Mosaic Mastery Elevates Global Early Childhood Motor Skills
Innovation in Education
DOI: 10.21070/ijins.v25i2.1100

Mosaic Mastery Elevates Global Early Childhood Motor Skills


Penguasaan Mosaik Meningkatkan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini Secara Global

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo,Universitas Muhammadiyah Sidoarjo [https://ror.org/017hvgd88]
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Fine Motor Skills Mosaic Activities Loose Parts Materials Early Childhood Education Class Action Research

Abstract

This class action research investigates the efficacy of mosaic activities with loose parts materials in enhancing fine motor skills among 5-6-year-old children at TK Dharma Wanita Persatuan Anggaswangi. Utilizing observation, interviews, and documentation, the study conducted three cycles of research, observing a significant improvement from 52.8% to 82.4% in children's fine motor skills. These findings highlight the effectiveness of incorporating mosaic activities with loose parts materials in early childhood education, offering insights for educators and curriculum developers aiming to enrich motor skills development in young learners.

Highlight:

  1. Novel Method: Enhancing fine motor skills through engaging mosaic activities.
  2. Substantial Growth: Children exhibit significant improvement in fine motor skills.
  3. Educational Relevance: Insights for integrating effective motor skill activities in curricula.

Keywoard: Fine Motor Skills, Mosaic Activities, Loose Parts Materials, Early Childhood Education, Class Action Research.

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan prasekolah sebagai suatu upaya pembinaan yang diberikan kepada anak – anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun [1]. Pendidikan usia dini ini merupakan pendidikan yang paling tepat untuk meletakkan dasar pertama dan utama dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak. Dalam perkembangannya setiap anak memiliki perbedaan dalam segi kualitas maupun tingkat perkembangannya dan setiap anak memiliki karakteristik tersendiri. Perkembangan motorik anak usia dini merupakan hal terpenting bagi anak dalam menerima rangsangan atau respon dari lingkungan. Menurut Depdiknas anak usia 5-6 tahun dalam perkembangan motorik halus sudah meningkat, anak mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain misalnya: makan, mandi, memasang kancing, mencuci dan mengelap tangan, mengikat tali sepatu, memegang pensil dengan benar, membuat dengan bentuk berbagai media, meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung, dan lingkaran, meniru melipat kertas sederhana, dan menjahit bervariasi [2].

Motorik halus adalah sebuah gerakan yang memerlukan kontrol otot – otot ukuran kecil,untuk mencapai tujuan tertentu yang meliputi koordinasi mata, tangan dan gerakan yang membutuhkan gerakan tangan atau jari untuk pekerjaan dengan ketelitian tinggi [3]. Kemampuan motorik terbagi menjadi dua bagian, meliputi gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus. Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan otot-otot kecil yang mana gerakannya lebih menuntut koordinasi mata dengan tangan dan melibatkan koordinasi saraf otot. Sedangkan kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan [4].

Motorik halus anak merupakan pengendalian gerak tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot dan otak. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih [5]. Secara umum perkembangan motorik kasar anak berkembang lebih dahulu dibandingkan motorik halus anak. Oleh karena itu, agar motorik kasar dan motorik halus anak berkembang secara seimbang maka diperlukannya stimulasi, sehingga anak tidak hanya mampu berlari, melompat, meloncat, menendang tetapi kemampuan dalam motorik halus anak seperti menulis, menggunting, menggambar, meronce, menempel, menjumput, meremas yang melibatkan otot tangan juga dapat berkembang sesuai dengan usia anak. Faktor utama yang berperan penting dalam mengembangkan motorik halus anak adalah peran guru dan orang tua. Guru dapat memberikan stimulasi berupa kegiatan menarik yang dapat melatih otot-otot tangan, dan melatih koordinasi mata dan tangannya. Anak secara mandiri sudah dapat mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media [6]. Anak anak mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus [7].

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Dharma Wanita Persatuan Anggaswangi pada kelompok B terdapat 20 anak yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 12 anak laki – laki. Ketika anak melakukan kegiatan yang menggunakan kemampuan motorik halus masih ditemukan 17 anak yang masih belum optimal. Ditandai dengan anak masih mengalami kesulitan untuk menggerakkan koordinasi mata dan tangan khususnya dalam kegiatan menggunting, menempel benda – benda kecil, dan kesulitan ketika menggunakan jari jemari tangan pada kegiatan menjumput bahan yang sudah dipotong atau digunting. Selain itu pada saat kegiatan menempel bahan pada pola gambar, anak – anak menempel bahan tidak sesuai dengan pola bahkan ada yang menempel tidak memenuhi pola gambar. Dan masih banyak anak – anak yang belum mampu menyelesaikannya dan meminta bantuan pada guru.

