Word Box Intervention Revolutionizes Early Literacy Potential in Education
Innovation in Education
DOI: 10.21070/ijins.v25i2.1096

Word Box Intervention Revolutionizes Early Literacy Potential in Education


Intervensi Kotak Kata Merevolusi Potensi Literasi Dini dalam Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Beginning reading Preschool education Classroom action research Word Box media Literacy development

Abstract

his study investigates the efficacy of utilizing the "Word Box" media to enhance beginning reading skills among 5-6-year-old children in a preschool setting. Through a classroom action research (PTK) approach involving 12 participants, the study demonstrates a significant improvement in beginning reading proficiency from 17% in the pre-cycle to 83% in cycle II. The findings underscore the effectiveness of the intervention in improving early literacy skills and highlight its implications for teacher pedagogy and classroom management in preschool education.

  Highlight:
  1. Notable improvement: "Word Box" enhances beginning reading in preschoolers.
  2. Effective method: Innovative teaching fosters early literacy development.
  3. Pedagogical impact: Improves teacher skills and classroom management in preschool education.
  Keyword: Beginning reading, Preschool education, Classroom action research, Word Box media, Literacy development            

Pendahuluan

Pendidikan anak usia dini adalah upaya yang diberikan kepada anak dari anak usia 0-6 tahun yang diberi rangsangan pendidikan untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan jasmani dan rohaninya. Ini menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Dapat juga dikatakan usia dini ini adalah masa emas atau golden age yang datang sekali seumur hidup. Pada usia ini anak mampu menyerap banyak hal secara cepat [1]

Pendidikan anak usia dini pada umumnya menyelengarakan pendidikan yang fokus pada pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek kognitif, fisik-motorik, bahasa, sosial-emosional, nilai agama dan moral dan juga seni. Oleh karena itu dibutuhkan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tercapai secara optimal [2]

Salah satu kemampuan berbahasa dasar yang perlu dikembangkan dan digalakkan pada anak usia dini adalah membaca [3] . Pendidikan usia dini membutuhkan dukungan anak sejak lahir hingga usia 6 tahun dengan insentif pendidikan yang dirancang untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan fisik dan intelektual sehingga anak siap untuk pendidikan lebih lanjut [4].Kemampuan membaca anak meliputi keterampilan membaca pemula dan menengah. Mulai membaca berarti memberi anak ide untuk menerjemahkan rangkaian huruf menjadi rangkaian bunyi yang berarti atau bermakna. Sebaliknya, membaca lanjutan melatih anak untuk menangkap pikiran dan perasaan orang lain dalam tulisan [5].

Membaca merupakan kemampuan bahasa input. Pemahaman membaca melibatkan kegiatan kelompok dan membutuhkan berbagai keterampilan. Oleh karena itu, kegiatan membaca merupakan satu kesatuan kegiatan terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti membaca. Mengenali huruf dan kata, mengaitkannya dengan bunyi dan artinya, serta menyimpulkan tujuan membaca. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak Taman Kanak-Kanak harus menerapkan esensi permainan. Sifat bermain mencakup perasaan senang, kemandirian dan hak pilihan, serta mendorong partisipasi aktif anak-anak. Pada dasarnya media kotak kata dapat mempermudah proses pembelajaran dalam mengenalkan kata sambung, namun media kotak kata ini belum diterapkan guru pada pembelajaran mengenal kata sambung.[6]

Menurut Dhieni,dkk membaca permulaan adalah suatu kesatuan kegiatan yang terpadu mencangkup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud sebuah bacaan. Sehingga kemampuan membaca ini identik dengan kemampuan individu dalam menguasai tugas yang diberikan. Serta menurut Leonhardt, menjelaskan lagi bahwa agar anak memiliki kemampuan membaca permulaan yang baik, maka diperlukan pelatihan, praktek dan pembiasaan. [7]

