Abstract
Based on statistical data from the Indonesia Stock Exchange, the declinein stock price occured very drastically in March 2020, in wich month the Covid-19 case was first announced in Indonesia. All sectors experienced a decline due to the impact of this pandemic, including companies that are members of the LQ45 index. There are differences in speculation about the loss or profit of the LQ45 index company during the Covid-19 pandemic, so this research is carried out to prove the LQ45 index company has an impact on their financial performance due to the current pandemic or not.The sample used is 35 companies that are members of the LQ45 index. The type of research used is a comparative study with a quantitative approach. The analytical tools used are liquidty ratios, activity ratios, solvency ratios, profitability ratios, and market ratios wich are tested differently by paired sample t-test and wilcoxon signed rank test.The result of the different test with the paired sample t-test show that there are differences in the Current Ratio, Debt to Asset Ratio, and Debt to Equity Ratio. Meanwhile, the wilcoxon signed rank test show that there are differences in Total Asset Turnover, Return On Asset, and Price Earning Ratio. This proves that the LQ45 index company is also affected by the pandemic, even though it is called the most liquid company listed on the IDX.
Pendahuluan
Analisis laporan keuangan menghasilkan informasi mengenai ada atau tidaknya perbedaan kenaikan atau penurunan antara kondisi keuangan perusahaan saat ini dan di masa yang lalu. Hasil tersebut juga sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan perusahaan dimasa mendatang. Penggunaan rasio-rasio keuangan dapat dilakukan dalam menganalisis laporan keuangan [1].
Wabah Covid-19 adalah sebuah penyakit berupa virus yang mudah menyebar dan mengganggu area pernapasan. Virus ini diberi nama Covid-19 sebab ditemukan pertama kali pada Desember 2019 di Wuhan, Tiongkok. Covid-19 sangat cepat menular dan mudah menyebar, kasus pertama masuk ke Indonesia terjadi pada Maret 2020 kemudian berkembang dan jumlah pasien terjangkit semakin meningkat dari hari ke hari [2].
Wabah ini mampu menghentikan seluruh aktivitas perekonomian golobal di beberapa sektor bisnis. Berdasarkan data BPS [3], pada tahun 2020 Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia turun sebesar 2.07% dari tahun 2019. Kondisi pandemi ini juga memiliki dampak buruk pada pasar modal Indonesia dan mempengaruhi keputusan investor terhadap investasinya [4].
Berdasarkan data statistik Indonesia Stock Exchange, penurunan harga saham terjadi sangat drastis pada Maret 2020, dimana pada bulan tersebut pertama kali diumumkan kasus Covid-19 di Indonesia. Seluruh sektor mengalami penurunan akibat dampak dari pandemi ini, termasuk juga pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45, dimana dapat dibandingan perolehan total laba tahun berjalan di beberapa perusahaan indeks LQ45 pada tahun 2019 dan 2020 sebagai berikut :
Berdasarkan tabel tabulasi diatas, enam dari sepuluh perusahaan indeks LQ45 mengalami penurunan perolehan laba tahun berjalan. Namun, empat dari sepuluh perusahaan indeks LQ45 tersebut, justru memperoleh kenaikan laba tahun berjalan selama masa pandemi.
Pada penelitian Ari, Diah dan Lena [5], pandemi Covid-19 tahun 2020 memiliki dampak pada sektor ekonomi terutama pada perusahaan terbuka di Indonesia. Penelitian ini menggunaka variabel current ratio, debt to assets ratio, debt to equity ratio serta total asset turnover ratio. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pada keempat variabel yang diuji. Sehingga disimpulkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada perusahaan indeks LQ45.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Deva [1], dilakukan penelitian pada perusahaan terbuka yang termasuk dalam indeks LQ45, untuk mengetahui adanya perbedaan atau tidak pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan selama terjadi pandemi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pada total asset turnover ratio dan return on equity ratio sebelum dan saat terjadi pandemi. Sedangkan pada current ratio, debt to aset ratio, dan debt to equity ratio tidak memiliki perbedaan anatara sebelum dan saat terjadi pandemi.
Terdapat perbedaan pada penelitian Ari [5] dengan penelitian Deva [1], pada kinerja keuangan perusahaan indeks LQ45 kala pandemi Covid-19 yang ditinjau berdasarkan rasio – rasio keuangan, maka topik ini menarik untuk dikaji kembali untuk membuktikan perusahaan indeks LQ45 memiliki dampak pada kinerja keuangaannya disebabkan oleh pandemi saat ini atau tidak.
Kajian Pustaka
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagain bahan refrensi yang memiliki persamaan serta perbedaan yang dilakukan oleh penelitian terdahulu, penelitian tersebut diantaranya :
1. Deva Sari Violandani (2021)
“Analisis Komparasi Rasio Keuangan Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19 Pada Perusahaan Terbuka Yang Terdaftar Pada Indeks LQ45”
Penelitian ini berkaitan tentang analisis perbandingan antara rasio keuangan perusahaan terbuka yang terdaftar pada indeks LQ45 ketika sebelum Covid 19 dan selama Covid 19. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 45 saham perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 pada Agustus 2020 hingga Januari 2021. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan pengujian wilcoxon signed rank menunjukkan adanya perbedaan total assets turnover ratio dan return on equity pada perusahaan yang termasuk indeks LQ45sebelum dan selama pandemi Covid-19. Pada variabel current ratio dan debt to equity ratio tidak menunjukkan adanya perbedaan. Sedangkan pada uji t-Test menunjukkan tidak ada perbedaa pada variabel debt to equity ratio perusahaan yang termasuk indeks LQ45sebelum dan selama pandemi Covid-19.
2. Ari Nurul Fatimah, Diah Agustina Prihastiwi, Lena Islamiyatun (2021)
“Analisis Perbedaan Laporan Keuangan Tahunan Pada Perusahaan LQ45 Sebelum dan Saat Pandemi Covid-19”
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45 sebelum dan saat terjadi pandemi Covid-19. Data yang digunakan berupa laporan tahunan seluruh perusahaan indeks LQ45 Tahun 2019 dan Tahun 2020. Variabel yang digunakan berupa rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, debt to asset ratio, debt to equity ratio serta total asset turnover ratio. Hasil uji beda pada penelitian ini menunjukkan keempat variabel yang digunakan terbukti memiliki perbedaan ketika sebelum terjadi pandemi dengan saat terjadi pandemi. Sebagian besar perusahaan indeks LQ45 memiliki kinerja keuangan yang lebih baik pada sebelum terjadi pandemi.
3. Henny Saraswati (2020)
“Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pasar Saham di Indonesia”
Penelitian ini membahas tentang kondisi pasar saham pada awal terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia, yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pasar saham. Metode yang digunakan pada penelitian ini berupa eksploratif deskriptif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia serta BAPPENAS RI. Hasil penelitian menunjukkan nilai IHSG mengalami penurunan pada seluruh sektor industri dan kondisi pasar saham menjadi tidak stabil. Sektor-sektor yang mengalami penurunan secara signifikan seperti pada sektor properti, dan sektor consumer goods merupakan sektor yang menurun paling rendah. Peneliti menjelasakan bahwa diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, emiten dan investor guna menngatasi dampak pandemi Covid-19 agar kondisi ekonomi serta pasar saham dapat kembali normal.
