Enhancing Student Collaboration in Science Education Through Outdoor Learning Transformation
Innovation in Education
DOI: 10.21070/ijins.v25i2.1102

Enhancing Student Collaboration in Science Education Through Outdoor Learning Transformation


Meningkatkan Kolaborasi Siswa dalam Pendidikan Sains Melalui Transformasi Pembelajaran di Luar Kelas

Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Indonesia

(*) Corresponding Author

Outdoor learning Student collaboration Primary school Science education Qualitative research

Abstract

This study explores the efficacy of implementing outdoor learning to enhance student collaboration in fourth-grade science education at SD Muhammadiyah 1 Candi Sidoarjo, addressing a gap in research regarding its application in primary school science education. Using a descriptive qualitative approach with observation, interviews, and documentation, data analysis followed the Miles and Huberman model. Results indicate successful implementation of outdoor learning, fostering collaboration among students, particularly in accepting responsibility, assisting peers, and respecting opinions. Variations in collaboration effectiveness were noted between student groups. Findings suggest that carefully planned outdoor learning activities can create an engaging learning environment, improving student collaboration and overall learning outcomes in primary school science education.

 

Highlight

  1. Outdoor learning in primary science: Enhancing student collaboration and engagement.
  2. Qualitative approach: Investigating student perspectives on outdoor education.
  3. Effective peer interactions: Fostering teamwork in outdoor learning environments.

Keyword: Outdoor learning, Student collaboration, Primary school, Science education, Qualitative research

Pendahuluan

Pondasi dasar dalam kemajuan suatu negara ialah pendidikan [1]. Negara yang maju akan selalu memperhatikan dalam bidang pendidikan. Perbaikan pendidikan akan dikembangkan secara terus-menerus agar dapat melahirkan generasi penerus yang berakhlaq, adil serta cerdas. Membutuhkan sebuah proses dalam mengembangkan pendidikan yang berkualitas. Salah satu proses yang dilakukan untuk mengembangkan pendidikan yakni melakukan evaluasi pendidikan [2]. Perlunya untuk mengadakan evaluasi pendidikan agar mengetahui bagian tujuan pendidikan yang mana yang belum tercapai [3].

Guru adalah profesi yang memiliki nilai ibadah [4] Citra menjadi seorang guru semakin meningkat, karena menjadi seorang guru bukanlah pelarian, melainkan menjadi sebuah pilihan [5]. Dalam dunia pendidikan, guru merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru [6].

Kegiatan belajar mengajar tidak akan lepas dengan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam berinteraksi dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah sesuai dengan mata pelajaran [7]. Terutama dalam mata pelajaran IPA yang dimana mata pelajaran IPA ini membutuhkan sebuah metode pembelajaran yang dapat memberikan para siswa ruang bebas gerak agar pembelajaran secara berlangsung tidak membosankan serta dapat mengembangkan kompetensi dan menjelajahi alam sekitar secara ilmiah. Hal ini dikarenakan mata pelajaran IPA membutuhkan hal-hal yang konkret atau nyata serta belajar tidak selalu berada di dalam kelas, karena siswa juga membutuhkan ruang gerak untuk bebas berekspresi serta dapat mengamati benda-benda secara langsung. Anak memiliki kebiasaan yang aktif untuk melakukan sesuatu bukanlah tanpa dasar, karena anak harus dibiasakan dengan aktivitas yang menyenangkan serta membuat anak dapat menerima pembelajaran dengan hati gembira [8].

Problematika yang sering dijumpai para guru dalam kegiatan belajar mengajar ialah rasa bosan serta kejenuhan yang dirasakan oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran. Namun dalam hal ini kebanyakan guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah untuk kegiatan belajar mengajar serta masih seringnya ketidakhadiran guru atau meninggalkan kelas ketika selesai memberikan sebuah tugas kepada siswa. Maka guru harus melakukan sebuah inovasi atau terobosan baru untuk mengubah serta memerlukan sebuah metode pembelajaran yang mampu membuat para siswa menjadi aktif, kreatif dan inovatif [9]. Dalam hal ini pemilihan menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan, aktif serta membuat siswa kreatif akan mampu menciptakan suasana belajar yang antusias dalam kegiatan belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar yang memuaskan [10]. Salah satu metode yang dapat digunakan atas permasalahan tersebut yakni menggunakan metode Outdoor Learning.