Ketika anak-anak mulai membaca, mereka belajar mengenali simbol alfabet dan urutan huruf, yang kemudian dikaitkan dengan makna yang ditemukan dalam urutan huruf. Hal ini disampaikan oleh Baraja dalam jurnalnya. Maksudnya yaitu anak terlebih dahulu belajar mengenal lambang bunyi huruf, lalu bentuk huruf dan maknanya [8]. Kemampuan membaca permulaan sangatlah penting bagi anak usia dini diawal usia dini karena melalui membaca permulaan anak dapat memahami bunyi, tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat [9]. Membaca adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami buku bacaan dalam bentuk rangkaian simbol bergambar, dan kemampuan untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa yang makna dalam bentuk pemahaman diam, atau bernyanyi dengan suara keras. Kegiatan membaca dapat dilakukan dengan suara, tetapi juga dapat dilakukan secara diam-diam. Oleh karena itu, membaca pada hakekatnya adalah aktivitas fisik dan mental untuk menemukan makna dalam tulisan [10]. Membaca permulaan dimana suatu tahapan dalam membaca dengan penguasaan alfabetik. Dimana hal ini anak akan menguasai dalam membaca huruf perhurufnya. Cara mengenalkan huruf serta menggabungkan huruf menjadi suku kata hingga membentuk suatu kata yang sederhana. Kemampuan membaca permulaan Inception adalah proses yang dilakukan dan digunakan pembaca untuk memperoleh informasi atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui kata-kata dan kalimat [11].

Menurut Stainberg, membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan kepada anak prasekolah secara terprogram. Program ini merupakan perhatian pada perkataan yang utuh, bermakna dalam diri pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantara pembelajaran.[12]

Bersumber dari permasalahan yang ditemukan saat melakukan pengamatan yang dilakukan pada anak usia 5 - 6 tahun di TKM 14 HASYIM ASY’ARI POGAR diperoleh hasil kemampuan bahasa khususnya dalam membaca belum berkembang secara optimal. Berdasarkan hasil observasi tersebut diperoleh 17% anak yang rendah dalam kemampuan membaca yaitu 10 dari 12 anak. Hal tersebut tampak ketika anak kesusahan ada salah satu anak yang ngobrol sendiri tidak memperhatikan guru saat menerangkan didepan, sehingga anak tidak fokus memperhatikan guru, pada saat ditanya guru anak tidak memahaminya, sehingga pada saat disuruh mengulang kembali bacaan tersebut anak kurang mampu melakukan sendiri sehingga membutuhkan bantuan guru. Faktor penyebab utama yaitu dengan adanya covid pada tahun 2020 anak terhambat saat belajar tatap muka sehingga anak susah bertanya kepada guru, dan dirumah anak tidak diajarkan orang tua membaca bahkan menulis karna mayoritas pekerjaan orang tua pedagang di pasar sehingga dari pagi hingga larut malam tidak ada waktu untuk membelajari anak. Maka dari itu sebagian walimurid menyerahkan semua kewajiban kepada guru dan saat covid mereka jadi susah memahami dengan selesainya covid permasalahan ini muncul. Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak dapat menggunakan media kotak kata. Dengan adanya media ini pendidik dapat menstimulus anak dengan luwes dan menyenangkan bagi anak. Kotak kata adalah media atau bahan yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbentuk persegi dengan dua bagian atau dua tempat yang berisi huruf dan gambar. Kotak kata ini dapat dimainkan dengan cara mengambil gambar secara acak, kemudian gambar tersebut diberi tag dengan nama gambar tersebut, kemudian anak mulai mencari atau merangkai huruf sesuai gambar tersebut. Misalnya, gambar ikan tercantum di bawah I – K – A - N, kemudian anak mencari teks dan mengurutkannya.

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen belajar mengajar yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran, media membantu mempermudah belajar karena membantu mengolah bahan pelajaran secara efektif. Hal ini sangat penting ketika pendidik menyampaikan suatu pembelajaran kepada peserta didik, karena dapat membuat proses belajar mengajar lebih efektif bagi siswa. Media adalah alat yang memungkinkan pengirim mengirimkan pesan kepada penerima untuk menyampaikan pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa, sehingga memajukan proses pembelajaran [13]. Perbedaan media kotak kata yang dikembangkan oleh peneliti Laily Maya Sari yaitu terletak pada bahan medianya. Bahan media yang digunakan oleh Laily Maya Sari adalah bahan kertas karton dan bahan materi berupa kertas [13]

Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Manfaat media pembelajaran untuk anak adalah dapat menumbuhkan motivasi anak dalam belajar, memberikan inovasi belajar bagi anak, membuat pembelajaran lebih menarik untuk anak, adanya interaksi antara guru dengan siswa, serta dengan adanya media dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada anak di lingkungan mereka.[14]

. Sehingga melalui peneliti yang relevan, peneliti mengembangkan medianya dengan menggunakan bahan kayu yang lebih tahan lama, materi pada media juga menggunakan kertas tebal dengan tujuan penelitian ini yakni meningkatkan kemampuan membaca permulaan untuk anak usia 5 - 6 tahun di TKM 14 HASYIM ASY’ARI POGAR BANGIL.

