Abstract
This study examines the effectiveness of Pictorial Montage activities in enhancing fine motor skills among 5-6-year-old children in group B. Conducted through Classroom Action Research (CAR) with iterative cycles, the research involved 11 students from TK Tunas Bangsa Sukodono. Data collection included observation, interviews, and documentation. Results showed a gradual increase from 47% in pre-cycle to 90.1% in cycle II, indicating success in improving fine motor skills. These findings underscore the importance of engaging methods like Pictorial Montage for effective motor skill development in early childhood education.
Highlight:
- Montage enhances motor skills in children.
- Iterative CAR method for skill assessment.
- Notable improvement in fine motor proficiency.
Keyword: Fine motor skills, Pictorial Montage, Early childhood education, Classroom Action Research, Skill enhancement
Pendahuluan
Pemerintah sangat memperhatikan pendidikan anak usia dini sebagai pendidikan yang penting seperti yang tertulis pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, pasal I, Butir 14 menjelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukkan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun [2]. Anak diberi rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan serta perkembangan jasmani dan rohani, agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut [3]. Dalam proses mempersiapkan anak untuk ke jenjang Sekolah Dasar, pendidikan anak usia dini merupakan hal penting bagi mereka karena sebagai tempat bagi
mereka untuk bersosialisasi dengan orang lain dan mengembangkan karakternya. Kini pendidikan anak usia dini terbentuk dari kurikulum yang meliputi berbagai aspek, salah satunya aspek motorik.
Menurut Corbin perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak sejak bayi hingga dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak [4]. Perkembangan gerak tersebut melalui kegiatan pengendalian dari pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pada usia 4-6 tahun anak mulai memasuki masa preschool, masa ini anak memiliki banyak kelebihan dalam fisik-motorik. Hal tersebut di dukung oleh perkembangan sensorik motorik dikorteks yang memungkinkan koordinasi lebih baik antar apa yang di inginkan dengan apa yang mampu dilakukan anak [5].
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susuan saraf, otot, otak, dan spinal card [6]. Perkembangan motorik mencakup motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik halus bisa melalui keterampilannya yang dapat mempengaruhi perasaan senang, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan pertama kehidupannya, kekondisi yang bebas dan tidak bergantung, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah [7]. Motorik halus adalah suatu gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti menggunakan jari-jari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat [8]. Motorik halus merupakan salah satu perkembangan yang harus diperhatikan pada anak usia dini, karena banyak kegiatan yang membutuhkan kemampuan ini seperti kegiatan di sekolah maupun kegiatan di luar sekolah (kegiatan sehari-hari).
Pada kegiatan di sekolah anak menggunakan kemampuan motorik halusnya untuk menulis, menggambar, mewarnai, dan lainnya [9]. Motorik halus merupakan komponen yang mendukung bagi pengembangan lainnya, seperti pengembangan kognitif, sosial emosional anak. Pengembangan motorik halus yang benar dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan kognitif. Pengembangan keterampilan motorik halus dapat ditunjukkan dalam kemampuan kognitif anak yaitu ditunjukkan dengan kemampuan mengenali, membandingkan, menghubungkan, menyelesaikan masalah sederhana dan mempunyai banyak gagasan tentang berbagai konsep dan gejala sederhana yang ada di lingkungannya. Kurangnya kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan motorik halus akan memperlambat pertumbuhan dan kecerdasan pada anak [10].
Pada anak usia 5-6 tahun perkembangan motorik halus ditandai dengan indikator dapat menggambar orang dengan lengkap dan proposional, menggunting dengan berbagai media berdasarkan bentuk/pola, menggambar dengan garis- garis dan bangun dasar (lurus, lengkung, gelombang, zig-zag, lingkaran, segi tiga, segi empat), melukis dengan jari (fingerpainting), mencetak dengan sidik jari (fingerprint), dan lain-lain [11]. Diusia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna, seperti tangan, lengan serta tubuh bergerak dibawah koordinasi mata. Berbeda dengan usia 6 tahun, kemampuan anak lebih terkoordinasi dengan belajar menggunakan jemarinya untuk memegang pensil secara tepat [12]. Koordinasi tangan yang semakin terampil menunjukkan adanya perkembangan yang meningkat pada anak. Dengan adanya stimulus yang tepat menjadikan anak lebih mudah dalam melatih motoriknya.
