau karakteristik tertentu.
Kriteria dari pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
- Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo periode tahun 2016-2020
- Menyajikan laporan keuangan lengkap pada periode tahun 2016-2020
- Mengungkapkan laporan keuangan nya melalui web
Ada perusahaan yag digunakan sampel , sebagai berikut :
No | Kriteria Sampel | Jumlah Perusahaan |
1. | Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2016 - 2020 | 10 |
2. | Perusahaan yang tidak membagikan dividen pada tahun penelitian 2016-2020 | (2) |
3. | Perusahaan yang tidak mengungkapkan laporan keuangannya di web periode tahun 2016 - 2020 | (0) |
4. | Jumlah perusahaan yang diteliti | 8 |
5. | Jumlah observasi 8 x 5 tahun | 40 |
Teknik Analisis
Untuk melakukan analisis dan membuktikan hipotesis dan memberikan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan analisis penelitian kuantitatif inferensial. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan pengujian secara empiris terhadap hipotesis yang sudah dikembangkan adalah dengan Structural Equation Modelling Partial Least Square (SEM-PLS). Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode fisrt order construct dan second order construct. First order construct adalah konstruk yang didefinisikan dapat diukur langsung oleh indikator-indikatornya. Sedangkan second order construct adalah konstruk tidak diukur langsung oleh indikator akan tetapi melalui dimensi-dimensi atau komponen dari masing-masing konstruk untuk selanjutnya dimensi tersebut baru diukur oleh indikator-indikatornya [12].
Teknik analisis SEM-PLS menjadi pilihan dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini karena:
1. Penelitian ini bersifat eksplorasi atau perluasan teori yang sudah ada dengan tujuan mengidentifikasi variabel determinan utama atau memprediksi dan menjelaskan konstruk atau variabel laten yang menjadi target [13].
2. Dalam penelitian ini adanya asumsi data yang relatif longgar tidak memerlukan normalitas data dan model pengukuran yang dianalisis seluruhnya adalah pengukuran reflektif. Asumsi distribusi data dalam SEM PLS lebih longgar dalam arti tidak mensyaratkan variabel-variabelnya untuk memenuhi kriteria analisis parametrik seperti normalitas multivariat.
3. Model struktural penelitian ini cukup kompleks (memiliki banyak indikator). Penelitian ini hanya mengestimasi model satu arah (recursive).
4. Mampu menguji model penelitian yang kompleks (variabel eksogen dan variabel endogen dengan mediating) secara simultan sehingga mampu mengestimasi model secara serempak (simultan) dan lebih tepat dalam pengujian teori. SEM dapat menganalisis model secara keseluruhan sehingga membantu peneliti menyimpulkan apakah model menurut teori didukung oleh data.
5. SEM-PLS mampu menganalisis variabel yang tidak dapat diukur secara langsung (unobserved variables) dan memperhitungkan kesalahan pengukuran karena secara konsep variabel telah diukur secara sempurna dengan menggunakan indikator atau item pertanyaan. Variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dalam terminolgi SEM disebut variabel laten atau konstruk yang harus diukur dengan indikator atau manifest.
6. SEM-PLS sebagai teknik yang sudah mapan dan telah digunakan oleh para peneliti di berbagai bidang ilmu. [14] melaporkan perkembangan pengguna SEM-PLS yang semakin meningkat secara signifikan pada 5 tahun terakhir melalui pantauan publikasi jurnal internasional. Teknik ini mampu menghitung kooefisin jalur (path coefficient), dapat memprediksi konstruk, menganalisis data multivariat, mengembangkan dan menguji hubungan antar variabel berdasarkan teori dan metode yang beragam dalam penelitian manajemen strategi. SEM-PLS sangat tepat digunakan untuk menganalisis data multivariat dalam bidang manajemen dan strategi [15].
