Revolutionizing Crystal Guava Production through Six Sigma and Kaizen Insights
Innovation in Food Engineering
DOI: 10.21070/ijins.v25i3.1169

Revolutionizing Crystal Guava Production through Six Sigma and Kaizen Insights


Merevolusi Produksi Jambu Kristal melalui Wawasan Six Sigma dan Kaizen

Program Studi Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Program Studi Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia
Indonesia
Program Studi Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia
Indonesia

(*) Corresponding Author

Crystal Guava Production Six Sigma Kaizen Quality Improvement Defect Reduction

Abstract

This study addresses the quality issues in crystal guava production at UD Bumiaji Sejahtera using the Six Sigma and Kaizen methodologies. By analyzing factors like non-uniform maturity, black spots, fruit rot, shape defects, and seed defects, this research aims to identify key areas for improvement. Results indicate that non-uniform maturity contributes significantly to defects, highlighting the need for improved pest control, efficient application methods, regular maintenance, material inspection, and enhanced standards for farmers and agricultural workers. These findings offer practical insights for enhancing crystal guava production quality and reducing defects at UD Bumiaji Sejahtera.

 

Highlight: 

Six Sigma and Kaizen for Crystal Guava Quality Enhancement.

Non-uniform Maturity Identified as Key Defect Contributor.

Recommendations: Improved Pest Control, Application Methods, and Standards for Farmers.

 

 

Keyword:  Crystal Guava Production, Six Sigma, Kaizen, Quality Improvement, Defect Reduction

Pendahuluan

UD Bumiaji Sejahtera merupakan salah satu tempat produksi buah jambu kristal yang telah berdiri sejak tahun 2012. Buah jambu kristal menjadi komoditas produk unggulan dari Bumiaji sejahtera dengan mengoptimalkan konsep pertanian buah jambu kristal organik yang mengutamakan manfaat dalam kesehatan. Konsep pertanian buah jambu organik tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan pangsa pasar konsumen yang mengutamakan pola konsumsi sehat. Oleh karena itu, buah jambu kristal organik semakin meningkatkan daya tarik bagi konsumen sehingga meningkatkan jumlah permintaan produksi jambu kristal. Untuk dapat memproduksi buah jambu kristal dengan standar kualitas yang baik, maka diperlukan suatu upaya dalam mengawasi kegiatan produksi agar dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang ingin dicapai. Salah satu metode dalam upaya pengendalian kualitas produksi buah jambu kristal yaitu dengan analisis metode six sigma. Melalui metode six sigma tersebut akan berguna untuk mengendalikan kualitas pada keseluruhan produksi untuk mengurangi dan menemukan faktor penyebab kecacatan. Dengan mengetahui faktor penyebab tersebut maka diharapkan dapat mencegah dan menanggulangi adanya resiko kecacatan produk sehingga bermanfaat untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dan sesuai kebutuhan konsumen. Dalam upaya perbaikan kualitas produk jambu kristal dapat digunakan metode kaizen yang berguna untuk tindakan perbaikan secara berkesinambungan dan berkelanjutan agar dapat menghasilkan produksi sesuai yang ingin dicapai [1]. Metode kaizen akan memberikan rekomendasi perbaikan dengan tujuan untuk mengurangi kecacatan pada produk jambu kristal. Penggunaan metode six sigma dan kaizen pada pengendalian dan perbaikan kualitas akan menjamin kualitas buah jambu kristal yang diproduksi agar sesuai dengan standar yang optimal dan meminimalisir resiko kecacatan produk sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan bagi suatu usaha.

Jambu kristal merupakan jenis jambu yang berasal dari Taiwan dengan karakteristik yang khas yaitu hanya memiliki sedikit biji, buahnya renyah dan memiliki cita rasa yang manis. Jambu kristal memiliki banyak manfaat kesehatan karena kandungan vitamin dan serat. Dengan manfaat kesehatan tersebut menjadi daya tarik meningkatnya jumlah konsumsi buah jambu kristal [2]. Proses produksi dari Jambu Kristal meliputi kegiatan seperti penanaman, perawatan, pra panen (pemangkasan, penyemprotan, penyiraman, penyiangan, pemupukan, pemasangan perangkap lalat buah, sanitasi) dan pasca panen (pembersihan, sortasi dan grading, pengemasan, penyimpanan, pengolahan jambu kristal). Jambu kristal memiliki beberapa grade antara lain grade A (paling unggul), grade B (sempurna), dan grade C (kurang sempurna). Pada UD Bumiaji Sejahtera standar kualitas jambu kualitas menggunakan standar SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk mencapai standar kebutuhan konsumen serta telah menggunakan service quality GAP sejak tahun 2014. Proses produksi tersebut harus dilakukan dengan tepat untuk menghasilkan produk buah jambu kristal dengan standar kualitas yang baik sesuai permintaan pasar.

Pengendalian kualitas adalah kegiatan manajemen dengan mengukur produk dari kualitas maupun karakteristiknya, serta membandingkan hasil pengukuran produk dengan speksifikasi yang diinginkan dengan mengambil upaya peningkatan yang tepat apabila terdapat perbedaan kinerja ataupun standar pada produk [3]. Pengendalian kualitas atau Quality control merupakan kunci bagi perusahaan yang telah memiliki pangsa pasar dengan tujuan untuk memberikan kesan baik sesuai dengan harapan konsumen sebagai pembeli produknya [4].