Metode

Metode penelitian yang digunakan bagian dalam analisis ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tindakan kelas adalah proses dimana peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dalam bentuk tindakan bersamaan yang disengaja di dalam kelas dan siklus desain. Siklus tersebut terdiri dari empat langkah: merencanakan, bertindak, mengamati, dan merefleksikan. Subyek penelitian adalah 12 anak berusia 5 sampai 6 tahun.[15]

Subjek penelitian yaitu anak usia 5 – 6 tahun pada kelompok B di TKM 14 HASYIM ASY’ARI POGAR sebanyak 12 siswa/i yang terdiri dari 4 laki – laki dan 8 perempuan. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu RPPH sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, lembar obsevasi untuk mencatat kegiatan selama proses belajar mengajar menggunakan media kotak kata, dan dokumentasi guna mendukung penelitian dengan gambar yang diambil secara langsung selama kegiatan berlangsung. Adapun indikator kemampuan membaca permulaan anak usia 5 – 6 tahun yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) anak dapat mengenali simbol dari huruf. 2) anak dapat membedakan bunyi huruf dari dua huruf yang berbeda. 3) anak mengujarkan bunyi dari huruf atau rangkaian huruf huruf.

Berdasarkan data hasil observasi, untuk menentukan ketuntasan belajar individu dalam meningkatkan suatu kemampuan membaca permulaan dilakukan dengan menelaah data menggunakan rumus dibawah ini.

Figure 1.

Keterangan :

N : Poin Individu

N1 : poin yang diperoleh pada indikator 1

N2 : poin yang diperoleh pada indikator 2

N3 : poin yang diperoleh pada indikator 3

Teknik pengumpulan data yaitu observasi guna mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan anak usia dini, dokumentasi selama kegiatan belangsung, dan wawancara dengan pihak sekolah untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang kemampuan membaca permulaan anak guna mengumpulkan berbagai informasi tentang keterampilan membaca dini pada anak untuk meningkatkan penelitian. Teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk menganalisis data. Deskripsi kualitatif mengacu pada analisis data yang menjelaskan dan menjelaskan hasil penelitian dalam bentuk kata dan kalimat, dan deskripsi kuantitatif mengacu pada data yang diperoleh sebagai nilai numerik dari tingkat peningkatan pemahaman bacaan awal melalui media Wordbox. Tingkat keberhasilan yang diharapkan minimal 80% untuk setiap kriteria.

Rumus yang digunakan yaitu:

Figure 2.

Keterangan:

P = Presentase

F = Jumlah yang diperoleh dari hasil belajar siswa

N = Jumlah anak keseluruhan

Dikatakan tuntas apabila anak tersebut mencapai nilai 80%. Jika anak dikatakan belum tuntas, maka anak tersebut belum mencapai nilai 80%.

Hasil dan Pembahasan

Berdasaran observasi yang dilakukan peneliti dalam suatu pengembangan Dengan menggunakan media yang disebut "KOTAK KATA" dalam tabel dan grafik ringkasan berikut, kemampuan membaca permulaan telah meningkat

Nama Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah Nilai Presentase (%) Jumlah Nilai Presentase (%) Jumlah Nilai Presentase (%)
Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Siswa 6 Siswa 7 Siswa 8 Siswa 9 Siswa 10 Siswa 11 Siswa 12 Hasil Ketuntasan Belajar 6 3 6 4 3 3 3 7 4 3 3 17% (Tidak Berhasil) 67% 33% 67% 44% 33% 33% 33% 78% 44% 33% 33% 78% 8 6 8 7 5 3 3 9 6 6 5 8 42% (Tidak Berhasil) 89% 67% 89% 78% 55% 33% 33% 100% 67% 67% 55% 89% 9 8 9 8 8 6 6 9 8 8 7 9 83% (Berhasl) 100% 89% 100% 89% 89% 67% 67% 100% 89% 89% 78% 100%
Table 1.Rekapitulasi pengembangan kemampuan membaca permulaan menggunakan Media “Kotak Kata” Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Figure 3. Grafik . Perbandingan kemampuan membaca permulan pada Pra Siklus Siklus I dan Siklus II

