The Effect of Accounting Understanding and Sak Etap Implementation on the Quality of MSME Financial Reports in Sidoarjo Regency
Innovation in Economics, Finance and Sustainable Development
DOI: 10.21070/ijins.v20i.698

The Effect of Accounting Understanding and Sak Etap Implementation on the Quality of MSME Financial Reports in Sidoarjo Regency


Pengaruh Pemahaman Akuntansi dan Implementasi Sak Etap Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Umkm di Kabupaten Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Understanding of Accounting Implementation of SAK ETAP Quality of Financial Statements

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of accounting understanding on the quality of financial statements and the effect of the implementation of SAK ETAP on the quality of financial statements. The approach used in this research is a quantitative approach. This research was carried out in all MSMEs that were sampled and who had domiciles in the Sidoarjo Regency area. Researchers will directly go to MSMEs that meet the criteria as samples in this study to distribute questionnaires and after a specified period of time, researchers will return and take questionnaires. The analysis technique uses multiple linear regression analysis and hypothesis testing. In collecting data using a questionnaire. Based on the results of the study, it was proven that accounting understanding had a positive effect on the quality of financial statements, tested using the t-test, the results of the tcount value of the accounting understanding variable (X1) were 4.854 with a significance value of 0.000 so (0.000 <0.05). Then the implementation of SAK ETAP has a positive effect on the quality of financial reports, it is known that the t-count value of the SAK ETAP implementation variable (X2) is 15.678 with a significance value of 0.000 so (0.000 <0.05).

Pendahuluan

Kondisi perekonomian Indonesia dewasa ini semakin membaik selain dikarenakan selain pemerintah yang mempercepat jalannya pembangunan dan meningkatkan kinerja pemerintah, jumlah pengusaha yang tergolong kedalam pengusaha UMKM juga semakin meningkat. Hubungan meningkatnya jumlah pengusaha UMKM dengan meningkatnya kondisi perekonomian terletak pada kontribusi pengusaha UMKM yang turut serta mengurangi tingkat pengangguran dengan menyerap tenaga kerja yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan, sehingga sekarang mereka memiliki penghasilan [1]. Penyerapan tenaga kerja tersebut tentu saja berpengaruh dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan besaran Produk Domestik Bruto negara Indonesia, dimana dengan naiknya PDB, dapat dikatakan pertumbuhan ekonomi juga meningkat dan meningkatkan pula daya beli masyarakat. Hal tersebut tentu saja sangat menguntungkan bagi pelaku usaha UMKM sehingga produk dan jasa yang mereka produksi dapat dibeli oleh masyarakat.

Seiring dengan membesarnya ukuran perusahaan dan volume penjualan, tentu saja terdapat berbagai kesulitan yang akan dihadapi oleh pemilik UMKM. Hal pertama yang mulai terasa ketika demand atas produk dan jasa yagn tinggi adalah ketersediaan modal. Namun pelaku UMKM masih diberikan bantuan oleh pemerintah dalam sisi permodalan berupa program KUR atau Kredut Usaha Rakyat yang pada tahun 2017 ditargetkan akan tersalurkan modal KUR kepada pengusaha UMKM di seluruh Indonesia sebesar Rp. 110 triliun, target tersebut 10 persen lebih tinggi daripada target di tahun 2016, namun sepanjang tahun 2017 penyaluran KUR hanya sampai Rp. 96,7 triliun saja, masih dibawah target [2]. Hal tersebut dikarenakan sulitnya akses UMKM kepada perbankan untuk mendapatkan pembiayaan. Akses yang rendah terhadap permodalan bank yang dihadapi oleh UMKM tidak lain disebabkan oleh kualitas laporan keuangan yang tidak sesuai dengan standar yang diinginkan oleh perbankan. Bank yang ditunjuk sebagai penyalur KUR tentu menerapkan prinsip prudent dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat, hal pertama yang diteliti oleh bank adalah laporan keuangan, dan apabila pihak perbankan tidak mendapatkan informasi yang diinginkan, tentu saja pengajuan atas kredit usaha tersebut tidak akan disetujui [3].

Laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku UMKM karena tidak semua pelaku UMKM memiliki sumber daya yang memahami dengan baik penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, di negeri gajah putih (Thailand), pengusaha yang tergolong kedalam UMKM (atau SME - Small Medium Enterprises) juga mengalami kesulitan akses perbankan karena laporan keuangan yang mereka susun masih tidak sesuai dengan standar [4]. Pelaporan keuangan yang idak sesuai dengan standar secara pragmatis dapat diatribusikan baik kepada kurangnya tenaga kerja yang memiliki kualifikasi akuntansi yang memadai maupun ketidak tahuan pemilik usaha terhadap standar yang berlaku. Pengalaman pemilik dan tingkat pengetahuan akuntansi pemilik UMKM terhadap penggunaan akuntansi sebagai media penyusunan laporan keuangan, menemukan bahwa meskipun pengalaman dan pengetahuan akuntansi yang dimiliki oelh pengusaha UMKM tergolong baik, pelaku usaha UMKM masih tidak menggunakan SAK ETAP, bahkan tidak melakukan pelaporan keuangan sama sekali. Alasan yang paling sering diungkapkan adalah usaha masih kecil dan mereka merasa tidak membutuhkan laporan keuangan.

Laporan keuangan tidak hanya sebatas laporan yang berisi angka angka dan sejulah uang atau sumber daya yang dikuantifikasikan. Laporan keuangan menyajikan informasi-informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan mulai dari posisi keuangan entitas, performa dan kemampuan entitas untuk menghasilkan sejumlah laba, dan tentu saja laba bersih yang dapar diatribusikan kepada pemilik, sehingga dengan diketahuinya informasi-informasi yang krusial tersebut, maka pemilik atau manajemen suatu entitas UMKM dapat membuat keputusan-keputusan ekonomis yang bersifat strategis demi kemajuan usahanya. Penggunaan laporan keuangan sebagai alat untuk penentukebijakan suaut perusahaan dapat diasosiasikan dengan frekuensi pelaporan keuangan tersebut [6]. UMKM di Kanada sangat mengetahui hal tersebut dan mereka menggunakan laporan keuangan sebagai alat mereka untuk membentuk suatu usaha yang sehat dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga merka juga dapat mengakses permodalan jadi lebih mudah. Tentu saja kembali kepada laporan keuangan tersebut agar dapat diterima oleh lembaga perbankan, harus memiliki kualitas yang bagus, disinilah peran dari standar akuntansi [7].

Berdasarka penjelasan diatas dan beberapa hasil dari penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai kualitas laporan keuangan berdasarkan pemahaman akuntansi dan implementasi SAK ETAP oleh pelaku UMKM di kabupaten sidoarjo sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PEMAHAMANAKUNTANSI DAN IMPLEMENTASI SAK ETAP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN UMKM DI KABUPATEN SIDOARJO”

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah pemahaman akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan UMKM di Kabupaten Sidoarjo?
  2. Apakah implementasi SAK ETAP berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan UMKM di Kabupaten Sidoarjo?

Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan alat anasisis data adalah regresi linear berganda. Uji hipotesis yang dilakukan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji t untuk pengaruh masing-masing variabel secara parsial, dan uji F untuk menganalisis pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di seluruh UMKM yang menjadi sampel dan yang memiliki domisili di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Peneliti akan langsung mendatangi UMKM yang memenuhi kriteria sebagai sampel di dalam penelitian ini untuk menyebar kuesioner dan setelah jangka waktu yang ditentukan, peneliti akan kembali dan melakukan pengambilan kuesioner.

Definisi Operasional, Identifikasi Variabel, dan Indikator Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan pada karakteristik suatu variabel yang observable dari apa yang sedang didefinisikan, dengan cara merubah suatu konsep yang berupa konstruk ke dalam kata-kata yang menggambarkan fenomena yang dapat teramati serta dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Operasinal variabel ini diperlukan agar peneliti lebih mudah dalam hal penentuan jenis, indicator, serta skala dari masing-masing variabel yang digunakan di dalam penelitian. Operasionalisasi variabel juga dapat membantu peneliti unutk menguji hipotesis dengan baik. Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas dan satu bariabel terikat.

Variabel terikat merupakan variabel yang variasinya dipengaruhi atau merupakan sebuah akibat dari perubahan yang terjadi pada bariabel bebas. yang digunakan adalah Kualitas Laporan Keuangan (KLK).Variabel bebas merupakan variabel yang memberikan pengaruh kepada variabel terikat, atau dengan kata lain variabel bebas ini merupakan penyebab perubahan yang terjadi pada variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah Pemahaman Akuntansi (PA), dan Penerapan SAK ETAP (ETAP).