Rendahnya kemampuan anak untuk melakukan kegiatan motorik halus disebabkan karena beberapa faktor diantaranya kegiatan pembelajaran yang tidak variatif, dan dalam proses pembelajarannya guru tidak memanfaatkan dengan baik bahan yang ada di lingkungan sekitar, guru hanya memberikan kegiatan berupa lembar kerja anak (LKA). Kegiatan yang sering dilakukan pada media pembelajaran LKA untuk mengembangkan kemampuan motorik halus adalah kegiatan menggambar dan mewarnai. Dilihat dari permasalahan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan perlunya diadakan kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan anak untuk mengkoordinasi mata dan tangan. Sehingga dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dan memperbaiki kualitas pembelajaran melalui kegiatan mozaik dengan bahan loose part untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Mozaik adalah gambar atau hiasan atau pola tertentu yang dibuat dengan cara menempelkan bahan atau unsur kecil sejenis (baik bahan, bentuk, maupun ukuran) yang disusun secara berdempetan pada sebuah bidang [8]. Mozaik merupakan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem [9]. Mozaik dibuat dengan menempelkan berbagai potongan bahan yang lebih kecil misalnya pecahan kaca, keramik, sobekan kertas, sisa-sisa potongan kayu dan lain-lain dan bahan yang digunakan tersebut hanya satu macam saja dalam satu bidang dengan bentuk dan ukuran yang sama. Media yang digunakan tergantung pada bahannya, jika kertas cukup ditempel pada kertas lagi,sedangkan bahan kaca, kayu, keramik biasanya digunakan pada lantai, dinding, dan lainnya [10].

Penelitian terkait kegiatan mozaik sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Maya Rosita dengan judul Penggunaan Teknik Mozaik Dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Bhayangkari Kabupaten Lampung Tengah. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa lima cara pengembangan motorik halus melalui penggunaan teknik mozaik pada anak usia dini tersebut dapat dijadikan sebagai satu alternatif dalam proses pengembangan motorik halus[11]. Penelitian yang lain dilakukan oleh Winda Silviana, dengan judul Implementasi Teknik Mozaik Dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD Mandiri Desa Hargo Pancuran Lampung Selatan. Hasil penelitiannya menemukan bahwa penggunaan mozaik dalam pengembangan motorik halus anak berkembang secara optimal dikarenakan guru merencanakan dan menyiapkan alat dan bahan pembelajaran sebelum memulai suatu pembelajaran [12]. Nurfadilah juga melakukan penelitian yang berjudul Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Kolase Dengan Bahan Loose Part Pada Anak Usia 4-6 Tahun di Bangkinang Kita. Penelitiannya dapat dilihat dari sebelum penelitian diperoleh nilai rata-rata 60% namun setelah dilakukan penelitian meningkat menjadi 82% [13].

Bahan – bahan yang digunakan dalam kegiatan mozaik sangatlah bervariasi dan dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Pada umumnya bahan yang digunakan untuk membuat mozaik adalah potongan daun, potongan kayu, kepingan keramik, potongan kaca dan lain – lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bahan yang tidak berbahaya yaitu memakai bahan Loose Part. Loose Part adalah bahan yang dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan dirancang ulang, dipisahkan dan disatukan kembali dengan berbagai cara [14]. Loose part sendiri terdiri dari tujuh macam komponen yang terdiri dari bahan alam, kayu dan bambu, plastik, bekas kemasan, besi dan aluminium, benang dan kain, serta kaca dan keramik [15]. Loose part bukan hanya untuk mendukung perkembangan anak usia dini namun juga membantu untuk menghubungkan anak dengan lingkungannya. Pemanfaatan bahan loose part dalam membuat mozaik ini merupakan pembelajaran yang efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran. Dengan media loose part tersebut maka akan membuat anak lebih senang dalam melakukan kegiatan karena anak dapat berkreasi sesuai dengan imajinasinya [16]. Karena dengan kegiatan mozaik anak dilatih untuk mengkoordinasikan mata dan tangan, jari – jemari melalui kegiatan menempel. Kegiatan mozaik dengan bahan loose part ini diharapkan dapat membuat anak – anak lebih tertarik dan senang sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya. Kegiatan mozaik ini mencangkup gerakan-gerakan kecil seperti menjumput, menggunting, dan menempel benda yang kecil sehingga koordinasi jari-jari tangannya terlatih.