4. Martini, Henry Anggoro Djohan (2020)
“Analisis Kinerja Saham LQ45 Sebelum dan Selama Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) Di Indonesia”
Penelitian ini menganalisis kinerja saham perusahaan indeks LQ45 dengan menggunakan harga saham perusahaan indeks LQ45 tiap bulannya di Bursa Efek Indonesia. Tekhnik penelitian yang digunakan berupa penelitian kausal komparatif. Hasil penelitian diperoleh adanya perbedaan kinerja saham perusahaan indeks LQ45 yang signifikan sebelum dan saat terjadi pandemi Covid-19. Kinerja saham perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 mengalami penurunan selama masa pandemi di Indonesia, kondisi ini menyebabkan kerugian di banyak perusahaan.
5. Victor Prasetya (2021)
“Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Saat Pandemi Covid 19 Pada Perusahaan Farmasi Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui terdapat peningkatan atau penurunan pada kinerja keuangan perusahaan farmasi yang tercatat di BEI sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19. Metode yang digunakan pada penelitia ini berupa pendekatan deskriptif kuantitatif, jenis data menggunakan data sekunder yang didapat dari BEI berupa laporan keuangan perusahaan farmasi tahun 2019 yang menunjukkan kondisi sebelum pandemi Covid-19, dan tahun 2020 yang menunjukkan kondisi saat pandemi Covid-19. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 8 perusahaan sub sektor farmasi. Variabel yang digunakan terdiri dari current ratio, debt to equity ratio, return on assets ratio dan receivable turnover ratio. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dari pengujian data keuangan, dari 8 sampel perusahaan farmasi terdapat 6 perusahaan farmasi yang mengalami kenaikan pendapatan selama terjadinya pandemi Covid-19. Perushaan tersebut diantaranya; PT Kimia Farma Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Darya-Varia Tbk, PT Sido Muncul Tbk dan PT Pyridam Farma Tbk. Sedangkan 1 perusahaan yakni PT Merck Tbk mengalami penurunan pendapatan selama pandemi Covid-19 dan PT Tempo Scan Pasific memperoleh pendapatan yang relatif sama antara sebelum dan selama pandemi Covid-19.
B. Landasan Teori
Rasio keuangan adalah sebuah kegiatan membedakan setiap atau beberapa angka yang berada pada laporan keuangan, dilakukan dengan melakukan pembagian antara satu angka dengan angka yang lainnya. Pembanding bisa dilakukan dengan satu komponen dan komponen lain, atau antarkomponen yang terdapat pada laporan keuangan. Serta angka yang digunakan dalam perbandingan dapat berbentuk angka dalam satu periode atau beberapa periode. Hasil dari perhitungan ini digunakan sebagai penilaian kinerja manajemen apakah sesuai target yang ditentukan serta menilai kemampuan manajemen dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki perusahaan secara efektif. [6]
Menurut Brigham & Houston [7], rasio keuangan dikelompokkan menjadi lima kategori :
- Rasio likuiditas (liquidity ratio)
- Rasio manajemen aset atau rasio aktivitas (activity ratio)
- Rasio manajemen utang atau solvabilitas (leverage ratio)
- Rasio profitabilitas (profitability ratio)
- Rasio nilai pasar (market value ratio)
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk membuktikan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban hutang jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo, atau menilai mampu tidaknya perusahaan dalam memenuhi serta membiayai kewajiban hutang ketika ditagih. Rasio likuiditas berguna untuk memperkirakan seberapa likuid perusahaan dengan cara melakukan perbandingan pada semua komponen di aktiva lancar dengan komponen di passiva lancar. [6]
Rasio likuiditas dapat menunjukkan keterkaitan antara kas serta aset lancar perusahaan dengan liabilitas lancarnya. Aset lancar atau aset likuid adalah aset perusahaan yang dapat diperjualbelikan dipasar aktif dan kemudian di cairkan menjadi kas dengan cepat sesuai dengan harga pasar yang sedang berlaku. [7].
Menurut Kasmir [6], rasio likuiditas dibagi menjadi 5 jenis yaitu, rasio lancar (current ratio), rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio), rasio kas (cash ratio), rasio perputaran kasdan Inventory to net working capital. Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio yang digunakan pada penelitian ini.
Apabila hasil pengukuran current ratio rendah maka perusahaan dikatakan memiliki modal yang kurang untuk memenuhi liabilitasnya. Tetapi jiak pengukuran current ratio tinggi, belum dapat dipastikan bahwa kondisi perusahaan baik, bisa jadi hal tersebut karena perusahaan tidak memaksimalkan kas yang dimilikinya. Baik atau buruknya suatu perusahan dapat dinilai menggunakan rata-rata industri yang sejenis. [6]
2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas atau rasio manajemen aset adalah rasio yang dipakai untuk menilai tingkat kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dan juga mengukur kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Hasil dari pengukuran rasio aktivitas akan menunjukkan apakah perusahaan terbukti efektif dan efisien dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya. Penggunaan rasio aktivitas dilakukan dengan melakukan perbandingan antara taraf penjualan dan investasi pada aktiva dalam satu periode [6].
Rasio manajemen aset digunakan untuk mengetahui apakah jumlah tiap aset terlihat normal, terlalu rendah atau terlalu tinggi jika tampak dari penjualaan saat ini. Apabila perusahaan memiliki aset terlalu banyak akan berpengaruh pada tingginya baiaya modal yang diperlukan sehingga dapat menekan perolehan keuntungan pada perusahaan. Sedangkan jika aset yang dimiliki terlalu sedikit, dapat menghilangkan kemungkinan perolehan laba dari penjualan yang menguntungkan. Oleh karena itu rasio aktivitas ini diperlukan untuk mendukung dalam menentukan jumlah saldo yang tepat [7].
Kasmir [6] menyebutkan jenis-jenis rasio aktiva diantaranya, rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio), rasio hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable), rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio), rasio hari rata-rata penagihan persediaan (days of inventory), rasio perputaran modal kerja (working capital turnover ratio), rasio perputaran aktiva tetap (fixed asset turnover ratio), dan rasio perputaran total aktiva (total assets turnover ratio). Pada penelitian ini jenis rasio aktivitas yang digunakan adalah rasio perputaran total aktiva atau disebut total assets turnover ratio.
Rasio perputaran total aktiva dipakai untuk menghitung perputaran seluuh aset yang dimiliki perusahaan, rasio ini dihitung dengan cara membagi penjualan dengan total seluruh aset. [7] Perhitungan total asset turnover ratio menunjukkan banyaknya penjualan yang diperoleh dari setiap rupiah aktiva. [6]
3. Rasio Leverage/Solvabilitas
Leverage rasio atau dapat disebut rasio solvabilitas dalah rasio yang berguna untuk menilai sejauh mana aktiva perusahaan dibiyai oleh hutang. Sumber dana perusahaan dapat diperoleh dari modal sendiri atau dengan pinjaman, rasio ini menunjukkan perbandingan total hutang dengan modal sendiri yang dipakai perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya. Tiap sumber dana memiliki kelebihan serta kekurangan, seperti pada modal sendiri memiliki kelebihan mudah diperoleh dan tidak terdapat beban membayar angsuran atau bunga serta biaya lainnya. Kekurangannya, jumlah modal sendiri biasanya tersebatas, terutama jika dana yang dibutuhkan cukup besar. Sedangkan sumber dana yang berasal dari pinjaman, memiliki kelebihan berupa jumlah yang tidak terbatas, serta dapat mendorong kinerja manajemen untuk giat bekerja karena terdapat beban untuk membayar bunga dan cicilan. Selain itu kekurangan dari modal pinjaman adalah biasanya dibutuhkan syarat yang cukup rumit dan terdapat beban membayar bunga atau biaya lainnya [6].
Penggunaan pinjaman atau hutang dapat meningkatkan perolehan pendapatan lebih tinggi dari tingkat bunga yang perlu dibayarkan, tetapi hutang tersebut dapat menjadikan perusahaan memiliki risiko tinggi dibanding dengan membiayai dengan modal sendiri [7].
