Optimizing Work Efficiency by Addressing Operator Fatigue Concerns
Innovation in Industrial Engineering
DOI: 10.21070/ijins.v25i2.1125

Optimizing Work Efficiency by Addressing Operator Fatigue Concerns


Mengoptimalkan Efisiensi Kerja dengan Mengatasi Masalah Kelelahan Operator

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo,Universitas Muhammadiyah Sidoarjo [https://ror.org/017hvgd88]
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo,Universitas Muhammadiyah Sidoarjo [https://ror.org/017hvgd88]
Indonesia

(*) Corresponding Author

Fatigue Mental Load Production Operators Shift Work Industrial Setting

Abstract

The study conducted at PT. Tjiwi Kimia aimed to assess the fatigue criteria and mental load experienced by production operators of cartoon box in the context of the company's 3-shift operation. Using the Bourdon Wiersma method for fatigue evaluation and the NASA TLX method for mental load analysis, findings revealed varying levels of fatigue and mental burden across different shifts. Notably, the morning shift exhibited "Good enough" speed fatigue but "Doubtful" accuracy fatigue, while the night shift showed "Enough" consistency fatigue. Furthermore, the mental burden was highest during the night shift, categorized as "High." These findings underscore the importance of addressing shift-related fatigue and mental load in industrial settings. Recommendations for implementing 3-shift rotations with weekends off and providing short breaks reflect potential strategies to mitigate worker fatigue and improve overall well-being. Future research could explore additional factors influencing worker fatigue and mental load, such as ergonomic interventions or technological advancements in production processes.

Highlight:

  1. Shift Work Effects: Assessing fatigue and mental load in industrial settings.
  2. Evaluation Methods: Bourdon Wiersma and NASA TLX for worker analysis.
  3. Improvement Suggestions: Implementing 3-shift rotations and providing breaks.

Keywoard: Fatigue, Mental Load, Production Operators, Shift Work, Industrial Setting

Pendahuluan

Kegiatan industri tidak terlepas dari shift kerja, shift kerja adalah suata cara mengorganisasikan kerja untuk mencapai produktivitas kerja sebagai pemenuhan tuntutan pelanggan [3].Shift kerja biasa terbagi menjadi tiga bagian yaitu pagi, sore dan malam. Jam kerja yang baik dalam 7 hari ialah sekitar 40 sampai 48 jam yang dibagi menjadi 5 dan 6 hari kerja. 30 menit menjadi jumlah maksimal untuk tambahan jam [4]. Kelelahan bahkan beban mental dapat terjadi pada pekerja apabila penerapan shift kerja tidak baik dan jam kerja melebihi batas yang sudah ditentukan. Kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas [5], beban kerja yang tidak optimal akan menimbulkan stress sedangkan beban kerja sedikit membuat jenuh [6]. Masalah ini sering dijumpai pada tempat kerja yang menerapkan jam kerja shift yang kurang tepat seperti pergantian shift kerja tidak tepat dan pengaturan shift kerja yang terlalu panjang atau pendek.

PT. Tjiwi Kimia merupakan perusahaan yang memproduksi produk berbahan kertas seperti kertas, amplop, kardus dan karton. Pada produksi cartoon box menerapkan 3 shift kerja dengan putaran 2-2-2 yang artinya 2 hari shift pagi, 2 hari shift siang, 2 hari shift malam dan 2 hari libur, lama kerja 7 jam dengan 1 jam istirahat. Kelelahan kerja dapat terjadi dari faktor internal seperti waktu kerja yang berlebihan, istirahat kurang, kerja malam, usia, umur dan gizi [7] dan faktor eksternal seperti suhu, kebisingan dan pencahayaan [8]. Sedangkan penyebab beban mental yaitu jenis pekerjaan, situasi kerja dan kurang motivasi [9]. Dari identifikasi di lapangan, karena putaran shift tersebut dan beban mental berupa tekanan dari atasan serta target produksi berdampak pada jam tidur operator kurang teratur, konsentrasi kerja menurun dan delay mesin saat mengganti material produksi.

Pada penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, penelitian tersebut dilakukan pada perusahan manufaktur yang menerapkan 2 shift yang mengakibatkan adanya timbul kelelahan pada operator khususnya di bagian pemecahan agregat. Metode yang digunakan ialah Bourdon Wiersma dengan hasil yang diperoleh dari analisis sistem kerja ini adalah shift 1 dan shift 2 memiliki tingkat kelelahan yang tidak sama[1]. Penelitian mengenai beban mental kerja juga dilakukan, penelitian tersebut merupakan perusahaan bergerak dibidang remanufacturing komponen-komponen alat berat di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan NASA TLX untuk menentukan nilai beban kerja mental pada Bagian General Over Houl (GOH) di PT. Universal Techno Reksa Jaya. [9]. Pada penelitian tersebut hanya sampai pada tahap pengukuran beban mental dan merekomendasikan penambahan SDM di bagian Section General Over Houl (GOH) agar dapat membagi jobs desk pekerjaan.