Penerapan kegiatan mozaik dengan bahan loose part pada anak usia 5 – 6 tahun dapat mengembangkan kemampuan motorik halusnya. Karena dengan kegiatan mozaik anak dilatih untuk mengkoordinasikan mata dan tangan, serta jari – jemari melalui kegiatan menggunting,menjumput dan menempel. Kegiatan mozaik dengan bahan loose part ini diharapkan dapat membuat anak – anak lebih tertarik dan senang sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik anak usia 5-6 Tahun di TK Dharma Wanita Persatuan Anggaswangi.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang disebabkan karena keresahan guru terhadap permasalahan yang timbul di kelas sehingga mengganggu proses belajar mengajar, pemahaman, dan hasil belajar siswa [17]. Penelitian tindakan kelas (PTK) dapat dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan [18].

Subjek dalam penelitian ini yakni peserta didik dari kelompok B sebanyak 20 siswa di TK Dharma Wanita Persatuan Anggaswangi. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2022 pada semester II tahun ajaran 2021/2022. Hasil dari kemampuan anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus dapat dihitung dari persentase rata-rata anak dalam pra siklus, siklus I dan siklus II. Maka dengan begitu peneliti akan mendapatkan hasil persentase anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus. Model penelitian tindakan menurut Arikunto dapat dirangkum secara garis besar sebagai berikut: bahwa terdapat empat tahapan yang dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi [19].

Adapun rancangan penelitian yang digunakan yaitu :

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti akan mengembangkan masalah berdasarkan refleksi awal yang akan dilakukan terhadap sumber data (anak) mengenai kesulitan maupun hambatan yang ditemukan selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Adapun perencanaan yang dilakukan antara lain: a. Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi asar, b. Merumuskan tema pembelajaran, c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), d. Menyiapakan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah dirancang sebelumnya. Tindakan pada siklus I dengan dua kali pertemuan dilakukan pada hari hari Kamis 20 Januari 2022 dan hari Sabtu 22 Januari 2022, pembelajaran ini berlangsung selama 120 menit dari pukul 07.00-09.00 WIB. Tindakan siklus II juga dilakukan dalam dua kali pertemuan yakni pada hari Senin 24 Januari 2022 dan pada hari Selasa 25 Januari 2022. Sebelum melakukan kegiatan peneliti memberikan arahan dan bimbingan kepada anak-anak dalam melakukan kegiatan mozaik dengan bahan loose part, peneliti mengkondisikan anak agar siap belajar dan merasa nyaman dalam kegiatan pembelajaran.

3. Pengamatan

Pada saat tindakan pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi kegiatan anak menggunakan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya. Lembar observasi berisi indikator kemampuan motorik halus anak seperti anak mampu menggunting, anak mampu menjumput dan anak mampu menempel. Observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam mengkoordinasinakan gerak mata dan tangan, gerak jari jemari dan menempel bahan dengan tepat dalam mengikuti pembelajaran mozaik dengan bahan loose part untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

4. Refleksi

Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan tindakan berkaitan dengan kemampuan motorik halus anak dilakukan dengan kegiatan analisis. Kegiatan analisis yang dilakukan, sebagai berikut : a. Kesulitan belajar yang dihadapi anak, b. Menganalisis aktivitas belajar anak berdasarkan lembar observasi aktivitas belajar anak, c. Menganalisis belajar anak dalam perkembangan motorik halus, d. Menganalisis kemampuan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dalam menerapkan teknik mozaik dengan bahan loose part. Refleksi dilakukan dengan mendasarkan pada indikator keberhasilan, sebagaimana yang telah direncanakan hasil analisis kegiatan siklus sebelumnya. Refleksi berfungsi memperbaiki segala kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya sehingga pada siklus selanjutnya tidak terulang kekurangan yang sama.

Data peneliti ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis kualitatif adalah penelitian yang mengembangkan konsep yang didasarkan atas data yang ada, yang ditekankan pada fleksibilitas dan validitas penelitian yang dikaitkan dengan kemampuan peneliti dalam menangkap, menganalisis dan merefleksikan data [20]. Sedangkan penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi [21].