Dari hasil penelitian dengan penerapan media kotak kata ini membuat anak semakin bersemangat dan lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran membaca permulaan dan suasana kelas lebih hidup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kotak kata ini meningkatkan kemampuan membaca permulaaan anak usia 5 - 6 tahun.

SIKLUS I

Pada tahapan siklus I ini, peneliti akan melakukan kegiatan pembelajaran yang berdasarkan perencanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pada penelitian siklus ini, akan dilakukan dengan 3 kali pertemuan.

Pada pertemuan yang pertama yaitu pada tanggal 17 Oktober 2022\ kedisiplinan anak dan melatih motorik kasar dengan Gerakan yang terkoordinasi antara mata, tangan, kaki dengan senam pagi. Setelah itu anak-anak masuk kelas untuk duduk di bangku masing- masing yang dinamakan dengan circle time. Di sini anak-anak diajak untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat, membaca do’a sebelum kegiatan pembelajaran, melfalkan surat al-ikhlas, menyanyikan lagu

Pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB, anak-anak diajak untuk baris-berbaris didepan kelas menstimulasi Indonesia raya, dan absensi. Setelah kegiatan circle time, anak-anak diajak untuk mendengarkan bu guru di depan untuk melakukan membaca permulan.

Guru akan memulai pembelajaran dengan tanya jawab tentang “lingkungan keluarga”, dilingkungan keluarga ada siapa saja.1) Guru melakukan apersepsi dengan mengajak anak-anak untuk duduk ditempat duduk masing- masing (circle time), 2) Setelah itu guru mengajak anak-anak untuk menirukan bunyi huruf alfabet satu persatu, 3) Ketika anak sudah memahami bunyi huruf alfabet Bu guru menanyi pada anak bunyi huruf dan suku kata. Guru melakukan pengetahuan tentang tema “Hewan” serta melakukan tanya jawab tentang hewan apa saja yang memakan tumbuhan dan hewan apa saja yang memakan daging 4) Lalu anak di suruh membaca kata dengan tema hewan seperti : ikan, kupu-kupu, kura-kura

Pertemuan yang kedua pada tanggal 18 Oktober 2022. Pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB, anak-anak diajak untuk baris-berbaris didepan kelas untuk menstimulasi kedisiplinan anak dan melatih motorik kasar dengan Gerakan yang terkoordinasi antara mata, tangan, kaki dengan senam pagi. Setelah itu anak-anak masuk kelas untuk duduk ditempatnya masing-masing yang dinamakan dengan circle time. Di sini anak-anak diajak untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat, membaca do’a sebelum kegiatan pembelajaran, melfalkan surat an-nas, menyanyikan lagu Indonesia raya, dan absensi. Setelah kegiatan circle time, anak-anak diajak untuk duduk ditempat masing- masing untuk kegiatan membaca permulaan, guru menyiapkan media.

Guru akan memulai pembelajaran dengan Tanya jawab tentang “hewan”. Pada pertemuan kali ini anak-anak diajak : 1) Pada pertemuan kedua ini sebelumnya guru mengajak anak-anak untuk menirukan bunyi huruf alfabet satu persatu dari kotak kata tersebut, 2) Setelah itu bu guru menanyai pada anak bayi huruf dari dua suku kata berakhiran konsonan, 3) Setelah itu ibu guru mengajak anak-anak untuk tanya jawab tentang lingkungan keluarga, 4) Lalu anak disuruh membaca kata dengan tema hewan seperti kupu-kupu,kura-kura,sapi.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 19 oktober 2022 Pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB, anak anak diajak untuk baris-berbaris didepan kelas untuk menstimulasi kedisiplinan anak dan melatih motorik kasar dengan Gerakan yang terkoordinasi antara mata, tangan, kaki dengan senam pagi. Setelah itu anak-anak masuk kelas untuk duduk ditempatnya masing-masing yang dinamakan dengan circle time. Di sini anak-anak diajak untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat, membaca do’a sebelum kegiatan pembelajaran, melfalkan surat an-nas, menyanyikan lagu Indonesia raya, dan absensi. Setelah kegiatan circle time, anak-anak diajak untuk menyimak bu guru didepan untuk kegiatan membaca permulaan, guru menyiapkan media.