Rasio leverage atau rasio solvabilitas digunakan dengan menyesuaikan tujuan perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan semua jenis rasio ini atau beberapa jenis saja yang dirasa perlu untuk diketahui. Menurut Kasmir [6], jenis-jenis rasio ini terdiri dari debt to asset ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, tangible assets debt coverage, current liabilities to net worth, times interest earned, dan fixed charge coverage. Pada penelitian ini digunakan dua jenis rasio leverage atau solvabilitas, yaitu debt to assets ratio atau debt ratio serta debt to equity ratio.
- Debt to assets ratio, adalah rasio yang menilai perbandingan antara total hutang dan total assets yang dimiliki perusahaan. Artinya, seberapa banyak aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau seberapa banyak hutang perusahaan mempengaruhi pengelolaan aktiva perusahaan. Semakin tinggi hasil debt ratio maka perusahaan akan semakin sulit memperoleh pinjaman dari kreditor karena memiliki potensi risiko yang tinggi. Sedangkan jika hasil debt ratio rendah maka perusahaan mampu membiayai usahanya dengan hutang yang sedikit. Penilaian baik atau tidaknya perusahaan diperlukan rasio rata-rata industri yang sejenis. [6]
- Debt to equity ratio, yaitu rasio yang dipakai untuk mengukur hutang dengan ekuitas. Rasio ini membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas, perhitungan ini berguna untuk melihat total dana yang diberikan oleh kreditor pada perusahaan. Semakin tinggi hasil debt to equity ratio maka kreditor akan melihat tingginya risiko kegagalan dalam perusahaan. Sedangkan jika hasil det to equity ratio rendah, maka dana yang dimiliki perusahaan semakin tinggi dan kecil kemungkinan risiko kegagalan pembayaran pinjaman pada kreditor. Rasio ini juga dapat menunjukkan kelayakan dan risiko keuangan pada perusahaan. [6]
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Selain itu, rasio ini dapat menilai tingkat efektivitas perusahan dengan melihat perolehan laba yang dihasilkan atas penjualan dan investasi. Penggunaan rasion ini dilakukan dengan membandingkan anatara komponen dalam neraca dan laporan laba rugi. Perhitungan ini dapat dilakukan dalam beberapa periode, dengan tujuan melihat perkembangan perusahaan sekaligus mencari perbedaan kinerja perusahaan pada periode tertentu. [6]
Laporan akuntansi menunjukkan peristiwa yang telah terjadi di masa lalu dan memberikan petunjuk mengenai hal-hal penting seperti peluang yang terjadi dimas yang akan datang. Rasio profitabilitas menunjukkan hasil akhir atas seluruh prosedur keuangan serta keputusan manajemen perusahaan. Rasio ini menunjukkan pengaruh dari gabungan antara likuiditas, manajemen aset dan hutang yang dimiliki perusahaan. [7]
Jenis rasio profitabilitas menurut Kasmir [6] terdiri dari profit margin (profit margin on sales), return on investment (ROI), return on equity (ROE), return on assets (ROA) serta laba per lembar saham. Pada penelitian ini menggunakan sala satu jenis rasio profitabilitas yakni return on assets (ROA).
Return on assets atau biasa disingkat ROA merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian laba bersih atas total aset yang dimiliki perusahaan. [7] Semakin tinggi hasil perhitungan ROA maka perusahaan terbukti sangat efisien dalam mengelola seluruh aset yang dimilikinya.
5. Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar (market value ratio) atau dapat disebut rasio penilaian valuation ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan manajemen perusahaan dalam menciptakan nilai pasar atas biaya investasi diantaranya rasio harga saham terhadap pendapatan, dan rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku. [6]
Rasio nilai pasar menghubungkan antara harga saham dengan laba serta nilai buku per lembar saham. Rasio nilai pasar akan menjadi tinggi apabila rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas dinilai akan terus baik dimasa mendatang oleh investor. Rasio ini digunakan oleh invesor saat akan membeli atau menjual sahamnya, kemudian digunakan juga oleh bank investasi saat memutuskan harga saham pada penerbitan saham baru, serta digunakan oleh perusahaan saat menetapkan penawaran perusahaan lain untuk melakukan merger. [7] Rasio ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS). Jenis rasio nilai pasar yang digunakan pada penelitian ini adalah price earning ratio. Price earning ratio digunakan untuk membandingkan harga pasar suatu saham dengan laba per lembar saham, perhitungan ini juga menjadi indikator berkembangnya perusahaan dimasa yang akan datang. Semakin tinggi hasil perhitungan price earning ratio, maka perusahaan digambarkan akan semakin berkembang di masa depan. Apabila price earning ratio tinggi, maka saham yang dimiliki oleh perusahaan dapat memperoleh reaksi pasar yang tinggi terhadap para investor. [8]
C. Kerangka Konseptual
D. Hipotesis
- H1 : Ada perbedaan current ratio pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan selama pandemi Covid-19.
- H2 : Ada perbedaan debt to assets ratio pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan selama pandemi Covid-19.
- H3 : Ada perbedaan debt to equity ratio pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan selama pandemi Covid-19.
- Ada perbedaan total assets turnover ratio pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan selama pandemi Covid-19.
- Ada perbedaan return on assets ratio pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan selama pandemi Covid-19.
- Ada perbedaan price earning ratio pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan selama pandemi Covid-19.
Metode Penelitian
A) Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif dengan pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif yang dibutuhkan berupa laporan keuangan perusahaan indeks LQ45 pada tahun 2019 dan 2020 yang diukur dengan rasio keuangan serta diuji menggunakan uji beda untuk membuktikan apakah tampak perbedaan kinerja keuangan sebelum dan saat pandemi Covid-19 pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45.
B) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia yang berada di alamat Jalan Mojopahit No. 999B, Sidowayah, Sidoarjo. Bursa Efek Indonesia (BEI) dipilih menjadi lokasi penelitian sebab BEI adalah lembaga pertama di Indonesia yang dianggap mempunyai data yang tersusun dengan baik dan lengkap.
C) Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu seluruh perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45 periode tahun 2019-2020. Teknik pengambilan sampel dilaksanakan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel didasarkan pada kualifikasi yang telah disesuaikan dengan tujuan dilakukannya penelitian [9]. Kualifikasi perusahaan yang dipilih sebagai sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 pada tahun penelitian yaitu tahun 2019-2020.
- Perusahaan Indeks LQ45 yang bukan merupakan sektor perbankan.
Maka sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 35 perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 periode 2019-2020 yang berasal dari berbagai sektor industri antara lain farmasi, pertambangan, infrastruktur, food and beverages dan lain-lain.
D) Jenis Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder, data sekunder yaitu sumber data yang didapatkan secara tidak langsung kepada pengumpul data, contohnya dapat diperoleh dari orang lain maupun dokumen. [9] Data sekunder pada penelitian ini didapat dari Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di kampus Sidowayah gedung GKB 2 lantai 3 Universitas Muhammdiyah Sidoarjo.
E) Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu, metode studi dokumentasi metode ini digunkanan untuk mendapatkan data berupa laporan tahunan yang dirilis oleh perusahaan index LQ45 periode 2018 dan 2019, yang diperoleh dari Galeri Bursa Efek Indonesia Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.Serta metode studi pustaka, yaitu metode pengumpulan data berdasarkan pada landasan teori serta penelitian terdahulu. Data yang digunakan peneliti pada penelitian ini berasal dari laporan tahunan periode 2019 dan 2020 dari masing-masing sampel perusahaan indeks LQ45.
F) Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah :
1) Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui mendeskripsikan atau menggambarkan variabel penelitian yang diuji.
2) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel pada model pengujian terdistribusi secara normal atau tidak. Pada penelitian ini metode uji normalitas yang digunakan adalah dengan uji One-Sample Kolmogrov –Smirnov Test, dengan ketentuan data disebut normal apabila nilai signifikasi > 0,05 (Sig > 0,05).
3) Paired sample t-test
Paired sample t-test bertujuan untuk meunjukkan apakah keadaan atau perlakuan yang berbeda akan memperoleh hasil yang berbeda pada rata-rata secara statistik. Ketentuan uji paired sample t-test ini adalah apabila nilai signifikansi > 0,05, maka data tersebut tidak mimiliki perbedaan, sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 maka data terbukti memiliki perbedaan.
4) Wilcoxon signed rank test
Wilcoxon signed rank test digunakan jika data yang diuji tidak terdistribusi secara normal. Pegujian menggunakan wilcoxon signed rank test tidak jauh berbeda dengan pengujian paired sample t-test yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pada sampel data yang diuji.
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini membandingkan rasio keuangan pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan saat terjadi pandemi Covid-19, dari 41 perusahaan indeks LQ45 periode tahun 2019-2020 dilakukan penyeleksian dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 2.Kriteria Pengambilan Sampel | ||
No. | Kriteria | Jumlah |
1. | Perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 pada tahun penelitian yaitu tahun 2019-2020 | 41 |
2. | Perusahaan Indeks LQ45 yang merupakan sektor perbankan | (6) |
Jumlah Perusahaan Yang Digunakan Sebagai Sampel Penelitian | 35 |
Diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 periode 2019-2020 Berikut daftar 35 perusahaan Indeks LQ45 yang sesuai dengan kualifikasi sampel dalam penelitian ini :
Tabel 3. Daftar Nama Perusahaan | ||
No. | Kode Saham | Nama Perusahaan |
1. | ADRO | Adaro Energy Tbk. |
2. | AKRA | AKR Corporindo Tbk. |
3. | ANTM | Aneka Tambang Tbk. |
4. | ASII | Astra International Tbk. |
5. | BRPT | Barito Pacific Tbk. |
6. | BSDE | Bumi Serpong Damai Tbk. |
7. | CPIN | Charoen Pokphand Indonesia Tbk. |
8. | CTRA | Ciputra Development Tbk. |
9. | ERAA | Erajaya Swasembada Tbk. |
10. | EXCL | XL Axiata Tbk. |
11. | GGRM | Gudang Garam Tbk. |
12. | HMSP | H.M. Sampoerna Tbk. |
13. | ICBP | Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. |
14. | INCO | Vale Indonesia Tbk. |
15. | INDF | Indofood Sukses Makmur Tbk. |
16. | INKP | Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. |
17. | INTP | Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. |
18. | ITMG | Indo Tambangraya Megah Tbk. |
19. | JPFA | Japfa Comfeed Indonesia Tbk. |
20. | JSMR | Jasa Marga (Persero) Tbk. |
21. | KLBF | Kalbe Farma Tbk. |
22. | LPPF | Matahari Department Store Tbk. |
23. | MNCN | Media Nusantara Citra Tbk. |
24. | PTBA | Bukit Asam Tbk. |
25. | PTPP | PP (Persero) Tbk. |
26. | PWON | Pakuwon Jati Tbk. |
27. | SCMA | Surya Citra Media Tbk. |
28. | SMGR | Semen Indonesia (Persero) Tbk. |
29. | SRIL | Sri Rejeki Isman Tbk. |
30. | TKIM | Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. |
31. | TLKM | Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. |
32. | UNTR | United Tractors Tbk. |
33. | UNVR | Unilever Indonesia Tbk. |
34. | WIKA | Wijaya Karya (Persero) Tbk. |
35. | WSKT | Waskita Karya (Persero) Tbk. |
Analisis Data dan Hasil Penelitian
1) Perhitungan Rasio
Sampel penelitian sebanyak 35 perusahaan selanjutnya dihitung rasio keuangannya yang terdiri dari current ratio atau rasio lancar, debt to assets ratio atau rasio hutang terhadap aset, debt to equity ratio atau rasio hutang terhadap ekuitas, total assets turnover atau rasio perputaran aktiva, return on assets atau rasio pengembalian atas aset, price earning ratio periode 2019 (sebelum terjadi pandemi) dan periode 2020 (saat terjadi pandemi).
2) Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau mengambarkan variabel penelitian yang telah diuji. Berikut hasil perhitungan seluruh variabel dengan alat analisis SPSS :
Tabel 4. Hasil Uji Deskriptif | |||||
Descriptive Statistics | |||||
N | Minimum | Maximum | Mean | Std. Deviation | |
CR_sebelum | 35 | ,28 | 3,31 | 1,6454 | ,68631 |
CR_saat | 35 | ,40 | 2,91 | 1,4643 | ,59197 |
DAR_sebelu | 35 | ,22 | ,48 | ,3426 | ,07890 |
DAR_saat | 35 | ,10 | ,44 | ,2751 | ,09871 |
DER_sebelu | 35 | ,10 | ,88 | ,5286 | ,21489 |
DER_saat | 35 | ,09 | 1,75 | ,7329 | ,42119 |
ATR_sebelu | 35 | ,13 | 3,38 | ,8791 | ,70178 |
ATR_saat | 35 | ,10 | 3,04 | ,7740 | ,68159 |
ROA_sebelu | 35 | ,01 | ,44 | ,0997 | ,09963 |
ROA_saat | 35 | -,14 | ,36 | ,0706 | ,09765 |
PER_sebelu | 35 | ,03 | ,98 | ,4697 | ,22306 |
PER_saat | 35 | ,01 | ,96 | ,3311 | ,27549 |
Valid N (listwise) | 35 |
Variabel Current Ratio (CR) sebelum terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,28, angka maksimal 3,31, serta rata-rata 1,645. Sedangkan variabel Current Ratio (CR) saat terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,40, angka maksimal 2,91, rata-rata 1,464. Angka tersebut menunjukkan Current Ratio (CR) saat pandemi menurun dibandingkan Current Ratio (CR) sebelum pandemi. Maka dapat dikatakan Current Ratio (CR) sebelum pandemi lebih baik dibanding Current Ratio (CR) saat pandemi.
Variabel Debt to Assets Ratio (DAR) sebelum terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,22, angka maksimal 0,48, serta rata-rata 0,342. Sedangkan variabel Debt to Assets Ratio (DAR) saat terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,10, angka maksimal 0,44, serta rata-rata 0,275. Angka tersebut menunjukkan Debt to Assets Ratio (DAR) saat pandemi menurun dibandingkan Debt to Assets Ratio (DAR) sebelum pandemi. Maka dapat dikatakan Deb to Assets Ratio (DAR) saat pandemi lebih baik dibanding Debt to Assets Ratio (DAR) sebelum pandemi.
Variabel Debt to Equity Ratio (DER) sebelum terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,10, angka maksimal 0,88, serta rata-rata 0,528. Sedangkan variabel Debt to Equty (DER) saat terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,09, angka maksimal 1,75, serta rata-rata 0,732. Angka tersebut menunjukkan Debt to Equity Ratio (DER) saat pandemi meningkat dibandingkan Debt to Equty Ratio (DER) sebelum pandemi. Maka dapat dikatakan Debt to Equity Ratio (DER) sebelum pandemi lebih baik dibanding Debt to Equity Ratio (DER) saat pandemi.
