Fraud Triangle Analysis in Detecting Potential Fraud in Financial Statements
Innovation in Economics, Finance and Sustainable Development
DOI: 10.21070/ijins.v20i.706

Fraud Triangle Analysis in Detecting Potential Fraud in Financial Statements


Analisis Fraud Triangle dalam Mendeteksi Potensi Kecurangan Terhadap Laporan Keuangan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Fraud Triangle Pressure Financial Target Financial Need External Pressure Opportunity Nature Of Industry Ineffective Monitoring Rationalization F-Score Fraudulent Financial Statement

Abstract

This studied aims to analyze fraudtriangle to potential fraudulent financial statement. Ffraudtriangle in this studied presure that proxieed by financial tarjet, finanecial need, external pressure, oportunity thats proxied by nature of industrie and inefective monitoring and rationalization thats proxied by auditor chanjes. This studied use F-score to investigation the potencial of fraudulent fiancial statements.The Populations in0this studied PT Garuda Indonesia list on the Indonesian Stock Exchanges 2017-2019. The studied use the multiples regresions for the analyss. The resulsts how thats only oportunity that proxied by inefective monitoring, nature of industrie, financial need and rationalization proved has significanta effects to the potencials of fraudulent financial statements. Meanwhile, financial tarjet and eksternal presure has no significants effects to fraudulent financial statements.

Pendahuluan

Manajemen memxpunyai peran penting dalam sebuah perusahaan. Manajer bertanggungjacwab memaximalkan keuntungan shareholder, tetapi manajer juga mempunyai kepentingan untuk mengoptimalkan kesejahteraan pribadi. Perbedaana kepentingan ini dapat mempengaruhi kualitas pendapatan yang akan dilaporkan. Peningkatan kecuranan terhadap laporan keuangan serta kegagalan dalam bisnis menyebabkan keprihatinan pada legitimasi laporan keuangan suatu perusahaan.

Terdaat penelitian yang sudah mencoba untuk membuktikan kebenaran dari teori fraudtriangle. Tetapi, masih ditemukan perbedaan hasil antara penelitian satudy dengan yang lainnya. Penelitianterdahulu yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini terfokus pada jurnal–jurnal terkait kecurangan laporan keuangan [1].

Menggacu padapenelitian–penelitian tersebut ada beberapa faktor-faktor yang bisa digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan diantaranya yaitu financial need, financial targets, external pressure, nature of industry, ineffective monitoring, rationalization. Variabel financial target (target keuangan) adalah proksi dari pressure (tekanan) dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [2]. Sebaliknya ada yang berpendapat bahwa Variabel financial target tidak dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [3].

Variabel personal financial need adalah proksi dari pressure (tekanan) dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [4], sedangkan ada yang berpendapat bahwa variabel personal financial need tidak dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [4]. Variabel external pressure (tekanan eksternal) merupakan proksi dari pressure (tekanan) dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [5].

Ada peneliti yang berpendapat bahwa external pressure tidak dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [5]. Variabel nature of industry dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [6]. Beberapa peneliti berpendapat nature of industry tidak dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [6]. Salah satu peneliti menyatakan bahwa ineffective monitoring dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [7]

Sedangkan peneliti lainnya berpendapat bahwa Variabel ineffective monitoring tidak dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [7]. Variabel rationalization dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [8]. Sedangkan peniliti lain berpendapat bahwa rationalization tidak dapat digunakan dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan [8]

Padapenelitian terdahulu, para peneliti menggunanakan manajemen laba sebagai proxi pada potensi kecurangan terhadap laporan keuangan. Ssebagian besar dari peneliti menggunakan discretionary accruals sebagai alatukur manajemen laba [8]. Pada penelitian ini, penulis mengukur kecurangan terhadap laporan keuangan dengan menggunakan fraud score model [8]. Pengukuran iniyang biasa disebut dengan FScore dinilai efektif dan disarankan sebagai firstpass screening olehpara akuntan dalam mendeteksi salahsaji material dalam sebuah laporan keuangan [9].

Mempertnimbangkan dari hasil penelitian terdahulu yang belum konsisten dan masih terjadi fraudulentfinancial reporting maka peneliti melakukan penelitian kembali atas variabel-variabel yangtelah diteliti sebelumnya. Perbezdaan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu meneliti laporan keuangan perusahaan manufaktured yang terdaftar di BEI sedangkan penelitian sekarang menggunakan objek yaitu salah satu perusahaan penerbangan di Indonesia yang terdaftar di BEI. Objec yang diteliti dalam penelitian ini ialah laporan keuangan perusahaan PT. Garuda Indonesia yang yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2016-2019.