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kelelahan tingkat kecepatan, ketelitian dan konstansi tertinggi pada operator produksi cartoon box, mengetahui kategori beban mental kerja tertinggi pada operator produksi cartoon box tiap shift kerja, dan merekomendasikan putaran shift kerja yang baik. Untuk mendapatkan hasil tersebut diperlukan metode Bourdon Wiersma sebagai alat ukur tingkat kelelahan pada pekerjaan yang membutuhkan konstansi, kecepatan dan ketelitian tingkat tinggi dan untuk memperlambat kelelahan pekerja bagian produksi [10] dan NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) yang digunakan untuk mengukur beban kerja mental dengan mempertimbangkan enam skala yaitu KM (kebutuhan Mental), KF (Kebutuhan Fisik, (KW (Kebutuhan Waktu), P (Performansi), TF (Tingkat Frustasi) dan TU (Tingkat Usaha) [11], sehingga dapat mengetahui kelelahan dan beban kerja pada operator produksi akibat shift kerja serta melakukan perbaikan guna meningkatkan produktivitas kinerja operator dengan melakukan motivasi sebagai penunjang semangat kerja serta fasilitas olahraga dan ice breaking games digunakan sebagai bentuk hiburan untuk menjaga kebugaran staf. [9] dan memberi saran putaran shift kerja yang baik.

Metode

Pada penelitian ini menggunakan metode Bourdon Wiersma sebagai alat ukur kelelahan tingkat ketelitian, kecepatan, dan konstansi, dan metode NASA TLX untuk menganalisis beban mental. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh operator mesin produksi cartoon boxsebanyak 44 orang yang terdiri dari 4 grub masing-masing grub 11 orang. Sample diambil menggunakan teknik probability sampling yaitu pengambilan sampel secara acak karena populasi bersifat homogen [12] sebanyak 33 orang, 11 orang setiap shift.

Bourdon Wiersma ialah metode yang digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisis kelelahan pekerja berdasarkan ketelitian, kecepatan dan konstansi pekerjaannya [1]. Ada tiga langkah dalam perhitungan interpretasi menggunakan rumus tes Bourdon Wiersma. [8], ialah:

Kecepatan kerja yaitu kemampuan untuk menjalankan suatu kegiatan secara berulang serta berhubungan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Rumus perhitungan kecepatan pada tes Bourdon Wiersma sebagai berikut:

Kecepatan =∑ fx/N (1)

Sumber: [13]

Keterangan:

X: Waktu terendah-tertinggi

F: Frekuensi tiap-tiap kecepatan

fX: Jumlah frekuensi kecepatan

N: Jumlah baris

Ketelitian dapat meningkatkan kerapian, kecermatan dan keakuratan pekerjaan seseorang. Untuk menghitung ketelitian diperiksa setiap baris kelompok 4 titik yang dilewati atau salah mencoret yang bukan kelompok 4 titik. Yang dipakai adalah waktu dari baris ke 3 sampai dengan baris ke 27, sehingga jumlahnya 25 baris.

  1. Kecepatan kerja
  2. Ketelitian kerja
  3. Konstansi kerja

Konstansi artinya tidak terjadi perubahan secara terus menerus dalam waktu yang sama. Yang berarti perbedaan semakin kecil maka konstansi pekerjaan tambah tinggi atau sebaiknya. Rumus perhitungan konstansi pada tes Bourdon Wiersma sebagai berikut:

Konstansi = ∑fx2/ Kecepatan (2)

Sumber: [13]

Keterangan:

x: Deviasi/ X – M

Fx2: (x) deviasi x Fx

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan tes Bourdon Wiersma yaitu:

1. Form pengerjaan tes Bourdon Wiersma yang terdiri dari kelompok titik-titik dari 3 sampai 5 titik ( satu baris berisi 20 kelompok titik-titik dan semuanya berjumlah 30 baris). Contoh tes Boudon Wiersma :

Figure 1.Form Tes Bourdon Wiersma

2. Form pencatatan waktu pengerjaan, pensil dan stopwatch

3. Tabel skala penilaian tes Bourdon Wiersma

Kecepatan Ketelitian Konstansi Nilai WS Kriteria
- - - - 15-20 -
0-9,6 1 0-1,9 9 14 Baik
9,7-10,4 2 2-2,6 8,5 13 Cukup Baik
10,5-11,1 3 2,7-3,2 8 12 Cukup Baik
11,2-11,8 2-5 3,3-3,8 7,5 11 Cukup
11,9-12,6 6-7 3,9-4,5 7 10,5 Cukup
12,7-13,5 8-9 4,6-5,4 6,5 10 Cukup
13,6-14,6 10-12 5,5-6,7 6 9 Cukup
14,7-16,0 13-16 6,8-8,6 5,5 8 Ragu-Ragu
16,1-17,8 17-22 8,7-11,3 5 7,5 Ragu-Ragu
17,9-20,0 23-31 11,4-15,0 4,5 7 Ragu-Ragu
20,1-22,6 32-43 15,1-20,1 4 6,5 Kurang
22,7-25,4 44-58 20,2-25,9 3,5 6 Kurang
25,5-up 59-up 26,0-up 3 5 Kurang
- 0-2 0-5 Kurang
Table 1.Skala Penilaian Tes Bourdon Wiersma

