The Effect of Tax Planning, Deferred Tax Expense, Leverage, and Financial Distress on Earnings Management in Manufacturing Companies in the Consumer Goods Industry Sector Listed on the IDX in 2014-2018
Innovation in Economics, Finance and Sustainable Development
DOI: 10.21070/ijins.v16i.557

The Effect of Tax Planning, Deferred Tax Expense, Leverage, and Financial Distress on Earnings Management in Manufacturing Companies in the Consumer Goods Industry Sector Listed on the IDX in 2014-2018


Pengaruh Tax Planning, Beban Pajak Tangguhan, Leverage, Dan Financial Distress Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2014-2018

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Tax Planning Beban Pajak Tangguhan Leverage Financial Distress Manajemen Laba

Abstract

This study aims to examine the effect of tax planning, deferred tax burden, leverage, and financial distress on earnings management. The approach used in this study is a quantitative approach with a sampling technique using purposive sampling method. The sample in the study was 10 manufacturing companies in the consumer goods industry sector listed on the IDX in 2014-2018. The analytical technique used in this study is panel data regression analysis with the help of the Eviews9 program. The results of this study indicate that the tax planning variable has no effect on earnings management, deferred tax expense has a negative effect on earnings management, leverage has a positive effect on earnings management, financial distress has no effect on earnings management and simultaneously tax planning, deferred tax expense, leverage, financial distress has no effect on management.

Pendahuluan

Persaingan pasar di era global sangat ketat sehingga perusahaan harus bertahan dalam persaingan harus memiliki kinerja yang baik. Perusahaan di tuntut untuk memiliki berbagai keunggulan kompetitif agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya, tidak hanya dari kuantitas dan kualitas produk namun mencakup pengelolaan keuangan dengan baik sehingga dapat menjamin keberlangsungan usaha perusahaan yang ditunjukkan dengan besarnya perolehan laba.

Laba menjadi bagian dari laporan keuangan yang sering sekali menjadi sasaran rekayasa manajemen yang sering disebut manajemen laba (earning management). Menurut [1] manajemen laba merupakan aktivitas manajerial untuk mempengaruhi laporan keuangan baik dengan cara memanipulasi data atau informasi keuangan perusahaan dengan cara pemilihan metode akuntansi yang diterima dalam prinsip akuntansi berterima umum, yang pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan perusahaan.

Laporan keuangan menjadi objek praktik manajemen laba, karena laporan keuangan mencerminkan kinerja perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang [2]. Upaya untuk merekayasa informasi melalui praktik manajemen laba telah menjadi faktor utama yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai fundamental suatu perusahaan [3]. Oleh karena itu, perekayasaan laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai penyalahgunaan informasi dapat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Manajemen laba menjadi pusat perhatian bagi para pengguna laporan keuangan dalam menggunakannya karena manajemen laba merupakan keikutsertaan pihak manajemen dalam proses laporan keuangan perusahaan. Hal ini memungkinkan terjadi dua hal yaitu, kemungkinan terjadinya penurunan laba atau kenaikan laba dengan cara manipulasi [4]

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan melakukan praktik manajemen laba, salah satunya melalui tax planning. Menurut [5] dengan adanya keinginan pihak manajemen untuk menekan dan membuat beban pajak sekecil mungkin maka pihak manajemen cenderung untuk meminimalkan beban pajak ini sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning). Dengan melakukan perencanaan pajak, perusahaan berharap mampu meminimalisir pembayaran pajak bagi perusahaan dengan cara yang tepat dan legal.

Perencanaan pajak terkait dengan pelaporan laba perusahaan. Apabila beban pajak yang diperoleh perusahaan terlalu besar maka memungkinkan manajemen perusahaan untuk menggunakan berbagai cara dalam mengelola laba. Laba yang tinggi akan menyebabkan beban pajak perusahaan juga tinggi. Perencanaan pajak dan manajemen laba terkait satu sama lain karena sama-sama bertujuan untuk mencapai target laba dengan merekayasa angka laba dalam laporan keuangan. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menggelapkan pajak menunjukkan bahwa perencanaan pajak (tax planning) dilakukan dengan memanipulasi aktivitas operasi perusahaan (realernings management) [3].