Six sigma adalah metode meningkatkan suatu bisnis dengan tujuan untuk mengurangi serta menemukan faktor yang menyebabkan kesalahan ataupun kecacatan, memenuhi kebutuhan konsumen, mengurangi waktu biaya operasi, serta meningkatkan produktivitas, aset dan menghasilkan segi produksi dan pelayanan yang baik [5]. Peningkatan kualitas didefinisikan dengan kegiatan manajemen yang mengukur suatu kualitas (karakteristik) dari produk serta membandingkan hasil produk yang diinginkan konsumen, serta mengambil keputusan untuk meningkatkan perbedaan standar produk. Penggunaan six sigma akan menyelesaikan permasalahan untuk meningkatkan kualitas produksi sesuai standar yang ingin dicapai.

(1) Sumber: [6], [7], [8], [9], [10]

Menghitung Rata-Rata Proporsi

Memastikan batasan pada p-chart atas dan bawah atau UCL (Upper Control Limit)dan LCL (Lower Control Limit) (2) (3)

Sumber: [6], [8], [9], [10], [11]

Defect For Million Opportunities (DPMO) merupakan suatu proses pengukuran tingkat peluang terjadinya penolakan (reject) produk sejuta kesempatan [12].

DPO = (4)

DPMO = DPO x 1.000.000 (5)

Sumber: [7], [8], [9], [10], [11]

Berikut merupakan tabel level sigma pada tabel 1 untuk mengetahui prosentase yang memasuki spesifikasi dari perusahaan UD Bumiaji Sejahtera.

Level Sigma Prosentase yang memasuki spesifikasi DPMO Keterangan
1 - sigma 30,99% 691.162,0 Sangat tidak kompetitif
2 - sigma 69,201% 308.538,0 Rata-rata industri indonesia
3 - sigma 93,321% 66.807,0 Rata-rata industri indonesia
4 - sigma 99,3791% 6.210,0 Rata-rata industri USA
5 - sigma 99,9771% 233,0 Rata-rata industri USA
6 - sigma 99,9998% 3,40 Industri Kelas dunia
Table 1.Level Sigma [13]

Kaizen adalah suatu peningkatan secara keberlanjutan yang berarti tindakan untuk perbaikan secara berkesinambungan dan terus menerus. Prinsip kaizen yang digunakan secara keberlanjutan sesuai yang ingin dicapai. Maka, metode kaizen merupakan metode yang diharapkan dapat memberikan suatu rekomendasi perbaikan dengan tujuan untuk mengurangi kerusakan atau defect dari suatu produk [1].

Metode

Penelitian berjudul analisa pengendalian dan perbaikan kualitas produksi jambu kristal dengan menggunakan metode six sigma dan kaizen memiliki beberapa tahap-tahap dalam penelitian, yaitu : (1) Tahapan awal yaitu memulai suatu penelitian. (2) Tahapan studi lapangan dengan observasi dan pengamatan yang mengindikasikan permasalahan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan penyelesaian. Tahapan penelitian ini dilakukan pada kegiatan produksi untuk menemukan kecacatan produk. (3) Studi Literatur berupa tahapan penelitian dengan menelaah dan membaca buku dan sumber-sumber referensi mengenai objek penelitian yang diteliti untuj menjadi bahan penulisan laporan. (4) Tahap identifikasi masalah, pada tahapan ini dilakukan untuk menentukan masalah yang perlu digali dan diperbaiki sebagai alasan utama untuk melakukan suatu penelitian. Penentuan rumusan masalah yang didapat adalah bagaimana pengendalian kualitas produksi buah jambu kristal dengan menggunakan metode six sigma dan metode kaizen untuk tindakan perbaikan kualitas produksi buah jambu kristal pada UD Bumiaji Sejahtera. (5) Data yang diperlukan pada penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi dan pengamatan langsung di lapang. Dan data sekunder merupakan data yang didapatkan dari referensi dan pustaka untuk mendukung output laporan. (6) Tahapan pengolahan data merupakan tahap peneliti melakukan pengolahan laporan dan analisa sesuai data yang didapatkan. Pengolahan tersebut diantaranya yaitu mengidentifikasi karakter CTQ (Critical to Quality), menentukan total defect produk yang ditransformasikan menjadi data statistika yang lebih mudah dipahami, mengidentifikasi akar penyebab CTQ, dan upaya perbaikan yang harus dilakukan untuk mengatasi faktor kecacatan produk. (7) Tahap analisa dan pembahasan, pada tahap ini digunakan dengan metode Six sigma untuk menganalisis faktor penyebab kecacatan produk buah jambu kristal paling besar dengan tahapan DMAIC. (8) Apabila faktor kecacatan sudah ditemukan maka tahap selanjutnya dilakukan tahapan rekomendasi perbaikan dengan menggunakan metode kaizen. Rekomendasi perbaikan ditentukan sesuai dengan penanganan masalah yang ada. (9) Tahap kesimpulan dan saran, tahapan ini didapatkan atas hasil penelitian berupa hasil kecacatan produk dengan metode six sigma dan metode kaizen yang menganalisa faktor kecacatan untuk menjadi usulan perbaikan bagi perusahaan. (10) Selesai, setelah tahapan semua telah dilakukan maka penelitian dapat terselesaikan.

Hasil dan Pembahasan

Pengolahan dan Analisis Data

Pada proses penilaian dan mengolah data yang dihasilkan dengan metode six sigma dapat menekan faktor-faktor penyebab kecacatan dari hasil produksi yang dipengaruhi oleh lingkungan, bahan, metode, mesin, dan manusia. Kemudian dilakukan pendekatan metode kaizen dengan pengontrolan dan pembiasaan untuk meningkatkan kualitas produk jambu kristal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

Total Produksi dan Total Defect

Data yang akan digunakan penelitian ini adalah data per panen pada jambu kristal berupa data total produksi dan total defect. Berikut merupakan total produksi dan total defect jambu kristal keempat panen pada tabel 2.