Berdaasarkan uraiyan latarbelakang diatas sebenarnya ada metode lain untuk mendeteksi kecurangan, yaitu metode Fraud Diamond. Penelitian menggunakan metode yang sama dengan peneliti terdahulu, yaitu Fraud Triangel. Alasan penelitian menggunakan Fraud Triangel untuk mendetejsi kecurangan adalah karena banyak para praktisi yang menggunakannya juga. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “ANALISIS FRAUD TRIANGLE DALAM MENDETEKSI POTENSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (Studi pada PT. Garuda Indonesia periode 2017-2019).

Problem Penelitian

Teori fraud triangle sampai saat ini digunakan oleh para praktisi sebagai pendekatan dalam medeteksi suatu tindakan kecurangan [10]. Peran manajer pada perusahaan yang melakukan kecurangan dengan mengunakan pendekatan teori fraud triangle. Hasbil penelitian tersebut menunjukman bahwa terdapat konsistensi dengan pernyataan SAS No. 99 yaitu motif ekonomi selalu muncul pada perusahaan serta faktor psikologi dan adanya peluang berperan penting dalam terjadinya suatu kecurangan. Pendekatnan teory fraudtriangle digunakan juga untuk mengidentifikasi situasi yang mengakibatkan perusahaan besar di Korea dalam melakukan suatu kecurangan [11].

Hasils penelitian menunjukan bahwa ada hubungan keluarga yang kuat di sebuah perusahaan memainkan peran yang besar dalam hal tekanan dan peluang. Tingdakan kecurangan terhadap laporan keuangan masih terus terjadi. Dan pengembangan faktor fraudtriangel terus dilakukan oleh berbagai penelitian, terutama pengembangan pada proksi yang digunakan. Alasan inilah yang menjadi motivasi dilakukannya penelitian ini, dengan mengajukan pertanyaan penelitian, Apakah faktor fraud triangle (yang terdiri dari financialstability,externalpressure,financialtargets.natureofindustry, ineffective monitoring, organizational structuredan rationalization) dapat mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan. Tujuian dari penelitian ini yaitu menguji kemampuan faktor financial stability, external pressure, financial target..nature of industry, inefective monitoring, organizational structure. rationalization dalam mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan PT. Garuda Indonesia periode 2017-2019.

Runusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

  1. Apakah pressure (tekanan) berpengaruh pada potensi kecurangan laporan keuangan?
  2. Apakah opportunity (kesempatan) berpengaruh pada potensi kecurangan laporan keuangan?
  3. Apakah rationalization berpengaruh pada potensi kecurangan laporan keuangan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yaitu sebagai berikut:

  1. Apakah pressure (tekanan) berpengaruh pada potensi kecurangan laporan keuangan?
  2. Apakah opportunity (kesempatan) berpengaruh pada potensi kecurangan laporan keuangan?
  3. Apakah rationalization berpengaruh pada potensi kecurangan laporan keuangan?

Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi potensi terjadinya kecurangan terhadap laporan keuangan, berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi dan diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang terkait.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh para auditor maupun stakeholder lainnya dalam mendeteksi potensi terjadinya kecurangan terhadap laporan keuangan di perusahaan.

3. Bagi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang terkait.

Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian

Ada 3 pendekdatan yang ditempuh dalam penelitian, yaitu: kuantitatif, kualitatif dan gabungan antara kualitatif dengan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara variabel independen merupakan sebuah komponen dari fraud triangle dengan kecurangan terhadap laporan keuangan. Penelitian menggunakan angka-angka sebagai indikator variabel penelitian untuk menjawab permasalahan penelitian, sehingga penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai pendekatan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakzan penelitian kuantitatif deskriptif dimana data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan tahunan PT. Garuda Indonesia Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2017-2019. Penelitian ini menjelaskan pengaruh varicabel independen (variabel bebas) adalah financial target, financial need, external pressure, terhadap variabel dependen (variabel terikat) adalah Kecurangan Laporan Keuangan.