Metode Outdoor Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai media sumber belajar. Metode ini dapat menciptakan suasana baru bagi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat membangun sebuah komunikatif, inspiratif serta kreatif [11]. Dalam konsep pembelajaran Outdoor Learning ini dari kegiatan belajar yang biasanya dilakukan di dalam kelas menjadi kegiatan belajar di luar kelas dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar dengan tujuan memudahkan para peserta didik untuk mengamati serta memahami sumber belajar secara langsung [12].

Kelebihan dalam metode Outdoor Learning ialah 1) dapat berhemat dalam hal biaya 2) efektif serta efisien 3) siswa mendapatkan pengalaman secara langsung atau nyata dalam proses pembelajaran 4) dapat lebih berkomunikatif karena siswa mudah memahami materi pembelajaran, dan 5) lingkungan di sekitar sekolah dapat digunakan menjadi bahan ajar. Selain memiliki kelebihan, metode Outdoor Learning juga memiliki beberapa kekurangan yakni 1) kurangnya persiapan sebelum melaksanakan kegiatan, seperti siswa yang susah untuk diatur 2) terkesan membutuhkan durasi waktu yang lama 3) sulitnya mengelola siswa 4) sulit untuk berkonsentrasi karena banyak gangguan dari luar serta perhatiannya bertuju di lingkungan yang terbuka [13]. Dari penjelasan diatas setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kelemahan dalam proses pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh [14] berjudul “Pengaruh metode outdoor learning didukung media RELIA terhadap kemampuan mengidentifikasi jenis-jenis tanah siswa kelas V SDN 1 SIKI kecamatan Dongko kabupaten Trenggalek Tahun pelajaran 2016/2017” menunjukkan bahwa penerapan metode Outdoor Learning terbukti berpengaruh kepada peningkatan nilai siswa hingga 74,20. Siswa mampu mengidentifikasi serta memahami pembelajaran yang telah sesuai dengan tema pelajaran yang telah ditentukan oleh guru. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian tersebut menggunakan metode Outdoor Learning dengan pendukung berupa media RELIA, sedangkan penelitian ini tidak menggunakan media pendukung dalam penerapan Outdoor Learning.

Penelitian yang dilakukan oleh [15] berjudul “Implementasi strategi Outdoor Learning variasi outbound untuk meningkatkan kreativitas dan kerjasama siswa sekolah dasar) menunjukkan bahwa strategi Outdoor Learning ialah solusi untuk mengasah serta meningkatkan kreativitas siswa dan melatih para siswa dalam memecahkan sebuah permasalahan, menumbuhkan kemandirian, bergotong royong, bekerjasama antar siswa dan mampu melatih siswa untuk mengendalikan emosi, menumbuhkan sikap ilmiah yang berdampak pada pada hasil belajar yang lebih maksimal. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu terletak pada penambahan variasi, yakni menggunakan model outbound, penelitian ini tidak menggunakan variasi apapun melainkan hanya menggunakan metode Outdoor Learningnya saja dalam menerapkan pembelajaran di luar kelas, sedangkan penelitian tersebut menggunakan tambahan variasi metode.

Hasil penelitian tersebut menghasilkan penggunaan strategi Outdoor Learning dengan melakukan penelitian penanaman keterampilan kerjasama dengan menggunakan indikator yang telah disusun, seperti kolaboratif, komunikasi, kontribusi, kepedulian , responsif serta partisipasi. Melalui penelitian tersebut, dari keenam indikator tersebut telah membuahkan hasil dari tahapan observasi serta dikembangkan dalam proses pembelajaran telah terlihat keseluruhan indikator yang sudah tercapai. Dengan menerapkan strategi Outdoor Learning serta divariasi dengan metode outbound mampu mengasah kreativitas dan kerjasama antar siswa. Peneliti juga telah merancang tahapan penerapan strategi Outdoor Learning yakni ada sebelas tahapan, (1) Melakukan orientasi pembelajaran melalui pemberian motivasi (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya (3) Pembentukan dan pembagian kelompok (4) Pembentukan pengalaman melalui aktivitas permainan (5) Memberikan instruksi kepada siswa agar berjalan dengan tertib menuju tempat belajar (6) Siswa mengumpulkan data berdasarkan prosedur kerja pada lembar kerja kelompok sesuai dengan tema pembelajaran (7) Siswa berdiskusi untuk menguji data yang dikumpulkan serta membuat project yang telah sesuai dengan lembar kerja kelompok (8) Melaksanakan aktivitas pembelajaran melalui permainan yang telah tersusun (9) Guru bersama dengan siswa mengupas, merenungkan serta mendiskusikan hasil belajar yang telah diperoleh dari pembelajaran (10) Guru bersama dengan siswa membentuk konsep kemudian dihubungkan bahan pembelajaran, dan (11) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan presentasi apa yang sudah diperoleh dari kegiatan kelompok dan siswa yang lainnya memberikan kritik dan saran.