Adapun tingkat keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila semua aspek indikator keberhasilan untuk keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan mozaik dengan media loose part dapat mencapai persentase 70% - 100%. Indikator kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun dalam penelitian ini terdapat pada tabel 1.

Aspek Penilaian Indikator Penilaian
Kemampuan Motorik Halus Anak mampu menggunting
Anak mampu menjumput
Anak mampu menempel
Table 1.Indikator Penilaian Kemampuan Motorik Halus Usia 5-6 Tahun

Dan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus pada anak maka dilakukan dengan membuat perbandingan persentase skor yang diperoleh anak sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran dengan kegiatan mozaik dengan bahan loose part.

Rumus yang digunakan untuk menentukan capaian keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah sebagai berikut [22]:

P = × 100%

Keterangan :

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Jumlah frekuensi

P = Angka persentase

Data yang didapat berdasarkan hasil kegiatan pengamatan kemudian diolah menggunakan rumus diatas. Adapun kriteria penilaian keberhasilan sebagai berikut :

Rating nilai Kategori Skor
0%-25% Belum berkembang (BB) 1
26%-50% Mulai berkembang (MB) 2
51%-70% Berkembang sesuai harapan (BSH) 3
71%-100% Berkembang sangat baik (BSB) 4
Table 2.Kriteria Prosentase Keberhasilan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam beberapa penelitian diantaranya yaitu dimulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan mozaik dengan bahan loose part. Dalam penelitian ini menggunakan rumus persentase untuk melihat peningkatan perkembangan motorik halus anak.

1. Pra Siklus

Pada penelitian ini sebelum dilakukan tindakan siklus I, terlebih dahulu dilakukan pra siklus sebagai refleksi untuk pelaksanaan siklus I. Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelompok B bahwa guru kurang memanfaatkan bahan yang ada di sekitar anak dengan baik, dan pada kegiatan meningkatkan motorik halus guru hanya memberikan kegiatan seperti mewarnai dan menggambar. Sehingga menyebabkan pembelajaran menjadi kurang menarik dan terkesan monoton yang membuat anak belum mampu dalam perkembangan motorik halusnya. Untuk mengetahui perkembangan motorik halus anak penliti melakukan tindakan pra siklus dimana dalam tahapan pra siklus tersebut peneliti menjadikan sebagai acuan untuk melihat penilaian awal perkembangan motorik halus anak dan juga untuk melihat perbandingan antara penilaian pada siklus I dan siklus II. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi, menyusun RPP yang akan digunakan saat penelitian, menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan meningkatkan motorik halus serta membuat lembar observasi anak untuk mendata kemampuan motorik halus anak setiap pertemuan. Pra siklus dilakukan pada tanggal 17 Januari 2022. Pengamatan dilakukan mulai dari kegiatan awal pukul 07.00 WIB sampai dengan kegiatan selesai. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu anak-anak melakukan kegiatan senma pagi di depan kelas. Selesai kegiatan anak-anak berbaris dan masuk kelas. Anak-anak langsung duduk membentuk lingkaran, selanjutnya peneliti dan anak-anak mengucap doa sebelum belajar. Peneliti mengkondisikan anak dengan mengajaknya bernyanyi dan melakukan tepuk. Selanjutnya peneliti menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan oleh anak-anak. peneliti menjelaskan alat dan bahan yang digunakan dan memberikan contoh terlebih dahulu. Kegiatan yang digunakan dalam tindakan pra siklus adalah anak-anak diajak bermain menjumput biji kacang hijau dari tempat satu ke tempat yang lain, serta menggunting dan menempel puzzle binatang harimau. Pada saat kegiatan, peneliti mengamati semua kegiatan yang dilakukan anak dalam proses pembelajaran serta memberikan motivasi dan dukungan kepada setiap anak yang mengalami kesulitan. Dari hasil observasi, diketahui masih banyak anak yang terlihat kurang luwes dalam menggerakkan jari jemarinya saat menjumput biji kacang hijau dan anak belum mampu mengkoordinasikan gerak mata dan tangan ketika menggunting dan menempel puzzle binatang harimau sehingga hasilnya belum rapi/tidak sesuai dengan pola. Berdasarkan hasil tindakan pra siklus, dapat ditarik bahwa kemampuan motorik halus anak masih rendah dan masih jauh dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sehingga peneliti melakukan tindakan siklus I dengan kegiatan yang berbeda. Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai rata-rata ketuntasan belajar anak pada pra siklus hanya mencapai 36,03%.