Variabel Total Assets Turnover Ratio (ATR) sebelum terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,13, angka maksimal 3,38, serta rata-rata 0,879. Sedangkan variabel Total Assets Turnover Ratio (ATR) saat terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,10, angka maksimal 3,04, serta rata-rata 0,774. Angka tersebut menunjukkan Total Assets Turnover Ratio (ATR) saat pandemi menurun dibandingkan Total Assets Turnover Ratio (ATR) sebelum pandemi. Maka dapat dikatakan Total Assets Turnover Ratio (ATR) sebelum pandemi lebih baik dibanding Total Assets Turnover Ratio (ATR) saat pandemi.
Variabel Return On Assets (ROA) sebelum terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,01, angka maksimal 0,44, serta rata-rata 0,099. Sedangkan variabel Return On Assets (ROA) saat terjadi pandemi diperoleh angka minimal -0,14, angka maksimal 0,36, serta rata-rata 0,070. Angka tersebut menunjukkan Return On Assets (ROA) saat pandemi menurun dibandingkan Return On Assets (ROA) sebelum pandemi. Maka dapat dikatakan Return On Assets (ROA) sebelum pandemi lebih baik dibanding Return On Assets (ROA) saat pandemi.
Variabel Price Earning Ratio (PER) sebelum terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,03, angka maksimal 0,98, serta angka rata-rata 0,469. Sedangkan variabel Price Earning Ratio (PER) saat terjadi pandemi diperoleh angka minimal 0,01, angka maksimal 0,96, serta rata-rata 0,331. Angka tersebut menunjukkan Price Earning Ratio (PER) saat pandemi menurun dibandingkan Price Earning Ratio (PER) sebelum pandemi. Maka dapat dikatakan Price Earning Ratio (PER) sebelum pandemi lebih baik dibanding Price Earning Ratio (PER) saat pandemi.
- Perhitungan Rasio
- Uji Statistik Deskriptif
- Uji Normalitas
Uji normalitas dipakai sebagai pembuktikan apakah sampel pada model pengujian terdistribusi secara normal atau tidak. Metode uji normalitas yang digunakan adalah dengan uji One-Sample Kolmogrov–Smirnov Test, dengan ketentuan data disebut normal apabila nilai signifikasi > 0,05 (Sig > 0,05). Berikut hasil perhitungan seluruh variabel dengan alat analisis SPSS :
Tabel 5.Hasil Uji Normalitas Current Ratio | |||
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | |||
CR_sebelum | CR_saat | ||
N | 35 | 35 | |
Normal Parametersa,b | Mean | 1,6454 | 1,4643 |
Std. Deviation | ,68631 | ,59197 | |
Most Extreme Differences | Absolute | ,102 | ,096 |
Positive | ,092 | ,096 | |
Negative | -,102 | -,096 | |
Test Statistic | ,102 | ,096 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,200c,d | ,200c,d | |
a. Test distribution is Normal. | |||
b. Calculated from data. | |||
c. Lilliefors Significance Correction. | |||
d. This is a lower bound of the true significance. |
Hasil nilai signifikasi variabel CR sebelum pandemi 0,200, sedangkan nilai signifikasi CR saat pandemi 0,200. Berdasarkan hasil tersebut,sebelum dan saat pandemi terdistribusi secara normal. Maka, uji beda dapat menggunakan paired sample t-test sebab data dapat memenuhi syarat uji paired sample t-test yaitu terdistribusi normal.
Hasil nilai signifikasi variabel Debt to Assets Ratio (DAR) sebelum pandemi sebesar 0,150, sedangkan nilai signifikasi Debt to Assets Ratio (DAR) saat pandemi sebesar 0,200. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa data Debt to Assets Ratio (DAR) sebelum dan saat pandemi terdistribusi secara normal. Maka, uji beda dapat menggunakan paired sample t-test sebab data dapat memenuhi syarat uji paired sample t-test yaitu terdistribusi normal.
Tabel 7.Hasil Uji Normalitas Debt to Equity Ratio | |||
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | |||
DER_sebelum | DER_saat | ||
N | 35 | 35 | |
Normal Parametersa,b | Mean | ,5286 | ,7329 |
Std. Deviation | ,21489 | ,42119 | |
Most Extreme Differences | Absolute | ,118 | ,102 |
Positive | ,118 | ,102 | |
Negative | -,105 | -,063 | |
Test Statistic | ,118 | ,102 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,200c,d | ,200c,d | |
a. Test distribution is Normal. | |||
b. Calculated from data. | |||
c. Lilliefors Significance Correction. | |||
d. This is a lower bound of the true significance. |
Hasil nilai signifikasi variabel Debt to Equity Ratio (DER) sebelum pandemi sebesar 0,200, sedangkan nilai signifikasi Debt to Equity Ratio (DER) saat pandemi sebesar 0,200. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa data Debt to Equity Ratio (DER) sebelum dan saat pandemi terdistribusi secara normal. Maka, uji beda dapat menggunakan paired sample t-test sebab data dapat memenuhi syarat uji paired sample t-test yaitu terdistribusi normal.
Tabel 8.Hasil Uji Normalitas Total Asset Turnover Ratio | |||
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | |||
ATR_sebelum | ATR_saat | ||
N | 35 | 35 | |
Normal Parametersa,b | Mean | ,8791 | ,7740 |
Std. Deviation | ,70178 | ,68159 | |
Most Extreme Differences | Absolute | ,185 | ,188 |
Positive | ,185 | ,188 | |
Negative | -,143 | -,161 | |
Test Statistic | ,185 | ,188 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,004c | ,003c | |
a. Test distribution is Normal. | |||
b. Calculated from data. | |||
c. Lilliefors Significance Correction. |
Hasil nilai signifikasi variabel Total Assets Turnover Ratio (ATR) sebelum pandemi sebesar 0,004, sedangkan nilai signifikasi Total Assets Turnover Ratio (ATR) saat pandemi sebesar 0,003. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa data Total Assets Turnover Ratio (ATR) sebelum dan saat pandemi tidak terdistribusi secara normal. Maka, uji beda yang dapat digunakan adalah menggunakan wilcoxon signed rank test, sebab data tidak dapat memenuhi syarat uji beda menggunakan paired sample t-test yaitu data harus terdistribusi secara normal.
Tabel 9.Hasil Uji Normalitas Return On Asset | |||
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | |||
ROA_sebelum | ROA_saat | ||
N | 35 | 35 | |
Normal Parametersa,b | Mean | ,0997 | ,0706 |
Std. Deviation | ,09963 | ,09765 | |
Most Extreme Differences | Absolute | ,200 | ,229 |
Positive | ,200 | ,229 | |
Negative | -,184 | -,178 | |
Test Statistic | ,200 | ,229 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,001c | ,000c | |
a. Test distribution is Normal. | |||
b. Calculated from data. | |||
c. Lilliefors Significance Correction. |
Hasil nilai signifikasi variabel Return On Assets (ROA) sebelum pandemi sebesar 0,001, sedangkan nilai signifikasi Return On Assets (ROA) saat pandemi sebesar 0,000. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa data Return On Assets (ROA) sebelum dan saat pandemi tidak terdistribusi secara normal. Maka, uji beda yang dapat digunakan adalah menggunakan wilcoxon signed rank test, sebab data tidak dapat memenuhi syarat uji beda menggunakan paired sample t-test yaitu data harus terdistribusi secara normal.