Motorik halus anak menjadi dasar kemampuan sensitif terhadap gejala yang melingkupi kehidupan manusia baik masa kecil hingga dewasa mengenai ketelitian berkarya. Hal ini ditunjukkan melalui keterampilan motorik halus yang dapat dikembangkan dengan menggunakan jari jemari, seperti (1) Menggenggam, (2) Memegang, (3) Merobek, (4) Menggunting [13]. Widarmi menyatakan bahwa motorik halus ditandai dengan (1) Mengkoordinasikan tangan dalam memegang serta memindah benda besar dan kecil. (2)Menggunting gambar secara terkoordinasi dan menghasilkan gambar sesuai dengan pola. (3)Membuat coretan sederhana menjadi berbentuk. Selain itu, melalui kegiatan menggenggam mainan, mengancingkan baju, menulis, meronce, menggambar mampu mengembangkan motorik halus anak [14]. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut menyatakan bahwa kemampuan motorik halus anak akan semakin kuat apabila dilatih secara berulang-ulang, sehingga akan terbiasa melakukan kegiatan yang melibatkan otot-otot halusnya.
Dari hasil observasi yang dilakukan di TK Tunas Bangsa Sukodono, beberapa anak masih mengalami kesulitan dalam mengkoordinasi tangan seperti dalam menggerakkan gunting secara tepat, menyobek kertas yang cenderung besar, serta dalam melipat anak masih perlu bimbingan. Hal ini dikarenakan pengelolaan kelas yang masih belum tertata, penggunaan alat/ media kurang menarik dan penggunaan metode yang menyebabkan anak mudah bosan, sehingga minat anak dalam mengasah kemampuan motorik halus menjadi berkurang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Titis Awalia yang tentang Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase di RA AL-Hidayah bahwa adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok B dari siklus 1 sebesar 58% hingga siklus II sebesar 80% [15]. Penelitian yang dilakukan oleh M. Amirul Mukmini di TK Assyofa Kota Padang juga mengalami peningkatan dengan rata-rata pretes 68% hingga pada posttes 77% [16].
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Tunas Bangsa, maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas melalui kegiatan Montase Bergambar. Montase merupakan karya yang dibuat dengan cara memotong obyek gambar dari berbagai sumber kemudian ditempelkan pada suatu bidang sehingga menjadi satu kesatuan karya dan tema [17]. Karya Montase dihasilkan dari mengkomposisi beberapa gambar yang sudah ada dari berbagai sumber [18]. Pada kegiatan ini anak menggunting beberapa gambar yang di inginkan dari berbagai sumber, kemudian potongan gambar di tempelkan pada kertas kosong. Agar lebih bervariasi dan menarik untuk anak anak sehingga dapat
menambah coretan-coretan sederhana sesuai dengan imajinasi masing-masing [19]. Dengan ini kegiatan montase bergambar menjadikan anak lebih terampil dalam mengkoordinasi tangan melalui kegiatan menggunting, menggambar dan dapat mengasah imajinasi anak. Tujuan penelitian untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan montase bergambar pada usia 5-6 tahun di TK Tunas Bangsa Sukodono.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang merupakan proses penelitian dengan berbagai aturan dan langkah yang harus di ikuti, guna memecahkan serta memperbaiki masalah pembelajaran di dalam kelas menggunakan kegiatan menyenangkan [20]. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas ini dapat dilakukan secara berulang hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan. Umumnya PTK memiliki empat model/ tahapan dalam satu siklus, yakni (1) perencanaan/ planning dilakukan dengan menyusun RPP dan instrumen penilaian, (2) tindakan/ actingdilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai perencanaan, (3) pengamatan/observingdilakukan saat pembelajaran berlangsung dan mencatat di instrumen penilaian, (4) refleksi/reflecingdilakukan dengan menganalisis hasil belajar dan mengatasi permasalahan yang muncul saat pembelajaran berlangsung [21]. Tahapan dilakukan secara berulang hingga tercapai target yang diharapkan. Hasil analisis data dari anak yang belum mampu mengkoordinasi tangan dengan tepat maka peneliti memilih siswa kelompok B di TK Tunas Bangsa Kec. Sukodono sebagai subjek penelitian dengan jumlah 11 siswa. Lokasi penelitian bertempat di Perum. Griya Bhayangkara B1/no.1, Masangan Kulon, Kec. Sukodono, Kab. Sidoarjo. Sumber data diperoleh dari (1) observasimerupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya menggunakan pedoman penilaian bentuk check-list. (2) wawancara adalah mengumpulkan data melalui beberapa pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti bersama guru kelasnya. (3) dokumentasi ialah data fisik yang tersimpan berupa teks atau foto yang diambil saat penelitian berlangsung [22]. Data tersebut seperti catatan administrasi sekolah, jumlah pendidik dan peserta didik.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh untuk mengetahui keefektifan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan montase bergambar dilakukan perhitungan prosentase menggunakan rumus pada gambar 1.