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan mengenai penerapan metode Outdoor Learning pada pembelajaran IPA menghasilkan yang signifikan bahwa salah satu solusi bagi guru dan siswa dalam memecahkan kejenuhan pada saat proses pembelajaran ialah menerapkan kegiatan pembelajaran di luar kelas dengan perencanaan proses pembelajaran yang telah tersusun rapi serta memanfaatkan lingkungan sekitar agar siswa dapat berinteraksi dengan alam sekitar secara langsung, berdiskusi, mengidentifikasi, memahami dan memecahkan sebuah permasalahan secara bersama.

SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool UMSIDA merupakan sekolah islam swasta yang berbasis inklusi, yang berani dan terbuka untuk menyambut dan menerima semua siswa tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, hingga kebutuhan pendidikan. SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool UMSIDA juga dikenal sebagai sekolah yang menerapkan sistem pembelajaran di luar kelas (Outdoor Learning), mulai dari kelas satu hingga kelas enam. Hal ini diberlakukan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran serta memanfaatkan lingkungan sekolah untuk dapat merasakan belajar di luar kelas, serta menggali dan memahami informasi yang didapatkan para peserta didik lebih nyata.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SD Muhammadiyah 1 Candi Sidoarjo Labschool UMSIDA, bahwa peneliti menemukan satu solusi dalam menerapkan metode outdoor learning. Keunikan dalam menerapkan metode outdoor learning membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai fenomena tersebut melalui bentuk penelitian ini dengan mengetahui bentuk penerapan metode outdoor learning dalam mata pelajaran IPA serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan metode outdoor learning dalam meningkatkan kerjasama siswa pada mata pelajaran IPA.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana metode penelitian ini yang berlandaskan filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah serta kunci dari penelitian ini yakni peneliti sendiri [16]. Dalam pnelitian ini terdapat tiga informan yakni, kepala sekolah, guru kelas serta siswa kelas IV. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dimana penelitian deskriptif ini menggambarkan atau mendeskripsikan sebuah kejadian atau fenomena yang sedang terjadi berupa tulisan.

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan tiga cara yakni wawancara, observasi serta dokumentasi. 1) Observasi yang dilakukan oleh peneliti melalui observasi secara langsung untuk mengamati dengan memperhatikan pelaksanaan, perencanaan serta perkembangan tentang metode yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran. Penggunaan serta pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mampu membangun semangat belajar siswa, terkait kurikulum merdeka belajar serta penggunaan metode Outdoor Learning. 2) Wawancara yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Dalam melakukan wawancara kami membuat pedoman untuk wawancara, pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material yang lain dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. 3 ) Dokumentasi yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu serta ada bukti yang jelas dari beberapa kejadian atau peristiwa yang berupa tulisan atau gambar [17]. Dokumetasi sebagai pelengkap serta pendukung bagian dari pengumpulan data yang valid dari observasi dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman yang melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data melalui proses triangulasi.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Candi Sidoarjo Labschool UMSIDA pada bulan Februari-April 2023. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti melalui tiga teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara serta dokumentasi yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa di SD Muhammadiyah 1 Candi Sidoarjo Labschool UMSIDA merupakan sekolah yang memanfaatkan lingkungan sekitar untuk belajar di luar kelas. Tujuannya agar para siswa tidak mudah jenuh dan bosan ketika pelaksanaan kegiatan belajar. Karena tidak sedikit siswa yang mengalami kejenuhan ketika belajar yang hanya dilakukan di dalam kelas. Maka dari itu sekolah menerapkan kegiatan belajar di luar kelas (Outdoor Learning).