Variabel-variabel tersebut diatas, masing-masing dioperasional kan kedalam indikator-indikator seperti yang disajikan di dalam tabel berikut:

Variabel Dimensi Indikator Skala
Pemahaman Akuntansi Penyajian Laporan Keuangan Pengetahuan terhadap basis akrualPengetahuan terhadap kelengkapan komponen laporan keuangan IntervalInterval
Laporan Arus Kas Pemahaman penyusunan LAK metode langsungPemahaman penyusunan LAK metode tidak langsung IntervalInterval
Catatan Atas Laporan Keuangan Pemahaman terhadap penyusunan CALK yang sistematis Interval
Akuntansi Persediaan Pemahaman mengenai pengukuran persediaanPemahaman mengenai penyajian persediaan IntervalInterval
Akuntansi Investasi Pemahaman mengenai pengukuran investasiPemahaman mengenai penyajian investasi IntervalInterval
Akuntansi Aset Tetap Pemahaman mengenai pengukuran aset tetapPemahaman mengenai penyajian aset tetap IntervalInterval
Akuntansi Kewajiban Pemahaman mengenai pengukuran kewajibanPemahaman mengenai penyajian kewajiban IntervalInterval
Akuntansi Ekuitas Pemahaman mengenai pengukuran ekuitasPemahaman mengenai penyajian ekuitas IntervalInterval
Akuntansi Penghasilan Pemahaman mengenai pengukuran penghasilanPemahaman mengenai penyajian penghasilan IntervalInterval
Akuntansi Beban Pemahaman mengenai pengukuran bebanPemahaman mengenai penyajian beban IntervalInterval
Kualitas Laporan Keuangan Relevan Memiliki manfaat umpan balikMemiliki manfaat prediktifTepat waktuLengkap IntervalIntervalIntervalInterval
Andal Penyajian dilakukan secara jujurDapat ditelusuri sampai ke bukti pendukungNetral IntervalIntervalInterval
Dapat diperbandingkan Konsistensi penyusunanDiapat diperbandingkan secara waktuDapat diperbandingkan diantara entitas sejenis IntervalIntervalInterval
Dapat dipahami Penggunaan istilah yang mudah dipahamiPenyususnan dilakukan secara sistematisLaporan keuangan digunakan dalam pengambilan keputusan IntervalIntervalInterval
Table 1. Operasionalisasi Variabel

Populasi dan Sampel

a) Populasi

Populasi adalah seluruh objek yang berada di dalam suatu daerah atau wilayah tertentu dan memenuhi syarat yang memiliki kaitan dengan masalah penelitian yang akan dikaji atau yang memiliki kesamaan unit atau karakteristik dari kelompok yang akan diteliti. Kesamaan tersebut tentu saja kesamaan secara general/umum. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM yang berdomisili di Kabupaten Sidoarjo menurut Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di kota Sidoarjo berjumlah 206.745 usaha.

b) Sampel

Sampel merupakan sebagian dari sebuah populasi yang sedang diteliti, ditentukan dengan penggunaan rumus, dimana sampel tersebut mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, oleh karena itu sampel dapat dikatakan sebagai wakil dari populasi. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu dengan mempertimbangkan syarat-syarat atau karakteristik tertentu.

No Kriteria Jumlah
1. UMKM yang dinaungi oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Sidoarjo 878
2. UMKM dengan jumlah terbanyak di Kabupaten Sidoarjo sehingga terpilih 4 Kecamatan (239)
3. UMKM dari 5 Kecamatan yang telah memiliki legalitas usaha (239)
Table 2. Kriteria Pengambilan Sampel UMKM

Maka jumlah sampel yang ditentukan dalam penelitian ini berdasarkan criteria pengambilan sampel diatas diperoleh sampel sebanyak 400 UMKM.

Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primeradalah data yang diperoleh langsung dari sumber data yang diambil oleh peneliti yang melakukan penelitian [9]. Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari instrumen penelitian yang berupa kuesioner yang disebarkan kepada responden dan kemudian diperoleh kembali oleh peneliti. Data primer yang digunakan adalah jawaban responden yang terdapat pada kuesioner penelitian.