Guru akan memulai pembelajaran dengan tanya jawab tentang “buah-buahan” pada pertemuan kali ini anak anak diajak 1) Pada pertemuan ketiga bu guru mengajak anak-anak menebak bunyi huruf alfabet satu persatu dari kotak kata tersebut secara acak. 2) Setelah itu ibu guru menanyai pada anak bunyi huruf dari dua suku kata yang berawalan “ng dan nya” 3) Setelah itu ibu guru mengajak anak-anak untuk tanya jawab tentang buah-buahan 4) Lalu anak-anak disuruh membaca kata dengan tema buah-buahan seperti anggur,apel,manga.

Observasi Tindakan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran membaca, setelah melakukan 3 kali kegiatan pembelajaran. Hasil observasi dilakukan oleh peneliti dan juga guru terhadap proses pembelajaran kegiatan membaca. Pada pertemuan pertama menunjukkan partisipasi anak-anak dengan proses pembelajaran cukup aktif dan antusias serta senang. Pada awal pembelajaran dilaksanakan pembelajaran kegiatan membaca. Pada awal pembelajaran dilaksanakan guru memberikan apresiasi untuk bercerita.

Pada saat guru melakukan tanya jawab kepada anak, anak-anak terlihat bersemangat untuk menjawab. Pada tahap observasi ini peneliti melakukan pengamatan sesuai dengan program yang telah dibuat. Hal ini ditunjukkan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai perkembangan pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Penilaian tersebut difokuskan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak. Berdasarkan lembar penilaian kemampuan membaca permulaan anak pada siklus 1, dapat diketahui bahwa rata- rata ketuntasan anak usia 5-6 tahun sebesar 42%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan membaca permulaan menggunakan media kotak kata untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun pada siklus 1 masih kurang berhasil, melihat target keberhasilan dalam penelitian ini 78%. Dengan melihat nilai rata-rata ketuntasan sebesar 42%. Menunjukkan masih terdapat 7 anak yang belum mampu mencapai target keberhasilan. Berdasarkan hasil tahap pengamatan yang dilakukan peneliti, bahwa siklus 1 sudah terlaksana dengan memiliki jumlah ketuntasan keseluruhan 42% dan terdapat 7 anak yang belum mampu membaca dengan benar.

Adapun penyebab kurang berhasilnya dalam siklus ini, masih ada salah satu anak yang ngobrol sendiri tidak memperhatikan guru saat menerangkan didepan, sehingga anak tidak fokus memperhatikan guru, pada saat ditanya guru anak tidak memahaminya, sehingga pada saat disuruh mengulang kembali bacaan tersebut anak kurang mampu sendiri masih membutuhkan bantuan guru.

Refleksi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai sarana perbaikan. Pelaksanaan refleksi dilakukan peneliti bersama guru dengan melihat perbandingan antara data sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan pada siklus 1. Dan juga anak mencari tau penyebab nilai ketuntasan yang diperoleh anak usia 5-6 tahun masih belum mencapai target keberhasilan yaitu kurang dari 78%. Hasil wawancara dilakukan dengan guru yang mengajar anak usia 5-6 tahun, adapun penyebab kurang berhasilnya dalam siklus ini diantaranya yaitu : 1) Masih ada anak yang kurang memperhatikan bu guru selama proses pembelajaran membaca berlangsung. 2) Ada beberapa anak yang mengobrol sendiri saat proses pembelajaran membaca sehingga menyebabkan terganggunya konsentrasi anak yang lainnya. 3) Anak masih kurang mampu membaca dengan benar, sehingga anak pada saat di suruh membaca masih bingung dan masih membutuhkan bantuan guru. hal ini dikarenakan sebelum diterapkannya penelitian ini, di dalam menerangkan guru kurang ceria, dan model pembelajaran kurang disukai oleh anak, dalam membaca permulaan guru kurang kreatif sehingga anak mudah bosan.Dari hasil refleksi diatas, maka peneliti memutuskan serta merencanakan untuk melakukan perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus II.