Panen ke- Total Produksi (Kg) Total Defect (Kg) Presentase Defect (%)
1 268 26 16,77
2 292 50 32,26
3 286 48 30,97
4 230 31 20,00
Jumlah 1076 155 100,00
Table 2.Total Produksi Dan Total Defect Jambu Kristal Keempat Panen

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa seluruh jumlah produksi dari keempat panen sebesar 1076 kg dan tota seluruh defect sebesar 155 kg. dari keempat panen tersebut jumlah panen tertinggi pada panen ke-2 dengan total produksi sebesar 292 kg dengan total defect sebesar 50 kg. sedangkan jumlah panen terendah pada panen ke-4 dengan total produksi sebesar 230 kg dengan total defect sebesar 31 kg.

Jenis Kecacatan Buah Jambu Kristal

Jenis kecacatan buah jambu kristal didasarkan pada hasil identifikasi dan pengamatan pada kegiatan penelitian sesuai pada kegiatan per panen. Berikut merupakan hasil data kecacatan produksi jambu kristal pada tabel 3.

Panen ke- Jenis Defect Total Defect (Kg)
Kematangan Tidak Seragam Bintik Hitam Busuk Pada Daging Buah Cacat pada Biji Cacat Bentuk
1 10 5 3 4 4 26
2 20 14 8 3 5 50
3 18 10 9 5 6 48
4 12 8 2 4 5 31
Jumlah 60 37 22 16 20 155
Table 3.Data Jenis Defect Produksi Jambu Kristal Keempat Panen

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa seluruh jumlah seluruh defect sebesar 155 kg. Dari kelima defect tersebut jenis defect tertinggi pada kematangan tidak seragam dengan jumlah defect keseluruhan 60 kg, sedangkan jenis defect terendah pada cacat pada biji sebesar 16 kg.

D. Analisis Pengendalian Kualitas Produk Buah Jambu Kristal dengan Metode Six sigma

Pada tahap ini merupakan tahap identifikasi objek dimana peneliti menentukan objek yang akan digunakan pada penelitiannya yaitu mengenai produksi jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera yang mengalami defect dengan rata-rata sebesar 25% atau sekitar 150 kg per panen dengan total produksi sebesar 1000 kg. Berikut merupakan histogram jenis defect pada gambar 1.

Figure 1.Histogram Jenis Defect

Tahap Identifikasi CTQ ( Critical To Quality )

Dari hasil gambar 1 dengan melihat proses produksi jambu kristal dari awal hingga akhir dapat diketahui jenis- jenis defect jambu kristal selama proses produksi berlangsung yaitu:

Kematangan tidak seragam, merupakan jambu kristal yang mengalami kematangan tidak seragam memiliki kombinasi buah matang dan tidak matang dalam satu pohon atau satu kelompok buah. Ini dapat mempengaruhi kualitas dan konsistensi rasa buah saat dikonsumsi

Bintik hitam, merupakan bintik hitam atau bercak pada kulit jambu biji bisa disebabkan oleh serangan peyakit atau hama, seperti jamur atau bakteri. Bintik hitam ini dapat mempengaruhi penampilan buah dan memperburuk kualitasnya.

Kehitaman atau kebusukan pada daging buah, merupakan jambu kristal yang mengalami kebusukan atau kehitaman pada dagingnya bisa disebabkan oleh serangan jamur atau bakteri. Ini umumnya terjadi ketika buah terinfeksi atau terluka, memungkinkan patogen masuk dan merusak daging buah.

Cacat bentuk, merupakan cacat bentuk dapat mencakup deformitas buah, misalnya buah yang berbentuk tidak teratur, terbelah, atau memiliki pertumbuhan yang tidak normal. Cacat bentuk ini mungkin disebabkan oleh faktor genetik, serangan hama atau penyakit, atau kondisi lingkungan yang tidak ideal selama pertumbuhan buah.

Cacat pada biji, merupakan cacat pada biji jambu kristal dapat mencakup biji yang rusak, terbelah, atau tidak berkembang dengan baik. Cacat pada biji dapat mempengaruhi kualitas biji dan juga kemampuan reproduksi tanaman.

Menentukan Presentase Defect

Penentuan persentase defect berdasarkan pada perhitungan jumlah jenis defect dibagi dengan total seluruh defect. Berikut merupakan presentase kelima jenis defect jambu kristal pada tabel 4.

Urutan Jenis Defect Jumlah Defect (Kg) Presentase Defect (%) Prosentase Kumulatif (%)
Kematangan Tidak Seragam 60 38,710 38,710
Bintik Hitam 37 23,871 62,581
Kehitaman / Busuk Pada Daging Buah 22 14,194 76,774
Cacat pada Biji 16 10,323 87,097
Cacat Bentuk 20 12,903 100,000
Jumlah 155
Table 4.Presentase Kelima jenis Defect Jambu Kristal

Berdasarkan hasil pada tabel 4 mengenai persentase defect pada tiap jenis defect jambu kristal per panen maka dapat diketahui bahwa dari kelima jenis defect tersebut, jumlah defect tertinggi pada jenis kecacatan berupa kematangan tidak seragam sebesar 60 kg dengan persentase sebesae 38,71%. Sedangkan pada jumlah terendah pada jenis kecacatan cacat biji yang hanya sebesar 16 kg dengan persentase 10,32%.

Berdasarkan hasil persentase pada tabel 4 akan disajikan dalam diagram pareto untuk menggambarkan persentase defect pada tiap jenis kecacatan buah jambu kristal. Berikut merupakan diagram pareto jenis defect jambu kristal pada gambar 2.