Sumber: [13]

Metode NASA TLX dapat dipakai untuk menganalisis beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melaksanakan berbagai kegiatan dalam pekerjaannya [2]. Metode ini memiliki kelebihan yang mencakup enam skala indikator dalam pengukurannya, yaitu KM (kebutuhan Mental), KF (Kebutuhan Fisik, (KW (Kebutuhan Waktu), P (Performansi), TF (Tingkat Frustasi) dan TU (Tingkat Usaha) [14]. Dalam pengukuran beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA TLX , langkah – langkah sebagai berikut [9]:

a. Pembobotan, yaitu memilih 15 indikasi yang mendominasi untuk setiap pasangan berdasarkan keadaan masing-masing responden.

Figure 2.Perbandingan Berpasangan Dari Metode Nasa TLX

b. Penentuan rating dengan pengisian kuesioner 6 indikator secara subjektif melalui beban mental yang dirasakan masing-masing responden, Contoh :

Mental Demand (MD)

Seberapa besar usaha mental yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?

Figure 3.Alat Ukur Nasa TLX

c. Menghitung nilai Weighted Workload (WWL) = bobot x rating[15]

d. Menghitung rata-rata WWL dengan cara membagi WWL dengan jumlah total bobot sebanyak 15. Rata-rata WWL = WWL/15

e. Penentuan penilaian beban kerja, penilaian beban kerja memiliki kategori 5 tingkatan.

No Kategori Skala Interval
1 Rendah 0-9
2 Sedang 10-29
3 Agak Tinggi 30-49
4 Tinggi 50-79
5 Sangat Tinggi 80-100
Table 2.kategori penilaian beban kerja

Sumber: [9]

Berikut diagram alir dari penelitian ini :

Figure 4.Diagram Alir Penelitian

Figure 5.Diagram Alir Penelitian

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Skala Penilaian Tes Bourdon Wiersma

Hasil skala penilaian tes Bourdon Wiersma menggunakan tabel interspretasi kuantitatif. Hasil ini diperoleh dari nilai kecepatan, ketelitian dan konstansi operator produksi yang kriteria didapatkan berdasarkan skala dari 0-9 (kolom nilai) dan skor standar yang dipakai yaitu Weight Scores (WS) 0- 20.

1. Hasil Skala Penilaian Tes Bourdon Wiersma Tingkat Kecepatan

Penilaian Tes Bourdon Wiersma tingkat kecepatan dilakukan setelah semua data kecepatan pada shift pagi, sore dan malam diperoleh, selanjutnya dilakukan penilaian berdasarkan kriteria.

No Responden Bagian Kecepatan (detik) Nilai WS Kriteria
1 Bagas Carrugating A1 10 8,5 13 Cukup Baik
2 Dedik Carrugating A2 10,9 8 12 Cukup Baik
3 Nicko Carrugating B1 10,2 8,5 13 Cukup Baik
4 Siswanto Carrugating B2 10,5 8 12 Cukup Baik
5 Panut Double maker 11,1 8 12 Cukup Baik
6 Daniel Mesin potong A 10,8 8 12 Cukup Baik
7 Supri Mesin potong B 12 7 10,5 Cukup
8 Kholiq Mesin steker 10,6 8 12 Cukup Baik
9 Rio Mesin flexo A 11,7 7,5 11 Cukup
10 Haris Mesin flexo B 12,3 7 10,5 Cukup
11 Ngadiono Mesin Flexo C 11,3 7,5 11 Cukup
rata-rata 11 8 12 Cukup Baik
Table 3.Penilaian Kecepatan Tes Bourdon Wiersma Shift Pagi

Hasil rata-rata kecepatan mengerjakan tes Bourdon Wiersma operator produksi cartoon box shift pagi adalah 11 detik dengan nilai 8. Berdasarkan standar Weight Scores (WS) diketahui bahwa kecepatan kerja operator produksi shift pagi adalah 12 dengan kriteria “Cukup baik”.

No Responden Bagian Kecepatan (detik) Nilai WS Kriteria
1 Derry Carrugating A1 9,7 8,5 13 Cukup Baik
2 Agus Carrugating A2 9,5 9 14 Baik
3 Aziz Carrugating B1 9,0 9 14 Baik
4 Imam Carrugating B2 8,6 9 14 Baik
5 Fuad Double maker 8,7 9 14 Baik
6 Samiadi Mesin potong A 9,6 9 14 Baik
7 Yono Mesin potong B 9,1 9 14 Baik
8 Aldi Mesin steker 9,6 9 14 Baik
9 Pai Mesin flexo A 9,2 9 14 Baik
10 Zainal Mesin flexo B 8,5 9 14 Baik
11 Jainuri Mesin Flexo C 8,2 9 14 Baik
rata-rata 9,1 9 14 Baik
Table 4.Penilaian Kecepatan Tes Bourdon Wiersma Shift Sore

Hasil rata-rata kecepatan mengerjakan tes Bourdon Wiersma operator produksi cartoon box shift sore adalah 9,1 detik dengan nilai 9. Berdasarkan standar Weight Scores (WS) diketahui bahwa kecepatan kerja operator produksi shift sore adalah 14 dengan kriteria “Baik”.