2. Siklus I

Pada tahap siklus I peneliti melakukan 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 20 Januari dan 22 Januari 2022. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan perencanaan meliputi, menyusun RPP, membuat lembar observasi, dan mempersiapkan bahan yang digunakan pada kegiatan tindakan silus I. Tindakan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis 20 Januari 2022 dengan tema binatang dan kegaitan yang dilakukan yaitu mozaik dengan bahan loose part. Bahan loose part yang digunakan dalan tindakan siklus I yaitu berupa daun kering. Sebelum melakukan kegiatan peneliti mengajak anak untuk berdiskusi tentang tema binatang dengan sub tema binatang darat, setelah itu peneliti juga menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan dan memberikan contoh kegiatan yang akan dilakukan anak. Kegiatan yang akan dilakukan anak dalam tindakan siklus I pertemuan pertama yaitu anak diajak untuk menggunting daun kering yang sudah diberi pola lingkaran, kemudian anak menjumput daun kering dan ditempelkannya pada gambar ayam. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu 22 Januari 2022 dengan kegiatan mozaik gambar kuda dan menggunakan bahan loose part dari pelepah pisang yang sudah diberi pola lingkaran. Selama kegiatan peneliti mengamati semua kegiatan yang dilakukan, anak-anak mulai tertarik untuk melakukan kegiatan mozaik dengan bahan loose part. Namun berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus I masih banyak anak yang kesulitan saat menggunting bahan dengan pola lingkaran dan pada saat menempel masih banyak anak yang belum memenuhi pola gambar karena gambar terlalu besar. Pada tahap siklus I dengan 2 kali pertemuan ini ada beberapa anak yang mampu mendapatkan skor 3, namun ada juga beberapa anak yang masih memperoleh skor 1. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata ketuntasan anak pada siklus I pertemuan I mencapai 45,8% dan siklus I pertemuan II mencapai 52,8%. Dari hasil refleksi yang dilakukan peneliti pada tindakan siklus I, peneliti merasa perlu mengembangkan kemampuan motorik halus anak dengan bahan dan media mozaik serta metode yang berbeda pada siklus II. Pada siklus I ini terjadi peningkatan, namun masih belum memenuhi kriteria keberhasilan.

3. Siklus II

Pada tahap Siklus II juga dilakukan dalam 2 kali pertemuan yakni pada tanggal 24 Januari 2022 dan 25 Januari 2022. Pada tahap ini peneliti merancang dan mempersiapkan beberapa kebutuhan yang diperlukan dan digunakan saat melakukan kegiatan pembelajaran. Pada siklus II peneliti mengajarkan kembali tema binatang dengan sub tema binatang yang bisa terbang. Hanya saja berbeda dengan siklus I, pada tindakan siklus II menggunakan bahan loose part berupa kain flanel dan kulit jagung yang sudah diwarna, pola gambar yang sedikit lebih kecil, dan menggunting bahan dengan bentuk persegi. Pada pertemuan pertama kegiatan mozaik gambar lebah menggunakan bahan loose part dari kain flanel. Pertemuan kedua kegiatan mozaik gambar kupu-kupu menggunakan bahan loose part dari kulit jagung yang sudah diwarna. Pada siklus II, anak lebih mampu menggunakan gunting dengan benar serta mampu menggunting bahan loose part menjadi potongan persegi, dan sudah memenuhi gambar pada saat menempel. Pada siklus II anak-anak juga terlihat lebih antusias dan tertarik untuk melakukan kegiatan mozaik karena bahan yang digunakan untuk mozaik semakin beragam dan mempunyai warna yang menarik untuk anak. Setelah dilakukan pengamatan pada siklus II dapat dilihat peningkatan kemampuan motorik halus anak mencapai nilai kriteria kebergasilan sehingga penelitian dihentikan pada siklus II. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata ketuntasan anak pada siklus II pertemuan I mencapai 66,6% dan siklus II pertemuan II mencapai 82,4%.

Berdasarkan hasil penerapan kegiatan mozaik dengan bahan loose part dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di TK Dharma Wanita Persatuan Anggaswangi menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan motorik halus. Hal ini terlihat dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Berikut adalah tabel rekapitulasi kemampuan motorik halus melalui kegiatan mozaik dengan bahan loose part.