Definisi Operasional, Identifikasi Variabel dan Indikator Variabel

a. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian merupakan semua obyek dalam bentuk apa saja yang ditetvapkan oleh peneliti untuk dapat dipelajari sehingga didapatkan informasi mengenai hal tersebut, untuk selanjutnya dapat diambil kesimpulanny. Beberapan Variabel yang ada pada penelitian ini terdiri dari Variabel Independen (X) dan Variabel Dependen (Y).

1) Variabel Independen

Variabel Independents sering disebut sebagai variabel predictor, antecedent, stimulus. Dengan kata lain yang sering disebut dengan variabel bebas. Variabel free yaitu yang memberikan pengaruh atau yang menjadi sebab adanya perubahan atau munculnya variabel dependents (terikat. Pada penelitian ini yang termasuk variabel independen (variabel bebas) adalah Financial Target(X1), Financial Need(X2), External pressure(X3), Nature of Industry (X4), Ineffective Monitoring (X5), Change in Auditor (X6).

2) Variabel Dependen

Variabel Dependentse disebut dengan variabel keluaran, kriteria, konsekuen. Yang biasanya disebut dengan variabel terikat. Dimana variabel terikat yaitu variabel yang bisa dipengaruhi, karena memiliki variabel bebas. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel dependen (variabel terikat) adalah Kecurangan Laporan Keuangan (Y).

1) Financial Target

Financial tarjet adalah risiko tekanan berlebih pada pihak manajemen mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen, termasuk tujuan-tujuan penerimaan insentif dari penjualan atau laba SAS No.99.

2) Financial needed

Financial needed adalah suatu keadaan keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan [12].

3) External Pressure

External prssure adalah tekanan yang dirasakan oleh pihak manajeme memenuhi harapan dari pihak ketiga. Sumber tekanan eksternal salah satunya adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan utang dan mengembalikan utang [13].

4) Nature of industried

Nature of industried adalah keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri (Yesiariani, 2016). Kondisi piutang usaha adalah suatu bentuk dari nature of industry yang dapat direspon dengan reaksi yang berbeda dari masing-masing manajer perusahaan.

5) Inefective Monitoring

Inefective monitoring adalah suatu pengawasan yang lemah sehiga memberikan peluang pada manajer untuk berperilaku menyimpang atau melakukan kecurangan. Innefective monitoring diproksikan dengan BDOUT dimana mengukur rasio jumlah komisaris independen yang ada pada struktur dewan komisaris.

6) Rationalization

Rationalizations merupakan justifikasi atau pembenaran pelaku kecurangan atau fraud terhadap tindakan ilegal yang telah mereka lakukan [14].

c. Indikator Variabel

1) Financial target (X1)

Financial target adalahrisiko tekanan berlebih pada pihak manajemen mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen, termasuk tujuan-tujuan penerimaan insentif dari penjualan atau laba SAS No.99.

2) Financial need (X2)

Financial need adalah suatu dimana keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan [12].

3) External pressure (X3)

External prssure adalah tekanan yang dirasakan oleh pihak manajemen untuk memenuhi harapan dari pihak ketiga. Sumber tekanan external salah satuny adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan utang dan mengembalikan utang.

4) Nature of industried (X4)

Nature of industried adalah keadaan suatu perusahaan dalam industry [15]. Kondisi piutang usaha adalah bentuk nature of industriedyang direspon dengan reaksi berbeda dari masing-masing manajer perusahaan.

5) Ineffective monitoring (X5)

Inefective monitoring adalah pengawasan lemah sehinga memberikan peluang pada manajer untuk berperilaku menyimpang/melakukan kecurangan. Innefective monitoring diproksikan dengan BDOUT dimana mengukur rasio jumlah komisaris independen yang ada pada struktur dewan komisaris.

6) Rationalization (X6)

Rationalizations merupakan justivikasi/pembenaran pelaku kecurangan atau fraud terhadap tindakan ilegal yang telah mereka lakukan [14]. Pengukuran ini menggunakan variabel dummy. Jika terdapat pergantian kantor akuntan publik selama periode 2017-2019, diberi kode 1, sebaliknya apabila tidak terdapat pergantian kantor akuntan publik selama periode 2017-2019 diberi kode 0.

7) Financial statement fraud (Y)

Kecurangan laporan keuangan adalah suatu tindakan yang disengaja/sembrono, baik karena tindakan atau kelalaian yang pada akhirnya menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan.