Data untuk setiap indikator dalam analisis kuantitatif dilakukan pengukuran dengan menggunakan skala likert mulai skala 1 (sangat tidak setuju) hingga skala 5 (sangat setuju). Dengan demikian perbedaan atas sikap atau persepsi responden dapat diakomodasikan sesuai dengan daftar isian pernyataan dalam instrumen penelitian.
b. Analisis Data dengan SEM-PLS
tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penggunaan teknik analisis dengan model SEM-PLS adalah sebagai berikut:
1. Mengevaluasi model pengukuran (Outer Model)
Tahap evaluasi model pengukuran (outer model) ini adalah mengevaluasi validitas dan reliabilitas setiap konstruk atau variabel laten (model). Pengukuran model dengan indikator reflektif dilakukan evaluasi melalui validitas convergent dan discriminant untuk indikator pembentuk konstruk laten, serta melalui composite reliability dan cronbach alpha untuk blok indikatornya. Validitas convergent berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur (manifest variabel) dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Uji validitas ini dapat dilihat dari nilai loading factor untuk setiap konstruk. Nilai loading factor yang dipersyaratkan harus lebih besar dari 0,7 dan nilai average variance extracted (AVE) harus lebih besar dari 0,5. Validitas discriminant adalah berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur (manifest variabel) dari kontruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi tinggi. Menguji validitas ini dilakukan dengan melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus lebih besar dari 0,70 dan juga bisa dilakukan dengan membandingkan akar kuadrat AVE untuk setiap konstruk dengan nilai korelasi antar konstruk dalam model. Persyaratan uji validitas tersebut dapat diringkas dalam Tabel sebagai berikut:
Validitas | Parameter | Persyaratan |
Validitas Convergent | Loading Factor | > 0,70 |
Communality | > 0,50 | |
AVE (Average Variance Extraced) | > 0,50 | |
Validitas Discriminant | Cross loading | > 0,70 |
Akar kuadrat AVE dan korelasi antar konstruk laten | Akar kuadrat AVE > korelasi antar konstruk laten |
Tahap berikutnya dalam pengukuran model yaitu menguji reliabilitas (keakuratan) setiap konstruk. Uji ini dilakukan untuk membuktikan tingkat akurasi, konsistensi dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Menguji reliabilitas konstruk dengan indikator reflektif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Composite Reliability 0,70 dan Cronbach Alpha dengan nilainya harus lebih besar dari 0,70.
2. Mengevaluasi model struktural (Inner Model)
Setelah evaluasi model pengukuran terpenuhi maka dilakukan evaluasi terhadap model struktural yang menghubungkan antar variabel laten (konstruk) yang dilambangkan dengan lingkaran atau oval. Dalam tahap ini akan diperoleh hasil estimasi koefisien jalur dan tingkat signifikansi yang berguna dalam pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian hipotesis. Selain itu diperoleh juga indikator-indikator goodness of fit untuk mengevaluasi model secara keseluruhan. Mengevaluasi model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-Squares untuk setiap variabel lanten endogen sebagai kekuatan prediksi dan model struktural. Nilai ini juga merupakan uji goodness of fit model. Perubahan nilai R-Squares digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen, apakah mempunyai pengaruh substantif. Nilai R-Squares: 0,67 untuk variabel laten endogen dalam model struktural menunjukkan model kiat, 0,33 menunjukkan model moderat, dan 0,19 menunjukkan model lemah [16].
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan 2 tahap, yaitu :
- Melakukan estimasi direct effect. Untuk mengetahui pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan.
- Melakukan indirect effect, secara simultan dengan triangle PLS SEM Model, yaitu Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Struktur Modal Sebagai Variable Mediasi.
Uji hipotesis di lihat dengan tingkat signifikasi 5%. Jika nilai Pvalue di bawah 5% maka hipotesis diterima. Begitu juga sebaliknya jika P value di atas 5% maka hipotesis di tolak. Tahap berikutnya adalah evaluasi model struktural dilakukan dengan melihat nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar variabel melalui prosedur bootstrapping. Prosedur ini menggunakan seluruh sampel asli untuk dilakukan resampling kembali. Nilai signifikansi yang digunakan (two-tailed) t-value 1,65 (signifikan level 10%), 1,96 (signifikan level 5%) dan 2,58 (signifikan level 1%)
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Evaluasi Outer Model ( Measurement Model)
Evaluasi model pengukuran dilakukan bertujuan untuk melihat hubungan antar variable laten dengan indicator-indikatornya akan memvaliditasi model dan menguji reliabilitas kontruksnya sebagaimana teori yang digunakan dari riset-riset terdahulu. Dalam melakukan uji Outer model dengan menggunakan SEM berbasis PLS, terdapat tiga kriteria yang dapat digunakan, yaitu: Composite Reliability, Discriminant Validity dan Convergent Validity. Tahapan dalam evaluasi ini dimulai dengan menguji relaibilitas konstruk yaitu menggunakan composite reliability (CR) kemudian dengan melihat average variable extacted (AVE), dan melalui alpha cronbach’s. Jika nilai CR lebih besar dari 0.7. Nilai AVE minimum adalah 0,5 dan nilai alpha cronbach’s minimum nilai 0,6, maka konstruk dianggap reliabel. Menguji validitas konstruk dengan menggunakan convergent validity dan discriminant validity. Convergent validity menguji hubungan antar manifes variable dalam sebuah kontruk dengan ukuran AVE, sedangkan discriminant validity untuk menguji hubungan manifes variable dalam sebuah konstruk berhubungan dengan manifes variable konstruk yang lain dalam sebuah model struktur. discriminant validity diukur dengan cross loadings konstruk yang diterima jika outer loading setiap item konstruk lebih besar 0,70 dan AVE sebesar 0,5 atau lebih.
1. Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk
Untuk konstruk dengan indicator reflektif, uji reliabilitas indicator dalam PLS dilakukan dengan melihat nilai loading factor dari masing-masing indicator yang mengukur konstruk tersebut yang menunjukkan korelasi antar skor item atau skor komponen dengan skor konstruk. Uji validitas ini dapat dilihat dari loading factor untuk setiap konstruk. Nilai loading factor yang dipersyaratkan harus lebih dari 0,7 dan nilai average variance extracted (AVE) harus lebih besar dari 0,5. Validitas discriminant adalah berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur (manifest variable) dari konstruk yang berbeda. Seharusnya tidak berkorelasi tinggi. Menguji validitas ini dilakukan dengan melihat cross loadings untuk setiap variable harus lebih besar dari 0,70 dan juga bisa dilakukan dengan membandingkan akar kuadrat AVE untuk setiap konstruk dengan nilai korelasi antar konstruk dalam model . Hasil dari pengolahan data dengan SmartPLS dapat dilihat pada tabel dibawah.
Kebijakan Dividen (X1) | Kinerja Keuangan ( Y) | Struktur Modal (Z) | |
X1 | 0,919 | ||
Y | 0,899 | ||
Z | 0,809 |
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS yang ditampilkan pada Tabel menunjukkan bahwa seluruh indikator telah memiliki valitidas yang baik karena memiliki loading faktor diatas 0,7. Oleh karena itu, pengujian validitas dengan outer loadings telah terpenuhi. Hal ini menunjukkan juga bahwa model pengukuran mempunyai potensi untuk diuji lebih lanjut.
Selanjutnya untuk menguji reliabilitas konstruk yang bersifat reflektif dalam penelitian ini menggunakan dasar alpha croncbach, composite reliability dan average extracted (AVE) dengan hasil yang menunjukkan bahwa nilai dari semua konstruk lebih besar dari batas minimum alpha cronbach lebih besar dari 0,7, composite reliability lebih besar atau sama dengan 0.70 dan AVE lebih besar atau sama dengan 0,5 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Cronbach's Alpha | rho_A | Reliabilitas Komposit | Rata-rata Varians Diekstrak (AVE) | |
KEBIJAKAN DIVIDEN (X1) | 0,987 | 0,871 | 0,965 | 0,835 |
KINERJA KEUANGAN ( Y) | 0,900 | 0,700 | 0,942 | 0,944 |
STRUKTUR MODAL (Z) | 0,811 | 0,788 | 0,812 | 0,823 |
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai composite reliability untuk semua konstruk adalah lebih besar dari 0,7. Dengan demikian semua kontruk pada model yang diestimasi sudah memenuhi persyaratan internal consistensi reliability. Begitu juga dengan melihat nilai cronbach’s alpha bahwa nilainya lebih besar dari 0,7. Dengan demikian cronbach’s alpha telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima. Nilai AVE dalam tabel tersebut juga menunjukkan lebih besar dari 0,50, maka indicator yang digunakan telah memenuhi syarat validitas konvergen .
Selanjutnya mengukur validitas diskriminan yang berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi tinggi. Uji validitas diskriminan dilakukan dengan melihat nilai cross loading. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai cross loading sebagaimana di tabel berikut.