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Peningkatan

Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mozaik dengan Bahan Loose Part

Pra siklus, Siklus I, Siklus II

No. Nama Anak Pra Siklus Siklus I Siklus II Ket
Nilai % Nilai % Nilai %
1 Ars 4 33,30% 6 50% 9 75% T
2 Kn 6 50% 8 66,60% 12 100% T
3 En 5 41,60% 6 50% 10 83,30% T
4 Adk 5 41,60% 7 58,30% 11 91,60% T
5 Hsy 3 25% 5 41,60% 8 66,60% BT
6 Rf 5 41,60% 6 50% 10 83,30% T
7 Cl 6 50% 8 66,60% 12 100% T
8 El 5 41,60% 7 58,30% 10 83,30% T
9 Kn 3 25% 5 41,60% 9 75% T
10 Nd 4 33,30% 7 58,30% 9 75% T
11 Skl 6 50% 8 66,60% 12 100% T
12 Ltg 5 41,60% 7 58,30% 9 75% T
13 Af 5 41,60% 7 58,30% 10 83,30% T
14 Ash 4 33,30% 6 50% 9 75% T
15 Bgs 5 41,60% 6 50% 10 83,30% T
16 Ff 5 41,60% 6 50% 11 91,60% T
17 Zio 5 41,60% 6 50% 10 83,30% T
18 Mz 4 33,30% 6 50% 9 75% T
19 Rf 3 25% 5 41,60% 9 75% T
20 Art 3 25% 5 41,60% 9 75% T
Hasil Prosentase Pra Siklus 36,03%( Belum Tuntas ) Siklus I52,80%( Belum Tuntas ) Siklus II82,40%( Tuntas ) T( Tuntas )
Table 3.Hasil Rekapitulasi Peningkatan

B. Pembahasan

Penerapan Kegiatan Mozaik dengan Bahan Loose Part Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus

Berdasarkan hasil di atas, bahwa kegiatan mozaik dengan media loose part merupakan salah satu kegiatan yang efektif untuk mengembangkan berbagai aspek, terutama dalam kemampuan motorik halus anak, selain itu karena bahan-bahannya yang alami sehingga aman untuk digunakan anak. Oleh sebab itu, kegiatan mozaik dengan menggunakan bahan loose part menjadi solusi para pendidik untuk meningkatkan perkembangan anak melalui kemampuan motorik halus. Kegiatan bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi duaianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kemampuan motorik halusnya. Selain itu perencanaan pembelajaran juga sangat penting menjadi pedoman bagi seorang tenaga pendidik agar mampu mengarahkan peserta didiknya untuk belajar dengan baik. Dengan perencanaan yang baik maka setiap unsur dalam pembelajaran yang meliputi tenaga pendidik serta peserta didik mampu memahami perannya dengan baik dalam proses pembelajaran karena tugas-tugas yang seharusnya mereka kerjakan telah direncanakan sebelumnya. Semakin baik perencanaan pembelajaran tentu mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran. Jadi, pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Anggaswangi tentu sesuai dengfan perencanaan yang dibuat, khususnya tentang peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan mozaik dengan bahan loose part.

Berdasarkan data yang telah terkumpul, maka peneliti dapat memberikan ulasan sesuai dengan hasil yang diperoleh, bahwa kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan pada semua aspek. Hasil dari analisis yang telah dilakukan peneliti, peningkatan kemampuan motorik halus juga dipengaruhi oleh media yang digunakan yaitu menggunakan bahan yang ada disekitar lingkungan salah satunya bahan loose part. Hal ini sesuai dengan pernyataan Febrianingsih dalam Rohmaniah dan Ramadhan, yang menyatakan bahwa tahapan pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun yaitu a) anak mampu menggunakan alat tulis dengan benar; b) Anak mampu menggunting sesuai pola; c) Anak mampu mencontoh bentuk geometri; dan d) Anak mampu menempel gambar dengan tepat ditempat yang ditunjukan [23]. Setelah dilakukannya penelitian di TK Dharma Wanita Persatuan Anggaswangi, khususnya pada kelas B, ternyata mendapatkan hasil yang sangat memuaskan bagi peneliti. Hasil dari penelitian penggunaan mozaik dalam meningkatkan motorik halus anak ternyata mendapatkan hasil yang positif. Menurut Ningsih, tujuan pembelajaran dengan media bahan loose part adalah anak-anak dapat bermain lebih asyik, lebih tertarik melakukan kegiatan dan anak akan menjadi lebih kreatif karena mereka bebas berkreasi dengan menggunakan bahan loose part yang disediakan sesuai dengan imajinasi mereka [24]. Mereka dapat menyatukannya, menggabungkan, memisahkan, menyambung, membuat suatu rangkaian bentuk yang utuh dan sebagainya. Sebagaimana fakta di lapangan, anak lebih tertarik untuk melakukan kegiatan mozaik dengan bahan loose part karena sebelumnya hanya menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan seperti potongan kertas, sedangkan loose part adalah bahan yang cukup jarang digunakan untuk ditempelkan ke pola gambar.