Keterangan :
P = Persentase
F = Jumlah yang diperoleh dari hasil belajar N = Jumlah anak keseluruhan [23].
Prosentase yang dilakukan sebagai target pencapaian kemampuan motorik halus dalam penelitian ini dapat diinterpretasikan sebagai berikut : (1) Prosentase dinyatakan Tidak Berhasil apabila nilai yang diperoleh keseluruhan menunjukkan 0%-74%. (2) Prosentase dinyatakan Berhasil apabila nilai yang diperoleh keseluruhan menunjukkan 75%-100%. Penelitian untuk meningkatkan motorik halus ini mengacu pada pendapat Widarmi yang kemudian dikembangkan peneliti sebagai indikator, diantaranya (1)Mengkoordinasikan tangan dalam memegang serta memindah benda besar dan kecil. (2)Menggunting gambar secara terkoordinasi dan menghasilkan gambar sesuai dengan pola. (3)Membuat coretan sederhana menjadi berbentuk [24].
Hasil dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada kelompok B untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan Montase Bergambar. Berdasarkan observasi yang dilakukan sebelum tindakan penelitian (prasiklus), kemampuan motorik halus anak tergolong rendah yakni 47% seperti yang ditunjukkan pada tabel 1 dibawah ini.
No. | Nama | Hasil % | Keterangan |
1. | MC | 54,5% | Belum Tuntas |
2. | BM | 54,5% | Belum Tuntas |
3. | RA | 45,4% | Belum Tuntas |
4. | AF | 36,3% | Belum Tuntas |
5. | FA | 36,3% | Belum Tuntas |
6. | AQ | 45,4% | Belum Tuntas |
7. | NA | 45,4% | Belum Tuntas |
8. | AR | 63,7% | Belum Tuntas |
9. | HZ | 54,5% | Belum Tuntas |
10. | DN | 36,3% | Belum Tuntas |
11. | AN | 45,4% | Belum Tuntas |
Presentasi Ketuntasan Keseluruhan | 47% |
Dari hasil persentase prasiklus terlihat kemampuan motorik halus masih rendah karena keterbatasan media dan terbatasnya proses pembelajaran di sekolah selama masa pandemi COVID 19. Oleh karena itu, peneliti memiliki inovasi dalam mengembangkan motorik halus yang dirancang dengan menyenangkan, imajinatif dan bervariatif.
Dalam siklus I ini peneliti telah membuat perencanaan melalui kegiatan Montase Bergambar guna meningkatkan motorik halus anak di TK Tunas Bangsa. Beberapa tahap dalam penelitian (1) Peneliti menentukan topik pembahasan, menyusun rencana pembelajaran/ RPP, menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran Montase Bergambar, serta menyiapkan lembar penilaian. (2) Tindakan saat pembelajaran dengan melakukan ice breakingdilanjutkan kegiatan pembukaan, menjelaskan dan mengenalkan kegiatan, bebas memillih kegiatan yang telah disiapkan, dan kegiatan penutup/recalling. (3) mengamati proses pembelajaran saat berlangsung dan mencatat di lembar penilaian. (4) menganalisis hasil pembelajaran dan memperbaiki kekurangan saat pembelajaran tersebut. Berikut hasil pengamatan melalui kegiatan Montase Bergambar pada tabel 2.
No. | Nama | Hasil % | Keterangan |
1. | MC | 73% | Belum Tuntas |
2. | BM | 82% | Tuntas |
3. | RA | 54,5% | Belum Tuntas |
4. | AF | 73% | Belum Tuntas |
5. | FA | 73% | Belum Tuntas |
6. | AQ | 73% | Belum Tuntas |
7. | NA | 64% | Belum Tuntas |
8. | AR | 82% | Tuntas |
9. | HZ | 73% | Belum Tuntas |
10. | DN | 54,5% | Belum Tuntas |
11. | AN | 64% | Belum Tuntas |
Presentasi Ketuntasan Keseluruhan | 69,4% |
Dilihat dari hasil perolehan pada tabel 2 menunjukkan peningkatan dalam setiap indikator yang mendapat nilai presentase 69,4% yang menunjukkan sedikit peningkatan dari hasil belajar siswa yang sebelumnya pada prasiklus mendapat nilai persentase 47%. Namun, prosentase tersebut masih belum mencapai target yang ditentukan, maka dilakukan tindakan selanjutnya di siklus II.