- Variabel Current Ratio
- Variabel Debt to Asset Ratio
- Variabel Debt to Equity Ratio
- Variabel Total Asset Turnover Ratio
- Variabel Return on Asset
- Variabel Price Earning Ratio
Tabel 10.Hasil Uji Normalitas Price Earning Ratio | |||
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | |||
PER_sebelum | PER_saat | ||
N | 35 | 35 | |
Normal Parametersa,b | Mean | ,4697 | ,3311 |
Std. Deviation | ,22306 | ,27549 | |
Most Extreme Differences | Absolute | ,097 | ,178 |
Positive | ,063 | ,178 | |
Negative | -,097 | -,122 | |
Test Statistic | ,097 | ,178 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,200c,d | ,007c | |
a. Test distribution is Normal. | |||
b. Calculated from data. | |||
c. Lilliefors Significance Correction. | |||
d. This is a lower bound of the true significance. |
Hasil nilai signifikasi variabel Price Earning Ratio (PER) sebelum pandemi sebesar 0,200, sedangkan nilai signifikasi Price Earning Ratio (PER) saat pandemi sebesar 0,007. Berdasarka hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa data Price Earning Ratio (PER) sebelum pandemi terdistribusi secara normal, namun Price Earning Ratio (PER) saat pandemi tidak terdistribusi secara normal. Maka, uji beda yang dapat digunakan adalah menggunakan wilcoxon signed rank test, sebab data tidak dapat memenuhi syarat uji beda menggunakan paired sample t-test yaitu data harus terdistribusi secara normal.
Uji beda dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan apakah terdapat perbedaan antara rasio keuangan pada peruahaan indeks LQ45 sebelum dan saat pandemi Covid-19 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengujian uji beda pada penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu uji paired sample t-test serta uji wilcoxon signed rank test. Pada uji paired sample t-test digunakan untuk variabel Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER). Sedangkan pada uji wilcoxon signed rank test digunakan untuk variabel Total Asset Turnover (ATR), danReturn On Assets (ROA) dan Price Earning Ratio (PER). Berikut hasil perhitungan variabel menggunakan alat analisis SPSS :
Berdasarkan uji normalitas variabel Current Ratio sebelum dan saat pandemi terdistribusi secara normal. Maka, uji beda dapat menggunakan paired sample t-test sebab data dapat memenuhi syarat uji paired sample t-test yaitu terdistribusi normal. Berikut hasil perhitungan paired sample t-test variabel Current Ratio :
Tabel 11.Hasil Uji Paired Sample T-Test Current Ratio | ||||||||||
Paired Samples Test | ||||||||||
Paired Differences | t | df | Sig. (2-tailed) | |||||||
Mean | Std. Deviation | Std. Error Mean | 95% Confidence Interval of the Difference | |||||||
Lower | Upper | |||||||||
Pair 1 | CR_sebelum - CR_saat | ,18114 | ,48130 | ,08135 | ,01581 | ,34647 | 2,227 | 34 | ,033 |
Hasil nilai signifikasi variabel Current Ratio (CR) sebesar 0,033 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikasi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan pada purusahaan indeks LQ45 sebelum dan saat masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan uji normalitas variabel Debt to Asset Ratio sebelum dan saat pandemi terdistribusi secara normal. Maka, uji beda dapat menggunakan paired sample t-test sebab data dapat memenuhi syarat uji paired sample t-test yaitu terdistribusi normal. Berikut hasil perhitungan paired sample t-test variabel Debt to Asset Ratio :
Tabel 12.Hasil Uji Paired Sample T-Test Debt to Asset Ratio | ||||||||||
Paired Samples Test | ||||||||||
Paired Differences | t | df | Sig. (2-tailed) | |||||||
Mean | Std. Deviation | Std. Error Mean | 95% Confidence Interval of the Difference | |||||||
Lower | Upper | |||||||||
Pair 1 | DAR_sebelu - DAR_saat | ,06743 | ,11390 | ,01925 | ,02830 | ,10655 | 3,502 | 34 | ,001 |
Hasil nilai signifikasi variabel Debt to Assets Ratio (DAR) sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikasi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan pada purusahaan indeks LQ45 sebelum dan saat masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan uji normalitas variabel Debt to Equity Ratio sebelum dan saat pandemi terdistribusi secara normal. Maka, uji beda dapat menggunakan paired sample t-test sebab data dapat memenuhi syarat uji paired sample t-test yaitu terdistribusi normal. Berikut hasil perhitungan paired sample t-test variabel Debt to Equity Ratio :
Tabel 13.Hasil Uji Paired Sample T-Test Debt to Equity Ratio | |||||||||
Paired Samples Test | |||||||||
Paired Differences | t | df | Sig. (2-tailed) | ||||||
Mean | Std. Deviation | Std. Error Mean | 95% Confidence Interval of the Difference | ||||||
Lower | Upper | ||||||||
Pair 1 | DER_sebelu - DER_saat | -,20429 | ,38668 | ,06536 | -,33712 | -,07145 | -3,125 | 34 | ,004 |
Berdasarkan uji normalitas variabel Total Assets Turnover Ratio (ATR) sebelum dan saat pandemi tidak terdistribusi secara normal. Maka, uji beda yang dapat digunakan adalah menggunakan wilcoxon signed rank test, sebab data tidak dapat memenuhi syarat uji beda menggunakan paired sample t-test yaitu data harus terdistribusi secara normal. Berikut hasil perhitungan wilcoxon signed rank test variabel Total Asset Turnover Ratio :
Tabel 14. Tabel Ranks Uji Wilcoxon Signed Rank Test Total Asset Turnover Ratio | ||||
Ranks | ||||
N | Mean Rank | Sum of Ranks | ||
ATR_saat - ATR_sebelum | Negative Ranks | 31a | 17,84 | 553,00 |
Positive Ranks | 3b | 14,00 | 42,00 | |
Ties | 1c | |||
Total | 35 | |||
a. ATR_saat < ATR_sebelum | ||||
b. ATR_saat > ATR_sebelum | ||||
c. ATR_saat = ATR_sebelum |
Tabel 15. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Total Asset Turnover Ratio | |||
Test Statistics a | |||
ATR_saat - ATR_sebelum | |||
Z | -4,372b | ||
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,000 | ||
a. Wilcoxon Signed Ranks Test | |||
b. Based on positive ranks. |
Hasil nilai signifikasi variabel Total Asset Turnover Ratio (ATR) sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikasi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan pada purusahaan indeks LQ45 sebelum dan saat masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan uji normalitas variabel Return On Asset (ROA)sebelum dan saat pandemi tidak terdistribusi secara normal. Maka, uji beda yang dapat digunakan adalah menggunakan wilcoxon signed rank test, sebab data tidak dapat memenuhi syarat uji beda menggunakan paired sample t-test yaitu data harus terdistribusi secara normal. Berikut hasil perhitungan wilcoxon signed rank test variabel Return On Asset
:
Tabel 16. Tabel Ranks Uji Wilcoxon Signed Rank Return On Asset | ||||
Ranks | ||||
N | Mean Rank | Sum of Ranks | ||
ROA_saat - ROA_sebelum | Negative Ranks | 22a | 14,61 | 321,50 |
Positive Ranks | 6b | 14,08 | 84,50 | |
Ties | 7c | |||
Total | 35 | |||
a. ROA_saat < ROA_sebelu | ||||
b. ROA_saat > ROA_sebelu | ||||
c. ROA_saat = ROA_sebelu |
Tabel 17. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Return On Asset | |||
Test Statistics a | |||
ROA_saat - ROA_sebelum | |||
Z | -2,706b | ||
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,007 | ||
a. Wilcoxon Signed Ranks Test | |||
b. Based on positive ranks. |
Hasil nilai signifikasi variabel Return On Assets (ROA) sebesar 0,007 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikasi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan saat masa pandemi Covid-19.