Penerapan metode outdoor learning dalam sekolah ini cukup unik, yakni diterapkan dua sampai tiga kali dalam seminggu. Hal ini dilakukan karena kebutuhan proses pembelajaran yang bertujuan agar para siswa dapat menggali dan memahami informasi yang didapatkan secara nyata dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk merasakan secara langsung terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan implementasi metode outdoor learning pada mata pelajaran IPA sebagai berikut:

1). Persiapan

Pada tahap persiapan ini guru merumuskan tujuan pembelajaran, guru menyiapkan tempat yaitu di teras kelas. Guru menyiapkan bahan dan alat yang akan dibawa untuk belajar di luar kelas (outdoor learning) seperti meja, kursi, peralatan tulis dan media. Guru juga memastikan bahwa siswa dalam keadaan nyaman, aman dan tidak terpaksa.

2). Pelaksanaan

Pelaksanaan outdoor learning di SD Muhammadiyah 1 Candi Sidoarjo Labschool UMSIDA, pada tanggal 11 April 2023 pukul 09.00 WIB dilaksanakan di teras depan kelas IV Ali bin Abi Thalib yang dibimbing secara langsung oleh guru kelas mereka. Para siswa telah dijelaskan sebelumnya mengenai tema pembelajaran tentang jual beli tersebut. Terdapat empat indikator untuk mengukur pola kerjasama siswa pada tabel di bawah ini:

No INDIKATOR SUB INDIKATOR
1 Menerima tanggung jawab. Mampu menyampaikan dan melaksanakan tugas dengan baik
2 Ringan tangan dalam membantu teman satu kelompok untuk menyelesaikan tugas. Saling membantu menyelesaikan tugas satu kelompok
3 Saling menghargai pendapat satu sama lain. Mempunyai sikap toleransi terhadap teman, menerima pandangan satu sama lain
4 Saling menghargai pekerjaan satu sama lain. Saling menduung satu sama lain
Table 1. Indikator Kerjasama Siswa

Keterangan Indikator:

1. Siswa berani menerima tanggung jawab.

2. Siswa memiliki sikap saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok.

3. Siswa memiliki sikap saling menghargai pendapat dalam satu kelompok.

4. Siswa memiliki sikap saling menghargai pekerjaan dalam satu kelompok.

Pada penelitian ini peneliti mengambil salah satu kelas sebagai sampel yaitu kelas IV Ali bin Abi Thalib yang berjumlah 16 siswa yang terdiri dari 2 kelompok. Satu kelompok berisi 8 orang siswa untuk melakukan pembelajaran di luar kelas (outdoor learning) dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok. Berdasarkan hasil penelitian dari observasi, wawancara dan dokumentasi bahwa secara umum kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran IPA di SD Muhammadiyah 1 Candi Sidoarjo Labschool UMSIDA siswa sudah dapat melaksanakan pembelajaran secara berkelompok dengan baik, hal ini terlihat pada saat observasi para siswa mampu menerima tanggung jawab, ringan tangan dalam membantu teman satu kelompok untuk menyelesaikan tugas, saling menghargai pendapat dan saling menghargai pekerjaan satu sama lain. Berikut ini merupakan gambar yang memperlihatkan kemampuan kerjasama siswa pada aspek menerima tanggung jawab.

Figure 1.Menerima tanggung jawab

Gambar 1 memperlihatkan siswa menerima tanggung jawab yang diberikan oleh guru. Hasil wawancara dengan subjek IBberkenaan dengan aspek tanggung jawab sebagai berikut;

Peneliti : apakah kamu siap menerima tanggung jawab yang diberikan oleh guru dalam kegiatan

pembelajaran di luar kelas (outdoor learning)?

Subjek IB :iya saya siap, ini saya diberikan tugas untuk menjadi ketua kelompok.

Peneliti : apakah sulit diberi tanggung jawab menjadi ketua kelompok?

Subjek IB : tidak, ini sudah terbiasa.