KEBIJAKAN DIVIDEN (X1) | KINERJA KEUANGAN ( Y) | STRUKTUR MODAL (Z) | |
X1 | 1,000 | 0,503 | -0,410 |
Y | 0,503 | 1,000 | -0,147 |
Z | -0,410 | -0,147 | 1,000 |
Dengan melihat tabel diatas menunjukkan bahwa setiap indicator memiliki nilai loading factor tertinggi ketika dihubungkan dengan konstruk yang lain. Dengan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid atau sudah memenuhi persyaratan validitas diskriminan.
Untuk memenuhi validitas diskriminan berikutnya dapat dilakukan dengan membandingkan akar AVE (square root of average varians extracted) terhadap setiap konstruk dengan korelasi antara kontruk dengan konstruk lainnya dalam suatu model. Setiap model dikatakan memenuhi syarat validitas diskriminan apabila akar AVE setiap konstruk lebih besar dapada korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam suatu model. Hasil penelitian ini terkait validitas diskriminan dapat dilihat pada tabel berikut :
KEBIJAKAN DIVIDEN (X1) | KINERJA KEUANGAN ( Y) | STRUKTUR MODAL (Z) | |
KEBIJAKAN DIVIDEN (X1) | 1,000 | ||
KINERJA KEUANGAN ( Y) | 0,503 | 1,000 | |
STRUKTUR MODAL (Z) | -0,410 | -0,147 | 1,000 |
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai akar AVE pada diagonal lebih besar dari pada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model ini. Dengan demikian hasil perhitungan tersebut dapat dinyatakan bahwa model dengan indikatornya telah memenuhi syarat validitas diskriminan.
2. Evaluasi Inner model (model Struktural)
Evaluasi inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat estimasi koefisien jalur pengaruh antar konstruk. Nilai yang dihasilkan dalam analisis path coeffsient menjadi dasar saat melaksanakan estimasi. Hasil nilai positif menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan jika hasil nilainya negative maka pengaruh yang terkadi negative atau tidak berpengaruh. Nilai path coeffsient yang dicapai positif dan semakin tinggi maka pengaruhnya semakin tinggi pula.
Menguji hubungan dan tingkat signifikansi antar variable dalam evaluasi inner model dengan PLS dalam penelitian ini menggunakan beberapa parameter diantaranya Coefficient of Determinant (R2), Cross Validated redundancy atau inner model predictive relevance (Q2) dan path coefficient. Hair dkk (2014) menjelaskan bahwa parameter Coefficient of Determinant (R2) menunjukkan kombinasi pengaruh atas variable eksogen terhadap variable endogen. Sebagaimana persyaratan sebelumnya bahwa nilai R-square (R2) yang memenuhi kreteria adalah nilai 0,75 atau lebih termasuk dalam kategori model kuat, nilai 0,5 sebagai kriteria model sedang dan nilai 0,25 termasuk kriteria model lemah. Penelitian ini menunjukkan hasil analisis R-square (R2) seperti pada tebel berikut;
R Square | Adjusted R Square | |
KINERJA KEUANGAN ( Y) | 0,974 | 0,656 |
STRUKTUR MODAL (Z) | 0,681 | 0,617 |
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil menunjukkan sebagai model yang kuat dengan nilai R-square 0,974 diatas 0,75.
3. Hasil Analisis Koefisien Jalur Inner Model
No | Hubungan Variabel | Koefisien Jalur | |
1 | Kebijakan Dividen | Kinerja Keuangan | 0,532 |
2 | Kebijakan Dividen | Struktur Modal | 0,410 |
3 | Struktur Modal | Kinerja Keuangan | 0,710 |
Kebijakan Dividen terhadap Kinerja Keuangan mempunyai koefisien dengan arah positif. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur sebesar 0,532. Koefisien bernilai positif memiliki arti hubungan searah antara Kebijakan Dividen dengan Kinerja Keuangan.
Kebijakan Dividen terhadap Struktur Modal mempunyai koefisien dengan arah positif. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur sebesar 0,410. Koefisien bernilai positif memiliki arti hubungan searah antara Kebijakan Dividen dengan Kinerja Keuangan.
Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan mempunyai koefisien dengan arah positif. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur sebesar 0,710. Koefisien bernilai positif memiliki arti hubungan searah antara Struktur Modal dengan Kinerja Keuangan.