- Variabel Current Ratio
- Variabel Debt to Asset Ratio
- Variabel Debt to Equity Ratio
- Variabel Total Asset Turnover Ratio
- Variabel Return On Asset
- Variabel Price Earning Ratio
Tabel 18. Tabel Ranks Uji Wilcoxon Signed Rank Test Price Earning Ratio | ||||
Ranks | ||||
N | Mean Rank | Sum of Ranks | ||
PER_saat - PER_sebelum | Negative Ranks | 25a | 18,50 | 462,50 |
Positive Ranks | 10b | 16,75 | 167,50 | |
Ties | 0c | |||
Total | 35 | |||
a. PER_saat < PER_sebelum | ||||
b. PER_saat > PER_sebelum | ||||
c. PER_saat = PER_sebelum |
Tabel 19. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Price Earning Ratio | |||
Test Statistics a | |||
PER_saat - PER_sebelum | |||
Z | -2,417b | ||
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,016 | ||
a. Wilcoxon Signed Ranks Test | |||
b. Based on positive ranks. |
Hasil nilai signifikasi variabel Return On Assets (ROA) sebesar 0,007 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikasi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan saat masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan tabel 11 hasil pengujian menggunakan paired sample t-test nilai Current Ratio (CR) sebesar 0,033 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikasi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada Current Ratio (CR) sebelum terjadi pandemi dengan Current Ratio (CR) saat terjadi pandemi. Hasil penelitian rasio likuiditas dengan menggunakan Current Ratio (CR) untuk membandingkan aset lancar dengan utang lancar.
Standar rata-rata industri untuk Current Ratio (CR) adalah 200% atau 2 kali [6]. Nilai rata-rata Current Ratio (CR) perusahaan sebelum terjadi pandemi dengan saat terjadi pandemi berada dibawah standar rata-rata industri. Nilai rata-rata Current Ratio (CR) sebelum terjadi pandemi sebesar 1,645, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dijamin oleh Rp 1.645 aktiva lancar. Nilai rata-rata Current Ratio (CR) saat terjadi pandemi sebesar 1,464, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 utang lancar dapat dijamin oleh Rp 1.464 aktiva lancar. Berdasarkan perhitungan tersebut didapat bahwa industri perusahaan indeks LQ45 terdampak adanya pandemi, disebabkan naiknya hutang lacar dan sedikit penurunan aset lancar pada perusahaan indeks LQ45 hal tersebut dapat mempengaruhi perusahaan indeks LQ45 dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Berdasarkan tabel 12 pada pengujian paired sample t-test menunjukkan nilai Debt to Assets Ratio (DAR) sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikasi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada Debt to Assets Ratio (DAR) sebelum terjadi pandemi dengan Debt to Assets Ratio (DAR) saat terjadi pandemi.
Standar rata-rata industri untuk Debt to Asset Ratio (DAR) adalah 35% [6]. Nilai rata-rata Debt to Asset (DAR) perusahaan sebelum terjadi pandemi dengan saat terjadi pandemi berada dibawah standar rata-rata industri, sehingga dapat dikatakan perusahaan indeks LQ45 dalam kondisi baik. Nilai rata-rata Debt to Asset Ratio (DAR) sebelum terjadi pandemi sebesar 34%, menunjukkan bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan sebesar 34% dibiayai dengan utang dan sisanya sebesar 66% disediakan oleh pemegang saham. Nilai rata-rata Debt to Asset Ratio (DAR) saat terjadi pandemi sebesar 27%, menunjukkan bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan sebesar 27% dibiayai dengan utang dan sisanya sebesar 73% disediakan oleh pemegang saham. Kondisi tersebut menunjukkan perusahaan dalam kondisi baik, karena jumlah hutang tidak lebih besar dari pendanaan perusahaan. kondisi tersebut juga akan memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor.
Berdasarkan tabel 13 pengujian variabel Debt to Equity Ratio (DER) menggunakan paired sample t-test menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,004, yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara Debt to Equity (DER) sebelum terjadi pandemi dengan Debt to Equity (DER) saat terjadi pandemi.
Standar rata-rata industri untuk Debt to Equity Ratio (DER) adalah 80% [6]. Nilai rata-rata Debt to Equity (DER) perusahaan sebelum terjadi pandemi dengan saat terjadi pandemi berada dibawah standar rata-rata industri. Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) saat terjadi pandemi sebesar 53%, menunjukkan bahwa perusahaan dibiayai oleh hutang sebanyak 53%. Sedangkan nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) saat pandemi sebesar 73%, menunjukkan bahwa perusahaan dibiayai oleh hutang sebanyak 73%. Kondisi tersebut menunjukkan perusahaan dalam kondisi cukup baik, karena masih dibawah standar rata-rata industri. Namun perusahaan indeks LQ45 perlu memperhatikan Debt to Equity Ratio (DER) ini agar hutang perusahaan tidak terus meningkat terutama dimasa pandemi.
Berdasarkan tabel 15 pengujian wilcoxon signed rank test pada variabel Total Assets Turnover Ratio (ATR) menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari signifikasi 0,05, maka dapat disimpulkan Total Assets Turnover Ratio (ATR) sebelum terjadi pandemi dan Total Assets Turnover Ratio (ATR) saat terjadi pandemi terdapat perbedaan.
Standar rata-rata industri untuk Total Asset Turnover Ratio (ATR) adalah 2 kali [6]. Berdasarkan tabel ranks uji wilcoxon signed rank test terdapat 31 perusahaan yang mempunyai Total Asset Turnover Ratio (ATR) saat pandemi lebih kecil dari Total Asset Turnover Ratio (ATR) sebelum pandemi Covid-19, kemudian terdapat 3 perusahaan yang mempunyai Total Asset Turnover Ratio (ATR) saat pandemi lebih besar dari Total Asset Turnover Ratio (ATR) sebelum pandemi Covid-19 serta terdapat 1 perusahaan yang mempunyai Total Asset Turnover Ratio (ATR) saat pandemi sama dengan Total Asset Turnover Ratio (ATR) sebelum pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan indeks LQ45 sangat terdampak pandemi Covid-19, karena menurunnya penjualan atau pendapatan yang diperoleh perusahaan sejak terjadinya pandemi. Perusahaan diharapkan mampu meningkatkan kembali penjualannya atau mengurangi sebagian aktiva yang kurang produktif.
Berdasarkan tabel 17 hasil pengujian wilcoxon signed rank test pada Return On Assets (ROA) menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,007 yang berarti lebih kecil dari signifikasi 0,05, maka dapat disimpulkan Return On Asset (ROA) sebelum terjadi pandemi dan Return On Asset (ROA) saat terjadi pandemi terdapat perbedaan. Retun On Asset (ROA) merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian laba bersih atas total aset yang dimiliki perusahaan.
Standar rata-rata industri untuk Return On Asset adalah 30% [6]. Nilai rata-rata Return On Asset (ROA) perusahaan sebelum terjadi pandemi dengan saat terjadi pandemi berada jauh dibawah standar rata-rata industri. Nilai rata-rata Return On Asset (ROA) sebelum terjadi pandemi sebesar 9,9%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 9,9 laba bersih. Nilai rata-rata Return On Asset (ROA) saat terjadi pandemi sebesar 7,0%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp 7 laba bersih.