No Responden Bagian Kecepatan (detik) Nilai WS Kriteria
1 Wahyudi Carrugating A1 9,6 9 14 Baik
2 Suyono Carrugating A2 9,8 8,5 13 Cukup Baik
3 Ferry Carrugating B1 8,3 9 14 Baik
4 Riono Carrugating B2 10,8 8 12 Cukup Baik
5 Alan Double maker 9,1 9 14 Baik
6 Sunar Mesin potong A 9,9 8,5 13 Cukup Baik
7 Samsul Mesin potong B 10,2 8,5 13 Cukup Baik
8 Gofur Mesin steker 11,2 7,5 11 Cukup
9 Bisri Mesin flexo A 10,4 8,5 13 Cukup Baik
10 Anton Mesin flexo B 11,5 7,5 11 Cukup
11 Sueb Mesin Flexo C 11,8 7,5 11 Cukup
rata-rata 10,2 8,5 13 Cukup Baik
Table 5.Penilaian Kecepatan Tes Bourdon Wiersma Shift Malam

Hasil rata-rata kecepatan mengerjakan tes Bourdon Wiersma operator produksi cartoon box shift malam adalah 10,2 detik dengan nilai 8,5. Berdasarkan standar Weight Scores (WS) diketahui bahwa kecepatan kerja operator produksi shift malam adalah 13 dengan kriteria “Cukup Baik”.

2. Hasil Skala Penilaian Tes Bourdon Wiersma Tingkat Ketelitian

Penilaian Tes Bourdon Wiersma Tingkat Ketelitian dilakukan setelah semua data rekapitulasi ketelitian pada shift pagi, sore dan malam diperoleh, selanjutnya dilakukan penilaian berdasarkan kriteria

No Responden Bagian Ketelitian Nilai WS Kriteria
1 Bagas Carrugating A1 19 5 7,5 Ragu-ragu
2 Dedik Carrugating A2 20 5 7,5 Ragu-ragu
3 Nicko Carrugating B1 18 5 7,5 Ragu-ragu
4 Siswanto Carrugating B2 17 5 7,5 Ragu-ragu
5 Panut Double maker 16 5,5 8 Ragu-ragu
6 Daniel Mesin potong A 22 5 7,5 Ragu-ragu
7 Supri Mesin potong B 13 5,5 8 Ragu-ragu
8 Kholiq Mesin steker 20 5 7,5 Ragu-ragu
9 Rio Mesin flexo A 18 5 7,5 Ragu-ragu
10 Haris Mesin flexo B 13 5,5 8 Ragu-ragu
11 Ngadiono Mesin Flexo C 19 5 7,5 Ragu-ragu
rata-rata 18 5 7,5 Ragu-ragu
Table 6.Penilaian Tingkat Ketelitian Tes Bourdon Wiersma Shift Pagi

Hasil rata-rata tingkat ketelitian shift pagi pada operator produksi cartoon box saat mengerjakan tes Bourdon Wiersma adalah 18 yang artinya rata-rata operator produksi shift pagi melakukan jumlah kesalahan dalam tes Bourdon Wiersma sebanyak 18 dengan nilai 5. Berdasarkan standar Weight Scores (WS) diketahui bahwa ketelitian kerja operator produksi shift pagi adalah 7,5 dengan kriteria “Ragu-ragu”.

No Responden Bagian Ketelitian Nilai WS Kriteria
1 Derry Carrugating A1 21 5 7,5 Ragu-ragu
2 Agus Carrugating A2 19 5 7,5 Ragu-ragu
3 Aziz Carrugating B1 11 6 9 Cukup
4 Imam Carrugating B2 20 5 7,5 Ragu-ragu
5 Fuad Double maker 13 5,5 8 Ragu-ragu
6 Samiadi Mesin potong A 14 5,5 8 Ragu-ragu
7 Yono Mesin potong B 15 5,5 8 Ragu-ragu
8 Aldi Mesin steker 17 5 7,5 Ragu-ragu
9 Pai Mesin flexo A 12 6 9 Cukup
10 Zainal Mesin flexo B 18 5 7,5 Ragu-ragu
11 Jainuri Mesin Flexo C 12 6 9 Cukup
rata-rata 16 5,5 8 Ragu-ragu
Table 7.Penilaian Tingkat Ketelitian Tes Bourdon Wiersma Shift Sore

Hasil rata-rata tingkat ketelitian shift sore pada operator produksi cartoon box saat mengerjakan tes Bourdon Wiersma adalah 16 yang artinya rata-rata operator produksi shift sore melakukan jumlah kesalahan dalam tes Bourdon Wiersma sebanyak 16 dengan nilai 5,5. Berdasarkan standar Weight Scores (WS) diketahui bahwa ketelitian kerja operator produksi shift sore adalah 8 dengan kriteria “Ragu-ragu”.