SIKLUS II

Pada tahap ini, peneliti akan melakukan kegiatan pembelajaran yang berdasarkan perencanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pada penelitian siklus II ini, akan dilakukan dengan 3 kali pertemuan.

Pada pertemuan yang pertama yaitu pada tanggal 17 Oktober 2022 Pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB, anak-anak diajak untuk baris-berbaris didepan kelas untuk menstimulasi kedisiplinan anak dan melatih motorik kasar dengan Gerakan yang terkoordinasi antara mata, tangan, kaki dengan senam pagi. Setelah itu anak-anak masuk kelas untuk duduk di bangku masing- masing yang dinamakan dengan circle time. Di sini anak-anak diajak untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat, membaca do’a sebelum kegiatan pembelajaran, melfalkan surat al-ikhlas, menyanyikan lagu Indonesia raya, dan absensi. Setelah kegiatan circle time, anak-anak diajak untuk mendengarkan bu guru di depan untuk melakukan membaca permulan.

Guru akan memulai pembelajaran dengan Tanya jawab tentang “hewan”. Pada pertemuan kali ini anak-anak diajak 1) Pada pertemuan kedua ini guru mengajak anak-anak untuk Tanya jawab tentang hewan 2) Setelah itu anak disuruh menebak kuis huruf alphabet secara acak 3) Anak menebak kuis dari dua suku kata yang berakhiran konsonan 4) Anak menebak kuis dari kata yang bertema hewan

Pertemuan kedua yang pada tanggal 21 oktober 2022

Pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB, anak-anak diajak untuk baris-berbaris didepan kelas untuk menstimulasi kedisiplinan anak dan melatih motorik kasar dengan Gerakan yang terkoordinasi antara mata, tangan, kaki dengan senam pagi. Setelah itu anak-anak masuk kelas untuk duduk ditempatnya masing-masing yang dinamakan dengan circle time. Di sini anak- anak diajak untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat, membaca do’a sebelum kegiatan pembelajaran, melfalkan surat an-nas, menyanyikan lagu Indonesia raya, dan absensi. Setelah kegiatan circle time, anak-anak diajak untuk duduk ditempat masing-masing untuk kegiatan membaca permulaan, guru menyiapkan media.

Guru akan memulai pembelajaran dengan tanya jawab tentang “lingkungan keluarga”, dilingkungan keluarga ada siapa saja, : 1) Guru melakukan apersepsi dengan mengajak anak-anak untuk duduk ditempat duduk masing- masing (circle time), 2) Guru melakukan pengetahuan tentang tema “lingkungan keluarga” serta melakukan Tanya jawab dirumahnya anak ada ada siapa saja 3) Setelah itu guru mengajak anak-anak untuk menebak kuis dari berbagai macam huruf alphabet dari kotak kata 4) Anak menebak bunyi huruf satu kata dari suku kata dari satu kata yang berbeda 5) Setelah itu anak disuruh menebak kata dari kotak kata bertema lingkungan keluarga.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 22 oktober 2022 Pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB, anak-anak diajak untuk baris-berbaris didepan kelas untuk menstimulasi kedisiplinan anak dan melatih motorik kasar dengan Gerakan yang terkoordinasi antara mata, tangan, kaki dengan senam pagi. Setelah itu anak-anak masuk kelas untuk duduk ditempatnya masing-masing yang dinamakan dengan circle time. Di sini anak-anak diajak untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat, membaca do’a sebelum kegiatan pembelajaran, melfalkan surat an-nas, menyanyikan lagu Indonesia raya, dan absensi. Setelah kegiatan circle time, anak-anak diajak untuk menyimak bu guru didepan untuk kegiatan membaca permulaan, guru menyiapkan media.

Guru akan memulai pembelajaran dengan tanya jawab tentang “buah-buahan” pada pertemuan kali ini anak anak diajak: 1) Pada pertemuan ketiga ini guru mengajak anak-anak untuk Tanya jawab tentang macam- macam buah,warnanya, dan rasa buah tersebut., 2) Setelah itu anak diajak menebak kuis dari berbagai macam huruf alphabet secara acak 3) Anak menebak kuis dari dua suku kata yang berawalan “ng dan ny”, 4) Kemudian anak-anak diajak menebak kuis kata dari suara guru saat membaca kotak kata yang bertema hewan.