4. Pengujian Hipotesis
a) Pengaruh Langsung (Direct Effect) Antar Variabel
Tahap selanjutnya dalam penelitian ini dengan SEM-PLS adalah melakukan pengujian hipotesis pengaruh langsung antar variabel dengan melihat tabel 4.10 hasil bootstrapping seluruh sampel dengan menggunakan SmartPLS 3.2, sebagai berikut:
Sampel Asli (O) | Rata-rata Sampel (M) | Standar Deviasi (STDEV) | T Statistik (| O/STDEV |) | P Values | |
KEBIJAKAN DIVIDEN (X1) -> KINERJA KEUANGAN (Y) | 0,532 | 0,441 | 0,271 | 2,960 | 0,007 |
KEBIJAKAN DIVIDEN (X1) -> STRUKTUR MODAL (Z) | 0,410 | 0,430 | 0,067 | 6,120 | 0,000 |
STRUKTUR MODAL (Z) -> KINERJA KEUANGAN (Y) | 0,710 | 0,324 | 0,120 | 3,590 | 0,009 |
Hasil pengujian tersebut dapat diinterpretasikan berdasarkan pengaruh langsung (direct effect) antar variabel sebagai berikut:
1. Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan
Pada tabel hasil pengujian Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan menunjukkan bahwa t-statistics dengan nilai 2,960 yang berarti bahwa Kebijakan Dividen mempengaruhi Kinerja Keuangan secara positif. Dengan P Values 0,007, hal ini dapat dijelaskan bahwa Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Kebijakan Dividen yang di hadapi akan berdampak pada meningkatnya Kinerja Keuangan. Dengan demikian hipotesis pertama penelitian ini didukung.
2. Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Struktur Modal
Pada tabel hasil pengujian pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Modal menunjukkan bahwa t-statistics dengan nilai 6,120 yang berarti bahwa Kebijakan Dividen mempengaruhi Struktur Modal secara positif. Dengan P Values 0,000, hal ini dapat dijelaskan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Modal. Semakin tinggi Kebijakan Dividen yang di hadapi akan berdampak pada meningkatnya Struktur Modal. Dengan demikian hipotesis keempat penelitian ini didukung.
3. Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan
Pada tabel hasil pengujian pengaruh Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan menunjukkan bahwa t-statistics dengan nilai 3,590 yang berarti bahwa Struktur Modal mempengaruhi Kinerja Keuangan secara positif. Dengan P Values 0,009, hal ini dapat dijelaskan bahwa Struktur Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Struktur Modal yang di hadapi akan berdampak pada meningkatnya Kinerja Keuangan. Dengan demikian hipotesis kelima penelitian ini didukung.
No. | Hipotesis | Hasil | Statistik |
1 | Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan | Diterima | 2,960 > 1,960,007 < 0,05 |
2 | Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Struktur Modal | Diterima | 6,120 > 1,960,000 < 0,05 |
3 | Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan | Diterima | 3,590 > 1,96 0,009 < 0,05 |
b) Pengaruh Tidak Langsung (Inderect Effect) Antar Variabel
Pengujian selanjutnya dalam penelitian ini yaitu pengujian hipotesis pengaruh tidak langsung (inderect effect) antar variabel melalui variabel mediasi dengan melakukan proses bootstraping Smart PLS 3.2:
Sampel Asli (O) | Rata-rata Sampel (M) | Standar Deviasi (STDEV) | T Statistik (| O/STDEV |) | P Values | ||
KEBIJAKAN DIVIDEN (X1) -> STRUKTUR MODAL (Z) -> KINERJA KEUANGAN ( Y) | 0,291 | 0,405 | 0,054 | 4,537 | 0,004 |
1. Struktur Modal Memediasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan
Pada tabel hasil pengujian Struktur Modal Memediasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan menunjukkan bahwa t-statistics dengan nilai 4,537 yang berarti bahwa Struktur Modal Memediasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan. Dengan P Values 0,004, hal ini dapat dijelaskan bahwa Struktur Modal memediasi hubungan Kebijakan Dividen positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi Struktur Modal yang di hadapi akan berdampak pada meningkatnya hubungan Kebijakan Dividen terhadap Kinerja Keuangan. Dengan demikian hipotesis ketujuh penelitian ini didukung.