Figure 2.Diagram Pareto Jenis Defect Jambu Kristal

Dapat dilihat bahwa kematangan tidak seragam merupakan jenis defect terbesar selama panen pertama hingga panen ke empat dengan jumlah defect 60 kg dengan persentase defect sebesar 38,71 %.

Identifikasi CTQ ( Critical To Quality ) dengan Peta Kendali P

Peta kendali memiliki fungsi, yaitu dapat membantu perusahaan untuk mengetahui kapan sebaiknya perusahaan melakukan perbaikan kualitas. Setelah melihat tabel 1, maka dapat dilihat jumlah kerusakan pada jambu kristal produksi jambu kristal UD Bumiaji Sejahtera. Melalui data tersebut dapat diketahui apakah kerusakan masih dalam batas kendali statistik atau telah melebihi batas kendali. Berikut adalah cara untuk membuat peta kendali :

Menghitung Proporsi Kerusakan

Perhitungan proporsi kerusakan () adalah sebagai berikut:

Sub group 1 (panen ke 1) :

Hasil perhitungan diatas merupakan perhitungan prosentase kerusakan yang terjadi dalam proses produksi jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera pada panen ke pertama hingga panen ke empat. Hasil perhitungan dapat diperoleh dari jumlah kerusakan dalam subgroup dibagi dengan jumlah produksi dalam subgroup tersebut, dan dari ke empat subgroup tersebut, subgrioup ke dua memiliki prosentase kerusakan tertinggi, yaitu sebesar 0,2238 atau 22,38 %.

Menghitung Garis Pusat atau Central Line (CL)

Garis pusat merupakan rata-rata kerusakan yang terjadi pada jambu kristal pada panen pertama hingga panen ke empat. Perhitungan Central Line (CL) adalah sebagai berikut :

Sub group 1 (panen ke 1) :

CL =

Perhitungan Central Line (CL) merupakan perhitungan jumlah rata-rata dari kerusakan yang terjadi pada saat produksi jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera pada keempat panen. Perhitungan Central Line (CL) didapatkan dari pembagian jumlah total kerusakan dengan jumlah total produksi. Dari perhitungan diatas diperoleh jumlah nilai rata-rata kerusakan pada produksi jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera sebesar 38,75 kg. Hasil tersebut adalah rata-rata kerusakan yang terjadi pada proses produksi jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera pada keempat panen.

Menghitung Batas Kendali Atas atau Upper Control Limit (UCL)

Perhitungan ini dilakukan agar mengetahui batas kendali atas dalam proses produksi jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera. Perhitungan Upper Control Limit (UCL) sebagai berikut :

Sub group 1 (panen ke 1) :

Perhitungan Upper Control Limit (UCL) merupakan perhitungan batas kendali atas untuk kerusakan dalam proses produksi jambu kristal. Dari perhitungan diatas diperoleh batas kendali atas kerusakan pada produksi jambu kristal UD Bumiaji Sejahtera didapatkan pada panen pertama sebesar 0,20840, panen ke dua sebesar 0,20570, panen ke tiga sebesar 0,20634, dan panen ke empat sebesar 0,21351. Nilai tersebut merupakan batas atas proporsi kerusakan per jumlah produksi yang dihasilkan pada subgroup yang berada dalam batas kendali kerusakan. Subgroup yang dimaksud merupakan jumlah produksi keempat panen tahun 2023.

Menghitung Batas Kendali Bawah atau Lower Control Limit (LCL)

Perhitungan ini dilakukan agar mengetahui batas kendali bawah dalam proses produksi jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera. Perhitungan Lower Control Limit (LCL) sebagai berikut :

Sub group 1 (panen ke 1) :

Perhitungan Lower Control Limit (LCL) merupakan perhitungan batas kendali bawah untuk kerusakan dalam proses produksi jambu kristal. Dari perhitungan diatas diperoleh batas kendali atas kerusakan pada produksi jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera pada panen pertama sebesar 0,07970, panen ke dua sebesar 0,08240, panen ke tiga sebesar 0,08176, dan panen ke empat sebesar 0,07459. Nilai tersebut merupakan batas bawah proporsi kerusakan per jumlah produksi yang dihasilkan pada subgroup yang berada dalam batas kendali kerusakan. Subgroup yang dimaksud merupakan jumlah produksi pada panen pertama hingga panen ke empat tahun 2023. Berikut merupakan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat dalam tabel 5.

Jenis Defect (Kg)
Panen Kematangan Tidak Seragam Bintik Hitam Kehitaman / Busuk Pada Daging Buah Cacat pada Biji Cacat Bentuk
1 10 5 3 4 4
2 20 14 8 3 5
3 18 10 9 5 6
4 12 8 2 4 5
Total 60 37 22 16 20
Proporsi 0,22388 0,13805 0,08208 0,05970 0,07462
CL 0,14405 0,14405 0,14405 0,14405 0,14405
UCL 0,20840 0,20840 0,20840 0,20840 0,20840
LCL 0,07970 0,07970 0,07970 0,07970 0,07970
Table 5.Perhitungan Batas Kendali Kerusakan Jambu Kristal di UD Bumiaji

Berdasarkan dengan perhitungan tabel 5, dapat diketahui perhitungan batas kendali kerusakan produk jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera. Garis proporsi kematangan tidak seragam sebesar 0,22388, bintik hitam sebesar 0,13805, busuk pada daging buah sebesar 0,08208, cacat pada biji sebesar 0,05970, dan cacat bentuk sebesar 0,07462. Garis pusat atau Central Line (CL) sebesar 0,14405, batas kendali atas atau Upper Control Limit (UCL) sebesar pada panen pertama sebesar 0,20840, dan batas kendali bawah atau Lower Control Limit(LCL) sebesar pada panen pertama sebesar 0,07970. Berikut merupakan hasil dari perhitungan tabel 5 dengan dibuatkan peta kendali dalam bentuk gambar untuk mempermudah membaca adanya penyimpangan pada proses produksi jambu kristal pada gambar 3.