No Responden Bagian Ketelitian Nilai WS Kriteria
1 Wahyudi Carrugating A1 19 5 7,5 Ragu-ragu
2 Suyono Carrugating A2 24 4,5 7 Ragu-ragu
3 Ferry Carrugating B1 18 5 7,5 Ragu-ragu
4 Riono Carrugating B2 21 5 7,5 Ragu-ragu
5 Alan Double maker 16 5,5 8 Ragu-ragu
6 Sunar Mesin potong A 22 5 7,5 Ragu-ragu
7 Samsul Mesin potong B 17 5 7,5 Ragu-ragu
8 Gofur Mesin steker 10 6 9 Cukup
9 Bisri Mesin flexo A 20 5 7,5 Ragu-ragu
10 Anton Mesin flexo B 13 5,5 8 Ragu-ragu
11 Sueb Mesin Flexo C 7 7 7,5 Cukup
rata-rata 17 5 7,5 Ragu-ragu
Table 8.Penilaian Tingkat Ketelitian Tes Bourdon Wiersma Shift Malam

Hasil rata-rata tingkat ketelitian shift malam pada operator produksi cartoon box saat mengerjakan tes Bourdon Wiersma adalah 17 yang artinya rata-rata operator produksi shift malam melakukan jumlah kesalahan dalam tes Bourdon Wiersma sebanyak 17 degan nilai 5. Berdasarkan standar Weight Scores (WS) diketahui bahwa ketelitian kerja operator produksi shift malam adalah 7,5 dengan kriteria “Ragu-ragu”.

3. Hasil Skala Penilaian Tes Bourdon Wiersma Tingkat Konstansi

Penilaian tes Bourdon Wiersma tingkat konstansi dilakukan setelah semua data rekapitulasi konstansi pada shift pagi, sore dan malam diperoleh, selanjutnya dilakukan penilaian berdasarkan kriteria.

No Responden Bagian Konstansi Nilai WS Kriteria
1 Bagas Carrugating A1 7,7 5,5 8 Ragu-ragu
2 Dedik Carrugating A2 7,7 5,5 8 Ragu-ragu
3 Nicko Carrugating B1 8,8 5 7,5 Ragu-ragu
4 Siswanto Carrugating B2 8 5,5 8 Ragu-ragu
5 Panut Double maker 7 5,5 8 Ragu-ragu
6 Daniel Mesin potong A 4,9 6,5 10 Cukup
7 Supri Mesin potong B 6,4 6 9 Cukup
8 Kholiq Mesin steker 5,3 6,5 10 Cukup
9 Rio Mesin flexo A 5,4 6,5 10 Cukup
10 Haris Mesin flexo B 4 7 10,5 Cukup
11 Ngadiono Mesin Flexo C 3,3 7,5 11 Cukup
rata-rata 6,2 6 9 Cukup
Table 9.Penilaian Tingkat Konstansi Tes Bourdon Wiersma Shift Pagi

Hasil rata-rata tingkat konstansi shift pagi pada operator produksi cartoon box saat mengerjakan tes Bourdon Wiersma adalah 6,2 degan nilai 6. Berdasarkan standar Weight Scores (WS) diketahui bahwa konstansi kerja operator produksi shift pagi adalah 9 dengan kriteria “Cukup”.

No Responden Bagian Konstansi Nilai WS Kriteria
1 Derry Carrugating A1 10 5 7,5 Ragu-ragu
2 Agus Carrugating A2 9,5 5 7,5 Ragu-ragu
3 Aziz Carrugating B1 8,4 5,5 8 Ragu-ragu
4 Imam Carrugating B2 6,1 6 9 Cukup
5 Fuad Double maker 4,9 6,5 10 Cukup
6 Samiadi Mesin potong A 7,4 5,5 8 Ragu-ragu
7 Yono Mesin potong B 7,1 5,5 8 Ragu-ragu
8 Aldi Mesin steker 4,8 6,5 10 Cukup
9 Pai Mesin flexo A 5,9 6 9 Cukup
10 Zainal Mesin flexo B 3,1 8 12 Cukup Baik
11 Jainuri Mesin Flexo C 2,7 8 12 Cukup Baik
rata-rata 6,4 6 9 Cukup
Table 10.Penilaian Tingkat Konstansi Tes Bourdon Wiersma Shift Sore

Hasil rata-rata tingkat konstansi shift sore pada operator produksi cartoon box saat mengerjakan tes Bourdon Wiersma adalah 6,4 dengan nilai 6. Berdasarkan standar Weight Scores (WS) diketahui bahwa konstansi kerja operator produksi shift sore dalah 9 dengan kriteria “Cukup”.