No. Variabel Operasional Variabel Indikator Skala Pengukuran
1. Financial target (X1) ROA = Rasio
2. Financial need (X2) OSHIP = Rasio
3. External pressure (X3) DEBT TO ASSET RATIO = Rasio
4. Nature of industry (X4) RECEIVABLE= - Rasio
5 Ineffective monitoring (X5) BDOUT = Rasio
6 Rationalization (X6) Jika terdapat pergantian kantor akuntan publik selama periode 2017-2019, diberi kode 1, sebaliknya apabila tidak terdapat pergantian kantor akuntan publik selama periode 2017-2019 diberi kode 0. Variabel dummy
7 Financial statementfraud (Y) 𝑭𝑺𝒄𝒐𝒓𝒆𝒔=𝑨𝒄𝒄𝒓𝒖𝒂𝒍𝑸𝒖𝒂𝒍𝒊𝒕𝒕𝒚+𝑭𝒊𝒏𝒂𝒏𝒄𝒊𝒂𝒍𝑷𝒆𝒓𝒇𝒐𝒓𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆𝒔
Table 1.Skala pengukuran, variabel dan indikator

Populasi dan Sampel

population adalah sebagai wilayah jeneralisasi terdiri dari objekyang memiliki kualitas /karakteristik tertentu oleh peneliti untuk dipelajari lalu mengambil kesimpulan. Populasion dalam penelitian ini adalah PT. Garuda Indonesia persero sebanyak 3 periode yaitu laporan keuangan tahun 2017-2019.

Dari populasion tersebut, penulis mengambil beberapa periode laporan keuangan untuk dijadikan sampel penelitian dengan dimasukan kedalam Rumus Slovin untuk mengetahui margin of error 5% dari sampel yang sesungguhnya.

Apabila dibulatkan maka sampel dari 3 populasion pada margin of error 5% adalah sebesar 3.

Jenis data

Data Kuantitatif

Penggertian data kuantitatif yaitu data berbentuk angka/data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif peneliti ini berupa data laporan keuangan tahunan PT. Garuda Indonesia periode 2017-2019.

Sumber data

Data sekunder

Pengergtian data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data misalkan dari orang lain/dokumen. Sumbegr data yang digunakan dalam peneliti ini adalah data sekunder berupa data laporan keuangan tahunan PT. Garuda Indonesia periode 2017-2019.

Teknik Analisis Data

a. Statistik Deskriptive

Statistik deskriptive dalam peneliti ini menjelaskan karakteristic variabel-variabel dalam peniliti seperti minimum, maximum, rata-rata, dan standard deviasion.

Uji Hipotesis

Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengetahui apakah data peneliti terdistribusi normal/tidak. Pada peneliti ini juga menggunakan uji normalitas dengan uji statistik nonparametric kolmogorov-smirnov (K-S). Jika, nilai Asymp. Sig. (2- tailed) > 0,05, artinya data residual terdistribusi normal.

b) Uji Multikoleniaritas

Uji multikolinearitas digunakan sebagai pendeteksi mengetahui adanya hubungan antar variable independency. Multikolineriatas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF.

Regresi Linear Berganda

Uji regresion linier berganda digunakan untuk menguji variabel- variabel yang bisa digunakan untuk mengetahui kecurangan laporan keuangan.

Uji Hipotesis

a) Uji Koefisian Determinasi

Uji koefisient determinasion adalah mengetahui presentase pengaruh variabel independent terhadap variabel dependents digunakan dalam penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Analisis Data

Statistik Deskriptif

Statistic deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan karakteristik variabel-variabel dalam penilitian seperti minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Hasisl analisis tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Financial Target(X1) 3 0,11 5,67 1,9733 3,20144
Financial Need (X2) 3 0,05 5,14 3,0367 2,65479
External Pressure (X3) 3 1,823 2,48 2,1033 0,33710
Nature of Industry (X4) 3 272.243.492 430.850.616 3,63E8 8,178E7
Ineffective Monitoring (X5) 3 25.625.559 46.803.140 38.372.064,67 1,123E7
Rationalization (X6) 3 0 1 0,33 0,577
F-score (Y) 3 -0,61 8,79 2,5467 5,40700
Valid N (listwise) 3
Table 2.Statistik Deskriptif

1) Variabel potensicial kecurangan laporan keuangan yang diukur menggunakan indikator F_Score menunjukan nilai minimum sebesar -0.61, nilai maximumnya sebesar 8,79. Rata-rata indikators F-Score 7.64, Standard deviasion adalah 5,407.