Figure 3.Peta Kendali

Dari perhitungan UCL dari data defect maka dapat digambarkan pada gambar 3 peta kendali p dengan diketahui terdapat nilai defect yang berada diluar batas atas, sehingga perlu untuk dilakukannya suatu pengendalian dan perbaikan proses produksi guna untuk mengurangi tingkat defect produk jambu kristal. Dilakukannya titk acuan tetap yang digunakan untuk tujuan perbandingan pengukuran yang dimasudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu produk dapat memenuhi kebutuhan spesifik perusahaan, sebelum produk itu diserahkan kepada konsumen. Dalam pengukuran ini digunakan satuan DPMO untuk menentukan tingkat sigma.

Perhitungan Nilai DPMO Dan Level Sigma

Perhitungan ini dilakukan agar mengetahui nilai DPMO dan level sigma produksi jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera. Perhitungan DPMO sebagai berikut:

Sub group 1 (panen ke 1) :

DPO = = = 0,019403

DPMO = DPO x 1.000.000 = 0,019403 x 1.000.000 = 19403

Hasil perhitungan nilai DPMO dan nilai level sigma akan disajikan pada tabel 6.

Panen ke- Total Produksi (Kg) Total Defect (Kg) CTQ DPO DPMO Level Sigma
1 268 26 5 0,0194 19403 3,57
2 292 50 5 0,03425 34247 3,32
3 286 48 5 0,03357 33566 3,33
4 230 31 5 0,02696 26957 3,43
Jumlah 1076 155 0,11417 114173 13,65
Rata-rata 269 38,75 5 0,02854 28543,1 3,4
Table 6.Rekapitulasi Hasil Perhitungan DPMO Dan Level Sigma Pada Panen Jambu Kristal

Nilai rata-rata DPMO= = = 28543,1

Nilai rata-rata Sigma= = = 3,4

Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukkan bahwa berdasarkan tabel konversi six sigma , UD Bumiaji Sejahtera berada pada level 3,4 atau bisa dikatakan berada pada level 3 dengan nilai rata-rata DPMO 28543,1 setiap 1.000.000 produksi yang dilakukan oleh UD Bumiaji Sejahtera. Maka dapat dikatakan perusahaan berada pada level 3 dan sekelas dengan rata-rata industri Indonesia.

Diagram Fis h bone

Figure 4. Fishbone Diagram

Dari diagram fishbone pada gambar 4 dapat diketahui bahwa timbulnya cacat jenis kematangan tidak seragam diakibatkan adanya 5 faktor milleu (lingkungan), machine (mesin), man (manusia), metode (metode), material (bahan). Berikut penjelasan mengenai faktor tersebut:

Faktor Lingkungan : Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, cahaya matahari, dan kondisi pertumbuhan dapat mempengaruhi tingkat kematangan buah. Perubahan suhu yang drastis, kelembaban yang tidak stabil, atau paparan cahaya matahari yang tidak merata dapat menyebabkan kematangan tidak seragam pada buah.

Faktor Bahan : Faktor bahan seperti kualitas dan keadaan bahan yang digunakan dalam proses penanaman dan pemeliharaan tanaman juga dapat mempengaruhi kematangan buah. Faktor seperti kualitas bibit, pemilihan varietas yang tepat, atau kualitas pupuk yang digunakan dapat berkontribusi terhadap kematangan yang tidak seragam.

Faktor Metode : Faktor metode seperti metode budidaya, termasuk pemangkasan, pemupukan, irigasi, dan pengendalian hama dan penyakit, dapat mempengaruhi kematangan buah. Jika praktik-praktik ini tidak dilakukan dengan konsisten atau tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, dapat menyebabkan kematangan yang tidak seragam pada buah.

Faktor Manusia : Faktor manusia seperti tindakan manusia dalam pemeliharaan tanaman, panen, dan penanganan buah juga dapat berkontribusi pada kematangan tidak seragam. Kurangnya pemahaman atau perhatian terhadap proses penanaman dan pemeliharaan yang tepat, metode panen yang tidak teratur, atau penanganan yang kasar dapat menyebabkan buah mengalami kematangan yang tidak seragam.

Pentingnya untuk memperhatikan semua faktor ini dan mejaga konsistensi dalam praktik budidaya serta penanganan buah agar mencapai kematangan yang lebih seragam. Memahami dan mengelola faktor-faktor ini dengan baik dapat membantu mengurangi kematangan tidak seragam pada buah jambu kristal dan memastikan kualitas yang lebih baik.

Analisis Perbaikan Kualitas Produk Buah Jambu Kristal dengan Metode Kaizen

1. Kaizen Five-M Checklist

Hasil analisis perbaikan kelima faktor penyebab kecacatan buah Jambu Kristal dengan Kaizen Five-M Checklist akan disajikan pada tabel 7.