Hasil Penerapan Kegiatan Mozaik dengan Bahan Loose Part Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus

Hasil penerapan dari tindakan pra siklus rata-rata tingkat capaian perkembangan kemampuan motorik halus anak pada kegiatan pra siklus ini baru mencapai kategori persentase 36,03% secara keseluruhan. Sedangkan pada kegiatan siklus I tingkat capaian perkembangan anak sudah lebih baik dibandingkan tingkat capaian perkembangan anak pada pra siklus. Pada siklus I ini ada beberapa anak yang mengalami peningkatan pada kemampuan motorik halusnya, meskipun belum meningkat secara signifikan dan belum mencapai nilai keberhasilan. Pada siklus I pertemuan pertama mencapai kategori persentase 45,80% dan pada pertemuan kedua mencapai kategori persentase 52,80%.

Selanjutnya pada kegiatan siklus II tingkat capaian perkembangan motorik halus anak sudah mengalami peningkatan. Pada siklus II pertemuan pertama mencapai kategori persentase 66,60% dan pada pertemuan kedua meningkat secara signifikan yaitu mencapai kategori persentase 82,40% , sehingga pembelajaran penggunaan mozaik dalam meningkatkan motorik halus anak dihentikan pada siklus II. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nurfadilah bahwa untuk meningkatkan minat belajar anak khsusnya dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak juga penting untuk memanfaatkan media yang ada di lingkungan sekitar seperti media bahan loose part, bahan alam, yang dimana bahan yang digunakan tidak terkesan membosankan melainkan bervariasi dalam kegiatan pembelajaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan mozaik dengan bahan loose part yang dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Anggaswangi untuk proses pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak sudah berkembang secara optimal. Hal ini dikarenakan,, anak-anak tertarik dengan media loose part yang menyenangkan. Selain itu, karena bahan-bahan yang digunakan mudah ditemukan di sekeliling anak sehingga memudahkan mereka untuk bisa menghargai benda-benda yang ada di sekitar. Dengan menggunakan kegiatan mozaik dengan bahan loose part, anak juga mendapatkan stimulasi peningkatan untuk kemampuan mengkoordinasi gerak mata dan tangan dalam kegiatan menggunting, kemampuan menggerakkan jari-jemari tangan dalam kegiatan menjumput dan kemampuan dalam menempel dengan tepat. Peningkatan ini dapat terlihat dari persentase keberhasilan pada kedua siklus selama penelitian aspek-aspek berikut: pada proses kegiatan mozaik dalam mengembangkan motorik halus anak sudah mengalami perubahan yang baik, anak-anak sudah terbiasa melakukan kegiatan mozaik sehingga memudahkan anak-anak menyelesaikan kegiatan dengan baik dan tersusun. Anak-anak sudah mampu menyelesaikan kegiatan mozaik dengan sendiri dan tanpa bantuan guru. Karena setiap melakukan kegiatan, guru selalu memberikan motivasi juga mencontohkan kegiatan secara langsung sehingga memudahkan anak-anak menyelesaikannya dengan baik. Selain itu kemampuan motorik halus anak juga meningkat terlihat dalam kemampuan anak-anak sudah terbiasa dalam menggunting bahan loose part dan menempelkan kepingan mozaik dengan tepat.

Hasil peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan mozaik dengan bahan loose part sudah mengalami peningkatan, pada kegiatan pra siklus rata-rata tingkat capaian perkembangan motorik halus anak mencapai angka persentase sebesar 36,03%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I pertemuan ke-1 terlihat ada beberapa anak yang mengalami peningkatan di kemampuan motorik halus dan mencapai angka persentase sebesar 45,8%, dan pada siklus I pertemuan ke-2 kemampuan motorik halus anak terus meningkat menjadi 52,8%. Pada siklus II pertemuan ke-1 meningkat menjadi 66,6% dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan pada akhir siklus II pertemuan ke-2 meningkat dengan pesat menjadi 82,4% dengan kriteria berkembang sangat baik.