Pada siklus II peneliti telah membuat perencanaan pembelajaran yang lebih kreatif dan mempermudah anak dalam belajar dengan mengganti alat/ media yang digunakan, seperti mengganti alat capit, memberi garis tepi pada gambar yang akan digunting, mengganti media tempel. Pelaksanaan siklus II terdapat 3 kelompok belajar dengan kegiatan
berbeda, setiap anak akan memilih kegiatan sesuai dengan minatnya. Berikut hasil pengamatan pada siklus II yang dapat dilihat pada tabel 3.
No. | Nama | Hasil % | Keterangan |
1. | MC | 90,9% | Tuntas |
2. | BM | 90,9% | Tuntas |
3. | RA | 81,3% | Tuntas |
4. | AF | 81,3% | Tuntas |
5. | FA | 90,1% | Tuntas |
6. | AQ | 81,3% | Tuntas |
7. | NA | 90,1% | Tuntas |
8. | AR | 90,9% | Tuntas |
9. | HZ | 90,1% | Tuntas |
10. | DN | 90,1% | Tuntas |
11. | AN | 81,3% | Tuntas |
Presentasi Ketuntasan Keseluruhan | 90,1% |
Hasil perolehan pada tabel 3 menunjukkan adanya peningkatan dengan hasil prsentase sebesar 90,1% yang sebelumnya pada siklus I mendapat 69,4%, maka menandakan bahwa motorik halus pada kelompok B sudah berkembang sesuai indikator yang ada. Hal ini menyatakan bahwa penerapan kegiatan Montase Bergambar sangat efektif dan efisien dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun. Berikut hasil rekapitulasi nilai kemampuan motorik halus anak pada tahap prasiklus, siklus I, siklus II pad kelompok B usia 5-6 tahun di TK Tunas Bangsa, Kec, Sukodono dapat dilihat tabel 5 dibawah ini.
Dari hasil gambar 2 menjelaskan bahwa ada peningkatan dari mulai prasiklus, siklus I, hingga siklus II. Dibuktikan saat melakukan pra siklus memperoleh hasil prosentase 47%, kemudian setelah diberikan tindakan pada siklus I mencapai hasil ketuntasan motorik halus sebesar 69,4%. Namun hasil pencapaian tersebut belum dikatakan berhasil, maka perlu adanya tindak lanjut pada siklus II. Oleh sebab itu, peneliti melakukan observasi dan memberi tindakan kembali dengan kegiatan yang lebih interaktif, maka diperoleh hasil ketuntasan sebesar 90,1%.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Laure E. Berk yang menyatakan bahwa gerak motorik halus anak meningkat ditandai dengan pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot dan syaraf kecil yang jauh lebih detail [25]. Anak usia dini sangat memerlukan stimulus secara tepat untuk mencapai perkembangan motoriknya. Oleh karena itu kegiatan Montase bergambar ini sangat cocok dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak untuk melatih koordinasi tangan dari lengan hingga jari jemari. Seperti yang dikemukakan oleh Bramain dan Eko Wijono yang mengatakan bahwa kegiatan Montase memberi kesempatan anak dalam mengkoordinasi tangan melalui mengggunting, menggambar dan menempel. Hal ini dilakukan dengan cara anak menggunting objek yang berasal dari berbagai sumber lalu menyusun beberapa objek tersebut dan dipadukan dengan menata letak gambar yang nanti ditanda dengan pensil gambar atau spidol kecil berwarna-warni [26].
Hasil penelitian ini juga ditunjang oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh M. Amirul Mukminin yang berjudul “Pengaruh Montase Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Di Taman Kanak-Kanak Assyofa Kota Padang” juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretest 68% sedangkan posttest 77%. Maka, dapat disimpulkan bahwa kegiatan Montase Bergambar dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun. Adapun aspek penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Widarmi yang kemudian
dikembangkan peneliti sebagai indikator, diantaranya (1) Mengkoordinasikan tangan dalam memegang serta memindah benda besar dan kecil. (2) Menggunting gambar secara terkoordinasi dan menghasilkan gambar sesuai dengan pola. (3) Membuat coretan sederhana menjadi berbentuk. Dengan demikian macam-macam jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis yang disesuaikan dengan aspek perkembangan dan kemampuan yang dimiliki anak, sebab stimulasi yang tepat menjadikan anak berkembang dengan baik.