Pada tabel ranks uji wilcoxon signed rank test terdapat 22 perusahaan yang mempunyai Return On Asset (ROA) saat pandemi lebih kecil dari Return On Asset (ROA) sebelum pandemi Covid-19, kemudian terdapat 6 perusahaan yang mempunyai Return On Asset (ROA) saat pandemi lebih besar dari Return On Asset (ROA) sebelum pandemi Covid-19 serta terdapat 7 perusahaan yang mempunyai Return On Asset (ROA)saat pandemi sama dengan Return On Asset (ROA) sebelum pandemi. Berdasarkan perhitungan tersebut didapat bahwa perusahaan indeks LQ45 terdampak pandemi. Perolehan laba bersih menurun seiring terjadinya pandemi Covid-19. Perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan aktiva yang dimilikinya agar perolehan laba bersih yang diperoleh dapat lebih optimal.
- Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Indeks LQ45 Sebelum dan Saat Terjadi Pandemi Covid-19 Diukur Menggunakan Current Ratio (CR)
- Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Indeks LQ45 Sebelum dan Saat Terjadi Pandemi Covid-19 Diukur Menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR)
- Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Indeks LQ45 Sebelum dan Saat Terjadi Pandemi Covid-19 Diukur Menggunakan Debt to Equity Ratio (DE R)
- Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Indeks LQ45 Sebelum dan Saat Terjadi Pandemi Covid-19 Diukur Menggunakan Total Asset Turnover Ratio (AT R)
- Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Indeks LQ45 Sebelum dan Saat Terjadi Pandemi Covid-19 Diukur Menggunakan Return On Asset (ROA )
- Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Indeks LQ45 Sebelum dan Saat Terjadi Pandemi Covid-19 Diukur Menggunakan Price Earning Ratio (PER)
Berdasarkan tabel 19 pengujian variabel Price Earning Ratio (PER) menggunakan wilcoxon signed rank test menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,016, yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara Price Earning Ratio (PER) sebelum terjadi pandemi dengan Price Earning Ratio (PER) saat terjadi pandemi.
Berdasarkan tabel ranks uji wilcoxon signed rank test terdapat 25 perusahaan yang mempunyai Price Earning Ratio (PER) saat pandemi lebih kecil dari Price Earning Ratio (PER) sebelum pandemi Covid-19, kemudian terdapat 10 perusahaan yang mempunyai Price Earning Ratio (PER) saat pandemi lebih besar dari Price Earning Ratio (PER) sebelum pandemi Covid-19 serta tidak terdapat perusahaan yang mempunyai Price Earning Ratio (PER) saat pandemi sama dengan Price Earning Ratio (PER) sebelum pandemi.
Standar rata-rata industri untuk Price Earning Ratio (PER) adalah 10 kali [6]. Nilai rata-rata Price Earning Ratio (PER) perusahaan sebelum dan terjadi pandemi berada dibawah rata-rata industri. Hal tersebut disebabkan ketidakstabilan ekonomi saat pandemi yang mengakibatkan menurunnya minat investor untuk berinvestasi.
V. Kesimpulan
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji adanya perbedaan pada perusahaan indeks LQ45 sebelum dan saat terjadi pandemi Covid-19 diukur menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover Ratio (ATR), Return On Asset (ROA) serta Price Earning Ratio (PER).Uji beda menggungan paired sample t-test menunjukkan variabel Current Ratio, Debt to Asset Ratio, dan Debt to Equity Ratio memiliki perbedaan ketika sebelum terjadi pandemi dan saat terjadi pandemi. Begitupun pada uji beda menggunakan wilcoxon signed rank test menunjukkan variabel Total Asset Turnover Ratio, Return On Asset dan Price Earning Ratio memiliki perbedaan ketika sebelum terjadi pandemi dan saat terjadi pandemi. Oleh sebab itu dapat dikatakan pandemi sangat mempengaruhi berbagai sektor industri bahkan industri paling likuid seperti perusahaan yang temasuk dalam indeks LQ45.
Ucapan Terima KAsih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini hinagga dapat terselesaikan dengan baik. Pihak tersebut antara lain, Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia di Universitas Muhammadyah Sidoarjo yang telah memberikan informasi mengenai data perusahaan, serta terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang senantiasa mendukung penulis dalam melakukan penelitian ini hingga selesai.
Referensi
[1]D. S. Violandani, “Analisis Komparasi Rasio Keuangan Sebelum Dan Selama Pandemi Covid-19 Pada Perusahaan Terbuka Yang Terdaftar Pada Indeks LQ45,” J. Ilm. FEB, pp. 1–28, 2021.
[2]H. Saraswati, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pasar Saham Di Indonesia,” J. Ris. Akunt. dan Keuang. Dewantara, vol. 3, no. 2, pp. 153–163, 2020.
[3]BPS, “Ekonomi Indonesia 2020 turun sebesar 2,07%,” 2021, [Online]. Available: https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/02/05/1811/ekonomi-indonesia-2020-turun-sebesar-2-07-persen--c-to-c-.html#:~:text=Perekonomian Indonesia 2020 yang diukur,-c) dibandingkan tahun 2019.
[4]H. Pitaloka, A. U. A. Al Umar, E. R. Hartati, and D. Fitria, “The Economic Impact of The Covid-19 Outbreak : Evidence from Indonesia Research Method,” J. Inov. Ekon., vol. 05(02), pp. 71–76, 2020.
[5]A. N. Fatimah, D. A. Prihastiwi, and L. Islamiyatun, “Analisis Perbedaan Laporan Keuangan Tahunan Pada,” J. Ilm. Akunt. dan Bisnis, vol. 6, no. 2, pp. 39–52, 2021.
[6]Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revi. Depok: Rajawali Pers, 2019.
[7]E. F. Brigham and J. F. Houston, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi 14 B. Jakarta: Salemba Empat, 2018.
[8]L. Sutomo and L. Ardini, “Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Rasio Nilai Pasar Terhadap Return Saham,” J. Ilmu dan Ris. Akunt., vol. 6, 2017.
[9]Sugiyono, . Bandung: Alfabeta, 2018.
[10]BEI, “IDX Monthly Statistics December 2020, Indonesia Stock Exchange Research and Development Division,” 2020.
References
- D. S. Violandani, “Analisis Komparasi Rasio Keuangan Sebelum Dan Selama Pandemi Covid-19 Pada Perusahaan Terbuka Yang Terdaftar Pada Indeks LQ45,” J. Ilm. FEB, pp. 1–28, 2021.
- H. Saraswati, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pasar Saham Di Indonesia,” J. Ris. Akunt. dan Keuang. Dewantara, vol. 3, no. 2, pp. 153–163, 2020.
- BPS, “Ekonomi Indonesia 2020 turun sebesar 2,07%,” 2021, [Online]. Available: https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/02/05/1811/ekonomi-indonesia-2020-turun-sebesar-2-07-persen--c-to-c-.html#:~:text=Perekonomian Indonesia 2020 yang diukur,-c) dibandingkan tahun 2019.
- H. Pitaloka, A. U. A. Al Umar, E. R. Hartati, and D. Fitria, “The Economic Impact of The Covid-19 Outbreak : Evidence from Indonesia Research Method,” J. Inov. Ekon., vol. 05(02), pp. 71–76, 2020.
- A. N. Fatimah, D. A. Prihastiwi, and L. Islamiyatun, “Analisis Perbedaan Laporan Keuangan Tahunan Pada,” J. Ilm. Akunt. dan Bisnis, vol. 6, no. 2, pp. 39–52, 2021.
- Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revi. Depok: Rajawali Pers, 2019.
- E. F. Brigham and J. F. Houston, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi 14 B. Jakarta: Salemba Empat, 2018.
- L. Sutomo and L. Ardini, “Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Rasio Nilai Pasar Terhadap Return Saham,” J. Ilmu dan Ris. Akunt., vol. 6, 2017.
- Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2018.
- BEI, “IDX Monthly Statistics December 2020, Indonesia Stock Exchange Research and Development Division,” 2020.