Perilaku manajemen dicerminkan dalam menentukan posisi pajak tangguhan, khususnya beban pajak tangguhan (deferred tax expense) dan dalam perencanaan pajak (tax planning). Terdapat indikasi yang kuat bahwa manajemen, bila terjadi perubahan tarif pajak, menggunakan posisi pajak tangguhan dalam mengelola laba yang dilaporkan untuk kepentingan pajak. Semakin tinggi kesadaran manajemen dalam memahami ketentuan perpajakan, semakin kecil perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal sehingga hal ini meningkatkan kualitas (kandungan informasi) laba [6].

Faktor lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi manajemen laba adalah leverage. Perusahaan dengan rasio leverage tinggi cenderung akan melakukan tindakan manajemen laba dengan cara menaikkan laba yang diperoleh untuk mempertahankan kredibilitas di mata kreditor.

Financial distress yang merupakan tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan. Kondisi kesulitan keuangan dapat menjadi gejala awal munculnya kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan. Ketika perusahaan yang sedang mengalami kendala pendanaan (financial distress), maka manajer cenderung melakukan praktik manajemen laba, hal ini dilakukan untuk memberikan signal baik meskipun kondisi perusahaan sesungguhnya sedang bermasalah, sehingga semakin tinggi tingkat kesulitan keuangan perusahaan maka akan meningkatkan kecenderungan perusahaan untuk melakukan manajemen laba.

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi pada tahun 2014-2018. Berdasarkan latar belakang diatas terdapat perbedaan hasil penelitian serta fenomena yang terjadi dalam perusahaan manufaktur maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tax Planning,Beban Pajak Tangguhan, Leverage dan Financial Distress terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2018”.

Metode Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian tentang pengaruh tax planning, beban pajak tangguhan, leverage, dan financial distress terhadap manajemen laba dilakukan di galeri Bursa Efek Indonesia Fakultas Bisnis, Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Sidoarjo pada perusahan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

Populasi dan Sampel

Populasi: Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

Sampel: Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Kemudian terpilih sampel sebanyak 10 perusahaan manufaktur di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018.

Jenis data: Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Sumber data: Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari galeri Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ada di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi periode 2014-2018.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumen. Menurut [7] dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, misalnya data laporan keuangan.

Hasil dan Pembahasan

Analisis deskriptif dalam penelitian ini dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi. Output Eviews9 untuk nilai deskriptif statistik dalam penelitian ini sebagai berikut :

Manajemen Laba Tax Planning Beban Pajak Tangguhan Leverage Financial Distress
Mean 0.069157 0.744086 0.012289 0.386841 10.59077
Maximum 0.174268 0.826148 0.058491 0.751778 31.60446
Minimum -0.094981 0.666292 7.78E-06 0.066187 1.778291
Std. Dev. 0.051536 0.028830 0.015461 0.188233 8.023606
Table 1.Deskriptif Statistik

Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif bahwa :

  1. Variabel Manajemen laba menunjukkan nilai minimum sebesar -0,094, nilai maksimum sebesar 0,174 dengan rata-rata sebesar 0,069 dan standar deviasi 0,051.
  2. Variabel tax planning menunjukkan nilai minimum sebesar 0,666, nilai maksimum sebesar 0,826 dengan rata-rata sebesar 0,744 dan standar deviasi 0,028.
  3. Variabel beban pajak tangguhanmenunjukkan nilai minimum sebesar 7.78E-06, nilai maksimum sebesar 0,058 dengan rata-rata sebesar 0,012 dan standar deviasi 0,015.
  4. Variabel leverage menunjukkan nilai minimum sebesar 0,066, nilai maksimum sebesar 0,751 dengan rata-rata sebesar 0,386 dan standar deviasi 0,188.
  5. Variabel financial distress menunjukkan nilai minimum sebesar 1,778, nilai maksimum sebesar 31,60 dengan rata-rata sebesar 10,59 dan standar deviasi 8,02.