Data sekunder dari penelitian ini diambil dari buku-buku literatur yang relevan mengenai pemasaran dan artikel-artikel penelitian baik yang diterbitkan dalam jurnal penelitian maupun dalam prosiding

b. Sumber Data

Sumber data utama yang digunakan oleh peneliti adalah jawaban kuesioner dari para pemilik maupun karyawan UMKM bagian Akuntansi dimana UMKM tersebut berdomisili di Kabupaten Sidoarjo. Sumber data lainnya merupakan teori-teori dari buku-buku literatur dan penemuan ilmiah yang membentuk kerangka dasar penelitian yang bersumber artikel penelitian ilmiah lainnya.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dibutuhkan untuk mendapatkan suatu data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui angket atau kursioner yang dibagikan kepada responden. kursioner kumpulan dari pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi dari para responden. Dengan kata lain, kursioner adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara) untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Pada penelitian ini kala Likert dipilih untuk menjadi instrument penelitian. Skala Likert biasa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomenda atau gejala sosial yang terjadi. Dalam penelitian ini kursioner yang dibagikan dilengkapi dengan kriteria pengukuran jawaban dengan menggunakan skala Likert. Penelitian ini menggunakan skala Likert rentang lima, dimana setiap item respons disusun dalam lima alternatif yang mengekspresikan seperti halnya tidak setuju, sangat tidak setuju, netral atau ragu-ragu, setuju, sangat setuju. Setiap responden dihubungkan dengan nilai skor atau nilai skala masing-masing pertanyaan.

Skor 1 = Sangat Tidak Setuju

Skor 2 = Tidak Setuju

Skor 3 = Netral/Ragu-ragu

Skor 4 = Setuju

Skor 5 = Sangat Setuju

Teknik Analisis

a. Uji Validitas dan Uji Reabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu data yang diperoleh dari kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan cara menghitung tingkat korelasi antara skor setiap butir dengan skor total. Adapun kreteria pengambilan keputusan menggunakan tingkat signifikansi 5%, dimana butir pernyataan dapat dikatakan valid apabila nilai tingkat signifikansi kurang dari 5%.

2. Uji Reabilitas

Reabilitas merupakan uji yang digunakan untuk mengukur sejauh mana jawaban pada setiap variabel tetap konsisten. Reliabel dalam penelitian kuantitatif yaitu item pertanyaan setiap variabel tersebut konsisten. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan uji statistik cronbach’s alpha (). Adapun ketentuan pengujian ini yaitu setiap variabel kuesioner penelitian dinyatakan reliabel apabila nilai cronbach’s alpha () lebih dari 0,6.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu bagian dari uji persyaratan analisis data pada variabel-variabel penelitian, yang tujuannya untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Distribusi normal artinya data mempunyai sebaran merata sehingga benar-benar mewakili populasi. Jika data berdistribusi normal maka analisis statistik dapat memakai pendekatan parametik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka analisis menggunakan nonparametik.

Perumusan hipotesis untuk uji normalitas

= Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

= Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Jika Sig > α maka data berdistribusi normal

Jika Sig < α maka data berdistribusi tidak normal

b. Regresi Linier Berganda

Tujuan teknik regresi linier berganda untuk mengkaji sejauh mana hubungan dari variabel bebas dengan terikat, dan apakah setiap variabel bebas berpengaruh positifatau negatif serta memprediksi apakah terjadi kenaikan atau penurunan variabel independen dengan variabel dependen. Adapun persamaan regresi dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y = a + 1 X 1 + 2 X 2 +e

Keterangan:

Y : Kualitas laporan keuangan

a: Konstanta

X1: Pemahaman Akuntansi

X2: SAK-ETAP

1 : Koefisisen regresi

e: Error

Uji Hipotesis

1. Uji Parsial (Uji t)

Uji t atau parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh sendiri-sendiri atau parsial secara signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen yang dalam penelitian ini varabel independen terdiri dari human relation, lingkungan kerja, dan disiplin kerja. Langkah-langkahnya adalah:

a. Dalam penelitian ini untuk mengetahui besarnya thitung dengan menggunakan ketentuan dari nilai level of significance (α) yaituharus dibawah 0,05.

b. Adapun langkah unutuk mengambil keputusan

  1. Jika nilai signifikansi dari thitung kurang dari atau lebih kecil dari 0,05, maka H1 diterima. Dengan demikian terdapat pengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri dari variabel independendengan variabeldependen.
  2. Jikanilaisignifikansi dari thitung lebih besar daripada 0,05, maka H0 diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan variabel independen secara sendiri-sendiri atau parsial terhadap variabel dependen.