2) Presure yang pertama diproxikan dengan financial target (ROA) yaitu dengan menghitungs kemampuan perusahaan menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan total aset, berdasarkan sampel yang diteliti dapat dilihat bahwa seluruh Return on Asset (ROA) perusahaan adalah sebesar 5.92 nilai terendah adalah sebesar 0,11 pada tahun 2018. Nilai tertingi sebesar 5.92 pada tahun 2017. rRata-rata sebesar 1,7933 menunjukan bahwa perusahaan sampel mampu menghasilkan laba dengan menggunakan standar deviasi sebesar 3,20144.

3) Variabel presure yang kedua diproxikn dengan financialneed (OSHIP) berdasarkan sampel dapat diketahui bahwa selama periode penelitian rata-rata OSHIP perusahaan sebesar 3,0367. Nilai tertinggi sebesar 5.14 yang dimiliki oleh PT. Garuda Indonesia Tbk tahun 2018. Nilai terrendah adalah 0.05, serta standar deviasi sebesar 2,657.

4) Variabel presure yang ketiga diproxikan dengan external presure (LEV), berdasarkan sampel yang diteliti dapat dilihat bahwa seluruh (LEV) dari perusahaan adalah sebesar 6.31 dengan nilai terendah adalah sebesar 1.83 pada tahun 2017. Nilai tertinggi adalah sebesar 2.48 pada tahun 2018. Nilai rata-rata sebesar 2,10. Angka tersebut menunjukan bahwa rasio hutang perusahaan sangat tinggi dan standar deviasi sebesar 0,337.

5) Variabel opportunities yang pertama diproxikan dengan nature of industrie (REC), berdasarkan sampel yang diteliti dapat dilihat bahwa seluruh (REC) perusahaan adalah sebesar 1.089.250.270 dengan nilai terendah adalah sebesar 272.243.492 pada tahun 2017. Nilai tertinggi adalah sebesar 430.850.616 pada tahun 2018. Nilai rata-rata sebesar 3,63. Nilai standard deviasion sebesar 8,178.

6) Variabel opportunities yang ketiga diproksikan dengan inefective monitoring (BDOUT), berdasarkan sampel yang diteliti dapat dilihat bahwa seluruh (BDOUT) perusahaan adalah sebesar 115.116.194 dengan nilai terendah adalah sebesar 25.625.559. Nilai tertinggi adalah sebesar 46.803.140, nilai rata-rata sebesar 38.372.064,67 dan standard deviasion sebesar 1,123.

7) Variabel rasionalizasion yang diproxikan dengan perubahan auditor (AUDCHANGE), berdasarkan sampel yang diteliti dapat dilihat bahwa AUDCHANGE selama periode 2017-2019 menghasilkan nilai rata-rata sebesar 0,33 artinya sebesar 33% dari sampel terdapat pergantian auditor (1) dan sisanya 67% dari sampel tidak mengalami pergantian auditor (0). Nilai standar deviasi sebesar 0,577.

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitads mengetahui apakah data penelitian terdistribusi normal/tidak. Pada penelitian ini juga menggunakan uji normalitas dengan uji statistik nonparametric kolmogorov-smirnov (K-S). Jika nilai Asymp. Sig. (2- tailed) > 0,05, artinya data residual terdistribusi normal. Berikut hasil dari uji normalitas:

Tabel 3. One Sample Kolmogrov Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 3
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,00000000
Most Extreme Differences Absolute ,251
Positive ,251
Negative -,195
Kolmogorov-Smirnov Z ,434
Asymp. Sig. (2-tailed) ,992
Table 3.
  1. Test distribution is Normal.
  2. Calculated from data. Sumber : Data output spss

haasil uji statistic non-parametrik kolmogrov-smirnov yang menjadi sampel penelitian terdistribusi normal karena nilai signifikansi (Asymp. Sig.) yaitu 0,992 lebih besar dari 0.005.

b. Uji Multikoleniaritas

Model Tolerance VIF Keterangan
ROA 0,00 0,000 Terjadi multikoleniaritas
OSHIP 0,00 0,000 Terjadi multikoleniaritas
DER 0,00 0,000 TerjadiMultikoleniaritas
REC 0,940 1,063 Tidak terjadiMultikoleniaritas
BDOUT 0,00 0,000 Terjadi multikoleniaritas
AUDCHANGE 0,940 1,063 Tidak terjadi multikoleniaritas
Table 4.Hasil Uji Multikoleniaritas

Ddiketahui bahwa variabel nature of industrie dan perubahan auditor menunjjukan nilai toleran ≥ 0,010 dan nilai VIF≤ 10. Sedangkan variabel lainnya menunjukan nilai toleran ≥ 0,010 dan nilai VIF≤ 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat multikolinearitas dalam model regresion ini.