Siswa dengan sangat antuasias terlihat menjajakan dan menawarkan tugas jualannya kepada siswa lainnya, tidak hanya menawarkan jualannya tetapi siswa juga mengatasi berbagai kondisi yaitu salah satunya pembeli membayar dengan uang yang lebih besar nominalnya dari harga makanan yang dijual, otomatis mereka kebingungan saat mencari penukaran uang di kelompok sebelah. Namun dengan kerjasama mereka dapat mengatasi tanggung jawabnya dengan baik. Kemampuan kerjasama pada aspek ringan tangan dalam membantu teman untuk menyelesaikan tugas kelompok dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Figure 2.Ringan tangan dalam membantu teman untuk menyelesaikan tugas kelompok

Pada gambar 2 memperlihatkan bahwa para siswa memiliki sikap saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok. Hasil wawancara dengan subjek AS berkenaan dengan aspek ringan tangan dalam membantu teman untuk menyelesaikan tugas kelompok sebagai berikut;

Peneliti : apakah kamu senang dengan adanya tugas kelompok?

Subjek AS : senang, bisa mengerjakan tugas bersama

Peneliti : apakah ada temanmu yang tidak ikut mengerjakan tugas kelompok?

Subjek AS : tidak ada, semuanya ikut mengerjakan tugas kelompok

Siswa terlihat secara bergantian untuk membagi tugas dalam menyelesaikan pekerjaan, terlihat pada saat observasi siswa membagi tugasnya untuk saling membantu tidak membiarkan temannya menyelesaikan sendiri. Salah satunya ketika ramai pembeli datang siswa saling berkontribusi untuk melayani dan mengambilkan makanan yang mereka pilih untuk dimasukkan ke dalam kantong plastik. Kemampuan kerjasama pada aspek saling menghargai pendapat satu sama lain dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Figure 3. Saling menghargai pendapat satu sama lain

Pada gambar 3 memperlihatkan siswa saling menyampaikan ide satu sama lain untuk memberlakukan jualannya agar laris dan segera habis. Hasil wawancara dengan subjek KS berkenaan dengan aspek saling menghargai pendapat satu sama lain sebagai berikut;

Peneliti : apakah kelompok kamu saling bertukar pendapat?

Subjek KS : iya, banyak yang memunculkan ide juga .

Peneliti : bagaimana jika kamu berbeda pendapat dengan teman sekelompokmu? dan pendapatmu

tidak diterima?

Subjek KS : tidak apa-apa, saya tidak marah.

Hal ini terlihat pada saat observasi siswa saling mengemukakan pendapatnya dan saling menghargai pendapat temannya. Siswa dalam pola kerjasamanya terlihat tampak sedang beradu argumen dan memunculkan beberapa ide namun tetap terlihat tenang tanpa ada yang mencela atau menertawakan satu sama lain. Tidak ada siswa yang bertengkar atau emosional karena perbedaan pendapat. Mereka saling menghargai walau berbeda pendapat. Kemampuan kerjasama pada aspek saling menghargai pekerjaan satu sama lain dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Figure 4.Saling menghargai pekerjaan satu sama lain

Pada gambar 4 memperlihatkan siswa saling kerjasama untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hasil wawancara dengan subjek FI berkenan dengan aspek saling menghargai pekerjaan satu sama lain sebagai berikut;

Peneliti : apakah kelompokmu saling kerjasama dalam peker jaan setelah melakukan kegiatan belajar di luar

kelas (outdoor learning) ?

Subjek FI : iya, kita saling menghargai pekerjaan, tidak protes dengan pekerjaan teman kita. Saling mendukung.

Terlihat pada saat observasi siswa mengemasi semua benda dan barang yang telah selesai digunakan dalam kegiatan outdoor learningke dalam ruang kelas. Siswa saling kerjasama dan saling menghargai pekerjaan satu sama lain serta saling bertoleransi. Tidak ada yang mengerjakan sendiri, semuanya dikerjakan secara bersama sampai selesai. Ketika ada siswa yang terlihat tidak membantu temannya langsung ditegur untuk membantu pekerjaan.