2. Koefisien Korelasi Berganda (R)

Uji koefisien korelasi berganda bertujuan untuk mengetahui besar kecilnya hubungan antara variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel yang terikat. Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan 1. Dimana nilai yang mendekati 1berarti bahwa semakin kuat hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat.

3. Koefisien Determinasi Berganda (R 2 )

Digunakan untuk menghitung kemampuan model regresi dalam menafsirkan hubungan antara variabel independen deengan variabel dependen dalam penelitian. Untuk pengambilan keputusan uji determinasi berganda jika nilai R2semakin mendekati 1 atau 100% berarti semakin baik atau semakin kuat hubungan variabel independen dengan variabel dependen.

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Sebelum peneliti melakukan analisis data perlu dilakukan beberapa pengujian data untuk dapat membuktikan data yang digunakan atau didapatkan, yang menggambarkan secara tepat konsep yang akan diukur. langkah selanjutnya untuk mempermudah menganalisis data dilakukan analisa dengan menggunakan software computer SPSS versi 20. Langkah pertama dilakukan pengujian instrumen penelitian yaitu uji validitas dan reliabilitas, kemudian di uji normalitas dan yang terakhir dianalisis dengan analisis regresi linier berganda. Untuk mengetahui hasil penelitian, diperlukan instrumen yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, sedangkan instrumen reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

a. Uji Validitas

Suatu kuisioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Apabila semua item dari setiap indikator mempunyai nilai yang signifikan (≤0,30), maka item-item dalam kuesioner menunjukkan nilai kevalidan sehingga dapat dilanjutkan sebagai instrument penelitian. Jika hitung > tabel, maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan atau indikator dalam kuesioner tersebut dinyatakan valid, sebaliknya jika hitung > table maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid.

Uji instrumen yang telah dilakukan dengan menggunakan 96 responden. Hasil dari analisis dipaparkan seperti tabel di bawah ini :

Item Pernyataan Hasil Korelasi Nilai Kritis Keterangan
(r hitung) (r tabel)
Variabel Pemahaman Akuntansi (X 1 )
X1.1 0,367 0,30 Valid
X1.2 0,352 Valid
X1.3 0,363 Valid
Variabel Implementasi SAK-ETAP (X 2 )
X2.1 0,522 0,30 Valid
X2.2 0,317 Valid
X2.3 0,318 Valid
X2.4 0,379 Valid
Variabel Kualitas Laporan Keuangan (Y)
Y.1 0,698 0,30 Valid
Y.2 0,423 Valid
Y.3 0,548 Valid
Y.4 0,635 Valid
Y.5 0,739 Valid
Y.6 0,575 Valid
Table 3. Uji Validitas

Dari tabel 4. diatas, Uji validitas dapat diketahui setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 20, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semua item dari setiap pernyataan mempunyai nilai yang signifikan (> 0,30), sehingga keseluruhan item dinyatakan valid.

a. Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Uji reliabilitas dengan menggunakan teknik alpha cronbach, dikatakan instrumen memiliki nilai reliabel yang tinggi jika nilai alpha cronbach > 0,60. Dari hasil analisis diperoleh koefisien reliabilitas sebagai berikut:

Variabel Nilai alpha Cronbach Nilai Kritis Keterangan
Pemahaman Akuntansi (X1) 0,650 0,60 Reliabel
Implementasi SAK-ETAP(X2) 0,702 0,60 Reliabel
Kualitas Laporam Keuangan (Y) 0,766 0,60 Reliabel
Table 4. Uji Reliabilitas

Dari tabel 5 diatas, diperoleh nilai koefisien reliabilitas alpha cronbach pada variabel Pemahaman Akuntansi (X1) sebesar 0,650, variabel Implementasi SAK-ETAP (X2) sebesar 0,702, dan variabel Kualitas Laporam Keuangan (Y) sebesar 0,766. Dari semua variabel nilai koefisien reliabilitas cronbach alpha lebih dari 0,60. maka dapat disimpulkan bahwa instrumen atau kuesioner yang digunakan reliabel.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependent, variabel independent, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak, Pada pengujian uji normalitas menggunakan program SPSS 20 diperoleh hasil sebagai berikut:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 400
Normal Parametersa,b Mean ,0028923
Std. Deviation 3,24116650
Most Extreme Differences Absolute ,034
Positive ,029
Negative -,034
Kolmogorov-Smirnov Z ,685
Asymp. Sig. (2-tailed) ,735
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Table 5. Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan tabel 6 diatas hasil pengujian diperoleh nilai Unstandardized Residual asymp.sig sebesar 0,735> 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua data berdistribusi normal.