Pembahasan
1. Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan
Hasil pengujian Uji t variabel Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020 menunjukkan tingkat signifikansi dibawah tingkat signifikansi probabilitas dan nilai t hitung di atas nilai t tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan Kinerja Keuangan. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan.
Hal ini dikarenakan kebijakan dividen yang semakin besar akan meningkatkan kinerja keuangan. Pada PT. Darya Varial Laboratorium Tbk yang merupakan salah satu sampel penelitian, pada tahun 2019 memiliki DPR 0,18% dan ROE 17 % dan pada tahun 2020 memiliki DPR 0,25% dan ROE 12,2 %, dapat dilihat bahwa apabila DPR mengalami kenaikan maka ROE juga akan mengalami penurunan, karena dividen merupakan salah satu cara untuk melihat seberapa berhasilnya perusahaan tersebut. Apabila perusahaan mampu membagikan dividen dengan jumlah yang besar, menandakan bahwa kinerja keuangan perusahaan tersebut dalam kondisi yang baik.
Penelitian yang di lakukan oleh ([17]) ; [18]; [19]) menyatakan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. Sedangkan hasil penelitian yang di lakukan oleh ([20] ; [21]; [22] ; [23]) menyatakan bahwa Kebijakan Dividen tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
2. Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Struktur Modal
Hasil pengujian Uji t variabel Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020 menunjukkan tingkat signifikansi dibawah tingkat signifikansi probabilitas dan nilai t hitung di atas nilai t tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Struktur Modal diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan Struktur Modal. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan.
Hasil penelitian ini sesuai teori Pecking Order yang menyatakan bahwa aktivitas pendanaan perusahaan diprioritaskan pada laba ditahan, apabila laba ditahan besar maka DPR menjadi kecil dan DER menjadi kecil. Seperti pada tahun 2019, PT. Darya Varial Laboratorium Tbk memiliki DPR sebesar 0,186868687 atau 18% dengan nilai DER sebesar 0,4 atau 4%. Sedangkan tahun 2020, DPR yang dimiliki oleh PT. Darya Varial Laboratorium Tbk 0,255172414 atau 25% dengan nilai DER 0,5 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan DPR akan diikuti dengan DER yang meningkat pula.
Penelitian yang di lakukan oleh ([24]; [25]) menyatakan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Struktural Modal.
3. Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan
Hasil pengujian Uji t variabel Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020 menunjukkan tingkat signifikansi dibawah tingkat signifikansi probabilitas dan nilai t hitung di atas nilai t tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan Kinerja Keuangan. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan.
Hal ini dikarenakan pendanaan melalui hutang akan meningkatkan kinerja keuangan Perusahaan Farmasi dimana Perusahaan Farmasi yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak yang dapat memberikan manfaat bagi pemegang saham. peningkatan hutang dapat diartikan pihak luar mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya dimasa yang akan datang atau risiko bisnis yang rendah, sehingga penambahan hutang telah memberikan sinyal positif.
Penelitian yang di lakukan oleh ([26]; [27]; [28]; [29]) menyatakan bahwa Struktural Modal berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan. Sedangkan hasil penelitian yang di lakukan oleh ([30]; [31]) menyatakan bahwa Struktural Modal tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
4. Struktur Modal Memediasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan
Hasil pengujian Uji t variabel Struktur Modal Memediasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020 menunjukkan tingkat signifikansi dibawah tingkat signifikansi probabilitas dan nilai t hitung di atas nilai t tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Struktur Modal Memediasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan Kinerja Keuangan. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan.
Ketika kebijakan dividen Perusahaan Farmasi tinggi maka kinerja keuangan Perusahaan Farmasi juga dikatakan baik. Kinerja keuangan Perusahaan Farmasi dikatakan baik apabila Perusahaan Farmasi mampu membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Ketika Perusahaan Farmasi membagikan dividen, laba ditahan akan menjadi kecil. Agar aktivitas operasi dapat terus berjalan, Perusahaan Farmasi akan mencari dana eksternal untuk menutupi kekurangan dananya. Dana eksternal bisa berupa hutang, dimana hutang itu nantinya akan digunakan secara optimal untuk menghasilkan laba yang maksimal.
Penelitian yang di lakukan oleh ([32]) menyatakan bahwa Struktur Modal dapat Memediasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan.
Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan.