No Responden Bagian Konstansi Nilai WS Kriteria
1 Wahyudi Carrugating A1 7,1 5,5 8 Ragu-ragu
2 Suyono Carrugating A2 6 6 9 Cukup
3 Ferry Carrugating B1 4,7 6,5 10 Cukup
4 Riono Carrugating B2 7,7 5,5 8 Ragu-ragu
5 Alan Double maker 6 6 9 Cukup
6 Sunar Mesin potong A 7 5,5 8 Ragu-ragu
7 Samsul Mesin potong B 8,4 5,5 8 Ragu-ragu
8 Gofur Mesin steker 7,7 5,5 8 Ragu-ragu
9 Bisri Mesin flexo A 7,1 5,5 8 Ragu-ragu
10 Anton Mesin flexo B 7,3 5,5 8 Ragu-ragu
11 Sueb Mesin Flexo C 4,5 7 10,5 Cukup
rata-rata 6,7 6 9 Cukup
Table 11.Penilaian Tingkat Konstansi Tes Bourdon Wiersma Shift Malam

Hasil rata-rata tingkat konstansi shift malam pada operator cartoon box produksi saat mengerjakan tes Bourdon Wiersma adalah 6,7 dengan nilai 6. Berdasarkan standar Weight Scores (WS) diketahui bahwa konstansi kerja operator produksi shift malam adalah 9 dengan kriteria “Cukup”.

B. Hasil Perhitungan Skor Nasa TLX

Pendekatan NASA TLX digunakan untuk menentukan beban mental kerja operator produksi. Tahap pertama yang dikerjakan adalah menentukan hasil total dari setiap aspek beban mental yang didapatkan berdasarkan perkalian rating dan bobot. Semua nilai dari aspek beban kerja mental tersebut lalu dijumlahkan agar memperoleh WWL (weighted work load). Nilai WWL dibagi 15 untuk memperoleh skor terakhir. Gabungan dari keenam pasangan aspek beban kerja mental diperoleh nilai 15.

Tabel 12. Perhitungan Skor Nasa TLX Shift Pagi

No Nama Bagian Aspek Bobot Rating Bobot x Rating Wwl Skor Kategori Beban Kerja
1 Bagas Corrugating KM 4 60 240 990 66 Tinggi
KF 3 70 210
KW 0 30 0
P 2 40 80
TF 1 60 60
TU 5 80 400
2 Dedik Corrugating KM 4 70 280 1.070 71 Tinggi
KF 5 80 400
KW 0 20 0
P 1 50 50
TF 2 65 130
TU 3 70 210
3 Nicko Corrugating KM 2 80 160 975 65 Tinggi
KF 3 75 225
KW 2 40 80
P 2 30 60
TF 2 65 130
TU 4 80 320
4 Siswanto Corrugating KM 3 60 180 940 63 Tinggi
KF 5 70 350
KW 1 30 30
P 1 40 40
TF 1 60 60
TU 4 70 280
5 Panut Double maker KM 3 80 240 1.110 74 Tinggi
KF 4 70 280
KW 4 80 320
P 0 20 0
TF 2 70 140
TU 2 65 130
6 Daniel Mesin Potong KM 3 80 240 1.075 72 Tinggi
KF 1 70 70
KW 4 90 360
P 4 55 220
TF 1 45 45
TU 2 70 140
7 Supri Mesin Potong KM 3 85 255 1.120 75 Tinggi
KF 2 75 150
KW 4 85 340
P 3 55 165
TF 1 60 60
TU 2 75 150
8 Kholiq Steker KM 0 70 70 1.270 85 Sangat Tinggi
KF 2 80 80
KW 5 90 90
P 4 85 85
TF 2 75 75
TU 2 85 85
9 Rio Flexo KM 2 70 140 1.175 78 Tinggi
KF 5 70 350
KW 4 90 360
P 0 35 0
TF 3 85 255
TU 1 70 70
10 Haris Flexo KM 4 85 340 1.180 79 Tinggi
KF 0 75 0
KW 4 80 320
P 2 50 100
TF 2 90 180
TU 3 80 240
11 Ngadion Flexo KM 1 70 70 1.250 83 Sangat Tinggi
KF 2 80 160
KW 5 95 475
P 1 80 80
TF 3 75 225
TU 3 80 240
Rata-rata 74 Tinggi
Table 12.Perhitungan Skor Nasa TLX Shift Pagi

Hasil insterprestasi skor pada operator produksi cartoon box shift pagi didapatkan kategori beban kerja “Tinggi” dengan nilai skor rata-rata 74. Dari 11 operator shift pagi terdapat 2 operator yang nilai rata-rata WWL (skor) berada di kategori “Sangat Tinggi” pada rentang nilai WWL 80-100 yaitu operator mesin steker atas nama Kholiq dengan nilai skor 85 dan operator mesin flexo C atas nama Ngadion dengan nilai skor 83.