Analisis Regresi Linier Berganda

Tujuan dari dilakukannya analisis regresi linier berganda pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mempermudah perhitungan akan digunakan software SPSS versi 20, sehingga diperoleh output sebaga berikut:

Variabel Unstandardized Coefficients (B) t-hitung Sig. Keterangan
Constant 3,187 4,292 0,000 Signifikan
Pemahaman Akuntansi (X1) 0,393 5,821 0,000 Signifikan
Implementasi SAK-ETAP (X2) 1,000 2,950 0,005 Signifikan
R = 0,813a
R Square = 0,660
F hitung = 385,785
Sig. F = 0,000b
α = 0,05
Keterangan:
- jumlah data : 400 Responden
- Dependen variabel :Kualitas Laporan Keuangan (Y)
Table 6. Hasil Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan tabel 7 hasil analisis regresi linier berganda tabel diatas didapatkan model persamaan regresi adalah sebagai berikut:

Y = 3,187 + 0,393 X 1 + 1,000 X 2 + e

Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Nilai konstanta (a) sebesar 3,187

Menunjukkan bahwa jika variabel independent pemahaman akuntansi (X1), implementasi SAK ETAP (X2) sama dengan nol, maka variabel kualitas laporan keuangan (Y) akan sebesar 3,187 satuan.

b. Nilai koefisien variabel Pemahaman Akuntansi (X1) sebesar 0,393

Koefisien regresi bertanda positif menunjukkan variabel pemahaman akuntansi berpengaruh positif terhadap variabel kualitas laporan keuangan, jika nilai pemahaman akuntansi (X1) meningkat satu satuan, maka akan dapat meningkatkan nilai variabel kualitas laporan keuangan (Y) sebesar 0,393 satuan, dengan asumsi nilai variabel implementasi SAK ETAP konstan.

c. Nilai koefisien variabel Implementasi SAK ETAP (X2) sebesar 1,000

Koefisien regresi bertanda positif menunjukkan variabel implementasi SAK ETAP berpengaruh positif terhadap variabel kualitas laporan keuangan, jika nilai variabel implementasi SAK ETAP (X2) meningkat satu satuan, maka akan dapat meningkatkan nilai variabel kualitas laporan keuangan (Y) sebesar 1,000 satuan, dengan asumsi nilai variabel pemahaman akuntansi (X1) konstan.

d. Koefisien korelasi (R) menggambarkan besarnya hubungan antara variabel pemahaman akuntansi (X1), implementasi SAK ETAP (X2), terhadap kualitas laporan keuangan (Y). Interpretasi tingkat hubungan antara variabel X dan Y dapat dilihat dari tabel interpretasi koefisien korelasi dalam sugiyono (2010; 319) sebagai berikut :

Interval koefisien korelasi Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Table 7. Interpretasi koefisien korelasi

Diketahui nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,813a. dan nilai tersebut jika dilihat pada tabel interpretasi koefisien korelasi pada table 8 menunjukkan pada tingkat hubungan yang Sangat Kuat. Yang berarti bahwa terdapat hubungan yang Sangat Kuat antara pemahaman akuntansi (X1), implementasi SAK ETAP (X2), terhadap kualitas laporan keuangan (Y).

e. Koefisien determinasi

Koefisien determinasi dilihat dari nilai (Rsquare) pada tabel 4.9 sebesar 0,660. Angka ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas diantaranya variabel pemahaman akuntansi (X1), implementasi SAK ETAP (X2), memberikan variasi atau mampu memberikan kontribusi terhadap variabel terikat kualitas laporan keuangan (Y) sebesar 66%, sedangkan sisanya sebesar 34% disebabkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