Simpulan
Motorik halus merupakan gerakan yang melibatkan otot-otot kecil seperti jari-jari tangan dan pergelangan tangan yang selama ini menjadi dasar bagi kehidupan manusia dari masa kecil hingga dewasa mengenai ketelitian berkarya. Pada usia 3-6 tahun motorik halus anak dapat berkembang melalui kemampuan (1) Memegang, (2) Menggenggam,
(3) Merobek, (4) Menggunting, dan (5) Mencoret. Pemberian stimulus yang tepat akan mempermudah anak dalam mengasah kemampuan motorik, sehingga anak terbiasa melibatkan otot-otot halusnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam penelitian tindakan kelas ini mengangkat judul peningkatan kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan Montase Bergambar.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di TK Tunas Bangsa Ds. Masangan Kulon, Kec. Sukodono, Kab. Sidoarjo dapat disimpulkan adanya peningkatan motorik halus pada usia 5-6 tahun melalui kegiatan montase bergambar. Hasil peningkatan terjadi secara bertahap, di prasiklus prosentase diperoleh 47%, sedangkan siklus I prosentase sedikit meningkat sebesar 69,4%, namun masih belum mencapai hasil minimum sehingga perlu tindakan kembali di siklus II. Pada siklus II ini prosentase yang diperoleh lebih yakni sebesar 90,1%, maka kegiatan melalui montase bergambar ini dinyatakan berhasil. Dari hasil prosentase yang sudah dipaparkan menyatakan bahwa adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan Montase Bergambar di TK Tunas Bangsa Kec. Sukodono.
References
- S. Aisyah et al., "Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia Dini," Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Indonesia, 2015.
- Huda et al., "Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Aktivitas Montase," Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi, Indonesia, 2022.
- D. Santi, "Pendidikan Anak Usia Dini: Antara Teori dan Praktik," Edisi-1, Indeks, Jakarta, Indonesia, 2009.
- M. S. Sumantri, "Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini," Depdiknas, Jakarta, Indonesia, 2005.
- R. Hildayani et al., "Psikologi Perkembangan Anak, Jilid 1," Universitas Terbuka, Jakarta, Indonesia, 2014.
- Hasnida, "Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini," Luxima Metro Media, Jakarta Timur, Indonesia, 2014.
- Hurlock, "Perkembangan Motorik Halus," Depdiknas, Jakarta, Indonesia, 2007.
- F. S. et al., "Analisis Media Montase Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun," Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya, Indonesia, 2021.
- A. Ulfa, "Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Berbagai Kegiatan (Kajian Jurnal Paud)," Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia, 2021.
- M. Sumantri, "Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini," Depertemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Tenaga Perguruan Tinggi, Jakarta, Indonesia, 2005.
- B. Sujiono, "Pengembangan Metode Fisik," Universitas Terbuka, Jakarta, Indonesia, 2005.
- Depdiknas, "Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum dan Hasil Belajar Paud," Pusat Kurikulum Balitbang, Jakarta, Indonesia, 2008.
- N. Ardy, "Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang Tua dan Guru Dalam Membentuk Kemandirian dan Kedisiplinan Anak Usia Dini," Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, Indonesia, 2016.
- M. A. Mukminin et al., "Pengaruh Montase Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Di Taman Kanak-Kanak Assyofa Kota Padang," Indonesia, 2019.
- T. Awalia et al., "Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Kelompok B Ra Al-Hidayah Nanggungan Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk," Indonesia, 2017.
- A. Susanto, "Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya," Edisi Pertama, Kencana, Jakarta, Indonesia, 2012.
- F. A. N. Sari et al., "Efektivitas Terapi Bermain Montase Terhadap Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah Di Tk Aisyiyah Bustanul Athfal 44 Kota Bekasi," STIKes Abdi Nusantara Jakarta, Jakarta, Indonesia, 2022.
- S. Arikunto, "Penelitian Tindakan Kelas," PT. Bumi Aksara, Jakarta, Indonesia, 2012.
- S. Arikunto, "Prosedur Penelitian," Jakarta, Indonesia, 2013.
- W. Sanjaya, "Penelitian Tindakan Kelas," Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, Indonesia, 2015.
- A. Sudijono, "Pengantar Statistik Pendidikan," Edisi-1, RajaGrafindo Persada, Jakarta, Indonesia, 2008.
- C. H. Soetjiningsih, "Perkembangan Anak: Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-Kanak Akhir," Prenada Media Group, Jakarta, Indonesia, 2012.
- W. et al., "Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)," Indonesia, 2009.
- S. Verayanti et al., "Kreasi Kolase,