Analisis Regresi Linear Berganda

Uji regresion linnier berganda untuk menguji variabel-variabel yangdigunakan untuk mengetahui kecurangan laporan keuangan. Hasisl analisis regresion linear berganda yang dilakukan bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

variabel Arah prediksi coefisient Sig
Constant + -17,804 0,000
ROA + 0,000 0,000
OSHIP + 0,000 0,000
LEV + 0,000 0,000
REC + 6,172 0,000
BDOUT + 0,000 0,000
AUDICHANGE + -6,641 0,000
Table 5.Hasil Uji Regresi Linear BergandaSPSS

model regresion yang digunakan adalah :

F-SCORE = -17,804 + 0,000ROA + 0,000OSHIP + 0,000LEV + 6,172REC + 0.000BDOUT + -6,641AUDCHANGE

1. Dari persamaan regresion linnear berganda disimpulkan nilai konstanta sebesar -17,804 menunjukan bahwa jika ROA,OSHIP,LEV,REC,BDOUT,AUDCHANGE tidak ada memiliki nilai nol maka potensi kecurangan laporan keuangan/FScore bernilai 17,804.

2. Nilai koefisiens regresion ROA sebesar 0,000, berarsti jika ROA naik sebesar 1 satuan maka F_Score/potensi kecurangan laporan keuangan akan turun 0,000,

3.Nilai koefisicen regresion OSHIP sebesar 0,000, berarti jika OSHIP naik sebesar 1 satuan maka F_Score/potensi kecurangan laporan keuangan akan naik 0,000

4.Nilaai koefisien regresion LEV sejumlah 0.000 artinya apabcila LEV naik sebanhyak 1 satuan, maka F_Score/potensi kecurangan laporan keuangan tentunya turun sebanyak 0.000

5. Nilai koefisien regresion REC sebesar 6.172, berarti jika REC naik sebesar 1 satuan maka F_Score/potensi kecurangan laporan keuangan akan naik sebesar 6.172

6. Nilai koefisien regresi BDOUT sebesar 0.000, berarti jika BDOUT naik sebesar 1 satuan maka FScore/potensi kecurangan laporan keuangan akan naik sebesar 0.000

7. Nilsai koefisien regresi0n AUDCHANGE sebesar -6.641, berarti jika AUDCHANGE naik sebesar 1 satuan maka F=Score/potensi kecurangan laporan keuangan akan turun sebesar 6.641.

Uji Hipotesis

Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasion adalah mengetahui prosentase pengaruh variabel independency terhadap variabel dependents yang digunakan dalam penelitian

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of theEstimate
dimension0 1 1,000a 1,000 0,00 0,00
Table 6.Hasil Uji Koefisien Determinasioutput spss

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,00. Artinya potensi kecurangan laporan keuangan (variabel dependen) tidak dapat dijelaskan oleh financial target, financial need, external pressure, ineffective monitoring, rationalization.

Pembahasan

H1 : Pengaruh Financial Target terhadap Potensi Kecurangan Laporan Keuangan

Hassil pengusjian hipotesis pada tabel 4.5 menunjukan bahwa financial target yang diukur dedngan ROA memiliki nilai koefisien sebesar 0,000 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikansi (0.000) < 0.05 yang memiliki arti bahwa financial target (ROA) signifikan pada level 5%.Ttetapi ROA tidak berpengaruh positif terhadap risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hal ini berarti menunjukan H1 ditolak. Penelitian ini menunjukan bahwa besar kecilnya target yang dibuat perusahaan tidak mempengaruhi kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut dapat terjadi mungkin karena ketika profitabilitas perusahaan ditingkatkan, pengembangan mutu operasional juga akan dipertimbangkan. Perusahaan tidak ragu melakukan investasi seperti modernisasi sistem informasi di perusahaan, efisiensi proses bisnis yang dianggap boros, merekrut tenaga ahli, dan menerapkan kebijakan-kebijakan lain guna mencapai target yang telah ditetapkan. Dengan adanya improvement pada mutu operasional perusahaan, manajemen tidak akan merasa tertekan ketika target profitabilitas perusahaan meningkat [7].