No. Faktor Masalah Pemecahan Masalah (Usulan Perbaikan)
1 Lingkungan (Milleu) Suhu dan kelembapanHama dan penyakit Memantau dan menjaga kondisi suhu dan kelembapan sangat diperlukan untuk memperpanjang masa simpan dan meminimalisir kerugian akibat kerusakan buah. Apabila proses respirasi buah tidak ditekan maka hal ini akan mempercepat proses pematangan dan mempercepat proses pembusukan pada buah [14].Melakukan pembrongsongan (pembungkusan buah dengan plastik) dengan tujuan untuk mencegah pembusukan akibat hama dan penyakit. Selain itu dapat dilakukan penyemprotan pestisida [15]. Hama dan penyakit salah satunya seperti lalat buah menyebabkan kerusakan pada jambu kristal.
2 Bahan (Material) Kualitas pupukKualitas bibit Memilih kualitas pupuk akan berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi buah secara optimal. Tanaman yang memiliki nutrisi yang cukup dan baik akan menghasilkan buah dengan kualitas baik fisik maupun kimia yang baik [16].Melakukan pemilihan bibit dengan kualitas yang tepat akan berpengaruh dalam upaya meningkatkan produksi buah jambu yang memiliki kualitas yang baik. Hal tersebut karena bibit yang berkualitas memiliki tingkat pertumbuhan lebih sehat dan baik sehingga dapat mengoptimalkan jumlah produksi buah [17].
3 Metode (Methods) Penanaman PemupukanPerawatan dan PemeliharaanPanen dan Pasca panen Mengaplikasikan praktek budidaya yang tepat meliputi kegiatan penanaman, pemupukan, perawatan dan pemeliharaan, serta panen dan pascapanen. Dari keempat praktek tersebut, perawatan pemeliharan dan panen pascapanen harus lebih dilakukan dengan tepat karena sangat berpengaruh pada kualitas buah. Perawatan dan pemeliharaan untuk mengoptimalkan kualitas buah jambu kristal dilakukan dengan beberapa hal seperti penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan, pemupukan, dan pembungkusan [18].
4 Mesin (Machine) Penggunaan mesin dalam proses produksi (sortir) Dalam proses produksi buah jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera, mesin yang dimiliki yaitu mesin sortir untuk memisahkan berdasarkan tingkat kualitas buah. Mesin ini tidak menyebabkan kerusakan atau kecacatan pada buah jambu kristal sehingga pada faktor mesin tidak termasuk faktor penyebab kecacatan
Table 7.Analisis Perbaikan Dengan Kaizen Five-M Checklist
5 Manusia (Man) Kelalaian Tenaga kerja Melakukan suatu pembimbingan dan arahan (briefing) serta perbaikan pada SOP kerja untuk meminimalisir kelalaian pekerja [18]. Tenaga kerja yang melakukan suatu kelalaian atau kesalahan pada tahapan produksi mulai dari budidaya hingga panen dan pascapanen maka hal ini berisiko dapat menimbulkan kecacatan produk buah jambu kristal karena tidak menerapkan SOP dengan benar.
Table 8.

Berdasarkan dari tabel 7, melalui penerapan kaizen five-m checklist dapat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap lima elemen untuk mengidentifikasi area perbaikan, dan menerapkan tindakan perbaikan yang sesuai. Pendekatan ini mendorong perbaikan berkelanjutan, dengan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas dalam aspek manusia, metode, mesin, material, dan lingkungan, serta perusahaan dapat mencapai tujuan dengan lebih efektif dan mempertahankan daya saing yang lebih tinggi di pasar.

Kaizen Five Step Plan

Keuntungan dari pelaksanaan 5S adalah untuk mengurangi tingkat defect dan safety. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya penurunan produktifitas produksi, meningkatkan moral pekerja dan menyederhanakan lingkungan kerja. Usulan perbaikan cacat kematangan tidak seragam dengan Kaizen Five Step Plan akan disajikan pada tabel 8.

No. Pemecahan Masalah (Usulan Perbaikan) Kaizen Five Step Plan
1. Lingkungan (Milleu) :Memantau dan menjaga kondisi suhu dan kelembaban Mengontrol dan mencegah hama dan penyakit Seiri (Ringkas):Memantau kondisi cuaca dan iklim [19].Seiton (Rapi):Menyimpan buah jambu kristal pada tempat yang sesuai [14].Memisahkan buah yang terkontaminasi hama dan penyakit dari buah sehat [14].Seiso (Resik):Melakukan pencucian buah yang telah dipanen untuk menghilangkan kotoran dan hama yang menempel pada buah [20].Seiketsu (Rawat): Melakukan perawatan dan pemeliharaan tanaman agar dapat mencegah pertumbuhan hama dan penyakit yang merusak kualitas buah [18].Shitsuke (Rajin):Melakukan rutinitas dalam mengontrol kondisi lingkungan agar sesuai untuk pertumbuhan buah jambu kristal [18].
2. Bahan (Material) :Pemilihan kualitas bibit dan pupuk yang baik Seiri (Ringkas):Memberikan pupuk organik seperti pupuk kandang [18].Seiton (Rapi):Memilih bibit yang memiliki kondisi fisiologi yang baik dan tidak cacat [17].Melakukan pengaplikasian pupuk sesuai dengan takaran atau dosis [18].Seiso (Resik):Memilah bibit dan pupuk yang berkualitas baik [17].Seiketsu (Rawat): Melakukan perawatan pada bibit agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal [17].Shitsuke (Rajin):Memberikan pupuk secara rutin sesuai kebutuhan tanaman [18].Melakukan secara rutin pengontrolan pada tumbuh kembang bibit [17].
Table 9.Usulan Perbaikan Menggunakan Kaizen Five Step Plan
3. Metode (Method) :Pengaplikasian praktek budidaya yang tepat Seiri (Ringkas):Memberikan metode yang paling efektif dan efisien dalam pengaplikasian praktek yang tepat [18].Seiton (Rapi):Menyusun prosedur dalam metode budidaya dengan memberikan intruksi yang jelas untuk setiap tahap metode budidaya [18].Seiso (Resik):Melakukan metode pembersihan dan perawatan secara rutin dengan prosedur sesuai SOP [18].Seiketsu (Rawat): Menetapkan standar operasional yang jelas untuk metode budidaya yang digunakan, termasuk pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan teknik panen [18].Shitsuke (Rajin):Melakukan pelatihan pada petani dan pekerja pertanian mengenai metode budidaya yang baik dan pentingnya mematuhi standar operasional yang telah ditetapkan [18].Melakukan pemantauan dan evaluasi untuk memastikan penerapan dan kepatuhan terhadap metode budidaya yang telah ditentukan [18].
4. Manusia (Man) :Menerapkan SOP dengan benar Seiri (Ringkas):Mengidentifikasi dan mengevaluasi ketrampilan dan pengetahuan petani dan pekerja pertanian yang dapat mempengaruhi kematangan buah [18].Mengidentifikasi area dimana ada kekurangan atau kebutuhan peningkatan keterampilan [18].Seiton (Rapi):Menyusun rencana pengembangan keterampilan untuk petani dan pekerja pertanian [18].Memberikan pelatihan atau pendidikan yang relevan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam budidaya jambu kristal. [18].Seiso (Resik):Memberikan akses ke informasi terkini dan teknik terbaru dalam budidaya jambu kristal [18].Mefasilitasi pertukaran pengetahuan antara petani dan pekerja pertanian untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam mencapai kematangan yang seragam [18].Seiketsu (Rawat): Menetapkan standar kompetensi untuk petani dan pekerja pertanian dalam budidaya jambu kristal [18].Mendukung pengembangan individu melalui pelatihan, metoring, atau program pengembangan lainnya untuk mencapai standar yang ditetapkan [18].Shitsuke (Rajin):Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab petani dan pekerja pertanian terhadap budidaya jambu kristal [18].Memberikan penghargaan dan pengakuan kepada individu yang mencapai atau melebihi standar yang ditetapkan [18].
Table 10.

