Midwifery Care for Newborns with Neonatal Physiological Jaundice at the Age of 6 Days at the Clinic
Innovation in Health Science
DOI: 10.21070/ijins.v11i1.515

Midwifery Care for Newborns with Neonatal Physiological Jaundice at the Age of 6 Days at the Clinic


Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Ikterus Fisiologis Neonatorum pada Umur 6 Hari di Klinik

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Asuhan Kebidanan Ikterus Fisiologis Bayi Baru Lahir

Abstract

Decrease in Infant Mortality Rate (IMR) according to the Health Office, 2018 In East Java in 2017 it was still within the national target limit (supas), which reached 23.1 per 1000 live births [1]. The Infant Mortality Rate (IMR) in 2017 is still within the national target limit, which is 5.45 per 1000 live births at the Sidoarjo District Health Office, 2018 [2]. Newborns are prone to complications. Jaundice occurs in term or preterm infants. This midwifery care aims to improve the quality of life of newborns to find out health problems as early as possible in the first week that cause physical changes such as yellow appearance on the baby's head (physiological jaundice). This case study was conducted at BPM Dadang Ratih in the village of Jambangan Sidoarjo starting from January 10, 2020. This care was carried out with a patient approach and documentation of the SOAP method. Midwifery care that has been carried out went well and without any complications. In conclusion, the data obtained from the results of data collection did not find any gaps with the theory.

Pendahuluan

Neonatus ialah bayi baru lahir dengan usia kehamilan aterm (37 minggu-42 minggu) serta berat badan lahir yang normal dari 2500-4000 gram. Pada neonatus normal terdapat ciri-ciri nya Seperti seluruh tubuh berwarna agak memerah dan licin, tidak tampak rambut lanugo pada bayi dan akan terlihat rambut pada kepalanya dengan sempurna, kukunya sedikit panjang dan lemah, genetalianya sudah sempurna, denyut jantung > lebih dari 100 x/m, gerakan aktif, menangis kuat. Tanda bahaya neonatus yakni terdapat kejang, merintih, sianosis, teraba demam lebih dari 37,5°C, teraba dingin < 36°C, nanah yang banyak di mata, pusar kemerahan meluas pada dinding perut, nafas lambat < 30 x/m, nafas cepat > 60 x/m, tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat, bergerak hanya dirangsang, diare, gerakannya lemah, dan nampak warna kekuningan di area telapak tangan serta kaki .

Ikterus atau hiperbilirubunemia ialah terdapat warna kuning pada kulit tubuh. Penyebabnya karena peningkatan kadar bilirubin pada tubuh neonatus, gangguan pada proses kerja pengambilan bioakumulasi dan penghubung hepar bagi bayi, dan gangguan pada organ otaknya . Derajat ikterus terbagi menjadi 5 macam. Macam-macam ikterus ada 2 yakni ikterus yang fisiologis dan patologis. Ikterus fisiologis ialah terdapat warna kekuningan di tubuh bayi baru lahir pada hari kedua dan ketiga dan akan menghilang sampai hari kesepuluh, jumlah kadar yang berbahaya bagi si kecil atau memiliki potensi terjadi kern ikterus dan tidak akan menimbulkan morbiditas . Sedangkan Ikterus patologis (abnormal) terjadi muncul saat 24 jam awal setelah persalinan, dengan kadar bilirubin yang meningkat ≥ 5 mg % per hari, kadar ≥ 12,5 mg % pada bayi aterm atau 10 mg % pada bayi kurang bulan dan hasilnya tidak berubah setelah minggu awal kelahiran selain itu juga ikterus dengan bilirubin langsung > 1 mg setiap waktu. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir yang cukup bulan atau aterm terjadi sekitar 60% dan pada bayi prematur atau kurang bulan sekitar 80% .

Tersedianya informasi mengenai keluhan-keluhan fisiologis pada bayi baru lahir selama masa nifas, khususnya ikterus fisiologis. Pada bayi baru lahir hari ke-6 merupakan hal yang penting untuk perkembangan pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu dengan ikterus fisiologis neonatorum pada umur 6 hari di BPM Dadang Ratih Jambangan Sidoarjo.

Metode Penelitian

Studi kasus asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis neonatorum pada umur 6 hari di BPM Dadang Ratih Jambangan Sidoarjo, asuhan yang dikerjakan dengan menggunakan Metode deskriptif yang dipakai bertujuan utama untuk menciptakan gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Laporan kasus ini yang penulis kerjakan yaitu asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis (normal) pada pengkajian sampai evaluasi dan data perkembangan menggunakan SOAP. Subyeknya adalah bayi baru lahir normal, usia 6 hari di BPM Dadang Ratih Jambangan Sidoarjo pada tanggal 10 Januari 2020. Cara untuk pengumpulan datanya dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik pada bayi, analisa data, dan pendokumentasian dengan membandingkan antara data yang diperoleh dengan teori yang ada.

Hasil dan Pembahasan

Kunjungan ulang yang kedua ibu nifas dan bayi baru lahir dilakukan di BPM Dadang Ratih pada tanggal 10-1-2020.

Data Subyektif

Ibu mengatakan saat ini bahwa bayinya tampak kuning di bagian kepala, ibu sudah memberikan ASI tetapi bayi malas menyusu.

Pembahasan : Data subyektif yang ditemukan yaitu bayi mengalami ikterus fisiologis sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penilaian ikterus menurut kramer jika kepala sampai leher berwarna kuning termasuk derajat 1 ikterus fisiologis. Ikterus terbagi menjadi 5 derajat, derajat yang pertama mulai dari kepala sampai leher, kedua mulai dari kepala, badan sampai pusat, ketiga mulai dari kepala, badan, paha sampai dengan lutut, keempat mulai dari kepala, badan, ekstermitas sampai dengan pergelangan tangan dan kaki, dan yang kelima mulai dari kepala, badan, semua ekstermitas sampai dengan ujung jari .

Cara meneteki yang benar yakni anjurkan ibu untuk menyusui bayi bila lapar atau per 2 jam sekali , memulai memberikan ASI pada per 1 payudara selama 10-30 menit atau sampai bayi menghisap puting mulai melambat, bayi boleh meminum ASI dalam rentang waktu 20 menit - 1 jam. Untuk mengetahui nutrisi pada bayi terpenuhi dengan menilai buang air besarnya yakni sehari bisa berganti popok 6-8 kali. Dan berat badan bayi baru lahir pada kunjungan berikutnya akan mengalami peningkatan .

Menurut penulis, dari teori tersebut menjelaskan bahwa tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan asuhan yang diberikan oleh bidan.

Cara mengatasi Ikterus yang normal pada bayi baru lahir yakni tidak perlu tindakan yang khusus melainkan dengan dilakukan memberi minum se-awal mungkin dengan takaran cairan dan kalori yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan cairan pada bayi. Dan meletakkan bayi di bawah sinar matahari selama 15-20 menit, dilaksanakan setiap hari antara pukul 07.00 – 09.00 WIB .

Data Obyektif

Keadaan umum bayi baru lahir sat ini baik, pada denyut jantungnya hasilnya 134 kali/menit, suhu badannya normal hasilnya 36,5 °C, di pernafasan 48 kali per menit, warna kepalanya kekuningan, berat badannya 3600 gram, panjang badannya 51 cm, keadaan tali pusatnya sudah terlepas dan tidak ada indikasi yang abnormal, buang air kecilnya kurang lebih 6 sampai 8 kali dalam sehari, buang air besarnya normal kurang lebih 1 sampai 2 kali sehari berbau khas seperti pada umumnya, warnanya seperti kuning kecokelatan.

Pembahasan :

Tanda atau ciri khas bayi baru lahir normal adalah, BB 2500-4500 gram, PB 48-52 cm, frekuensi jantung 120-160 x/m, pernafasan ± 40-60 x/m kulit berwarna kemerah-merahan, eliminasi baik, mekonium berwarna hitam kecokelatan, refleks morrow baik, terdapat refleks rooting baik, pada refleks graps hasilnya baik, refleks shucking-nya baik, refleks swallowing-nya baik, rambut telah sempurna, genetalia sudah sempurna .

Tidak didapati masalah pada kasus ini, sehingga bayi tidak memerlukan kebutuhan khusus untuk menangani masalah ini.

Penulis telah menguraikan bahwa tidak ada ketidakseimbangan antara teorinya dengan asuhan yang diberikan oleh bidan.

Data Analisis

BBL normal, berusia hari ke-6, k/u baik dengan ikterus fisiologis.

Data Penatalaksanaan

Uraian yang diperoleh dari keseluruhan data yang telah terkumpul adalah :

  1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan keadaan bayinya normal dengan ikterus fisiologis.

Evaluasi : ibu mengerti dan paham penjelasan dari bidannya.

  1. Menjelaskan kepada keluarga tentang ikterus fisiologis meliputi penyebab.

Evaluasi : keluarga mengerti atas pemaparan bidan.

  1. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya pada pagi hari sekitar jam 7-9 selama 10-15 menit.

Evaluasi : ibu bersedia yang dianjurkan bidan

  1. Memotivasi ibu untuk memberikan air susunya secara ekslusif per 2 jam sekali atau jika bayi membutuhkan

Evaluasi : ibu berencana akan memberikan ASI-nya secara eksklusif dan setiap bayinya membutuhkan atau setiap 2 jam sekali.

Pembahasan : pada penatalaksanaan ini sesuai dengan masalah yang terjadi sehingga, penulis menyampaikan pengetahuan kesehatan tentang upaya untuk mengatasi ikterus fisiologis pada bayi baru lahir usia 6 hari. Hal ini seperti yang telah dijelaskan pada teori, pada bayi baru lahir yang mengalami ikterus fisiologis cara menanganinya dengan minum ASI dini dan sering, memberi perawatan penyinaran dengan cahaya matahari pada pagi hari sesuai dengan panduan WHO, dan melakukan pemeriksaan ulang dan kontrol kembali bila terlihat kuning .

Jumlah Kadar bilirubin serum pada 24 jam awal lebih dari 4,5 mg/dl, yang bisa dipakai sebagai faktor-faktor untuk memprediksikan hiperbilirubinemia pada bayi aterm yang sehat pada minggu kesatu kehidupannya. Berikut ini kurang bisa diterapkan di Indonesia karena sangat praktis dan membutuhkan biaya yang mahal sekali.

Menurut penulis, teori tersebut memaparkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan asuhan yang dilakukan oleh bidannya.

Kesimpulan

Data-data di atas yang telah dikumpulkan, bisa disimpulkan bahwa pada anak pasien Ny. N yakni BBL berumur hari keenam keadaan umumnya normal dengan ikterus fisiologis.

References

  1. A. Rozack, “Kurang Pengetahuan Gizi, Kematian Ibu dan Bayi Tinggi,” 23 Februari 2019. [Online]. Available: https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2019/02/23/121095/kurang-pengetahuan-gizi-kematian-ibu-dan-bayi-tinggi.
  2. Dirjen Kesmas, “Dirjen Kesmas Paparkan Strategi Penurunan AKI dan AKN,” KESMAS, 15 Februari 2019. [Online]. Available: https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/021517-di-rakesnas-2019_-dirjen-kesmas-paparkan-strategi-penurunan-aki-dan-neonatal. [Diakses 2021].
  3. O. Dwienda, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan, Yogyakarta: Grub Penerbitan CV Budi Utama, 2014.
  4. Manuaba, Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.
  5. A. A. A. Hidayat, Ilmu Kesehatan Anak, 2008: Salemba Medika, 2007.
  6. J. B. Sembiring, Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah, Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019.
  7. A. Surasmi, Perawatan Bayi Risiko Tinggi, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2003.
  8. S. M. Tucker, Standar Perawatan Pasien, Jakarta: IKAPI EGC, 1998.
  9. N. K. Y. Rahyani, Asuhan Kebidanan Patologi Bagi Bidan, Yogyakarta: Andi, 2020.
  10. Hamidah, Kebidanan Komunitas, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.