3). Evaluasi

Tahap terakhir yakni evaluasi pembelajaran di luar kelas (outdoor learning). Siswa dengan guru melakukan evaluasi secara bersama. Membahas apa saja yang kurang dan apa saja yang belum terlaksana dengan baik terkait kerjasama dalam pembelajaran di luar kelas (outdoor learning). Setelah itu guru memperbaiki dan menindaklanjuti segalanya yang terkait dengan pembelajaran di luar kelas (outdoor learning).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa ada 2 kelompok dalam kegiatan belajar di luar kelas (outdoor learning). Pada kelompok pertama memperlihatkan para siswa menerima tanggung jawab dari guru yaitu salah satu anggota kelompok ada yang ditunjuk menjadi sebagai ketua kelompok. Siswa yang memiliki tanggung jawab tersebut mengatur dan membagi tuga secara adil dan rata. Kelompok pertama ini memiliki sikap saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok. Siswa terlihat secara bergantian untuk membagi tugas dalam menyelesaikan pekerjaan, terlihat pada saat observasi siswa membagi tugasnya untuk saling membantu tidak membiarkan temannya menyelesaikan sendiri. Salah satunya ketika ramai pembeli datang siswa saling berkontribusi untuk melayani dan mengambilkan makanan yang mereka pilih untuk dimasukkan ke dalam kantong plastik. Siswa juga saling menyampaikan ide satu sama lain untuk memberlakukan jualannya agar laris dan tejual habis. Hal ini terlihat pada saat observasi siswa saling mengemukakan pendapatnya dan saling menghargai pendapat temannya. Siswa dalam pola kerjasamanya terlihat nampak sedang beradu argumen namun tetap terlihat tenang tanpa ada yang mencela atau menertawakan satu sama lain. Tidak ada siswa yang bertengkar atau emosional karena berbeda pendapat. Mereka saling menghargai perbedaan pendapat. Namun berbeda dengan kelompok pertama, pada kelompok kedua ini kurang memperlihatkan sikap saling mendukung satu sama lain hal tersebut terlihat ketika observasi siswa membiarkan temannya melakukan pekerjaan sendiri. Selain itu metode outdoor learning telah mendorong aktivitas, imajinasi dan keterampilan kerjasama dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, serta menumbuhkan sikap kerjasama yang baik antar siswa, belajar yang menyenangkan menciptakan suasana belajar mengajar yang konstruktif.

Kedua kelompok yang telah melaksanakan kegiatan belajar di luar kelas (outdoor learning) telah menunjukkan bahwa kelompok pertama lebih terlihat kerjasamanya dari pada kelompok kedua yang masih kurang kerjasama dalam saling membantu pekerjaan. Pada kelompok pertama sudah terjalin dengan baik sesuai dengan 4 indikator, tidak ada siswa yang menyelesaikan pekerjaannya secara mandiri, semua dikerjakan secara bersama. Sedangkan kelompok dua masih belum sesuai indikator yang diukur, siswa terlihat belum kompak dalam menyelesaikan tugasnya. Dalam hal ini pembelajaran IPA menjadi lebih menyenangkan untuk dipelajari para siswa. Metode outdoor learning membuat para siswa bebas bergerak, berimajinasi dan dapat belajar secara langsung dengan lingkungan sekitar, tetap menjaga lingkungan sekitar untuk belajar, tidak merusak lingkungan supaya tetap dapat menikmati pembelajaran di luar kelas (outdoor learning).

Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan pada setiap tahap kerjasama adalah karena metode outdoor learning memberikan pengalaman belajar alternatif dengan melibatkan indera tambahan yaitu pendengaran, penciuman, peraba, penglihatan serta memberikan pengalaman yang berkesan karena siswa mengalami materi pelajaran secara langsung. Metode outdoor learning memiliki banyak manfaat dalam proses belajar yakni proses belajar lebih menarik, tidak membosankan sehingga menyebabkan motivasi belajar lebih tinggi, materi yang diajari lebih beragam, dapat dilakukan dengan belajar kelompok sehingga menumbuhkan sikap kerja sama yang baik antar teman. Selain hal tersebut, proses pembelajaran dengan metode outdoor learning dapat mengembangkan karakter seperti bertanggung jawab dengan baik terhadap tugas yang diberikan, saling membantu sesama teman dalam menyelesaikan tugas, menghargai teman yang memiliki pendapat berbeda, dan saling menghargai sesama teman dalam menuntaskan tugas.