No Nama Bagian Aspek Bobot Rating Bobot x Rating Wwl Skor Kategori Beban Kerja
1 Derry Corrugating KM 3 55 165 920 61 Tinggi
KF 4 75 300
KW 1 35 35
P 1 40 40
TF 2 60 120
TU 4 65 260
2 Agus Corrugating KM 3 50 150 905 60 Tinggi
KF 5 75 375
KW 1 35 35
P 1 55 55
TF 1 55 110
TU 3 60 180
3 Aziz Corrugating KM 1 60 60 1.010 67 Tinggi
KF 4 75 300
KW 0 30 0
P 2 30 60
TF 3 55 165
TU 5 85 425
4 Imam Corrugating KM 2 70 140 1.085 72 Tinggi
KF 5 80 400
KW 0 50 0
P 1 60 60
TF 4 65 260
TU 3 75 225
5 Fuad Double maker KM 2 80 160 1.190 79 Tinggi
KF 4 75 300
KW 5 85 425
P 1 50 50
TF 3 85 255
TU 0 85 0
6 Samiadi Mesin Potong KM 3 75 225 1.140 76 Tinggi
KF 3 75 225
KW 4 75 300
P 0 65 0
TF 3 80 240
TU 2 75 150
7 Yono Mesin Potong KM 2 80 160 1.145 76 Tinggi
KF 4 75 300
KW 5 85 425
P 1 50 50
TF 2 70 140
TU 1 70 70
8 Aldi Steker KM 1 75 74 1.184 79 Tinggi
KF 3 80 240
KW 4 90 360
P 2 85 170
TF 3 60 180
TU 2 80 160
9 Pai Flexo KM 3 60 180 1.090 73 Tinggi
KF 3 80 240
KW 4 85 340
P 2 45 90
TF 2 85 170
TU 1 70 70
10 Zainal Flexo KM 3 85 255 1.230 82 Sangat Tinggi
KF 0 85 0
KW 2 85 170
P 4 70 280
TF 3 90 270
TU 3 85 255
11 Jainuri Flexo KM 2 70 140 1.095 73 Tinggi
KF 3 75 225
KW 4 90 360
P 2 50 100
TF 2 60 120
TU 2 75 150
Rata-rata 73 Tinggi
Table 13.Perhitungan Skor Nasa TLX Shift Sore

Hasil insterprestasi skor pada operator produksi cartoon box shift sore didapatkan kategori beban kerja “Tinggi” dengan nilai skor rata-rata 73. Dari 11 operator shift pagi terdapat 1 operator yang nilai rata-rata WWL (skor) berada di kategori “Sangat Tinggi” pada rentang nilai WWL 80-100 yaitu operator mesin flexo B atas nama Zainal dengan nilai skor 82.

No Nama Bagian Aspek Bobot Rating Bobot x Rating Wwl Skor Kategori Beban Kerja
1 Wahyudi Corrugating KM 2 75 150 1.035 69 Tinggi
KF 5 70 350
KW 1 35 35
P 2 65 130
TF 3 70 210
TU 2 80 160
2 Suyono Corrugating KM 3 70 210 1.080 72 Tinggi
KF 4 75 300
KW 1 40 40
P 1 70 70
TF 2 70 140
TU 4 80 320
3 Ferry Corrugating KM 2 65 130 1.010 67 Tinggi
KF 5 70 350
KW 1 30 30
P 3 60 180
TF 2 75 150
TU 2 85 170
4 Riono Corrugating KM 1 80 80 945 63 Tinggi
KF 4 75 300
KW 2 30 60
P 2 50 100
TF 3 65 195
TU 3 70 210
5 Alan Double maker KM 3 85 255 1.250 83 Sangat Tinggi
KF 4 85 340
KW 4 85 340
P 2 70 140
TF 1 80 80
TU 1 95 95
6 Sunar Mesin Potong KM 2 75 150 1.165 78 Tinggi
KF 3 75 225
KW 4 85 340
P 1 50 50
TF 2 80 160
TU 3 80 240
7 Samsul Mesin Potong KM 3 85 255 1.190 79 Tinggi
KF 5 80 400
KW 4 80 320
P 2 60 120
TF 0 70 0
TU 1 95 95
8 Gofur Steker KM 2 80 160 1.340 89 Sangat Tinggi
KF 2 90 180
KW 5 95 475
P 3 85 255
TF 1 90 90
TU 2 90 180
9 Bisri Flexo KM 2 70 140 1.085 72 Tinggi
KF 3 75 225
KW 4 85 340
P 2 50 100
TF 2 70 140
TU 2 70 140
10 Anton Flexo KM 4 80 320 1.200 80 Sangat Tinggi
KF 1 80 80
KW 3 80 240
P 3 75 225
TF 3 85 255
TU 1 80 80
11 Sueb Fkexo KM 3 75 225 1.135 76 Tinggi
KF 4 75 300
KW 4 80 320
P 1 60 60
TF 2 70 140
TU 1 90 90
Rata-rata 75 Tinggi
Table 14.Perhitungan Skor Nasa TLX Shift Malam

Hasil insterprestasi skor pada operator produksi cartoon box shift malam didapatkan kategori beban kerja “Tinggi” dengan skor rata-rata 75. Dari 11 operator shift malam terdapat 3 operator yang nilai rata-rata WWL (skor) berada di kategori “Sangat Tinggi” pada rentang nilai WWL 80-100 yaitu operator mesin double maker atas nama Alan dengan nilai skor 83, operator mesin steker atas nama Gofur dengan nilai skor 89 dan operator flexo B atas nama Anton dengan nila skor 80.