Output Eviews9 untuk nilai common effect model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.101655 0.197210 0.515469 0.6087
Tax_Planning -0.079882 0.263567 -0.303079 0.7632
Beban_Pajak_Tangguhan -1.492355 0.518789 -2.876614 0.0061
Leverage 0.094224 0.043026 2.189937 0.0338
Financial_Distress 0.000834 0.000923 0.903368 0.3711
R-squared 0.184890 Mean dependent var 0.069157
Adjusted R-squared 0.112436 S.D. dependent var 0.051536
S.E. of regression 0.048553 Akaike info criterion -3.117690
Sum squared resid 0.106082 Schwarz criterion -2.926488
Log likelihood 82.94225 Hannan-Quinn criter. -3.044879
F-statistic 2.551821 Durbin-Watson stat 1.225358
Prob(F-statistic) 0.051882
Table 2.Hasil Common Effect Model

Berdasarkan hasil tabel di atas maka persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = 𝛼+ 𝛽1𝑋1𝑖𝑡+𝛽2𝑋2𝑖𝑡+𝛽3𝑋3𝑖𝑡+ 𝛽4𝑋4𝑖𝑡

Manajemen laba = 0.101655 - 0.079882 - 1.492355 + 0.094224 + 0.000834

Menguji dengan metode fixed effect dengan output Eviews9 sebagai berikut :

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.027488 0.202327 0.135858 0.8927
Tax_Planning -0.132652 0.287560 -0.461301 0.6474
Beban_Pajak_Tangguhan -0.672644 0.921259 -0.730135 0.4700
Leverage 0.211238 0.151093 1.398071 0.1706
Financial_Distress 0.006319 0.003628 1.741966 0.0901
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.431008 Mean dependent var 0.069157
Adjusted R-squared 0.225539 S.D. dependent var 0.051536
S.E. of regression 0.045354 Akaike info criterion -3.117147
Sum squared resid 0.074051 Schwarz criterion -2.581781
Log likelihood 91.92868 Hannan-Quinn criter. -2.913276
F-statistic 2.097679 Durbin-Watson stat 1.575387
Prob(F-statistic) 0.039769
Table 3.Hasil Fixed Effect Model

Berdasarkan hasil tabel di atas maka persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = 𝛼+ 𝛽1𝑋1𝑖𝑡+𝛽2𝑋2𝑖𝑡+𝛽3𝑋3𝑖𝑡+ 𝛽4𝑋4𝑖𝑡

Manajemen laba = 0.027488 - 0.132652 - 0.672644 + 0.211238 + 0.006319

Output Eviews9 untuk hasil random effect model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.075026 0.192239 0.390274 0.6982
Tax_Planning -0.052280 0.257550 -0.202991 0.8401
Beban_Pajak_Tangguhan -1.330930 0.622651 -2.137520 0.0380
Leverage 0.095770 0.056236 1.703005 0.0955
Financial_Distress 0.001165 0.001254 0.929217 0.3577
Effects Specification S.D. Rho
Cross-section random 0.023774 0.2156
Idiosyncratic random 0.045354 0.7844
Weighted Statistics
R-squared 0.126664 Mean dependent var 0.044885
Adjusted R-squared 0.049034 S.D. dependent var 0.046058
S.E. of regression 0.044914 Sum squared resid 0.090778
F-statistic 1.631633 Durbin-Watson stat 1.393745
Prob(F-statistic) 0.182826
Unweighted Statistics
R-squared 0.179963 Mean dependent var 0.069157
Sum squared resid 0.106723 Durbin-Watson stat 1.185506
Table 4.Hasil Random Effect Model

Berdasarkan hasil tabel di atas maka persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = 𝛼+ 𝛽1𝑋1𝑖𝑡+𝛽2𝑋2𝑖𝑡+𝛽3𝑋3𝑖𝑡+ 𝛽4𝑋4𝑖𝑡

Manajemen laba = 0.075026 - 0.052280 - 1.330930 + 0.095770 + 0.001165

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan pendekatan yang lebih baik antara common effect dan fixed effect. Dalam pengujian ini akan melihat dan membandingkan antara nilai signifikansi dari F test dengan level of significant (0,05).

Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.730206 (9,36) 0.1177
Cross-section Chi-square 17.972858 9 0.0355
Table 5.Hasil Uji Chow

Berdasarkan dari hasil uji chow pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai probabilitas cross section F adalah 0,1177 > level of significant (0,05), maka Ho diterima yang artinya model yang paling tepat digunakan adalah common effect model sehingga untuk uji model selanjutnya uji hausman test tidak perlu dilakukan karena uji hausman test untuk membandingkan fixed effect model dengan random effect model.

  1. Model Estimasi Regresi Data Panel
    1. Common Effect Model (Pooling Least Square)
    2. Fixed Effect Model
    3. Random Effect Model
  2. Pengujian Model Regresi Data Panel
    1. Uji Chow
    2. Uji Langrange Multiplier / (LM) Test

Model pengujian ini dilakukan untuk memilih model estimasi atau menentukan yang lebih baik antara Common Effect (Pooled Least Square) atau Random Effect.

Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 0.299967 0.712184 1.012151
(0.5839) (0.3987) (0.3144)
Honda 0.547693 -0.843910 -0.209457
(0.2920) (0.8006) (0.5830)
King-Wu 0.547693 -0.843910 -0.398370
(0.2920) (0.8006) (0.6548)
Standardized Honda 1.516137 -0.600730 -2.892043
(0.0647) (0.7260) (0.9981)
Standardized King-Wu 1.516137 -0.600730 -2.952039
(0.0647) (0.7260) (0.9984)
Gourieroux, et al.* -- -- 0.299967
(0.5071)
Table 6.Hasil Uji Langrange Multiplier / (LM) Test

Berdasarkan dari hasil Uji Langrange Multiplier pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai pada Breusch-Pagan adalah 0,5939 > level of significant (0,05), maka Ho diterima yang artinya model yang paling tepat digunakan adalah common effect model.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen memiliki distribusi normal atau tidak.

Gambar 1. Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa nilai probability sebesar 0,783090, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini memiliki data berdistribusi normal karena nilai signifikan p-value > 0,05.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
Tax_Planning 0.069468 816.9758 1.200173
Beban_Pajak_Tangguhan 0.269142 2.199334 1.337300
Leverage 0.001851 7.239112 1.363375
Financial_Distress 8.52E-07 3.165853 1.139686
C 0.038892 824.8927 NA
Table 7.Hasil Uji Multikolinieritas

Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa nilai pada Centered VIF untuk variabel tax planning sebesar 1.20, beban pajak tangguhan 1.33, leverage sebesar 1.36, financial distress sebesar 1.13, dapat dilihat dari setiap variabel menunjukkan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinieritas sehingga hasil uji signifikan koefisien dengan uji t menjadi valid.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastistas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

F-statistic 1.093909 Prob. F(4,45) 0.3711
Obs*R-squared 4.430966 Prob. Chi-Square(4) 0.3508
Scaled explained SS 5.556964 Prob. Chi-Square(4) 0.2348
Table 8.Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil tabel diatas untuk uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa probability chi-square sebesar 0,3508 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui terjadi atau tidak autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik hitung Durbin-Watson pada perhitungan regresi dengan statistik tabel Durbin-Watson pada tabel.

R-squared 0.135008 Mean dependent var -6.11E-18
Adjusted R-squared -0.033771 S.D. dependent var 0.046529
S.E. of regression 0.047308 Akaike info criterion -3.102725
Sum squared resid 0.091760 Schwarz criterion -2.758561
Log likelihood 86.56812 Hannan-Quinn criter. -2.971665
F-statistic 0.799910 Durbin-Watson stat 1.977148
Prob(F-statistic) 0.606080
Table 9.Hasil Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa nilai durbin watson sebesar 1.977148. Dengan kriteria dU < d < 4 -dU, yaitu nilai dU sebesar 1.7214 dan 4-dU sebesar 2.2786 sehingga 1.7214 < 1.977148 < 2.2786. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

Output Eviews9 untuk uji T dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.101655 0.197210 0.515469 0.6087
Tax_Planning -0.079882 0.263567 -0.303079 0.7632
Beban_Pajak_Tangguhan -1.492355 0.518789 -2.876614 0.0061
Leverage 0.094224 0.043026 2.189937 0.0338
Financial_Distress 0.000834 0.000923 0.903368 0.3711
Table 10.Hasil Uji T