Observasi tindakan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran membaca permulaan, setelah melakukan 3 kali kegiatan pembelajaran, hasil observasi dilakukan oleh peneliti juga guru terhadap prosespembelajaran kegiatan membaca permulaan. Pada pertemua pertama menunjukkan partisipasi anak-anak dalam proses pembelajaran cukup aktif dan antusias serta senang. Pada awal pembelajaran dilaksanakan guru memberikan apresiasi untuk membaca.

Pada saat guru melakukan Tanya jawab kepada anak, anak-anak terlihat bersemangat untuk menjawab. Pada tahap observasi ini peneliti melakukan pengamatan sesuai dengan program yang telah dibuat. Hal ini ditunjukkan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai perkembangan pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Penilaian tersebut difokuskan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak.

Pada siklus peningkatan kemampuan membaca permulaan siklus II adapun peningkatan dibandingkan dengan siklus I. peningkatan sudah besar dan perolehan nilai anak-anak terbanyak 3 pada indicator pertama, dan nilai 3 pada indikator kedua. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak pada indikator pertama, kedua sudah berkembang. Sedangkan pada indikator ketiga kemampuan anak dalam membaca permulaan anak juga sudah berkembang, perolehan akhir setiap indikator kemampuan membaca permulaan anak pada siklus II dijadikan presentase. Presentase dilakukan untuk mengukur kemampuan membaca permulaan anak.

Berdasarkan lembar penilaian kemampuan membaca permulaan anak pada siklus II, dapat diketahui bahwa rata-rata ketuntasan anak kelompok usia 5-6 tahun sebesar 83%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kotak kata untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak kelompok usia 5-6 tahun pada siklus II sudah berhasil, melihat target keberhasilan dalam penelitian ini 78%. Dengan melihat nilai rata-rata ketuntasan sebesar 83% menunjukkan sudah mencapai target keberhasilan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, baik melalui dokumentasi foto maupun catatan anekdot peneliti akan mengadakan wawancara dengan guru kelas kelompok usia 5-6 tahun untuk mencari tahu penyebab dari hasil yang mencapai target keberhasilan yaitu 83%.

Berdasarkan hasil tahapan pengamatan yang dilakukan peneliti, bahwa siklus II sudah terlaksana dengan memiliki jumlah ketuntasan keseluruhan 83% dan terdapat 2 anak yang masih belum mampu membaca permulaan sendiri masih membutuhkan bantuan dari guru. Mengingat target ketuntasan 78-100% maka penelitian ini dinyatakan berhasil. Dengan demikian pembelajaran pada siklus II yang direncanakan dapat berlangsung seperti yang dikehendaki oleh karena itu peneliti memutuskan untuk mengakhiri penelitian ini.

Dari hasil perolehan pada PraSiklus, Siklus I Siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil Prasiklus, Siklus I Siklus II. Pada kegiatan PraSiklus,Siklus I Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dan telah mengalami peningkatan secara bertahap pada Siklus I dan Siklus II dibandingkan pada hasil PraSiklus.

Dan sedangkan dari Hasil grafik di atas menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada pra siklus 12 anak mencapai nilai 17%, walaupun awalnya hanya 2 anak yang pandai membaca, namun pada Siklus I persentasenya meningkat dari 12 anak menjadi 42%, namun pada awalnya hanya 5 anak yang dapat membaca dengan baik , meskipun belum dengan benar membacanya. Dan pada Siklus II hasil presentase meningkat menjadi 83% dari 12 anak hampir semua sudah mampu membaca permulaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan menggunakan media “Kotak Kata” dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak pada usia 5 - 6 tahun.

Peningkatan pembelajaran menggunakan media “Kotak Kata” dapat berdampak pada kesenangan anak dalam mengikuti pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Anak-anak leluasa mencari dan menyusun huruf maupun kata yang diminta. Selain itu, anak-anak terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut juga memudahkan dalam menilai kemampuan membaca anak. Berdasarkan Susanto, pembelajaran membaca harus dilakukan dengan cara menyenangkan, berbeda, unik, menarik, dan bermakna. Sehingga dengan cara belajar membaca yang menyenangkan anak tidak mudah merasa bosan dalam belajar membaca dan anak dapat mudah memahami dengan pengalaman belajar membaca yang berbeda.