Berdasarkan dari tabel 8, melalui penerapan kaizen five step plan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, kualitas, serta perbaikan kualitas buah jambu kristal. Perbaikan pada faktor-faktor tersebut akan berkontribusi pada hasil panen yang lebih baik, mengurangi defect pada produksi jambu kristal, dan meningkatkan produktivitas dalam budidaya jambu kristal. Penerapan kaizen five step plan (seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke) juga mendorong disiplin, tanggung jawab, dan kesadaran akan pentingnya kebersihan, keteraturan, dan pemeliharaan lingkungan kerja yang optimal. Dengan mengaplikasikan langkah-langkah secara konsisten, budidaya jambu kristal akan lebih terorganisir, efisien, dan berkualitas, serta mendorong perbaikan berkelanjutan dalam manajemen kualitas produksi jambu kristal.

Simpulan

Faktor yang mempengaruhi kecacatan produk jambu kristal di UD Bumiaji Sejahtera dari hasil penelitian yaitu adanya kematangan tidak seragam, bintik hitam, busuk pada daging buah, cacat bentuk dan cacat pada biji. Penyebab yang mempengaruhi kecacatan produk dihasilkan dari penentuan critiqal to quality yang dilakukan menggunakan metode six sigma untuk pengendalian faktor kecacatan. Dengan tingkat kecacatan produk tertinggi dari keempat panen jambu kristal adalah kematangan tidak seragam, dihasilkan dari presentase defect sebesar 38,71% atau 60 kg. Berdasarkan dari hasil perhitungan didapatkan nilai rata-rata DPMO sebesar 28543,1 setiap 1.000.000 produksi yang dilakukan oleh UD Bumiaji Sejahtera, menunjukkan berdasarkan konversi level sigma senilai 3,4. Berdasarkan hasil analisa metode kaizen five-m checklist dan five step plan, dari kelima faktor yang menyebabkan kecacatan tersebut usulan perbaikan guna untuk mengurangi jumlah kecacatan pada produk jambu kristal. Oleh karena itu perlu diadakan pengawasan dan kontrol terhadap kelima faktor M dengan five step plan yang lebih ketat lagi yaitu (1) Melakukan rutinitas dalam mengontrol dan mencegah hama dan penyakit pada tanaman buah kristal, (2) Memberikan metode yang efektif dan efisien dalam pengaplikasian praktek yang tepat, (3) Melakukan metode pembersihan dan perawatan secara rutin dengan prosedur sesuai SOP, (4) Melakukan pengontrolan terhadap material atau pupuk sebelum digunakan, (5) Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab serta menetapkan standar kompetensi petani dan pekerja pertanian terhadap budidaya jambu kristal.