Kesimpulan

Hasil pengolahan data penelitian kelelahan dan beban kerja operator produksi cartoon box, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Berdasarkan tes Bourdon Wiersma dari ketiga shift tersebut kelelahan tingkat kecepatan tertinggi adalah shift pagi dengan rata-rata 11 dan dikriteriakan “Cukup Baik”, kelelahan tingkat ketelitian tertinggi dari ketiga shift tersebut adalah shift pagi dengan rata-rata 18 dan dikriteriakan “Ragu-ragu” dan kelelahan tingkat konstansi tertinggi dari ketiga shift tersebut adalah shift malam dengan rata-rata 6,7 dan dikriteriakan “Cukup”. Sedangkan pengukuran beban mental operator produksi cartoon box menggunakan Nasa TLX pada shift pagi dikategorikan beban mental “Tinggi” dengan rata-rata 74, Shift sore dikategorikan beban mental “Tinggi” dengan rata-rata 73 dan shift malam dikategorikan beban mental “Tinggi” dengan rata-rata 75. Dari ketiga shift tersebut yang memiliki beban mental paling tinggi terdapat pada shift malam dengan rata-rata 75 dan dikategorikan “Tinggi”. Usulan perbaikan bagi perusahaan agar menerapkan 3 shift kerja perputaran 8 jam dan akhir minggu libur serta memberikan coffebreak 15 menit diluar jam istirahat pada operator produksi cartoon box.

References

  1. N. A. V. Putra and Sunardi, "Analysis of Work System to Reduce Worker Fatigue in Production Department Using Cardiovascular Load (CVL) and Bourdon Wiersma Method at PT. XYZ," 2021.
  2. S. F. Handika, E. Indah Yuslistyari, and R. Hidayatullah, "Analysis of Physical and Mental Workload of Production Operators at PD. MITRA SARI," 2020.
  3. A. P. Kakondo, R. Rahmahwati, S. Uslianti, et al., "Improvement of Shift Work in Palm Oil Industry Based on NASA-TLX at PT. ABC," 2022. [Online]. Available: https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jtinUNTAN/issue/view/
  4. D. Meireza, Suroto, and D. Lestantyo, "Analysis of Shift Working Systems on Work Fatigue Level of Gas Station Operators Using Bourdon Wiersma Method," J. Community Health, vol. 7, no. 4, pp. 213–218, 2019.
  5. F. P. Al Havish and B. I. Putra, "Design of Work Systems in Air Cooler Production Using Work Load Analysis (WLA) and Macroergonomic Analysis and Design (MEAD) Methods at PT GIJ," Procedia Eng. Life Sci., vol. 2, no. 2, 2022, doi: 10.21070/pels.v2i2.1291.
  6. H. R. Diniari, D. Keselamatan, K. Kerja, and K. Masyarakat, "Analysis of Work Stress Due to Mental Workload on Workers at PT. KERTA RAJASA RAYA," 2019.
  7. S. Rahmawati, R., & Afandi, "Factors Related to Work Fatigue among Nurses at Bangkinang District Hospital in 2019," J. Public Health Univ. Pahlawan Tuanku Tambusai Riau, vol. 3, no. 2, pp. 41–45, 2019.
  8. A. S. Mariawati, L. Herlina, A. Fitriyani, and A. Umyati, "Measurement of Bank Teller Work Fatigue Level Using Bourdon Wiersma Test," J. Ind. Serv., vol. 7, no. 2, p. 259, Apr. 2022, doi: 10.36055/jiss.v7i2.14432.
  9. Z. H. Zen and A. Adrian, "Analysis of Employee Mental Workload Using NASA TLX Method (Case Study: PT. Universal Tekno Reksajaya Pekanbaru, Riau)," J. Surya Teknol., vol. 6, no. 1, pp. 21–25, 2020, doi: 10.37859/jst.v6i1.1860.
  10. S. A. Sabhirah et al., "Analysis of Physical and Mental Workload of Production Department Using Cardiovascular Load (CVL) and Bourdon Wiersma Method at PT. Romi Violeta," vol. 2, no. 2, 2023.
  11. D. C. Dewi, "Analysis of Mental Workload of Machine Operators Using NASA TLX Method at PTJL," J. Ind. View, vol. 2, no. 2, pp. 20–28, 2020, doi: 10.26905/4881.
  12. D. Firmansyah and Dede, "General Sampling Techniques in Research Methodology: A Literature Review," J. Holistic Educ. Sci., vol. 1, no. 2, pp. 85–114, 2022, doi: 10.55927/jhes.v1i2.937.
  13. E. Aryanny and B. Baitil, "Analysis of Workload of Production Operators Using Cardiovascular Load (CVL) and Bourdon Wiersma Method to Reduce Fatigue at CV. XYZ," Tekmapro J. Ind. Eng. Manag., vol. 16, no. 1, pp. 59–70, 2021, doi: 10.33005/tekmapro.v16i1.150.
  14. S. F. Utami, R. Suarantalla, and K. Hermanto, "Analysis of Elementary School Teachers' Mental Workload Using NASA-TLX: A Case Study at Batu Tering Elementary School," J. Ind. Technol. Samawa, vol. 1, no. 2, pp. 14–18, 2020.
  15. F. Bayu and E. A. Nasution, "Measurement of Online Lecture Mental Workload of Industrial Engineering Students at USU Using NASA-TLX Method," Nat. Semin. Conf. IDEC 2020, no. 9, p. 2, 2020.