Dalam penelitian ini, menggunakan media “Kotak Kata” anak merasa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan membaca. Hal ini terkait dengan teori fungsi “Kotak Kata”. Menurut Levie Lents media yang digunakan dalam belajar membaca harus memiliki unsur, teks yang bergambar dengan lambang lambang yang dikenal oleh anak sehingga anak merasa tertarik dengan media yang ia lihat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di TKM 14 HASYIM ASY’ARI POGAR BANGIL dapat ditingkatkan melalui pembelajaran menggunakan media kotak kata.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui beberapa tindakan dari siklus I dan siklus II, berdasarkan seluruh pembahasan serta analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa media kotak kata sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B TKM 14 HASYIM ASY’ARI POGAR, yang semula pada pra siklus 17%, pada siklus I 42%, dan pada siklus II 83%. Jadi, penerapan media kotak kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak.

Disamping itu dengan penerapan media kotak kata pada kelompok B TKM 14 HASYIM ASY’ARI POGAR juga dapat menambah wawasan guru dalam memilih media yang tepat untuk diterapkan di kelas dan sesuai dengan tujuan dari setiap pembelajaran yang dilaksanakan, selain itu juga melatih keterampilan guru dalam mengolah kelas. Penggunaan media kotak kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak dengan baik dan optimal, karena anak mengalami peningkatan prestasi pada setiap tindakan yang berarti juga meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak.

References

  1. S. N. Hayati and N. Na'imah, "Analisis Kompetensi Berbicara Anak Usia Dini pada Masa New Normal," J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 6, no. 4, pp. 3203–3217, 2022, doi: 10.31004/obsesi.v6i4.2107.
  2. M. Rahayu, "Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Dalam Menstimulasi Perkembangan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun," vol. 8, no. 2, pp. 17–31, 2022.
  3. A. S. Wulandari, "Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Bermain Roda Gambar," Jiv, vol. 8, no. 1, pp. 62–69, 2013, doi: 10.21009/jiv.0801.9.
  4. A. C. Karyadi, "Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Storytelling Menggunakan Media Big Book," J. Pengabdi. Masy., vol. 1, no. 02, 2018, doi: 10.31326/jmp-ikp.v1i02.70.
  5. S. A. Ruiyat, Y. Yufiarti, and K. Karnadi, "Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Bercerita Menggunakan Komik Elektronik Tematik," J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 3, no. 2, p. 518, 2019, doi: 10.31004/obsesi.v3i2.256.
  6. T. Lestari, Y. Yasbiati, and B. N. Mustika, "Penggunaan Metode Show and Tell untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Anak Usia Dini," J. Paud Agapedia, vol. 1, no. 1, pp. 129–136, 2017, doi: 10.17509/jpa.v1i1.7169.
  7. D. Rahdiyanta, "Penelitian Tindakan Kelas (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK)," Makal. Semin. Penelit., pp. 2–9, 2014.
  8. D. Oktaviani and K. Kamtini, "Pengaruh Penggunaan Media Audiovisual Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun di TK Salsa TA 2016/2017," J. Bunga Rampai Usia Emas, vol. 4, no. 1, pp. 6– 11, 2017.
  9. R. P. Wulandari, "Pengaruh media softbook waterproof terhadap kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah bustanul athfal 02 cilacap," 2020.
  10. E. S. Herlina, "Membaca Permulaan Anak Usia Dini Dalam Era Pendidikan 4.0," Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan, vol. 5, no. 4, pp. 332–342, 2019.
  11. A. Susanto, "Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya," Kencana, 2011.
  12. S. Haryati, "Penggunaan Media Buku Cerita Bergambar dalam Mengembangkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun di TK Teratai Martapura Sumatera Selatan," Skripsi, July 2021, pp. 1-23.
  13. D. N. Dhieni, et al., "Metode Pengembangan Bahasa," Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, 2014.
  14. G. Tarigan, "Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa," Angkasa, 2008.
  15. A. S. Sadiman et al., "Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan," PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.