References

  1. T. A. Ashari and Y. A. Nugroho, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan Metode Six Sigma Dan Kaizen (Study Kasus; PT XYZ),” Jurnal Cakrawala Ilmiah, vol. 1, no. 10, pp. 105–123, 2022.
  2. D. N. F. Silitonga, Y. Bakhtiar, and A. Saleh, “Analisis Rantai Pemasaran Jambu Kristal (Studi Kasus Petani Jambu Kristal di Desa Neglasari) Marketing Chain Analysis of Crystal Guava (Study Case of Crystal Guava Farmer in Neglasari Village),” J. Pus. Inov. Masy., vol. 2, no. 5, pp. 832–839, 2020. [Online]. Available: https://journal.ipb.ac.id/index.php/pim/article/download/31735/20153.
  3. K. Rujianto and H. C. Wahyuni, “Pengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan Metode SQC dan HRA Guna,” Product. Optimation, Manuf. Syst., vol. 2, no. 1, pp. 1–11, 2018.
  4. I. Windani, U. Hasanah, and S. Rochimah, “Analisis Quality Control dalam Meningkatkan Kualitas Wortel Organik di PO. Sayur Organik Merbabu Kabupaten Semarang,” Jurnal Agro, vol. 10, no. 1, pp. 81–96, 2021.
  5. E. Fatmawana and W. Budiawan, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Amdk 240 Ml Pada PT. Tirta Investama (Aqua) Klaten Dengan Menggunakan Metode Seven Tools,” Industrial Engineering Online Journal, vol. 8, no. 2, 2019. [Online]. Available: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/view/23748.
  6. H. D. D. Samosir and Y. Setiawannie, “Analisa Pengendalian Kualitas Produk Ikan Tuna Dengan Metode Six Sigma Dan Analisa Kaizen di PT. Medan Tropical Canning & Industri Frozen,” IESM J., vol. 2, no. 1, pp. 42–53, 2021. Doi: http://dx.doi.org/10.22303/iesm%20journal.2.1.2021.42-53.
  7. M. R. Rosyidi and A. Rufaidah, “Pengendalian Kualitas Produk Tahu Dengan Pendekatan Six Sigma,” JIEM, vol. 17, no. 2, 2022. [Online]. Available: http://tekmapro.upnjatim.ac.id/index.php/tekmapro.
  8. B. Andika, P. Studi, T. Industri, U. P. Utama, and S. Sigma, “Perencanaan Pengendalian Kualitas Produk Plastik Kemasan Dengan Metode Six Sigma Pada PT. Bawar Sakti Indonesia,” IESM J., vol. 2, no. 2, pp. 198–208, 2021. Doi: http://dx.doi.org/10.22303/iesm%20journal.2.2.2021.198-208.
  9. J. Paulin, Ahmad, and Andres, “Pengendalian Kualitas Proses Printing Kemasan Polycellonium Menggunakan Metode Six Sigma Di PT. ACP,” J. Manaj. Tek. Inform., vol. 1, no. 1, pp. 60–72, 2022. Doi: https://doi.org/10.24912/jmti.v1i1.18276.
  10. N. Izzah and M. F. Rozi, “Analisis Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma-Dmaic dalam Upaya Mengurangi Kecacatan Produk Rebana pada UKM Alfiya Rebana Gresik,” Sains Manajemen, vol. 7, no. 1, pp. 13–25, 2019. Doi: http://dx.doi.org/10.25139/smj.v7i1.1234.
  11. U. Andalas, S. Level, and D. Pareto, “Penerapan Metode Six Sigma Pada PT. Amanah Insanillahia Untuk Mengurangi Jumlah Produk Cacat Air Mineral Dalam Kemasan,” J. Manaj. Usah., vol. 7, no. 4, pp. 39–49, 2018. Doi: https://doi.org/10.25077/jmu.7.4.50-60.2018.
  12. Suhadak and T. Sukmono, “Peningkatan Mutu Produk Dengan Pengendalian Kualitas Produksi,” Prozima, vol. 4, no. 2, pp. 41–50, 2020. Doi: http://doi.org/10.21070/prozima.v4i2.1306.
  13. K. Nabila and Rochmoeljati, “Menggunakan Metode Six Sigma Dan Perbaikan Dengan Kaizen (Studi Kasus: PT. XYZ),” Juminten J. Manaj. Ind. Teknol., vol. 1, no. 1, pp. 116–127, 2020.
  14. A. Lastriyanto, B. I. Bintoro, L. C. Hawa, and S. A. Wibowo, “Pengawetan Buah Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Segar dengan Teknologi Hypobaric Storage,” J. Hortik., vol. 10, no. 1, pp. 55–65, 2022.
  15. T. W. Saputra, W. Muhlison, S. Ristiyana, I. Purnamasari, and Y. Wijayanto, “Perlindungan Buah Jambu Kristal dari Serangan Lalat Buah Sebagai Optimalisasi Kualitas di Desa Tamanagung Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi,” J. Agr. Sci., vol. 6, no. 4, pp. 1101–1108, 2022.
  16. W. Elanda, “Pengaruh Pupuk Organik Cair Bokashi Kotoran Ayam dan Seleksi Buah Terhadap Kualitas Produksi Jambu Madu (Eugenia aquaeum Burm) Tabulampot,” J. Agron., vol. 2, pp. 1–12, 2022.
  17. I. C. Pradani, H. Rianto, and Y. E. Susilowati, “Pengaruh Macam Bahan Stek Dan Konsentrasi Filtrat Bawang Merah (Allium Cepa Fa. Ascalonicum, L.) Terhadap Pertumbuhan Bibit Jambu Air (Syzygium Aqueum, Burm) Varitas Citra,” J. Agr. Sci., vol. 4, no. 1, pp. 24–28, 2018.
  18. I. Taufik, M. Zaini, and B. Unteawati, “Pengendalian Proses Produksi Jambu Kristal Di UD OPQ Yogyakarta,” J. Agron., pp. 1–11, 2019.
  19. Y. Yanuari, M. G. Husada, and D. B. Utami, “Aplikasi Rekomendasi Jenis Tanaman Pangan Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW),” JOINTECS (J. Inf. Technol. Comput. Sci.), vol. 3, no. 1, 2018. Doi: 10.31328/jointecs.v3i1.495.
  20. Y. Silviani and H. Saktiningsih, “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Typhoid Dengan Pemanfaatan Antiseptik Jus Daun Sirih Hijau Sebagai Pencuci Buah Dan Sayur,” JPPM (J. Pengabdi. Pemberdaya. Masyarakat), vol. 4, no. 2, p. 293, 2020. Doi: 10.30595/jppm.v4i2.6605.