Hal ini dikarenakan kebijakan dividen yang semakin besar akan meningkatkan kinerja keuangan. Pada PT. Darya Varial Laboratorium Tbk yang merupakan salah satu sampel penelitian, pada tahun 2019 memiliki DPR 0,18% dan ROE 17 % dan pada tahun 2020 memiliki DPR 0,25% dan ROE 12,2 %, dapat dilihat bahwa apabila DPR mengalami kenaikan maka ROE juga akan mengalami penurunan, karena dividen merupakan salah satu cara untuk melihat seberapa berhasilnya perusahaan tersebut. Apabila perusahaan mampu membagikan dividen dengan jumlah yang besar, menandakan bahwa kinerja keuangan perusahaan tersebut dalam kondisi yang baik.
2. Kebijakan Dividen Berpengaruh Terhadap Struktur Modal
Hasil penelitian ini sesuai teori Pecking Order yang menyatakan bahwa aktivitas pendanaan perusahaan diprioritaskan pada laba ditahan, apabila laba ditahan besar maka DPR menjadi kecil dan DER menjadi kecil. Seperti pada tahun 2019, PT. Darya Varial Laboratorium Tbk memiliki DPR sebesar 0,186868687 atau 18% dengan nilai DER sebesar 0,4 atau 4%. Sedangkan tahun 2020, DPR yang dimiliki oleh PT. Darya Varial Laboratorium Tbk 0,255172414 atau 25% dengan nilai DER 0,5 atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan DPR akan diikuti dengan DER yang meningkat pula.
3. Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan
Hal ini dikarenakan pendanaan melalui hutang akan meningkatkan kinerja keuangan Perusahaan Farmasi dimana Perusahaan Farmasi yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak yang dapat memberikan manfaat bagi pemegang saham. peningkatan hutang dapat diartikan pihak luar mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya dimasa yang akan datang atau risiko bisnis yang rendah, sehingga penambahan hutang telah memberikan sinyal positif.
4. Struktur Modal Memediasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan
Ketika kebijakan dividen Perusahaan Farmasi tinggi maka kinerja keuangan Perusahaan Farmasi juga dikatakan baik. Kinerja keuangan Perusahaan Farmasi dikatakan baik apabila Perusahaan Farmasi mampu membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Ketika Perusahaan Farmasi membagikan dividen, laba ditahan akan menjadi kecil. Agar aktivitas operasi dapat terus berjalan, Perusahaan Farmasi akan mencari dana eksternal untuk menutupi kekurangan dananya. Dana eksternal bisa berupa hutang, dimana hutang itu nantinya akan digunakan secara optimal untuk menghasilkan laba yang maksimal.
References
- A. I. Hunjra, P. Verhoeven, and Q. Zureigat, “Capital Structure as a Mediating Factor in the Relationship between Uncertainty , CSR , Stakeholder Interest and Financial Performance,” 2020.
- A. Abdillah, “ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS DAN KEPUTUSAN INVESTASI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI PERIODE 2009-2012,” pp. 1–16, 2020..
- B. Wijaya and I. Sedana, “Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Kebijakan Dividen Dan Kesempatan Investasi Sebagai Variabel Mediasi),” E-Jurnal Manaj. Univ. Udayana, vol. 4, no. 12, p. 253308, 2015
- Brigham and E. Houston, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan Terjemahan. Edisi 10.,” Jakarta: Selemba Empat., 2018.
- E. Nur, Mukhzarudfa, and Yudi, “DETERMINANT OF FOREIGN OWNERSHIP, MANAGERIAL OWNERSHIP, DEBT POLICY, AND DIVIDEND POLICY ON FINANCIAL PERFORMANCE,” vol. 6, no. 1, pp. 45–60, 2021.
- E. Brealey, Myers, “STRUKTUR MODAL DENGAN PROFITABILITAS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG,” 2018.
- E. Lestari, “PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KINERJA KEUANGAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA),” vol. 15, no. 2, pp. 356–370, 2018.
- Ghozali, “Metode Penelitian,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2018.
- Hair, “Multivariate data Analysis,” Food Chemistry, vol. 232. pp. 135–144, 2014.
- I. Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
- I. O. E. Idewele and B. A. Murad, “Dividend policy and financial performance : a study of selected deposit money banks in Nigeria,” vol. 13, no. 7, pp. 239–255, 2019, doi: 10.5897/AJBM2018.8667.