Simpulan

Dalam pelaksanaan penerapan metode outdoor learning di SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool UMSIDA bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang berbeda, mampu meningkatkan minat belajar siswa serta mampu meningkatkan kerjasama siswa. Sikap kerjasama diutamakan dalam hal apapun termasuk pada saat siswa sedang menerima tugas kelompok, diharapkan para siswa mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara bersama hingga terciptanya sikap kerjasama yang baik dalam diri siswa. Karena sikap kerjasama antar siswa memang tidak mudah untuk ditanamkan butuh membiasakan sikap saling kerjasama agar terbiasa tetanam dalam diri siswa untuk muncul sikap tersebut.

Metode outdoor learning dalam mata pembelajaran IPA diterapkan di SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool UMSIDA pada kelas IV ini terbilang berhasil dan unik, karena metode outdoor learning yang dilaksanakan dua sampai tiga kali dalam satu minggu. Hal ini dapat dilakukan karena kebutuhan proses kegiatan belajar mengajar. Tentu dengan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang sudah tertata oleh para guru kelas yang akan melaksanakan kegiatan outdoor learning, lokasi yang dijadikan pembelajaran pasti sudah di pilih dengan keamanan dan nyaman serta melakukan evaluasi hasil belajar di luar kelas apa saja tujuan pembelajaran yang telah dicapai.

References

  1. J. H. Pranowo, "Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III (Studi Atas Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia)," Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Jakarta, 2012.
  2. M. Kangas, "Creative and Playful Learning: Learning Through Game Co-Creation and Games in a Playful Learning Environment," Thing Skills and Creativity, vol. 5, no. 1, pp. 1-5, 2010.
  3. M. Afandi, E. Chamalah, and O. Wardani, Model Dan Metode. Pembelajaran di Sekolah. Semarang: Unissula Press, 2013.
  4. F. P. Geofani, "Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menulis Dongeng dengan Menggunakan Metode Outingclass pada Siswa Kelas V Semester 2 di SD N 1 Majegan Tahun Ajaran 2018/2019," Ph.D. dissertation, IAIN SALATIGA, 2019.
  5. Barnawi and Arifin, Microteaching. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2019.
  6. S. P. Yepi, "Peningkatan Kualitas Pendidikan Sebagai Pencetak Sumber Daya Handal," in Proceedings International Seminar FoE, STKIP PGRI Tulungagung, 2016.
  7. M. Kristiawan et al., Inovasi Pendidikan. Jawa Timur: Wade Group National Publishing, pp. 1-7, 2018.
  8. D. Shafira, A. Armanila, and I. K. Siregar, "Hubungan Interior Ruang Belajar dan Bermain Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini," Journal of Early Childhood and Character Education, vol. 2, no. 1, pp. 1-16, 2022.
  9. N. Fadila and N. Hariyati, "Implementasi Pembelajaran Luar Kelas (Outdoor Learning) di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya," Inspirasi Manajemen Pendidikan, vol. 7, no. 1, 2019.
  10. I. Manungki and M. R. Manahung, "Metode Outdoor Learning dan Minat Belajar," Educator: Directory of Elementary Education Journal, vol. 2, no. 1, pp. 82-109, 2021.
  11. M. A. Naibaho and M. W. Saragih, "Memperkuat Pondasi Pendidikan: Anak Muda Berkontribusi dalam Meningkatkan Literasi dan Numerasi di SDN 068344," Educational Journal of Islamic Management, vol. 3, no. 1, pp. 37-42, 2023.
  12. Rusman, Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo, 2012.
  13. A. Ririn, "Penerapan Metode Outdoor Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar di Kelas IV SDN 1 Way Halim Bandar Lampung," Skripsi Sarjana, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019.
  14. T. Sugiharti, "Pengaruh Metode Outdoor Learning Didukung Media Realia Terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Jenis-Jenis Tanah Siswa Kelas V SDN 1 SIKI Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek," Artikel Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2017.
  15. R. A. Akhmad, S. Punaji, and S. Cholis, "Implementasi Strategi Outdoor Learning Variasi Outbound untuk Meningkatkan Kreativitas dan Kerjasama Siswa Sekolah Dasar," Jurnal Pendidikan, vol. 3, no. 4, pp. 453-459, 2018.
  16. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008.
  17. G. Miles and M. Huberman, Qualitative Data Analysis. California: Sage Publications, 1994.