Pengujian Hipotesis

a. Pengujian Hipotesis 1

Pengujian terhadap hipotesis pertama yang berbunyi “Pemahaman Akuntansi berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan”. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji-t, yang bertujuan untuk melihat hubungan secara parsial. Berdasarkan uji t sesuai dengan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Variabel T hitung Sig.
Pemahaman Akuntansi(X1) 4,854 0,000
Implementasi SAK ETAP (X2) 15,678 0,000
Table 8. Uji t Parsial

Berdasarkan tabel 9 uji t diatas dapat diketahui nilai thitung variabel pemahaman akuntansi (X1) sebesar 4,854 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga (0,000 < 0,05), dari hasil pengujian hipotesis yang berbunyi Pemahaman Akuntansi berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan terbukti kebenaranya.

b. Pengujian Hipotesi 2

Pengujian terhadap hipotesis 2 (kedua) yang berbunyi “Penerapan SAK ETAP berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan”. Berdasarkan tabel 9 diatas dapat diketahui nilai thitung variabel penerapan SAK ETAP (X2) sebesar 15,678 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga (0,000 < 0,05). dari hasil tersebut yang artinya hipotesis yang berbunyi Penerapan SAK ETAP berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan terbukti kebenaranya.

Pembahasan

a. Pengaruh Pelatihan (X 1 ) terhadap Prestasi Kerja (Y)

Hasil penelitianmembuktikan bahwapengujian terhadap hipotesis 1 (satu) “Pemahaman Akuntansi berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan”. Dilakukan dengan menggunakan uji-t, hasil nilai thitung variabel pemahaman akuntansi (X1) sebesar 4,854 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga (0,000 < 0,05). Pada pengujian tersebut diperoleh hasil yang menyatakan bahwa hipotesis dapat diterima dan terbukti. Yang artinya Pemahaman Akuntansi berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

Informasi akuntansi sebagai sebuah sistem informasi yang memberikan hasil berupa laporan kepada berbagai pihak yang memiliki kepentingan di dalam aktivitas ekonomi dan kondisi keuangan sebuah perusahaan. Pemahaman mengenai akuntansi yang ada pada UMKM di Sidoarjo saat ini masih belum sepenuhnya mengetahui tentang informasi akuntansi SAK ETAP, selanjutnya pelaku usaha diharapkan mampu untuk menerjemahkan arti dari akuntansi serta pemahaman mengenai standar akuntansi keuangan yang berlaku, kemudian dalam hal pencatatan yang dilakukan selama kegiatan usaha, pengetahuan dalam mengelompokkan bagian laporan keuangan mereka juga diharapkan mampu menerapkan dengan baik, hal tersebut didukung teori ahli menyebutkan bahwa akuntansi memiliki proses yang dilakukakn, proses tersebut tidak hanya dilakukan sekali tetapi dilakukan berkali-kali sehingga membentuk suatu siklus yang dikenal sebagai siklus akuntansi [11].

b. Pengaruh Implementasi SAK ETAP terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Selanjutnya pengujian hipotesis kedua yang berbunyi membuktikan bahwa “Penerapan SAK ETAP berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan”. Dilakukan dengan menggunakan uji-t diketahui nilai t-hitung variabel variabel implementasi SAK ETAP (X2) sebesar 15,678 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga (0,000 < 0,05). Pada pengujian tersebut diperoleh hasil yang menyatakan bahwa hipotesis dapat diterima dan terbukti. Yang artinya Penerapan SAK ETAP berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

Kualitas laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh penerapan standar penyususnan laporan keuangan dalam suatu entitas. Entitas dikatakan memiliki laporan keuangan yang tidak andal dan tidak relevan jika tidak disusun berdasarkan standar yang berlaku secara umum. Mereka menemukan bahwa UMKM di Salatiga mayoritas memiliki laporan keuangan yang berkualitas rendah. Penyebab rendahnya kualitas laporan keuangan yang disusun oleh UMKM tersebut tidak lain karena tidak ada UMKM yang menerapkan SAK ETAP di dalam penyusunan laporan keuangan mereka, sehingga unsur-unsur yang seharusnya ada di dalam laporan keuangan menjadi tidak lengkap dan kualitas dari laporan keuangan menjadi tidak terpenuhi. Pada UMKM yang memiliki laporan keuangan, dan beberapa diantaranya telah menerapkan SAK ETAP. Mereka menemukan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar dalam hal kualitas laporan keuangan yang dimiliki oleh UMKM tersebut. Namun UMKM yang menerapkan SAK ETAP juga ternyata masih memiliki kelemahan dalam kualitas laporan keuangannya, karena pemahaman karyawan tersebut yang cukup rendah sehingga implementasi SAK ETAP menjadi terkesan dilakukan seadanya. Sehingga apabila SAK ETAP diterapkan dengan baik, dapat dikatakan entitas tersebut akan memiliki kualitas laporan keuangan yang baik.

Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

  1. Pemahaman Akuntansi berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Dilakukan dengan menggunakan uji-t, hasil nilai thitung variabel pemahaman akuntansi (X1) sebesar 4,854 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga (0,000 < 0,05). Hasil menunjukan hipotesis dapat diterima dan terbukti kebenarannya. Pemahaman mengenai akuntansi yang ada pada UMKM di kabupaten Sidoarjo saat ini masih belum sepenuhnya mengetahui tentang informasi akuntansi SAK ETAP, selanjutnya pelaku usaha diharapkan mampu untuk menerjemahkan arti dari akuntansi serta pemahaman mengenai standar akuntansi keuangan yang berlaku.
  2. Penerapan SAK ETAP berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Diketahui nilai thitung variabel implementasi SAK ETAP (X2) sebesar 15,678 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga (0,000 < 0,05). Hasil menunjukan hipotesis dapat diterima dan terbukti kebenarannya. UMKM di kabupaten Sidoarjo juga memiliki laporan keuangan, dan beberapa diantaranya telah menerapkan SAK ETAP. Mereka menemukan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar dalam hal kualitas laporan keuangan yang dimiliki oleh UMKM tersebut. Namun UMKM yang menerapkan SAK ETAP juga ternyata masih memiliki kelemahan dalam kualitas laporan keuangannya, karena pemahaman UMKM tersebut yang cukup rendah sehingga implementasi SAK ETAP menjadi terkesan dilakukan seadanya.

References

  1. A. R. Senoaji and N. Cahyonowati, “Gap Analysis Penerapan Sak ETAP Pada Penyusunan Laporan Keuangan UKM di Kabupaten Kudus (Studi pada UKM Padurenan Jaya),” Diponegoro J. Account., vol. 3, no. 4, pp. 1–38, 2014.
  2. B. Susanto and N. L. Yuliani, “Prospek Implmentasi SAK ETAP Berbasis Kualitas Laporan keuangan UMKM,” Magelang, 2013. doi: 10.21002/jaki.2012.01.
  3. D. Priyatno, Mandiri Belajar analisis data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom, 2013.
  4. E. P. Kurniawati, P. I. Nugroho, and C. Arifin, “Penerapan Akuntansi pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),” Informatics Bus. Inst. Darmajaya, vol. 10, no. 2, 2012, doi: jurnal.darmajaya.ac.id/index.php/jmk/article/view/332.
  5. F. Pebrianto, “Realisasi KUR Tumbuh 2,4 Persen, Tapi Tak Capai Target,” 2018.
  6. H. Chen, Q. Tang, Y. Jiang, and Z. Lin, “The Role of International Financial Reporting Standards in Accounting Quality: Evidence from the European Union,” no. 70872067, p. 2004, 2004.
  7. N. Sarapaivanich and B. Kotey, “The Effect of Financial Information Quality on Ability to Access External Funds and Performance of SMEs in Thailand,” J. Enterprising Cult., vol. 14, no. 3, pp. 219–239, 2006.
  8. R. N. Sari and A. B. Setyawan, “Persepsi Pemilik Dan Pengetahuan Akuntansi Pelaku Usaha Kecil Dan Menengah Atas Penggunaan Informasi Akuntansi.,” Universitas Gunadarma, 2013.
  9. R. Rudiantoro and S. V. Siregar, “Kualitas Laporan Keuangan UMKM Serta Prospek Implementasi SAK ETAP,” Akunt. dan Keuang. Indones., vol. 9, no. 1, pp. 1–21, 2012, doi: 10.21002/jaki.2012.01.
  10. S. Carraher and H. Van Auken, “The use of financial statements for decision making by small firms,” J. Small Bus. Entrep., vol. 26, no. 3, pp. 323–336, 2013, doi: 10.1080/08276331.2013.803676.
  11. S. Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.