- I. P. Kristianti, “ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL,” vol. 2, no. 1, pp. 56–68, 2018, doi: 10.29230/ad.v2i1.2222.
- I. Firdausi, Norbaiti, and D. Rusqiati, “Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Harga Saham Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2019,” vol. 9, no. 2, pp. 19–29, 2020.
- J. F. Weston and E. F. Brigham, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga. 2005.
- L. Meiliani and D. Amboningtyas, “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dengan Firm Size Sebagai Variabel Intervining Pada Perusahaan Manufaktur yang terdatar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2016,” J. Manag., vol. 3, no. 3, pp. 1–9, 2017.
- M. Nany and S. Wijaya, “PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP KINERJA KEUANGAN: RASIO AKTIVITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING Magdalena Nany,” vol. 1, no. 1, pp. 1–5,
- M. Sholihin and D. Ratmono, “Analisis SEM-PLS dengan WrapPLS 3.0 untuk Hubungan Nonlikier dalam Penelitian Sosial dan Bisnis,” Andi, pp. 1–290, 2013.
- N. Putu, A. Karismawati, A. Agung, and G. Suarjaya, “The Effect Of Dividend Policy , Sales Growth , And Liquidity Of The Company ’ s Capital Structure,” no. Xx, pp. 1–7, 2020.
- N. Valaei, “Organizational structure, sense making activities and SMEs’ competitiveness: An application of confirmatory tetrad analysis-partial least squares (CTA-PLS),” VINE J. Inf. Knowl. Manag. Syst., vol. 47, no. 1, pp. 16–41, 2017, doi: 10.1108/VJIKMS-04-2016-0015.
- N. Umdiana and S. Tivana, “Determinan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory Dan Agency Theory,” Akuntabilitas, 2020, doi: 10.15408/akt.v13i2.17337.
- N. Luh and I. Suitri, “Capital Structure and Financial Performance of Manufacturing Companies in Indonesia,” pp. 114–125, 2012.
- N. P. Singh, “The Effect of Capital Structure on Profitability : An Empirical Panel Data Study,” 2019, doi: 10.1177/2278682118823312
- R. A. Herdayanti and F. O. F. Economics, “THE IMPACT OF LIQUIDITY , CAPITAL STRUCTURE , PROFIT MARGIN , AND FIRMS SIZE ON THE FINANCIAL PERFORMANCE ( Study in Consumer Goods Sector in Go Public Company on The Indonesian Stock Exchange for the Period 2015-2019 ),” 2021.
- R. Kanakriyah, “Dividend Policy and Companies ’ Financial Performance,” vol. 7, no. 10, pp. 531–541, 2020, doi: 10.13106/jafeb.2020.vol7.no10.531.
- S. Putri, M. Dewi, and S. Atiningsih, “Peran Struktur Modal dalam Memediasi Pengaruh Strategi Diversifikasi , Kepemilikan Institusional , dan Kebijakan Dividen terhadap Kinerja Keuangan ( Studi Empiris pada Perusahaan Industri yang Terdaftar di BEI Tahun 2013 – 2017 ) The Role of Capital Struc,” pp. 488–498, 2017.
- S. Supriyono, U. M. Kudus, D. Wismar, and U. M. Kudus, “Kebijakan Dividen dan Kebijakan Utang sebagai Mediasi Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia ( Dividend Poli ...,” no. August, 2013.
- S. Ramaiyanti, E. Nur, and Y. M. Basri, “PENGARUH RISIKO BISNIS, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDOENSIA TAHUN 2013 – 2015) Sinta,” vol. 26, pp. 65–81, 2018.
- S. Hermawan and Amirullah, “Metode Penelitian Bisnis Bandung,” CV Alfa Beta, 2016.
- Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif,” Bandung Alf., 2016.
- S. Hermawan and Amirullah, Metode Penelitian. 2016.
- Valentina and Ruzikna, “PENGARUH STRUKTUR MODAL, RISIKO BISNIS DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE AND PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014,” vol. 4, no. 2, 2014.
- Wulandari and Nurasik, “Analysis Of The Effect Of Capital Structure Variables On Financial Performance In Food And Beverage Manufacturing Companies Registered In Indonesia Stock Exchange For 2015-2019,” vol. 2, no. 4, pp. 17–28, 2021