Berdasarkan hasil uji t common effect pada tabel di atas menunjukkan bahwa :

Pengaruh Tax Planning Terhadap Manajemen Laba

Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan hasil T hitung untuk variabel tax planning adalah sebesar -0.303079, sedangkan nilai T tabel dengan α = 5% : 2 = 2.5% dan df = (n-k) = 45, dimana nilai t-tabel adalah sebesar 2.014103 yang berarti bahwa nilai –T hitung > -T tabel (-0.303079 > -2.014103). Kemudian jika dilihat dari nilai probability yang sebesar 0.7632 > 0,05. Maka dapat diartikan bahwa tax planning tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba

Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan hasil T hitung untuk variabel beban pajak tangguhan adalah sebesar -2.876614 dengan nilai T tabel 2.014103, yang berarti bahwa nilai –T hitung < -T tabel (-2.876614 < -2.014103). Kemudian jika dilihat dari nilai probability 0.0061 < 0.05. Maka dapat artikan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba

Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan hasil T hitung untuk variabel leverage adalah sebesar 2.189937 dengan nilai T tabel adalah sebesar 2.014103 yang berarti bahwa nilai T hitung > T tabel. Kemudian jika dilihat dari nilai probability yang sebesar 0.0338 < 0,05. Maka dapat diartikan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Pengaruh Financial Distress Terhadap Manajemen Laba

Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan hasil T hitung untuk variabel financial distress adalah sebesar 0.903368 dengan nilai T tabel 2.014103, yang berarti bahwa nilai T hitung < T tabel dan nilai probability sebesar 0.3711 > 0.05. Maka dapat diartikan bahwa financial distress tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Output Eviews9 untuk uji F dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

R-squared 0.184890 Mean dependent var 0.069157
Adjusted R-squared 0.112436 S.D. dependent var 0.051536
S.E. of regression 0.048553 Akaike info criterion -3.117690
Sum squared resid 0.106082 Schwarz criterion -2.926488
Log likelihood 82.94225 Hannan-Quinn criter. -3.044879
F-statistic 2.551821 Durbin-Watson stat 1.225358
Prob(F-statistic) 0.051882
Table 11.Hasil Uji F

Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa :

Hasil pengujian analisis regresi data panel menunjukkan nilai F-hitung yaitu sebesar 2.551821, sedangkan nilai F-tabel dengan tingkat α = 5% adalah sebesar 2.578739. Dengan demikian F-hitung < F-tabel. Kemudian jika dilihat dari nilai probability sebesar 0.051882 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tax planning, beban pajak tangguhan, leverage,dan financial distress terhadap manajemen laba secara bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Output Eviews9 untuk uji determinasi (R2) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

R-squared 0.184890 Mean dependent var 0.069157
Adjusted R-squared 0.112436 S.D. dependent var 0.051536
Table 12.Hasil Uji Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan besarnya nilai Adjusted R-squared (R2) adalah sebesar 0.112436. Hal ini menunjukkan bahwa presentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 11,24% atau dapat diartikan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model ini mampu menjelaskan sebesar 11,24% terhadap variabel dependennya. Sisanya 88.76% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian menggunakan program Eviews9 yang dijelaskan pada bab sebelumya, maka dapat diketahui pengaruh tax planning, beban pajak tangguhan, leverage dan financial distress terhadap manajemen laba.

Pengaruh Tax Planning Terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya dalam penelitian ini membuktikan bahwa tax planning tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan perencanaan pajak dan manajemen pajak yang baik maka perusahaan akan dapat menghemat pajak menjadi seminimal mungkin dengan tanpa melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Namun tax planning atau perencanaan pajak dalam penelitian ini tidak menjadi alasan perusahaan untuk melakukan manajemen laba.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [8] yang menyatakan bahwa tax planning tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Kecenderungan bahwa manajemen akan mementingkan kepentingan masing-masing dalam memperoleh reward atau bonus apabila menunjukkan kinerja yang baik, sehingga manajemen laba yang dilakukan cenderung terjadi karena self interest manajemen bukan karena perencanaan pajak yang menjadi kepentingan principal (pemilik perusahaan).

Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya dalam penelitian ini membuktikan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Semakin tinggi beban pajak tangguhan, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan dalam melakukan manajemen laba.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [9] yang menyatakan bahwa semakin besar nilai beban pajak tangguhan maka semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal yang tidak terlalu besar. Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal yang tidak terlalu besar disebabkan oleh kecenderungan manajemen yang diharuskan untuk menerapkan standar akuntansi keuangan yang lebih ketat sehingga menyebabkan semakin sedikitnya pilihan yang dimiliki manajemen dalam mengelola labanya.

Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya dalam penelitian ini membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Leverage yang diukur dengan menggunakan DAR (debt to asset ratio) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat leverage pada perusahaan maka semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan dalam melakukan manajemen laba dan sebaliknya. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang, perusahaan berpotensi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan akan terancam tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya sehingga perusahaan melakukan manajemen laba untuk menarik minat atau memberikan signal baik kepada investor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [10] yang menyatakan bahwa hasil pengujian statistic, leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

Pengaruh Financial Distress Terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya dalam penelitian ini membuktikan bahwa financial distress tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Financial distress yang diukur menggunakan Altman Z-Score sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel tidak mengalami kendala pendanaan sehingga financial distress tidak menjadi alasan perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Akan tetapi, jika tingkat financial distress semakin tinggi maka memungkinkan perusahaan untuk melakukan tindakan yaitu melakukan manajemen laba.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian oleh [11] yang menyatakan bahwa financial distress tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena karena diduga kesulitan keuangan (financial distress) yang dialami oleh perusahaan tersebut kecil sehingga mampu diatasi oleh perusahaan.

Pengaruh Tax Planning, Beban Pajak Tangguhan, Leverage, dan Financial Distress Secara Simultan Terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya dalam penelitian ini membuktikan bahwa tax planning, beban pajak tangguhan, leverage,dan financial distress terhadap manajemen laba secara bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, hal ini dikarenakan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian yang menyebabkan tidak adanya pengaruh yang simultan terhadap manajemen laba.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial tax planning dan financial distress tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Beban pajak tangguhan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Kemudian, secara simultan tax planning, beban pajak tangguhan, leverage,dan financial distress terhadap manajemen laba tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

References

  1. Aditama, F. and Purwaningsih, A. (2014). The effect of tax planning on earnings management in non-manufacturing companies listed in Indonesia Stock. MODE-Journal of Economics and Business, 26(1), pp. 33–50. doi: 10.24002/modus.v26i1.576.
  2. Scott, R. W. (2011). Financial Accounting Theory 6th Edition, Toronto: Pearson Education. Canada.
  3. Astutik, R. E. P. and Mildawati, T. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. ilmu dan riset akuntansi.
  4. Pasaribu, R. B. F., Kowanda, D. and Widyastuty, E. D. (2016). PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, PRICE EARNING RATIO, PRICE TO BOOK VALUE DAN EARNING PER SHARE TERHADAP MANAJEMEN LABA. JURNAL EKONOMI & BISNIS.
  5. Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak (Edisi 5).
  6. Sumomba, C. and Hutomo, Y. (2012). Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba. Kinerja Journal of Business and Economics, 16(2), pp. 103–115.
  7. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D), Bandung: Alfabeta. doi: 10.1016/j.drudis.2010.11.005.
  8. Kusuma Wardani, Dewi and Kunia Santi, Desifa. 2018. Pengaruh Tax Planning, Ukuran Perusahaan, Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Manajemen laba. Jurnal Akuntansi. Vol 6 No 1. p-ISSN: 2088-768X. e-ISSN: 2540-9646.
  9. Nur Salam, Hafiz. (2015). Pengaruh Asimetri Informasi, Beban Pajak Tangguhan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba. Artikel. Padang: Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
  10. Kisno, K. and Istianingsih, I. (2016). DETECTION EARNINGS MANAGEMENT by DEFERRED TAX EXPENSE and FIRM CHARACTERISTIC. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, 9(1). doi: 10.35448/jrat.v9i1.4293.
  11. Nurjanah, Rista. (2018). Pengaruh Corporate Governance sebagai Variabel Moderating Pada Pengaruh Faktor Keuangan Terhadap Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016). Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta.