EOQ Optimization Revolutionizes Inventory Management, Delivering Cost Savings Globally
Innovation in Industrial Engineering
DOI: 10.21070/ijins.v25i4.1177

EOQ Optimization Revolutionizes Inventory Management, Delivering Cost Savings Globally


Optimalisasi EOQ Merevolusi Manajemen Inventaris, Menghasilkan Penghematan Biaya Secara Global

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Inventory Management Economic Order Quantity (EOQ) Cost Optimization Raw Materials Transportation Costs

Abstract

Efficient inventory management is crucial for companies to minimize costs while ensuring adequate supply to meet demand. PT Samawa Tirta Alam, a bottled sweet drinking water company, faces significant inventory management issues, notably with refined sugar raw materials. High transportation costs and fluctuating demand contribute to excessive inventory accumulation and increased storage costs, necessitating an optimization strategy. This study implements the Economic Order Quantity (EOQ) method to address these challenges. Through a mixed-method approach, qualitative data were gathered via observations and interviews, while quantitative analysis utilized historical data to calculate optimal order quantities, frequencies, safety stock levels, and reorder points. Results demonstrate substantial cost savings, with optimal order quantities determined, reducing order frequencies from 12 to 2 times per year, and minimizing safety stock levels. The findings underscore the effectiveness of the EOQ method in enhancing cost-effectiveness and operational performance in raw material inventory management for similar companies.

Highlights:

1. Cost Efficiency: EOQ method reduces total inventory costs effectively.
2. Operational Precision: Minimizing safety stock enhances operational efficiency.
3. Strategic Insight: Integrated approach provides practical solutions for inventory management challenges.

Keywords: Inventory Management, Economic Order Quantity (EOQ), Cost Optimization, Raw Materials, Transportation Costs

Pendahuluan

Perkembangan industri semakin pesat dan persaingan antara perusahaan semakin ketat. Perusahaan dituntut untuk terus berinovasi mengikuti jaman yang sudah berubah. Tujuan yang harus dicapai yaitu memaksimalkan sumber daya yang ada di dalam perusahaan. Bagian terpenting pada perusahaan atau pabrik adalah pada bagian produksi karena bagian ini dapat mempengaruhi keberlangsungan jalannya perusahaan tersebut. Setiap perusahaan tidak akan pernah lepas pada persediaan. Manajemen persediaan merupakan salah satu bagian yang penting bagi perusahaan dengan fungsi untuk mengontrol adanya persediaan yang dipunyai perusahaan, dimulai dari yang penting bagi perusahaan dengan fungsi untuk mengontrol adanya persediaan yang dipunyai perusahaan, dimulai dari bagaimana memperoleh persediaan, melakukan penyimpanan sampai dimanfaatkan [1]. Persediaan merupakan asset perusahaan yang mencakup semua barang yang ditujukan untuk dijual selama periode usaha tertentu. Hal ini juga mencakup barang-barang yang sedang dalam proses pengerjaan atau produksi, serta bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi [2].

Inventory atau persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi, persediaan adalah sebuah investasi modal yang dibutuhkan untuk menyimpan material pada kondisi tertentu. Dalam sistem produksi, terdapat tiga bentuk persediaan yang menjadi fokus utama, yaitu bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Namun, persediaan juga dapat memiliki dampak negatif jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu persediaan yang terpenting adalah persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku merupakan satu hal yang terpenting dalam industri karena bahan baku harus dilakukan secara optimal untuk menjaga kelancaran pada sistem perusahaan. Penting bagi perusahaan untuk memperhatikan pengendalian persediaan. Pengendalian persediaan merupakan sebuah proses untuk menentukan jumlah dan jenis persediaan, termasuk komponen rakitan, bahan baku dan barang jadi agar perusahaan dapat menjaga kelancaran produksi dan penjualan serta memenuhi kebutuhan pembelanjaan dengan cara yang efektif dan efisien [3].merupakan sumber daya menganggur (idle resources) yang keberadaannya menunggu proses lebih lanjut [4].

PT Samawa Tirta Alam merupakan perusahaan yang bergerak di bidang air minum manis dalam kemasan. Perusahaan yang bergerak pada bidang industri manufaktur ini akan selalu membutuhkan persediaan bahan baku. PT Samawa Tirta Alam menggunakan bahan baku, salah satunya adalah gula rafinasi. Bahan baku gula rafinasi yang paling banyak dipesan pada tahun 2022 yaitu total 730 sak atau sekitar 36.497 kg. Pada dasarnya, proses pembuatan gula rafinasi adalah mengubah gula mentah (raw sugar) menjadi gula rafinasi (refined sugar) yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku di industri [5]. Gula rafinasi adalah jenis gula industri yang dihasilkan dari gula mentah (raw sugar) sebagai bahan baku utamanya. Gula rafinasi menjadi pilihan utama dalam industri makanan, minuman dan farmasi sebagai bahan baku. Produksi gula rafinasi dilakukan sesuai dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan permintaan dari masing-masing industri [6]. Permasalahan pada perusahaan adalah pada total biaya persediaan yang tinggi disebabkan oleh biaya pemesanan. Biaya pemesanan ini tinggi dikarenakan biaya transportasi, penyebabnya adalah jalurnya, truk yang harus menaiki kapal dan juga jarak pabrik yang jauh dari jalan raya utama. Hal lain yang menjadi masalah pada persediaan bahan baku yaitu menentukan pembelian bahan baku yang optimal. Penyebabnya adalah karena permintaan produk yang bersifat fluktuatif jadi hanya meningkat pada bulan-bulan tertentu saja. Akibat pembelian bahan baku yang tidak optimal, terjadi akumulasi bahan baku di gudang dan menyebabkan peningkatan biaya penyimpanan. Tujuan pada penelitian ini yaitu untuk mengurangi biaya persediaan dengan menentukan pembelian bahan baku yang optimal, menentukan frekuensi pembelian dalam setahun, menentukan persediaan pengaman dan juga kapan pemesanan dilakukan kembali.

Ketidaktepatan dalam pemesanan barang akan berpengaruh kepada frekuensi pembelian barang, sehingga dibutuhkan pengambilan keputusan yang tepat [1]. Untuk menentukan berapa kuantitas pembelian bahan baku yang optimal dibutuhkan alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Economic Order Quantity (EOQ) merupakan sebuah model yang berhubungan dengan pengadaan atau persediaan bahan baku dalam suatu perusahaan. Dengan menerapkan metode EOQ, perusahaan dapat menentukan jumlah dan frekuensi pemesanan yang optimal [7]. Oleh karena itu, penerapan metode ini sangat tepat karena dapat menggurangi biaya persediaan. Selain itu, metode ini mencakup penggunaan persediaan pengaman (safety stock), yaitu stok tambahan yang dipertahankan untuk melindungi dan mencegah kemungkinan kekurangan bahan baku (stock out) [8].

Dengan model EOQ, kita dapat menentukan biaya pemesanan dan penyimpanan sehingga didapatkan nilai kuantitas pemesanan yang optimal [9]. Metode Economic Order Quantity (EOQ) memungkinkan perusahaan untuk dengan mudah menentukan tingkat pesanan yang optimal atau jumlah pemesanan bahan baku yang paling ekonomis berdasarkan jumlah permintaan dan jangka waktu yang konstan dan tetap. Setelah menghitung semua terkait pembelian dan penyimpanan bahan baku, kita dapat menentukan jumlah pembelian yang paling efisien atau disebut dengan Economic Order Quantity (EOQ). EOQ adalah jumlah optimal dari bahan baku yang harus dibeli dengan biaya sekecil mungkin, juga dikenal sebagai jumlah pembelian yang paling optimal [10]. Persediaan pengaman (safety stock) merujuk pada stok tambahan yang disimpan sebagai Langkah pencegahan terhadap kemungkinan kekurangan stok selama masa pengisian ulang. Persediaan pengaman diperlukan guna meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi akibat kekurangan persediaan (stock out), namun diusahakan untuk mempertahankan tingkat persediaan sekecil mungkin. Safety stock atau persediaan pengaman diperlukan untuk mengurangi dampak negatif akibat kekurangan persediaan (stock out), namun tetap diusahakan untuk menjaga tingkat persediaan sekecil mungkin [10]. Keberadaan stok cadangan memiliki signifikansi yang besar karena dalam praktinya, jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi seringkali tidak selaras denan perkiraan awal. Walaupun menyimpan persediaan menghasilkan biaya yang cukup besar, setiap perusahaan seharusnya berusaha untuk mempertahankan stok dengan jumlah minimal yang memungkinkan [11]. Persediaan pengaman merupakan suatu persediaan yang dicadangkan sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi perusahaan [10].

Titik pemesanan kebali (reorder point) adalah saat dimana proses pemesanan baru harus dilakukan untuk menghindari kehabisan stok. Tiitk pemesanan kembali terjadi ketika jumlah persediaan dalam stok terus berkurang, dan perusahaan perlu menentukan batas minimal tingkat persediaan yang harus dijgaa agar tidak terjadi kekurangan. Jumlah persediaan yang diharapkan dihitung selama masa pengisian ulang [12]. Titik pemesanan kembali adalah titik dimana jumlah persediaan bahan baku mencapai nilai minimum atau maksimum, dan pada saat itulah pesanan harus dibuat kembali. Penentuan titik pemesanan kembali harus dilakukan dengan akurat dan teliti [13]. Dalam proses produksi dan sampai menjadi barang jadi tetap diperhitungkan karena termasuk ke dalam biaya yang dikeluarkan di dalam penyediaan biaya persediaan [14]. Persediaan bahan baku di perusahaan tidak terlepas dari biaya-biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan [15]. Biaya persediaan terbagi menjadi tiga yaitu biaya pembelian (purchasing cost), biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (holding cost).

Metode

A. Tempat dan Waktu

Pada penelitian ini, dilaksanakan selama 6 bulan pada tahun 2022 pada bulan Juli. Tempat penelitian ini dilakukan di PT Samawa Tirta Alam yang berlokasi di Jl. Semongkat KM.6 Desa Pelat, Kecamatan Unter Iwes, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

B. Jenis Data

Penelitian ini diselelesaikan menggunakan dua metode yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif didapatkan dengan observasi permasalahan terlebih dahulu dan wawancara yang dilakukan kepada karyawan departemen ppic dan karyawan departemen gudang. Wawancara ini dilakukan untuk menambah informasi terkait masalah yang ada pada perusahaan dan membantu dalam mengolah data. Data yang didapat meliputi data biaya pembelian bahan baku gula rafinasi, data biaya pemesanan bahan baku gula rafinasi dan data biaya penyimpanan bahan baku gula rafinasi pada tahun 2022. Selanjutnya, untuk menyelesaikan permasalahan yaitu menggunakan metode kuantitatif dengan metode yang digunakan adalah metode Economic Order Quantity (EOQ), menentukan frekuensi pemesanan serta menentukan persediaan pengaman (safety stock) yang tepat untuk menghindari kekurangan persediaan (stock out) dan juga menentukan kapan pemesanan kembali (reorder point).

1. Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah persediaan yang harus dipesan pada satu saat dengan tujuan untuk mengurangi biaya tahunan [16]. Rumus Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebagai berikut:

Figure 1.

Keterangan:

EOQ= Jumlah optimal pesanan bahan baku

D= Kebutuhan bahan baku dalam setahun

S= Biaya pesan sekali pesan

H= Biaya simpan per sak dalam setahun

Metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi jumlah dan interval pemesanan yang optimal atau dengan kata lain menghitung jumlah pemesanan barang yang optimal dengan biaya yang minimal [17]. Berikut adalah rumus frekuensi pemesanan yang optimal untuk bahan baku:

Figure 2.

2. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman merupakan tambahan persediaan yang disiapkan sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku. Persediaan pengaman, yang juga dikenal dengan safety stock adalah stok tambahan yang diatur untuk mengantisipasi kemungkinan kekurangan bahan baku [18]. Rumus persediaan pengaman (safety stock) adalah sebagai berikut:

SS = Z x SD(3)

Keterangan:

Z= Z-score atau nilai standar

SD= Standar deviasi

Sebelum menentukan persediaan pengaman (safety stock), maka harus menentukan standar deviasi terlebih dahulu. Rumus standar deviasi yaitu sebagai berikut:

Figure 3.

3. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Titik pemesanan ulang merujuk pada saat di mana perusahaan perlu memerlukan pemesanan tambahan untuk bahan yang dibutuhkan [15]. Rumus untuk penentuan kembali dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROP = (d x L) + SS(5)

Keterangan:

d= Permintaan per hari

L= Pengiriman pesanan (lead time)

SS= Persediaan Pengaman (safety stock)

C. Langkah-Langkah Penelitian

Diagram alur menunjukkan tahapan-tahapan dalam penelitian yang dilakukan dan dapat dilihat pada gambar 1.

Figure 4.Diagram Alur Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1 adalah tabel pembelian dan penggunaan bahan baku gula rafinasi pada tahun 2022 di PT Samawa Tirta Alam. Frekuensi pembelian bahan baku gula rafinasi ini dilaksanakan selama satu kali dalam setiap bulan. Tabel pembelian dan penggunaan dapat dilihat dibawah ini:

Bulan Pembelian Penggunaan
Kilogram Sak Kilogram Sak
Januari 2.825 57 2.767 55
Februari 2.200 44 2.081 42
Maret 2.125 43 2.225 45
April 2.575 52 2.646 53
Mei 3.450 69 3.406 68
Juni 3.345 67 3.242 65
Juli 3.854 77 3.931 79
Agustus 2.825 57 2.736 55
September 3.754 75 3.880 78
Oktober 3.325 67 3.407 68
November 3.565 71 3.161 63
Desember 2.654 53 2.925 59
Total 36.497 732 36.407 730
Table 1.Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku Rafinasi Tahun 2022

Tabel 1. menunjukkan bahwa perusahaan membeli bahan baku gula rafinasi sebesar 36.497 kilogram atau sebesar 732 sak dan dari pembelian bahan baku tersebut, perusahaan menggunakan bahan baku gula rafinasi pada tahun 2022 sebesar 36.407 kilogram atau 730 sak. Pembelian bahan baku gula rafinasi dan juga penggunaan bahan baku berubah-ubah karena permintaan yang tidak pasti dan hanya tinggi di bulan-bulan tertentu saja.

A. Biaya-biaya Persediaan

Biaya-biaya dalam persediaan dapat dikelompokkan atas biaya pembelian (purchasing cost), biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (holding cost). Keterangan biaya pada biaya persediaan adalah sebagai berikut: (a) Biaya Pemesanan bahan baku gula rafinasi pada PT Samawa Tirta Alam selama tahun 2022 terdiri dari biaya komunikasi & materai sebesar Rp6.000.000, biaya transportasi sebesar Rp72.000.000 dan biaya bongkar muat sebesar Rp1.080.000. Dari ketiga biaya pemesanan tersebut, total biaya pemesanan bahan baku gula rafinasi yaitu sebesar Rp79.080.000. (b) Biaya penyimpanan bahan baku gula rafinasi pada PT Samawa Tirta Alam selama 2022 terdiri dari biaya perawatan sebesar Rp9.600.000, biaya listrik dan air sebesar Rp12.000.000 serta biaya pajak sebesar Rp3.600.000. Total biaya penyimpanan bahan baku gula rafinasi dari ketiga biaya tesebut adalah Rp25.200.000. Setelah diketahui total biaya penyimpanan bahan baku gula rafinasi pada tahun 2022, maka dapat ditentukan biaya simpan per sak per bulan dilihat pada tabel 2.

Bahan Baku Total Biaya Penyimpanan Persentase Penyimpanan Biaya Simpan Bahan Baku Biaya Simpan Per Tahun Biaya Simpan Per Bulan
Gula Rafinasi Rp25.200.000 10% Rp2.520.000 Rp50.400 Rp4.200
Table 2.Biaya Penyimpanan Per Sak Selama Setahun.

Persentase penyimpanan dari PT Samawa Tirta Alam pada tabel diatas yaitu 10% dan didapatkan biaya penyimpanan per sak per bulan selama setahun yaitu Rp4.200.

B. Perhitungan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Gula Rafinasi Berdasarkan Kebijakan Perusahaan

Setelah mengetahui biaya pemesanan dan biaya penyimpanan di PT Samawa Tirta Alam, maka dilakukan perhitungan total biaya persediaan bahan baku gula rafinasi berdasarkan kebijakan perusahaan dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Bulan Kebutuhan (Sak) Pembelian (Sak) Simpan (Sak) Biaya Pesan (Rp) Biaya Simpan (Rp) Total (Rp)
Januari 55 57 2 Rp6.590.000 Rp8.400 Rp6.598.400
Februari 42 44 4 Rp6.590.000 Rp16.800 Rp13.205.200
Maret 45 43 2 Rp6.590.000 Rp8.400 Rp19.803.600
April 53 52 1 Rp6.590.000 Rp4.200 Rp26.397.800
Mei 68 69 2 Rp6.590.000 Rp8.400 Rp32.996.200
Juni 65 67 4 Rp6.590.000 Rp16.800 Rp39.603.000
Juli 79 77 2 Rp6.590.000 Rp8.400 Rp46.201.400
Agustus 55 57 4 Rp6.590.000 Rp16.800 Rp52.808.200
September 78 75 1 Rp6.590.000 Rp4.200 Rp59.992.400
Oktober 68 67 0 Rp6.590.000 Rp0 Rp65.992.400
November 63 71 8 Rp6.590.000 Rp33.600 Rp72.616.000
Desember 59 53 2 Rp6.590.000 Rp8.400 Rp79.214.400
Table 3.Perhitungan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Gula Rafinasi Berdasarkan Kebijakan Perusahaan

Hasil perhitungan total biaya persediaan bahan baku baku gula rafinasi berdasarkan kebijakan perusahaan pada tabel 3. didapatkan total biaya persediaan sebesar Rp79.214.400.

C. Perhitungan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Berikut adalah perhitungan jumlah pemesanan bahan baku menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ):

Figure 5.

Berdasarkan perhitungan metode EOQ, kuantitas pemesanan untuk setiap kali pesan adalah sebanyak 437 sak atau sekitar 21.850 kilogram. Setelah kuantitas pemesanan didapatkan, maka selanjutnya perhitungan frekuensi pemesanan yang optimal, rumus untuk menghitung frekuensi adalah sebagai berikut:

Figure 6.

Hasil dari perhitungan frekuensi pemesanan yang optimal adalah 2 kali pemesanan selama setahun. Jadi berbeda dengan kebijakan perusahaan, apabila menggunakan metode EOQ, perusahaan dapat menghemat pada biaya pemesanan. Setelah perhitungan metode EOQ, maka total biaya persediaan bahan baku menggunakan metode EOQ dapat dilakukan dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Bulan Kebutuhan (Sak) EOQ (Sak) Simpan (Sak) Biaya Pesan (Rp) Biaya Simpan (Rp) Total (Rp)
Januari 55 437 382 Rp6.590.000 Rp1.604.400 Rp8.194.400
Februari 42 0 340 Rp0 Rp1.428.000 Rp9.622.400
Maret 45 0 295 Rp0 Rp1.239.000 Rp10.861.400
April 53 0 242 Rp0 Rp1.016.400 Rp11.877.800
Mei 68 0 174 Rp0 Rp730.800 Rp12.608.600
Juni 65 0 109 Rp0 Rp457.800 Rp13.066.400
Juli 79 0 30 Rp0 Rp126.000 Rp13.192.800
Agustus 55 437 412 Rp6.590.000 Rp1.730.400 Rp21.512.000
September 78 0 334 Rp0 Rp1.402.800 Rp22.915.600
Oktober 68 0 266 Rp0 Rp1.117.200 Rp24.032.800
November 63 0 203 Rp0 Rp852.600 Rp24.885.400
Desember 59 0 144 Rp0 Rp604.800 Rp25.490.200
Table 4.Total Biaya Persediaan Bahan Baku Gula Rafinasi Menggunakan Metode EOQ

Tabel 4. ditunjukkan bahwa menggunakan metode EOQ adalah metode yang tepat untuk mengurangi biaya persediaan, dengan hasil kuantitas yang dipesan sebesar 437 sak tiap kali pesan dan frekuensi pemesanan selama dua kali dalam setahun dapat sangat menghemat biaya persediaan dari kebijakan perusahaan. Didapatkan hasil biaya pemesanan Rp13.180.000, biaya penyimpanan sebesar Rp12.310.200 dan total biaya persediaan sebesar Rp18.900.200. Berdasarkan perhitungan biaya-biaya dari milik perusahaan dan juga menggunakan metode economic order quantity (EOQ), maka hasil perbandingan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Kebijakan Perusahaan Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Biaya Pemesanan Rp79.080.000 Biaya Pemesanan Rp13.180.000
Biaya Penyimpanan Rp134.400 Biaya Penyimpanan Rp12.310.200
Total Biaya Persediaan Rp79.214.400 Total Biaya Persediaan Rp25.490.200
Table 5.Perbandingan Biaya Persediaan dengan Menggunakan Kebijakan Perusahaan dan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Dari tabel 5. Didapatkan penghematan biaya persediaan bahan baku gula rafinasi yang cukup besar dengan selisih Rp53.724.200 apabila menggunakan metode economic order quantity (EOQ).

D. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Besarnya persediaan pengaman (safety stock) dipengaruhi oleh besarnya penggunaan bahan baku gula rafinasi setiap bulan. Sebelum menentukan persediaan pengaman (safety stock), maka ditentukan standar deviasi yaitu sebagai berikut:

Figure 7.

Setelah standar deviasi didapatkan, maka perhitungan persediaan pengaman (safety stock) adalah sebagai berikut:

SS = 1,64 x 11,14

SS = 18,4 atau 19 sak

Untuk Z yaitu 1,64 didapatkan tabel distribusi normal dari perusahaan tingkat kepercayaan 90%, untuk biaya dan efisiensi dengan tingkat kepercayaan 90% perusahaan dapat mencapai keseimbangan antara keamanan persediaan dan biaya penyimpanan yang wajar. Setelah perhitungan persediaan pengaman (safety stock) didapatkan 19 sak, jadi perusahaan membutuhkan 19 sak untuk mengntisipasi adanya kekurangan bahan baku (stock out).

E. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Diketahui bahwa permintaan per hari perusahaan yaitu 3 sak didapatkan dari jumlah kebutuhan bahan baku selama setahun dibagi dengan jumlah kerja dalam satu tahun. Setelah didapatkan hasil dari permintaan per hari, untuk pengiriman pesanan (lead time) didapatkan dari pengiriman pesanan yang memerlukan 4 hari kerja. Maka waktu pemesanan kembali adalah:

ROP = (3 x 4) + 19

ROP = 31 sak

Perhitungan untuk titik pemesanan kembali (reorder point) didapatkan 31 sak yang berarti perusahaan harus memesan kembali pada saat persediaan sisa 31 sak.

Simpulan

Pada analisa dan hasil untuk perbaikan persediaan bahan baku gula rafinasi di PT Samawa Tirta Alam didapatkan penghematan yang cukup besar. Hasil yang optimal dari metode Economy Order Quantity (EOQ) yaitu untuk pemesanan bahan baku yang ekonomis adalah 437 sak setiap kali pemesanan. Metode ini memberikan hasil cukup efektif menyangkut biaya dari kebijakan perusahaan. Dari sebelumnya kebijakan perusahaan yang memesan bahan baku gula rafinasi dengan frekuensi 12 kali dalam setahun, setelah menggunakan metode Economy Order Quantity (EOQ) perusahaan dapat memesan bahan baku gula rafinasi dengan frekuensi 2 kali setahun. Dengan metode ini dapat mengurangi lebih banyak pada biaya pemesanan yang menjadi permasalaha karena jalurnya harus melewati kapal dan juga jarak pabrik pada jalan raya utama yang jauh. Berkurangnya biaya pemesanan juga berdampak pada total biaya persediaan yang awalnya menggunakan kebijakan perusahaan yaitu Rp79.214.400 per tahun dan apabila menggunakan metode Economy Order Quantity (EOQ) menjadi Rp25.490.200. selisih yang cukup besar diperlihatkan pada total biaya persediaan yaitu Rp53.724.200. Pada persediaan pengaman (safety stock), didapatkan persediaan pengaman seminimal mungkin yaitu 19 sak dan untuk titik pemesanan kebali (reorder point), perusahaan harus memesan kembali bahan baku pada saat bahan baku sisa 31 sak. Kelemahan pada penelitian ini adalah permintaan yang tidak terduga untuk kedepannya dan metode EOQ yang cenderung tidak mempertimbankan resiko yang terkait dengan fluktuasi harga bahan baku. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu mempertimbangkan pengembangan model yang lebih dinamis yang mampu menangkap variasi permintaan dan fluktuasi harga bahan baku.

References

  1. D. P. Dak Cesar, C. Indri Parwati, and J. Susetyo, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guna Meminimalkan Biaya Penyimpanan Menggunakan Economic Order Quantity (EOQ) dan Periode Order Quantity (POQ) pada UMKM Pigope,” Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi, pp. 49–58, 2022.
  2. Ciswondo and A. L. Maukar, “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Impor dengan Menggunakan Metode EOQ Probabilistik pada Perusahaan Cat Industri,” 2019.
  3. M. Hilman and N. Kusuma Ningrat, “Perencanaan Persediaan Bahan Baku Pakan Ayam Pada Perusahaan Mekar Bakti Layer Dengan Metode Economic Order Quantity Di Kabupaten Ciamis,” Jurnal Industri Galuh, vol. 2, no. 02, pp. 1–8, 2021. [Online]. Available: https://journals.unigal.ac.id/index.php/jig/article/view/2499
  4. H. Setiadi and S. N. Raihan, “Penerapan Kebijakan Persediaan Bahan Baku Kain Twist Menggunakan Metode Eoq Probabilistik Sederhana Di Pt Multi Garmenjaya,” Jurnal Logistik Bisnis, vol. 10, no. 02, pp. 60–63, 2020. [Online]. Available: http://journal.poltekpos.ac.id/ojs-3/index.php/logistik
  5. A. P. Witari, G. L. Anggraini, and E. Ningsih, “Studi Kelayakan Pabrik Gula Rafinasi dengan Kapasitas 100000 ton/tahun melalui Analisa Ekonomi,” Jurnal Industrial Process and Chemical Engineering, vol. 1, no. 1, p. 7, 2021, doi: 10.31284/j.joiche.2021.v1i1.2112.
  6. F. Ghiyats, F. M. Saty, and D. Riniarti, “Analisis Pengendalian Kualitas dalam Upaya Meminimalisasi Tingkat Kerusakan Produk Gula Rafinasi,” Jurnal Agro Industri Perkebunan, vol. 8, no. 2, pp. 69–83, Oct. 2020, doi: 10.25181/jaip.v8i2.1319.
  7. Diyan Kadarini, “Analisis Penerapan Persediaan Bahan Baku dengan Metode Economic Order Quantity pada PT Abdi Jaya Trikora Banjarbaru,” vol. 14, no. 3, pp. 226–235, 2018.
  8. R. R. Enru, H. Moektiwibowo, and E. Meladiyani, “Analisis Pengendalian Persediaan Ayam Broiler Hidup Dengan Pendekatan Metode Economic Order Quantity (EOQ),” Jurnal Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, pp. 21–38, 2020.
  9. J. Heizer and B. Render, Manajemen Operasi Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan. 2015.
  10. M. Trihudiyatmanto, “Analisis Persediaan Bahan Buku Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada UD. Gemilang Jaya Wonosobo Enhancing International Performance of MSMEs: The Mediating Role of Export Product Fit Development View project Penerapan PSBB Terhadap Perkembangan,” Jurnal PPKM III, pp. 220–234, 2017, [Online]. Available: https://www.researchgate.net/publication/328831661
  11. W. A. Darmawan, “Menentukan jumlah persedian bahan baku alumunium pada ikm bunga matahari dengan menggunakan metode eqonomic order quantity (EOQ),” Jurnal Media Teknologi, vol. 06, no. 01, pp. 1–10, 2019, [Online]. Available: Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Galuh Ciamis 46215
  12. T. Hilman and A. F. Budiarty, “Analisis Pengendalian Persediaan Produk SkinCare Di PT RRI,” Jurnal Bisnis dan Pemasaran, vol. 12, no. 2, pp. 1–9, 2022, [Online]. Available: https://media.neliti.com/media/publications/227635-peran-umkm-dalam-pembangunan-dan-kesejah-7d176a2c.pdf%0Ahttp://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jispo/article/view/1752
  13. E. Supriyadi and A. Sapriyadi, “Analisa Persediaan Bahan Baku Chiki Balls dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) pada PT. Indofood Fritolay Makmur,” Jurnal Ilmu Teknik Manufaktur Indonesia, vol. 2, no. 2, pp. 2685–6123, 2019.
  14. F. A. Suratman and Sutrisno, “Analisis perencanaan persediaan untuk mengurangi biaya persediaan bahan baku dengan metode economic order quantity di PT XYZ,” JENIUS Jurnal Terapan Teknik Industri, vol. 4, no. 1, pp. 66–77, 2023, doi: 10.37373/jenius.v4i1.459.
  15. L. D. Simbolon, Pengendalian Persediaan. 2021.
  16. M. Zakaria, S. Meutia, and A. Melinda Pane, “Perencanaan Produksi Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Di Pt. Jakarana Tama Medan,” Industrial Engineering Journal, vol. 9, no. 2, 2020, doi: 10.53912/iejm.v9i2.574.
  17. T. Handra and S. Rangian, “Analisis perbandingan total biaya persediaan antara kebijakan perusahaan dengan metode economic order quantity (eoq) pada PT. LCG,” Jurnal Bina Manajemen, vol. 6, no. 1, pp. 77–101, 2017.
  18. L. A. Situmorang and R. Purwaningsih, “Model Inventory Economic Order Quantity (Eoq) Probabilistik Dalam Pengendalian Persediaan Material Pada Pt Pabrik Es Siantar,” Seminar