H2 : Pengaruh Financial Need terhadap Potensi Kecurangan Laporan Keuangan

Hasail pengusjian hipotesis pada tabel 4.4 menunjukan bahwa financial need yang diukur dengan kepemilikan saham oleh pihak managerial atau OSHIP memiliki nilai koefisien sebesar 0.000 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Nilai p-value (0.000) < 0.05 yang berarti financial need (OSHIP) signifikan pada level 5%. Ddisimpulkan bahwa OSHIP berpengaruh positif dan signifikan terhadap resiko terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hal ini berarti menunjukan H2 diterima. Haal tersebut dapat terjadi karena tinggi rata-rata kepemilikan saham pada perusahaan yang dijadikan sampel. tingginya kepemilikan saham menunjukan bahwa tidak adanya pemisahan yang jelas antara pemilik perusahaan yang mengawasi jalannya perusahaan dan manajer sebagai pengelola perusahaan. Hal itu dapat menyebabkan manajer memiliki kemampuan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.

H3 : Pengaruh External Pressure terhadap Potensi Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil peangujian hipotesis pada tabel 4.4 menunjukan bahwa external presure yang diukur dengan rasio leverage atau LEV memiliki nilai koefisien sebesar 0.000 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Nilai (0.000) < 0.05 yang berarti external pressure (LEV) signifikan pada level 5%. Ttetapi LEV tidak berpengaruh positif terhadap risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hal ini berarti menunjukan H3 ditolak. Hall tersebut terjadi mungkinkarena perusahaan mampu melunasi hutang-hutangnya yang dapat menyebabkan leverage perusahaan menurun, sehingga manajemen tidak merasa ditekan, dan tidak mempengaruhi mereka untuk melakukan kecurangan. Mcanajemen memilih penerbitan saham untuk menambah modalnya daripada melakukan perjanjian utang sehingga akan mengurangi tekanan untuk mengembalikannya disuatu hari nanti, dan mencegah tekanan yang dapat menimbulkan kecurangan [3].

H4 ; Pengaruh Nature of Industry terhadap Potensi Kecurangan Laporan Keuangan

Hasil pengujqian hipotesis pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nature of industry yang diukur dengan rasio total piutang terhadap sales atau REC memiliki nilai koefisien sebesar 6,172 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikansi (0.000) < 0.05 yang berarti nature of industry (REC) signifikan pada level 5%. Ddisimpulkan bahwa REC berpengaruh positif dan signifikan terhadap resiko terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hal ini berarti menunjukan H4 diterima. Hal tersebut terjadi karena rata-rata perubahan piutang perusahaan dari tahun sebelumnya berpengaruh terhadap perputaran kas perusahaan. Banyak piutang usaha yang dimiliki perusahaan mengurangi jumlah kas yang dapat digunakan perusahaan untuk kegiatan operasionalnya sehingga rasio perubahan dalam piutang usaha memicu manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Hasidl penelitian ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya rasio perubahan piutang mempengaruhi terjadinya kecurangan laporan keuangan.

H5 : Pengaruh Ineffective Monitoring terhadap Potensi Kecurangan Laporan Keuangan

Haseil pengujian hipotesis pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa ineffective monitoring yang diukur dengan rasio dewan komisaris independen atau BDOUT memiliki nilai koefisien sebesar 0.000 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikansi (0.000) < 0.05 yang berarti ineffective monitoring (BDOUT) signifikan pada level 5% dan memiliki arah positif. Ddisimpulkan bahwa BDOUT berpengaruh positif dan signifikan terhadap resiko terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hal ini berarti menunjukan H5 diterima. Hal tersebut terjadi karena tindakan kecurangan laporan keuangan dapat diminimalisir dengan mekanisme monitoring yang baik. Tugas dewan komisaris adalah menjamin terlaksananya strategi perusahaan dan mengawasi manajemen, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Apabila dewan komisaris tidak mampu melakukan pengawasan dengan baik/efektif maka dapat membuka peluang terjadinya kecurangan laporan keuangan oleh manajemen [2].