References

  1. R. Nofianti, "Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini." Edu Publisher, 2021.
  2. Depdiknas, "Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Di Taman Kanak-Kanak." Jakarta, Indonesia, 2008.
  3. A. Rudiyanto, "Perkembangan Motorik Kasar Dan Motorik Halus Anak Usia Dini." Darussalam Press Lampung, Indonesia, 2016.
  4. N. Muna, "Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Melukis Dengan Cangkang Telur Pada Anak Kelompok B Tk Al-Hidayah Sumberjo Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar." J. Skripsi, 2015.
  5. Khadijah Dan N. Amelia, "Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini: Teori Dan Praktik." Prenada Media, 2020.
  6. R. M. Aguss, "Analisis Perkembangan Motorik Halus Usia 5-6 Tahun Pada Era New Normal." Sport Sci. Educ. J., vol. 2, no. 1, 2021.
  7. M. S. Sumantri, "Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini." Jakarta: Depdiknas, 2005.
  8. S. V. Syakir Muharrar, "Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana." Semarang: Erlangga, 2013.
  9. T. U. Hanifah, "Pemanfaatan Media Pop-Up Book Berbasis Tematik Untuk Meningkatkan Kecerdasan Verbal-Linguistik Anak Usia 4-5 Tahun (Studi Eksperimen Di Tk Negeri Pembina Bulu Temanggung)." Belia Early Child. Educ. Pap., vol. 3, no. 2, 2014.
  10. C. Rohmaniah Dan Ramadhan, "Referensi Gambar Mewarnai, Kolase, Montase, Mozaik Dan Aplikasi." Pontianak: Pgri Prov Kalbar, 2019.
  11. M. Rosita, "Penggunaan Teknik Mozaik Dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Taman Kanakkanak Bhayangkari Kabupaten Lampung Tengah." Uin Raden Intan Lampung, 2018.
  12. W. Silviana, "Implementasi Teknik Mozaik Dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di Paud Mandiri I Desa Hargo Pancuran Lampung Selatan." 2019, [Online]. Available: Http://Repository.Radenintan.Ac.Id/8129/1/Skripsi Winda.Pdf.
  13. Nurfadilah, Nurmalina, Dan R. Amalia, "Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Kolase Dengan Bahan Loose Part Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di Bangkinang Kota." J. Teach. Educ. Res. Learn. Fac. Educ. Loose Part, vol. 2, pp. 224–230, 2020.
  14. M. F. F. Achmad Ali Fikri, Syamsul Arifin, "Penggunaan Media Loose Part Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Cikal Cendekia Islamic Fullday School Cileungsi-Kab. Bogor." vol. 2, no. 8.5.2017, pp. 2003–2005, 2022.
  15. Y. S. Umami Dan M. Afnida, "Analisis Penggunaan Media Belajar Loose Part Untuk Optimalisasi Perkembangan Anak Di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini." vol. 10, no. 1, pp. 39–54, 2023.
  16. A. W. Irfani, "Bermain Asyik Menggunakan Media Loose Part Di Taman Kanak-Kanak." Poskita, 2020.
  17. Sugiyono, "Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D." Bandung: Alfabeta, 2010.
  18. S. Arikunto, "Penelitian Tindakan Kelas." Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
  19. Paizaluddin Dan Ermalinda, "Penelitian Tindakan Kelas: ( Classroom Action Research ) Panduan Teoritis Dan." Bandung: Alfabeta, 2016.
  20. S. Arikunto, "Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan." Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
  21. V. W. Sujarweni, "Metodelogi Penelitian." Yogyakarta: Pustaka Baru Perss, 2014.
  22. Sugiyono, "Statitistika Penilitian." Jakarta: Alfabeta, 2019.
  23. Rohmaniah, Chotimatu, Dan Ramadhan, "Referensi Gambar Mewarnai, Kolase, Montase, Aplikasi, Mozaik." Pontianak: Pgri Prov Kalbar, 2019.
  24. A. S. Ningsih, "Identifikasi Perkembangan Keterampilan Motorik Halus Anak Dalam Berbagai Kegiatan Main Di Kelompok B." J. Pendidik. Guru Anak Usia Dini, vol. 7, no. 4, 2015.