H6 : Pengaruh Rationalization terhadap Potensi Kecurangan Laporan Keuangan

Hahsil pengujian hipotesis pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa rationalization yang diproksikan dengan perubahan auditor (AUDCHANGE) memiliki nilai koefisien sebesar -6,674 dan nilai signifikansi sebesar 0.000. Nilai p-value (0.000) < 0.05 yang berarti AUDCHANGE signifikan pada level 5%. Ddisimpulkan bahwa AUDCHANGE berpengaruh positif dan signifikan terhadap resiko terjadinya kecurangan laporan keuangan. Hal ini berarti H6 diterdima. Pergantian auditor external di perusahaan berpengaruh terhadap potensi kecurangan laporan keuangan.

Simpulan

Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

  1. Varibel financial target (ROA) terbukti tidak berpengaruh positive pada potensy kecurangan terhadap laporan keuangan, berarti bahwa H1 diterima.
  2. Varibel financial need (OSHIP) terbukti berpengaruh positifveterhadap potensial kecurangan laporan keuangan, maka H2 diterima.
  3. Varibel external pressure (LEV) terbukti tidak berpengaruh positiv terhadap potensial kecurangan laporan keuangan sehingga H3 diterima.
  4. Varibel nature of industry (REC) terbukti tidak berpengaruh positifvterhadap potensial kecurangan laporan keuangan, maka H4 diterima.
  5. Varibel ineffective monitoring (BDOUT) terbukti berpengaruh positivly terhadap potensicial kecurangan laporan keuangan sehingga H5 diterima.
  6. Varibel rationalization (AUDCHANGE) terbukti tidak berpengaruh positiv terhadap potensicial kecurangan laporan keuangan sehingga H6 diterima.

References

  1. Akbar, T. (2017). The Determination of Fraudulent Financial Reporting Causesby Using Pentagon Theory On Manufacturing Companies In Indonesia. International Journal of Business, Economics and Law, 14(December), 106–113.
  2. Husmawati, P., Septriani, Y., Rosita, I., & Handayani, D. (2017). Fraud Pentagon Analysis in Assessing the Likelihood of Fraudulent Financial Statement ( Study on Manufacturing Firms Listed in Bursa Efek Indonesia Period 2013 2016 ). International Conference of Applied Science on Engineering, Business, Linguistics and Information Technology (ICo-ASCNITech), (October), 13–15.
  3. Iqbal, M., & Murtanto. (2016). Analisa Pengaruh Faktor-Faktor Fraud Triangle terhadap Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Proferty dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Seminar Nasional Cendikiawan 2016, (2002), 17.2-17.20.
  4. Nurrizkiana, R., & Shafira, H. (2017). Analisis Fraud Triangle dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Prasmaulida, S. (2016). Financial Statement Fraud Detection Using Perspective Of Fraud Triangle Adopted by SAS No. 99. Asia Pacific Fraud Journal, 1(2)
  5. Dechow, P. M., Ge, W., Larson, C. R., & Sloan, R. G. (2009). Predicting Material Accounting Misstatements. Contemporary Accounting Research, 28(1), 17–82.
  6. Rachmania, A. (2017). Analisis Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015. Jurnal Online Mahasiswa, 2(2).
  7. Wahyuni, & Budiwitjaksono, G. S. (2017). Fraud Triangle Sebagai Pendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi, XXI(1), 47– 61.
  8. Sukrisnadi, D. (2010). Pemakaian Ukuran F-Score dalam Kasus-Kasus Salah Saji Laporan Keuangan di Pasar Modal Indonesia.
  9. Zaki, N. M. (2017). The Appropriateness of Fraud Triangle and Diamond Models in Assesing The Likelihood of Fraudulent Financial Statements- An Empirical Study on Firms Listed in The Egyptian Stock Exchange. International Journal of Social Science and Economic Research ISSN:, 2(2), 2403–2433.
  10. Cressey, D. R. (1953). Other People’s Money: A Study in the Social Psychology of Embezzlemente. New Jersey: Patterson Smith.
  11. Albrecht, W. S., Albrecht, C. O., Albrecht, C. C., & Zimbelman, M. F. (2012). Fraud Examination (4th ed.). South-Western: Cengage Learning.
  12. Skousen, C. J., & Twedt, B. J. (2009). Fraud in Emerging Markets: A Cross Country Analysis.
  13. Skousen, C. J., Smith, K. R., & Wright, C. J. (2008). Detecting and predicting financial statement fraud: the effectiveness of the fraud traingle and.
  14. Romney, M. B., & Steinbart, P. J. (2012). Accounting Information Systems (Twelfth). London: Pearson Education Limited.
  15. Yesiariani, M. dan I. R. (2016). Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014). Simposium Nasional Akuntansi XIX,1–22.